Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOLOGI

TENTIR PRAKTIKUM

Modul Penginderaan

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI MARS


1/1/2016
3. Langkah 3 : Menentukan penanganan yang sesuai dengan terapi
TUJUAN PRAKTIKUM
pasien tersebut periksalah efektivitas dan keamanannya
Mengetahui penulisan resep dan obat-obatan terkait gangguan penginderaan.
4. Langkah 4 : Memulai pengobatan
5. Langkah 5 : Memberi penjelasan, cara pakai, dan peringatan
FORMAT PENULISAN RESEP 6. Langkah 6 : Memantau (dan menghentikan ?) pengobatan
A. Penggunaan Obat yang Rasional (WHO, 1987) D. Peresepan yang Rasional
1. Sesuai dengan indikasi penyakit Penulisan resep yang rasional adalah memenuhi hal-hal berikut, yaitu:
2. Tersedia setiap saat dengan harga terjangkau
1.Tepat Obat
3. Diberikan dngan dosis yang tepat
Tepat obat adalah ketepatan pemilihan obat apabila dalam proses
4. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat
pemilihan obat mempertimbangkan :
5. Lama pemberian yang tepat
a. Ketepatan kelas terapi dan jenis obat (efek terapi yang
6. Obat yang diberikan harus efektif, dengan mutu terjamin dan aman
diperlukan)
B. Pertimbangan dalam Pemilihan Obat (WHO, 1995)
b. Kemanfaatan dan keamanan sudah terbukti (resiko efek samping
1. Manfaat (Eficacy)
maupun kondisi kontraindikasi)
2. Kemanfaatan dan Keamanan Obat sudah Terbukti (Safety)
c. Jenis obat paling mudah didapat
3. Resiko pengobatan yang paling kecil dan seimbang dengan manfaat
d. Sesedikit mungkin jumlah jenis obat
dan keamanan yang sama dan terjangkau oleh pasien (affordable)
2.Tepat Dosis
4. Kesesuaian/suittability (cost)
Besar dosis, cara dan frekuensi pemberian umumnya didasarkan pada
C. Proses Pengobatan Rasional
sifat farmakokinetika dan farmakodinamik obat serta kondisi pasien
Yang dimaksud dengan rasional adalah rasio kemanfaatan lebih
Lama pemberian berdasarkan pada sifat penyakit (akut atau kronis,
besar dari pada resiko efek samping yg ditimbulkan obat. Dengan
kambuh berulang dsb)
langkah pengobatan rasional:
a. Tepat Dosis : jumlah obat yang diberikan berada dalam range
1. Langkah 1 : Mendefinisikan masalah pasien terapi
2. Langkah 2 : Menentukan tujuan terapi, Apa yang anda ingin capai
dengan terapi tersebut
b. Tepat cara pemberian : pemilihan yang tepat pemberian obat Ketepatan indikasi penggunaan obat apabila ada indikasi yang benar
sesuai dengan kondisi pasien, mis: per oral, rektal, intravena, (sesuai diagnosa dokter) untuk penggunaan obat tsb dan telah terbukti
intratekal, subcutan, sublingual, dsb. manfaat terapetiknya
c. Tepat frekuensi/ interval : pemilihan yang tepat 6.Tepat Biaya
frekuensi/interval pemberian obat. Mis: per 4 jam, 6 jam, 8 jam, Apabila biaya (harga obat dan biaya pengobatan hendaknya dipilih
12 jam, 24 jam yang paling terjangkau oleh kondisi keuangan pasien)
d. Tepat lama pemberian : penetapan lama pemberian obat. E. Dampak Peresepan yang Tidak Rasional
Selama 3 hari, 5 hari, 10 hari, 3 bulan 1. Bertambahnya kemungkinan toksisitas obat yang diberikan
e. Tepat sama pemberian : pemilihan saat tepat pemberian obat 2. Terjadi interaksi obat satu dengan yang lain
disesuaikan dengan kondisi pasien. Mis: antecoenam, 3. Tidak tercapai efektivitas obat yang dikehendaki
postcoenam 4. Meningkatkan biaya pengobatan penderita
3.Tepat Informasi F. Penulisan Resep
Apabila informasi yang diberikan jelas (tidak bias) tentang obat yang 1. Resep ditulis diatas kertas resep dengan ukuran panjang 15-18 cm dan
digunakan oleh pasien dan informasi lain yang menunjang perbaikan lebar 10-12 cm.
pengobatan 2. Permintaan obat melalui telepon hendaknya dihindari.
4.Tepat Penderita 3. Resep untuk penderita hendaknya dibuat dua rangkap dua, satu untuk
Ketepatan dalam menilai kondisi pasien dengan mempertimbangkan : pasien, satu lagi untuk dokumentasi dokter.
a. Adanya penyakit yang menyertai, misalnya: 4. Model Resep yang Lengkap
a. kelainan ginjal  obat yang mempengaruhi ginjal a. Nama & alamat dokter, SIP, No. telepon, jam dan hari praktek
(nefrotoksik) : kaptopril, aminoglikosida, lithium, b.Nama kota serta tanggal resep ditulis dokter
simetidin c. Tanda R/ atau recipe berarti “ harap diambil” Supersriptio
b. Kelainan hati  obat yang mempengaruhi hati d.Nama setiap jenis/bahan obat
(hepatotoksik) : parasetamol, halotan, isoniazid 1) Obat pokok (remedium cardinale)  mutlak harus ada
b. Kondisi khusus, misalnya: hamil, laktasi, lansia, balita 2) Bahan pembantu (adjuvan)  bantu kerja obat pokok
c. Pasien riwayat alergi 3) Corrigens (Actionis, Coloris, Saporis, Odoris)
5.Tepat Indikasi 4) Konstituen (Air, Laktosa, Vaselin)
e. Jumlahnya obat/bahan obat j. Contoh Model Resep
1) Jumlah dinyatakan dalam satuan berat (mcg, mg, g) untuk
bhn padat
2) Jumlah obat dinyatakan dalam satuan isi (ml, liter, tetes)
untuk cairan.
3) Penulisan angka tanpa keterangan lain “gram”
f. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yg dikehendaki  Subscriptio.
Misalnya m.f.l.a Pulv = buat sesuai aturan pembuatan obat puyer
Nb: Ungt = salep, Potio = sirup, Caps = kapsul
g.Aturan pemakaian obat utkPx umumnya ditulis dg bahasa latin,
aturan pakai ditandai dengan Signatura disingkat S.
h.Nama penderita dibelakang kata Pro :
1) Pasien Dewasa : Tn, Ny, Nn, Bpk, Ibu diikuti nama)
2) Anak (An), Bayi (By)
3) Lengkapi dengan alamat
i. Tanda tangan atau paraf dokter yg menulis resep
1) Khusus Obat gol Narkotika harus dibubuhi tanda tangan G. Pertimbangan Pemilihan Sediaan Obat
lengkap dokter 1. Faktor karateristik bahan obat
2) Dalam satu kertas resep terdiri dari > 1 R/ dipisah dg tanda 2. Faktor penderita
# dan tiap R/ diparaf atau ditandatangani H. Ketentuan Penulisan Resep
1. Dokter bertanggung jawab penuh thd resep yang ditulisnya
2. Resep ditulis sedemikian rupa sehingga dapat dibaca petugas apotek
3. Resep ditulis dgn tinta hitam atau biru agar tdk mudah dihapus
4. Hindari penulisan rumus kimia obat : H2O2, Nacl
5. Hindari penulisan singkatan yang meragukan
6. Boleh menulis lebih dari 1 R/ diatas satu kertas resep
7. Menyimpan turunan dari tiap resep yang dituliskan 2) Bahasa latin adalah bahasa Internasional dalam dunia profesi
8. Sedapat mungkin dokter menulis resep dihadapan pasien kedokteran dan farmasi
9. Jangan bersikap ragu-ragu, mencoret atau merobek kertas resep 3) Dengan bahasa latin tidak akan terjadi dualisme tentang bahan
dihadapan pasien yang dimaksud dalam resep
10. Perhatikan kondisi ekonomi penderita 4) Dalam hal tertentu, karena faktor psikologi ada baiknya pasien
11. Tanggal resep ditulis jelas tidak perlu mengetahui obat yang diberikan kepadanya
12. Bila pasien anak-anak  cantumkan berat badan atau umur J. Penulisan Jumlah Obat
13. Di bawah nama pasien dituliskan alamat Penulisan jumlah obat dinyatakan dalam angka romawi, yaitu:
14. Untuk jumlah obat yang diberikan dihindari penggunaan angka
I =1
desimal
V =5
15. Obat berupa cairan dinyatakan dalam satuan ml, hindari menulis cc
X = 10
I. Bahasa Latin dalam Resep
L = 50
Bahasa latin digunakan untuk penulisan:
C = 100
1) Nama obat M = 1000
2) Ketentuan mengenai pembuatan
3) Bentuk obat K. Singkatan Latin dalam Resep
4) Petunjuk aturan pemakaian obat ditulis berupa singkatan, yaitu Berikut adalah singkatan latin yang sering dipakai di dalam resep:
Signatura (S.) 1. aa = sama banyak
Untuk menghindari salah interpretasi, maka singkatan bahasa 2. a.c = sebelum makan
Indonesia sedapat mungkin dihindari. Dengan demikian, harus 3. a.n = malam sebelum tidur
digunakan bahasa latin dalam penulisannya. Beberapa alasan 4. ad lib = secukupnya
penggunaan Bahasa Latin: 5. a.u.e = untuk obat luar
6. a.u.i = untuk obat dalam
1) Bahasa latin adalah bahasa mati dan tidak dipakai dalam
7. C = sendok makan (15 ml)
percakapan sehari-hari.
8. cth = sendok teh (5 ml)
9. conc = pekat 35. pulv = serbuk tunggal
10. dc = sedang makan 36. pulveres = serbuk terbagi
11. dd = sehari 37. S = tandailah
12. dext = kanan 38. sol = larutan
13. dil = encer 39. u.c = aturan pakai diketahui
14. dtd = berikan sebanyak dosis tersebut 40. u.e = obat luar
15. f. = buat, harap dibuatkan 41. Ungt = salep
16. f.l.a = buat menurut cara semestinya 42. Vesper e = sore
17. g = gram
18. gr = grain
19. gtt = tetes
20. gtt auric = obat tetes telinga PENULISAN RESEP KACA MATA

21. gtt nasal = obat tetes hidung Sebelum mengetahui penulisan resep kacamata, ada baiknya temen-temen
22. gtt opth = obat tetes mata mempelajari terlebih dahulu mengenai konsep fisiologi mata dan visus.
23. i.m.m = berikan ke tangan dokter
24. inf = infus Pemeriksaan visus yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan snellen
25. inj = injeksi chart, hitung jari, lambaian tangan dan respon cahaya. Visus yang dapat
26. iter = harap diulang diperiksa melalui snellen chart adalah antara 6/50 hingga 6/6, hitung jari
27. lot = obat cair untuk obat luar adalah 1/60-6/60, gerakan tangan adalah 1/300. Selain itu pada pemeriksaan
28. m = campur , harap dicampur mata dapat juga dilakukan pemeriksaan terang gelap (visus 1/~) untuk
29. m.f = campurlah dan buatlah mengetahui fungsi retina sebagai fotoreseptor. Jika tidak dapat memebedakan
30. mg = miligram terang gelap/cahaya maka visusnya adalah nol.
31. o.m = tiap pagi
32. o.n = tiap malam Pemeriksaan refraksi sederhana yang dapat dilakukan di antaranya adalah:
33. p.c = sesudah makan 1. Menentukan jarak antara pupil mata kanan dan mata kiri (PD), yaitu
34. p.r.n = kalau perlu dengan cara mengukur jarak antar pupil dengan memberikan refleks
cahaya tepat di tengah antara kedua mata pasien. Hasil pengukuran adalah a. +1,50 menunjukan bahwa lensa koreksi sferis adalah jenis lensa
dalam satuan mm. Tambah 2 mm untuk PD jauh. cembung/lensa positif dengan kekuatan +1,50 Dioptri
2. Ukur kekuatan lensa sferis dengan posisi yang tepat (PD jauh) b. +0,75 menunjukan bahwa terdapat koreksi lensa silinder sebesar
3. Bila visus kurang dari 6/10 lakukan tes pinhole. Bila tidak ada perubahan, +0,75 Dioptri dengan axis 250 (X 25)
kemungkinan terdapat kelainan organik pada sistem optik mata. Nah yang di atas itu format yang saya dapatkan dari sumber luar negeri.
4. Pada presbiopia, sesuaikan dengan PD dekat. Dari Indonesia juga ada beberapa variasi. Ini salah satu contohnya:

Pada kelainan refraksi, secara umum visus dapat dikoreksi dengan lensa R/
sferis (S) dan lensa Silinder untuk kelainan astigmatisme. Contoh penulisan OD S +1,25 D. C +0,50 D X 130
resep kaca mata adalah sebagai berikut: (NB: Bagian awal dan akhirnya OS S +1,50 D. C +0,75 D X 25
sama dengan format penulisan resep biasa, hanya isinya aja yang beda PD 64/62 mm
dari penulisan resep obat) -------------------------------------------- (paraf)
Jadi interpretasinya sama ya dengan contoh resep pertama. Tambahannya
R/ ada keterangan (S) itu singkatan dari Sferis artinya pake lensa sferis, dan
OD +1,25 / +0,50 X 130 C itu singkatan dari Cylinder artinya pake lensa silinder. Dan terdapat
OS +1,50 / +0,75 X 25 keterangan PD yang mana 64 merupakan PD jauh.
------------------------------------------------ (paraf)
Nah, jika seseorang presbiopi maka dibutuhkan lensa bifocal. Jadi ada
Penjelasan: bagian lensa dengan kekuatan berbeda untuk dipake buat baca. Penulisan
1. OD = Occulus Dexter resepnya pada dasarnya sama, cuma ditambah keterangan “add” di
a. +1,25 menunjukan bahwa lensa koreksi sferis adalah jenis lensa bawahnya. Langsung ke contoh ya:
cembung/lensa positif dengan kekuatan +1,25 Dioptri
b. +0,50 menunjukan bahwa terdapat koreksi lensa silinder sebesar
+0,50 Dioptri dengan axis 1300 (X 130)
2. OS = Occulus Sinister
Contoh 1: Atau
R/
OD +1,25 / +0,50 X 130 R/
OS +1,50 / +0,75 X 25 OD S +1,25 D / C +0,50 D X 130 add +1,75
add +1,75 OS S +1,50 D / C +0,75 D X 25 add +1,00
------------------------------------------------ (paraf) ------------------------------------------------ (paraf)
atau
Dalam hal ini kedua segment tidak sama dalam penambahan daya. Sehingga
R/ pada mata kanan, daya sferis segmentnya adalah +1,25 D +1,75 D = +3,00 D.
OD S +1,25 D. C +0,50 D X 130 Sedangkan pada mata kiri, daya sferis segmentnya adalah +1,50 D +1,00 D =
OS S +1,50 D. C +0,75 D X 25 +2,50 D.
PD 64/62 mm
Addisi ODS S +1,75 D
------------------------------------------------ (paraf)
Dalam hal ini daya lensa baca atau di dunia medis dikenal dengan istilah
“segment” ditambah kekuatannya dari lensa keseluruhan. Dalam hal ini
daya sferis segment kanan adalah daya lensa sferis (+1,25) ditambah
dengan “add” (+1,75) menjadi +3,00 D. Begitu juga dengan daya sferis
segment kiri, +1,50 D + 1,75 D = 3,25 D.

Contoh 2:

R/
OD +1,25 / +0,50 X 130 add +1,75
OS +1,50 / +0,75 X 25 add +1,00
------------------------------------------------ (paraf)
dosis tinggi pada bayi baru lahir dapat menyebabkan grey baby syndrome
OBAT-OBATAN KONJUNGTIVITIS
dimana keadaannya memburuk dengan cepat.
1. Kloramfenikol dalam bentuk larutan (obat tetes mata) 0,5% dan salep mata
Interaksi Obat: Kloramfenikol adalah penghambat yang poten dari sitokrom
1%,
P450 isoform CYP2C19 dan CYP3A4 pada manusia, sehingga dapat
Indikasi : Konjungtivits, Blefaritis, Keratitis, Keratokonjungtivitis,
memperpanjang masa paruh eliminasi fenitoin, tolbutamid, klorpropamid dan
Dakriosistitis.
warfarin
Merk dagang : Chloramex®, Cloramidina®, Colme®, Colsancetine®,
Combicetin®, Fenicol®, Grafacetin®, Kalmicetine®, Kemicetine®,
2. Ofloksasin dalam bentuk larutan 0,3%
Lanacetine®. Cendo Fenicol.
Indikasi: : Konjungtivitis dan keratitis
Kontraindikasi : Neonatus, pasien dngan gangguan faal hati dan pasien
Merk Dagang: Akilen, Danoflox, Efexin, Ethiflox, Flotavid, Floxika,
dengan hipersensitif terhadap obat ini.
Loxinter, Mefoxa, Nilavid, Nufafloqo, Ofloxacin OGB Dexa, Ostrid,
Dosis: Salep Mata: Oleskan 3 sampai 4 kali sehari pada mata.
Pharflox, Poncoquin, Qipro, Quinovid, Rilox, Tariflox, Tarivid, Zelavel,
Tetes Mata: Teteskan 2 tetes, 3 sampai 4 kali sehari pada mata.
Zyflox
atau dipakai beberapa kali sehari sesuai resep dokter.
Kontraindikasi: Pasien yang hipersensitif terhadap komponen obat ini
Sifat Farmakologis: Kloramfenikol mempunyai efek bakteriostatik dan
Jangan digunakan bersamaan dengan antibiotik sejenis topikal beta-laktam,
bakterisid terhadap mikroorganisme yang peka. Aktivitas antibakterialnya
karena dapat menyebabkan tidak aktifnya Ofloksasin.
meliputi bakteri : Escherichia coli, Haemophillus influenzae, Staphylococcus
Dosis: 1-2 tetes setiap 4-6 jam. Dosis dapat ditingkatkan 1-2 tetes tiap 2 jam
aureus, dan Streptococcus hemolyticus. Kloramfenikol bekerja dengan cara
selama 24-48 jam pertama. Kemudian frekuensi harus diturunkan bertahap
menghambat sintesa protein dengan jalan mengikat ribosom subunit 50S.
sesuai tanda-tanda perbaikan klinis.
Kemasan: Tetes Mata, botol @ 5 ml dan @ 15 ml.
Sifat Farmakologis: Ofloksasin adalah senyawa antibiotik sintetik dari
Salep Mata, tube @ 3,5 gram.
golongan kuinolon dan bersifat bakterisid. Ofloxacin aktif terhadap bakteri
Efek Samping: reaksi hipersensitivitas, demam, kemerahan pada tubuh,
aerobik gram positif termasuk penghasil penisilinase dan bukan penghasil
mimpi buruk, bengkak pada wajah dan mata, anemia, penurunan jumlah sel
penisilinase, terhadap sebagian besar bakteri aerobik gram negatif termasuk
darah putih maupun trombosit yang disebabkan karena supresi pada sumsum
Enterobakteria dan Pseudomonas aeruginosa, dan terhadap Stafilokokus yang
tulang, mual, muntah, diare, kesemutan, gangguan penglihatan. Penggunaan
resisten terhadap metisilin. Aktivitas antibakteri ofloxacin dengan jalan
menghambat DNA girase, suatu enzim essensial yang merupakan katalis 3. Tobramisin sulfat dalam bentuk larutan 0,3% dan salep 0,3%
penting dalam duplikasi dan transkripsi DNA bakteri. Indikasi: konjungtivitis, blefaritis dan keratitis
Kemasan: Botol PE 5 x 0,6 ml Merk dagang: Nebcin
Efek Samping: Efek samping yang sering terjadi pada pemakaian ini adalah Dosis: Semua dosis setelah dosis pembebanan awal harus ditentukan
pedih, rasa gatal dan merah-merah pada konjungtiva. Reaksi ini terjadi berdasar fungsi ginjal/kadar dalam darah. Dewasa dan anak-anak: 1 cm
lapisan salep 2-3 kali sehari (tiap 3-4 jam untuk infeksi berat) atau 1-2 tetes
terhadap kurang dari 3% pasien yang diobati dengan. Reaksi yang sama dapat
larutan tiap 4 jam (tiap 30-60 menit untuk infeksi berat).
terjadi pada penggunaan antibiotik aminoglikosida lainnya. Jika Ofloxacin Kontraindikasi: Alergi terhadap Tobramisin serta penderita yang
topikal pada mata digunakan bersama antibiotik aminoglikosida sistemik hipersensitif terhadap salah satu antibiotik golongan aminoglikosid.
Efek samping: Hipersensitivitas dan alergi dapat terjadi meskipun jarang,
maka kadar serum total harus selalu dimonitor. Reaksi lain yang pernah
rasa terbakar atau tersengat pada mata. Ginjal : Nefrotoksik.
dilaporkan adalah : chemical conjungtivis/keratitis, ocular/perticular/facial
Sifat Farmakologis: Tobramisin tidak jauh berbeda sifatnya dengan
edema, foreign body sensation, photopobia,blurred vision, tearing, dryness
gentamisin, termasuk spektrum antimikrobanya. Karena itu, tobramisin
dan nyeri pada mata. Reaksi yang jarang terjadi : diziness.
digunakan sebagai pengganti gentamisin. Aktivitas tobramisin yang superior
Interaksi Obat:
terhadap P. aeruginosa dibanding gentamisin menyebabkan obat ini terpilih
 Antasida yang mengandung magnesium, alumunium atau kalsium
untuk mengatasi infeksi oleh kuman tersebut. Obat ini tidak memperlihatkan
mungkin menurunkan absorpsi kuinolon oral, mengakibatkan penurunan
sinergisme dengan penisilin terhadap enterokok dan inaktif terhadap
konsentrasi obat dalam serum dan urin. Gangguan pada glukosa darah,
mycobacterium. Dibandingkan terhadap gentamisin, terdapat petunjuk
termasuk hiperglikemia dan hipoglikemia, telah dilaporkan pada pasien
bahwa tobramisin bersifat kurang nefrotoksik, tetapi hal ini belum terbukti
yang mendapatkan pengobatan kuinolon bersamaan dengan zat
secara klinis.
antidiabetes ofloxacin menghambat aktivitas enzim sitokrom P450 yang
Interaks obat: Diinaktivasi oleh penisilin bila diberikan bersamaan.
berakibat memperpanjang waktu paruh beberapa obat yang
dimetabolisme dengan sistem yang sama seperti siklosforin, teofilina.
4. Gentamicin salep dan tetes mata 0,3%
(obat yang dikonsumsi peroral)
Merk dagang: Garamycin
 NSAID dengan ofloxacin dapat meningkatkan efek stimulasi central
Indikasi: Pengobatan topikal infeksi-infeksi mata yang disebabkan oleh
nervous system. Ofloxacin dapat meningkatkan efek antikoagulan oral
bakteri yang sensitif terhadap Gentamicin,antara lain untuk infeksi-infeksi
warfarin atau derivatnya.
konjungtivitis,blefaritis,blefarokonjungtivitis,keratitis,keratokonjungtivitis, Indikasi: Penggunaan topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata dan kulit
dakriosistitis,ulkus kornea,meibomianiatis akut,episkleritis. saja. Salep mata golongan tetrasiklin efektif untuk mengobati trakoma dan
Dosis: tetes mata : 1 – 2 tetes atau lebih tiap 4 jam pada mata yang terinfeksi. infeksi lain pada mata oleh bakteri gram-positif dan gram negatif yang

salep mata : oleskan 2 – 3 x/hari. sensitif. Selain itu juga untuk profilaksis oftalmia neonatorum pada neonatus

Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap gentamisin. akibat Neisseria gonorrhoe atau Chlamydia trachomatis, serta penyakit

Sifat farmakologis: Mekanisme kerjanya dengan cara berdifusi lewat kanal konjungtivitis inklusi.

air yang dibentuk oleh porin protein pada membran luar dari bakteri gram Merk dagang: Super Tetra®, Dumocycline®, Ikacycline®, Soltralin®,

negatif masuk ke ruang periplasmik. Sedangkan transpor melalui membran Tetrin®, Tetrasanbe®.

dalam sitoplasma membutuhkan energi. Fase transpor yang tergantung Dosis: Lapisan tipis salep mata tiap 2-4 jam atau 1 tetes suspensi tiap 6-12

energi ini bersifat rate limitting, dapat di blok oleh Ca2+ dan Mg2+, jam (dapat digunakan lebih sering); dosis tunggal digunakan untuk

hiperosmolaritas, penurunan pH dan anaerobik suatu abses yang bersifat pencegahan oftalmia neonatorum.

hiperosmolar. Setelah masuk sel, aminoglikosid terikat pada ribosom 30S Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap golongan antibiotik tetrasiklin.

dan menghambat sintesis protein. Terikatnya aminoglikosid pada ribosom ini Sifat farmakologis: Golongan tetrasiklin bekerja dengan cara menghambat

mempercepat transpor aminoglikosid ke dalam sel, diikuti dengan kerusakan sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses

membran sitoplasma, dan disusul kematian sel. Yang diduga terjadi adalah dalam masuknya antibiotik ke dalam ribososm bakteri. Pertama secara difusi

miss reading kode genetik yang mengakibatkan terganggunya sintesis pasif melalui kanal hidrofilik, kedua melalui sistem transpor aktif. Setelah

protein. Aminoglikosida bersifat bakterisidal cepat. Pengaruh masuk antibiotik berikatan secara reversibel dengan ribosom 30S dan

aminoglikosida menghambat sintesis protein dan menyebabkan miss reading mencegah ikatan tRNA-aminoasil pada kompleks mRNA-ribosom. Hal

dalam penerjemahan mRNA, tidak menjelaskan efek letalnya yang cepat. tersebut mencegah perpanjangan rantai peptida yang sedang tumbuh dan

Efek samping: Reaksi hipersensitivitas atau alergi dapat terjadi meskipun berakibat terhentinya sintesis protein. Tetrasiklin termasuk antibiotika broad

jarang., iritasi dan superinfeksi dapat terjadi. spektrum. Spektrum golongan tetrasiklin umumnya sama, sebab mekanisme

Interaksi obat: Gentamisin mengalami inaktivasi jika dicampur dengan kerjanya sama, namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-

karbenisilin. masing derivat terhadap kuman tertentu. Derivat dari tetrasiklin yaitu:
demeklosiklin, klortetrasiklin, doksisiklin, methasiklin, oksitetrasiklin, dan

5. Tetrasiklin minosiklin.
Mekanisme resistensi yang terpenting adalah diproduksinya pompa protein ---------------------------------------------------- (paraf)
yang akan mengeluarkan obat dari dalam sel bakteri. Protein ini dikode R/Sulfas atropin eyedrops fls No. I
dalam plasmid dan dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri lain melalui S 3dd gtt I o.d.s
proses transduksi atau konjugasi. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin -------------------------------------------------- (paraf)
biasanya disertai resistensi terhadap semua jenis tetrasiklin lainnya.
Efek samping: Sensasi terbakar pada mata. Keterangan:
Interaksi obat: Bila tetrasiklin diberikan dengan metoksifluoran maka dapat a. Fls = sediaan obat tetes dalam bentuk flask
menyebabkan nefrotoksisk. Bila dikombinasikan dengan penisilin maka b. Omnihora = tiap jam
aktivitas antimikrobanya dihambat. c. a.n = ante noctem = sebelum tidur

Contoh peresepan pada mata:


Kasus: Ulkus kornea ODS (Mata kanan dan kiri) e.c. bakteri
Berikan obat:
1. Antibiotik topikal gentamycin tetes mata (larutan) 1 tetes tiap jam pada
mata kanan dan kiri
2. Antibiotik topikal gentamycin salep oles 1x sehari pada malam hari
sebelum tidur pada mata kanan dan kiri
3. Siklopegik sulfas atropin tetes mata 1 tetes 3x sehari pada mata kanan dan
kiri

Isi resep:
R/ Gentamycin eyedrops fls No. I
S omnihora gtt I o.d.s
--------------------------------------------------- (paraf)
R/ Gentamycin eye ointment 5 g tube No. I
S 1dd o.d.s a.n
2. Blecidex (Framisetin Sulfat 5 mg, Gramisidin 0,05 mg,
OBAT-OBATAN OTITIS
Deksametason 0,5 mg)
1. Akilen (Ofloksasin 3 mg/ml)
Indikasi : Telinga = otitis eksterna akut dan kronis. Mata =
Indikasi : Otitis media supuratif kronik, otitis eksterna
pengobatan jangka pendek yang mmerlukan steroid
Kontraindikasi : hipersensitif, epilepsi, atau predisposisi terhadap
Kontraindikasi : herpes simplex akut dan penyakit virus lainnya
seizure (kejang)
pada kornea dan konjungtiva, hipersensitif, otitis eksterna dengan
Efek samping : mual, seborrhea, gangguan pendengaran, infeksi,
supuratif akut
jamur, tinnitus, dermatitis, eksema, rasa terbakar, kemerahan dan
Dosis : Tetes mata = 1-2 tetes, teteskan pada mata yang sakit tiap 1-2
ottorhagia.
jam selama 2-3 hari, lanjutkan sehari 3-4 x 1-2 tetes. Tetes telinga =
Dosis : dewasa = sehari 2x6-10 tetes, Anak-anak = sehari 2x3-5 tetes
sehari 3-4x2-3 tetes, teteskan kedalam telinga yang sakit.
Sifat Farmakologis : Ofloksasin berefek spesifik terhadap DNA
Sifat Farmakologis : merupakan kombinasi antiinflamasi dan
gyrase dan menghambat sintesis DNA dalam mikroorganisme,
antibiotika untuk mengobati penyakit pada mata dan telinga. Blecidex
bakterisidal dan menyebabkan bakteriolisis dalam MIC80. Ofloksasin
mengandung Deksametason suatu kortikosteroid, Framisetin sebagai
memiliki spektrum antibakteri yang luas dalam melawan beberapa
antibiotika topikal dan Gramisidin yang bersifat bakterisidal.
bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. MIC80 Ofloksasin melawan
isolasi klinik termasuk Staphylococcus sp., Streptococcus sp. dan
3. Colme (Kloramfenikol 10%, Lidokaina-HCl 4%)
Proteus sp., Pseudomonas aeruginosa dan Haemophilus influenzae
Indikasi : otitis eksterna dan media akut dan kronis, neurodermatitis,
dalam media otitis dan eksterna otitis yaitu 1/4 sefmenoksim dan
eksema pada meatus auditorius, nyeri telinga
1/64 fosfomisin, yang diindikasikan sangat baik sebagai antibakteri.
Dosis : sehari 3-4x1-2 tetes, diteteskan ke dalam telinga
Terutama, MIC80 Ofloksasin melawan Staphylococcus aureus dan
Sifat Farmakologis : Kloramfenikol merupakan zat aktif yang
Pseudomonas aeruginosa, bakteri penyebab utama dalam media
digunakan pada pembuatan obat.Dalam sediaan tetes telinga yakni
otitis dan eksterna otitis yaitu 1/4 dan 1/8 sefmenoksim dan 1/64 dan
berkhasiat sebagai antibiotik (zat-zat yang digunakan untuk
1/32 fosfomisin, berturut-turut.
menghambat atau membunuh mikroorganisme) tetapi dalam
pembuatannya zat ini tidak boleh terlalu banyak karena efeknya
sangat fatal yakni terjadi iritasi. Kloramfenikol merupakan antibiotik
spektrum luas. Kloramfenikol berhubungan dengan gangguan darah
yang serius sebagai efek yang tidak diinginkan sehingga harus antipruritis. Lidocaine hydrochloride merupakan anestesi lokal yang
disimpan untuk pengobatan infeksi berat, terutama yang disebabkan efektif untuk mengurangi rasa sakit pada infeksi telinga.
hemofilus influenza dan demam tifoid.
6. Sagestam (Gentamisin 3 mg/ml)
4. Otilon (Polimiksin B Sulfat 10.000 iu, Neomisin Sulfat 5 mg, Indikasi : infeksi telinga luar (otitis eksterna)
Fludrokortison Asetat 1 mg, Lidokain Hidroklorida 40 mg/ml) Kontraindikasi : hipersensitif, infeksi virus dan jamur.
Indikasi : otitis eksterna akut dan kronik Telinga :disrupted tympanic membranes
Kontraindikasi : hipersensitif, gangguan pada ruang telinga luar Efek samping : iritasi sewaktu obat diteteskan, rasa gatal, pedih,
yang disebabkan infeksi virus kulit panas, dermatitis
Efek samping : sensitisasi kulit, ototoksisitas, nefrotoksisitas, Dosis : sehari 3-4x2-4 tetes pada telinga yang sakit pada malam hari
hiperpigmentasi, dermatitis kontak alergi, miliaria Sifat Farmakologis : Gentamisin Sulfat suatu antibiotika golongan
Dosis : sehari 1-4x4-5 tetes ke dalam telinga. Lama pengobatan aminoglikosida yang larut dalam air. Gentamisin adalah antibiotika
sebaiknya tidak lebih dari 10 hari spektrum luas yang aktif terhadap bakteri Gram-negatif dan Gram-
Sifat Farmakologis : Sama dengan penjelasan pada Otopain positif, bersifat bakterisid dan aktif terhadap Pseudomonas, Proteus,
Klebsiella, Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Gentamisin
5. Otopain (Polimiksin B Sulfat 10.000 iu, Neomisin Sulfat 5 mg, berikatan secara ireversibel dengan subunit 30S dari ribosom bakteri,
Fludrokortison Asetat 1 mg, Lidokain Hidroklorida 40 mg/ml) sehingga terjadi penghambatan sintesa protein sel bakteri.
Indikasi : otitis eksterna akut dan kronik
Dosis : sehari 2-4x4-5 tetes 7. Sofradex (Framisetina sulfat 5 mg, Gramisidin 0,05 mg,
Sifat Farmakologis : OTOPAIN merupakan kombinasi zat-zat yang Deksametason 0,5 mg/ml)
efektif untuk mengobati bermacam-macam penyakit pada telinga. Indikasi : otitis eksterna akut dan kronis
Polymyxin B sulfate dan Neomycin sulfate merupakan antibiotika Kontraindikasi : TB, otitis eksterna dengan membran berlubang pada
dengan spektrum luas, aktif terhadap berbagai macam telinga
microorganisme: Pseudomonasaeruginosa, Staphylococus aureus, Efek Samping : hipersensitif
Eschericia coli, Klebsiella, Enterobacter sp., Neisseria sp.. Dosis : sehari 3-4x2-3 tetes
Fludrocortisone acetate mempunyai khasiat antiradang, antialergi, dan Sifat Farmakologis : sama dengan penjelasan pada Blecidex
8. Tarivid (Ofloksasin 3 mg/ml)
Indikasi : otitis media supuratif kronik, otitis eksterna, otitis media
akut
Kontraindikasi : hipersensitif
Efek Samping : Jarang, nyeri telinga, super infeksi
Dosis : Dewasa = sehari 2x6-10 tetes. Anak = sehari 2x3-5 tetes
Sifat Farmakologis : sama dengan penjelasan pada Akilen

Contoh Penulisan resep:

Berikan obat tetes telinga:

Solusio H2O2 3% diberikan 2x sehari 10 tetes pada telinga yang sakit (kanan)
dan ofloxacin 2x sehari 2 tetes pada telinga yang sakit!

R/ Sol H2O2 3% 5cc


S 2dd gtt X auric dex
--------------------------------- (paraf)
R/ Sol Ofloxacin fls No. I
S 2dd gtt II auric dex
--------------------------------- (paraf)

NB: Format atas bawah lihat lagi pembahasan awal ya. Yang di atas ini hanya
contoh isi resep.

Anda mungkin juga menyukai