Anda di halaman 1dari 10

Undang-undang No.

62 Tahun 1958
Materi Pokok
 Memperoleh Kewarganegaraan
 Kehilangan Kewarganegaraan

Memperoleh Kewarganegaraan
 Karena Kelahiran
 Karena Pengangkatan
 Karena Dikabulkannya Permohonannya
 Karena Pewarganegaraan
 Karena akibat Perkawinan
 Karena Turut Ayah Ibunya
 Karena Pernyataan

Undang-undang No.12 tahun 2006


Materi
 Siapa yang menjadi WNI
 Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan RI
 Kehilangan kewarganegaraan RI
 Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan RI
 Ketentuan pidana

Asas yang dianut, antara lain :


a) Asas Ius Soly adalah asas yang berlaku apabila anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah dimana kedua
orang tua menganut asas tempat kelahiran dan lahir di negara orang tua.
b) Asas Ius Sanguinis adalah asas yang berlaku apabila anak yang dilahirkan di suatu negara, orang tua menganut
asas sanguinis, dimana pun anak dilahirkan tetap berkewarganegaran sama dengan orang tuanya.
c) Asas Kewarganegaraan Tunggal adalah Asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang yang hanya
diperbolehkan memiliki satu kewarganegaraan.
d) Asas Kewarganegaraan Ganda

Perubahan UU No. 52 tahun 1958, ada pun pertimbangannya antara lain :


• Secara filosofis, masih mengandung ketentuan-ketentuan yang belum sejalan dengan falsafah Pancasila, antara
lain bersifat diskriminatif, kurang menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antar warga negara serta kurang
memberikan perlindungan perempuan dan anak-anak.
• Secara Yuridis, landasan konstitusional pembentukan UU tersebut adalah UUDS 1950 yang sudah tidak berlaku
lagi sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan kembali kepada UUD 1945. dalam perkembangannya UUD
1945 telah mengalami perubahan yang lebih menjamin perlindungan HAM dan hak warga negara.
• Secara Sosiologis, UU tersebut sudah tidak seluas lagi dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat
Indonesia yang menghendaki adanya persamaan perlakuan dan kedudukan warga negara di ahdapan hukum
seperti adanya kesetaraan gender.

Konsekuensi Yuridis Status Kewarganegaraan


Status kewarganegaraan seseorang akan memberikan konsekuensi yuridis bagi keberadaannya di dalam suatu
organisasi kekuasaan yang disebut negara. Konsekuensi tersebut meliputi bidang Hukum Perdata Internasional,
Hukum Kekeluargaan (Familie Recht), dan Hukum Publik. Maksud dari konsekuensi tersebut adalah :
1. Di bidang Hukum Perdata Internasional dikenal adanya asas nationaliteit prinsiple yang intinya menyatakan
bahwa status hukum seseorang warga negara dalam hak dan kewajiban melekat di manapun ia berada. Hal ini
berarti jika ditinaju dari aspek Huku Perdata Internasional, keberadaan Hukum Nasional dar suatu negara akan
tetap mempengaruhi sikap dan tidak seorang warga negara, walaupun ia berada di luar wilayah yurisdiksi negara
yang bersangkutan. Kendatipun demikian, penerapan asas nationaliteit prinsiples ini ternyata acap kali tidak mampu
untuk diterapkan dalam rangka untuk melakukan perlindungan dan penegakan hukum nasional bagi warga negara
yang berada di luar wilayah kedaulatan negara, manakala ada peristiwa hukum yang tidak memungkinkan hukum
nasional ikut terlibat di dalamnya. Hal ini disebabkan di dalam lingkup Hukum Perdata Internasional juga dikenal
prinsip domisili. Prinsip ini menghendaki bahwa status hukum mengenai hak dan kewajiban seseorang ditentukan
oleh hukum di mana ia berdomisili.
2. Di bidang Hukum Kekeluargaan (familie Recht). Status Kewarganegaraan seseorang akan membawa implikasi
adanya kepastian hukum mengenai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan masalah-masalah hubungan antara
anak dan orang tua, pewarisan, perwalian atau pengampuan. Dalam persoalan pewarisan fenomena hukum di
Indonesia sebagian besar masih menggariskan pada pemberlakuan Hukum Adat, yang terkadang tidak memenuhi
rasa keadilan dan tidak mencerminkan kesetaran gender, seperti dalam lingkup hukum waris adata yang sifatnya
dianggap diskriminatif bila ditinaju dari kedudukan anak laki-laki dan perempian atas hak waris. Namun demikian,
persoalan keadilan dan kesetaraan gender dalam bidang Hukum waris Adat tersebut tentunya tidak terkait dalam
persoalan hukum kewarganegaraan yang bakan disusun. Hal ini disebabkan, pada prinsipnya hukum
kewarganegaraan hanya dibentuk dan diimplementasikan dalam kaitannya dengan status seseorang bila
berhadapan dengan Negara.
3. Di bidang Hukum Publik menunjukan bahwa status kewarganegaraan seseorang merupakan bukti keanggotaan
mereka dalam suatu negara, sehingga negara wajib untuk melindunginya. Perlindungan tresebut berdimensi HAM
(Hak Asasi Manusia) dan KAM (Kewajiban Asasi Manusia). Dalam Hukum Publik, status kewarganegaraan
seseorang akan menimbulkan konsekuensi bahwa setiap orang yang disebut sebagai warga negara harus tunduk
dan patuh terhadap hukum-hukum negara sebagai manifestasi kehendak berasama dalam ikatan kontrak sosial
yang merupakan persyarat normatif terbentuknya negara.

Hukum Kewarganegaraan di Indonesia


Dalam sejarah perkembangannya, Pasal 26 UUD 1945 telah menimbulkan dua persoalan sosiologis yuridis di
bidang hukum kewarganegaraan, yaitu :
1. Pemahaman “ orang-orang bangsa Indonesia asli” menimbulkan penafsiran yang ambigu, yakni dapat dipahami
sebagai :
a) Orang-orang berikut keturunannya yaang btelah ada di Indonesia sejak Indonesia menyatakan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945; ataukah
b) Orang-orang sejak zaman peradaban Indonesia terbentuk sudah ada di bumi nusantara, termasuk dalam hal ini
adalah masuk golongan Phitercanthropus Paleo Javanicus ataupun Homo Soloensis yang fodilnya ditemukan di
Sangiran dan di sepanjang Bengawan Solo;ataukah
c) Orang-orang yang pada prinsipnya dianggapa cikal-bakal atau nenek moyang pembentuk Bangsa Indonesia,
yang berarti ditinjau dari aspek Rasnya;ataukah
d) Orang-orang yang dalam sejarah Bangsa Indonesia berasal dari Yunan Utara di daratan Cina serta pedagang
dari Gujarat.
2. Konsep Pasal 26 UUD 1945 (sebelum amandemen) menyiratkan adanya dua kelompok warga negara Indonesia,
yaitu warga negara kelompok Pribumi dan Non Pribumi yang pada akhirnya berakibat pada pembedaan perlakuan
bagi warga negara.

Di dalam memori penjelasan Pasal 1 UU No. 62 tahun 1958, antara lain ditegaskan bahwa warga negara adalah :
1. Mereka yang termasuk golongan penduduk orang-orang asli Indonsia.
2. Mereka yang termasuk golongan sub 1 yang lahir di wilayah Indonesia dan bertempat tinggal di Negeri Belanda
atau di luar wilayah kerajaan Belanda dan Republik Indonesia yang dewasa dalam 2 tahun sesudah 27-12-1949
tidak memilih kebangasaan Belanda;
3. Yang lahir di luar wilayah kerajaan Belanda dan bertempat tinggal di suriname atau Antilen Belanda yang dewasa
dalam 2 tahun sesudah 27-12-1949 tidak memilih kebangsaan Belanda;
4. Yang lahir di wilayah Kerajaan Belanda dan bertempat tinggal di Suriname atau Antilen yang dewasa dalam 2
tahun sesudah 27-12-1949 menyatakan memilih kebangsaan Indonesia;
5. Orang-orang dewasa keturunan Belanda di Indonesia sekurang-kurangnya enam bulan sebelum 27-12-1949
yang dalam waktu 2 tahun sesudah 27-12-1949 menyatakan memilih kebangsaan Indonesia.

Pada prinsipnya Negara Indonesia menggunakan asa Ius Sanguinis, tetapi untuk menghindari terjadinya apatride
bagi orang-orang yang ada di wilayah RI atau status kewarganegaraan tidak jelas maka asas ius soli dapat
dipergunakan apabila menyangkut :
1. Khususnya bagi anak-anaka yang dilahirkan di Indonesia;
2. Khususnya bagi anak-anak yang kedua orang tuanya belum diketahui;
3. Khususnya bagi anak-anak yang kedua orang tuanya tidak mempunyai kewarganegaraan, atau yang
kemungkinan juga anak tersebut belum mendapat kewarganegaran dari negara orang tuanya.

Permohonan pewarganegaran dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sbagai berikut :
1. telah berusia 18 tahun atau sudah kawin;
2. pada waktu mengajikan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara RI paling singkat 5 tahun
berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut;
3. sehat jasmani dan rohani;
4. dapat berbahsa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD RI 1945;
5. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 tahun atau
lebih;
6. jika dengan memperoleh kewarganegaraan RI, tidak menjadi bekewarganegaran ganda;
7. mempunyai pekerjaan atau penghasilan tetap;
8. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
KEWARGANEGARAAN

Oleh: Wahyu Ernaningsih, SH., M.Hum

Disadur dari buku Panduan Praktis M

endapatkan Kewarganegaraan oleh Asep Kurnia, 2012

Sejarah

Warga Negara adalah salah satu unsur hakiki dan unsur pokok dari suatu negara selain, pemimpin, wilayah dan pengakuan.

Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dan negaranya.

Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya. Demikian juga negara mempunyai kewajiban
memberikan perlindungan terhadap warga negaranya. Hal ini telah diatur dalam peraturan perundang-undangan mulai dari
UUD hingga peraturan lainnya.

Setelah diberlakukan selama 47 tahun UU No.62 Tahun 1958 mengalami perubahan pada tahun 1976. Revisi terutama
dilakukan terhadap Pasal 18 yang mengatur mengenai kehilangan kewarganegaraan karena tinggal di luar negeri selama 5
tahun berturut-turut dan tidak menyatakan diri untuk tetap menjadi WNI.

Dalam perkembangannya UU No.62 Tahun 1958 baik secara filosofis, yuridis dan sosiologis sudah tidak sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan RI.

Undang-undang No.62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan RI dirubah karena secara: (Asep Kurnia, 2012)

Filosofis; undang-undang ini masih mengandung ketentuan-ketentuan yang belum sejalan dengan falsafah Pancasila antara
lain, karena bersifat diskriminatif, kurang menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antar warga negara, serta kurang
memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak.

Yuridis; landasan konstitusional pembentukan UU ini adalah UUDS 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden 5 Juli
1959 yang menyatakan kembali ke UUD 1945. UUD 1945 sendiri dalam perkembangannya telah mengalami perubahan yang
lebih menjamin perlindungan terhadap HAM dan hak warga negara.

Sosiologis; UU ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat internasional dalam pergaulan global, yang menghendaki adanya persamaan perlakuan dan kedudukan warga
negara di hadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan gender (KKG)

Peraturan Perundang-undangan tentang Kewarganegaraan.

Undang-undang Dasar 1945

Undang-undang No.3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.

Undang-undang No.6 Tahun 1947 tentang Perubahan UU No. 3 Tahun 1946.

Undang-undang No.8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan
Kewarganegaraan Negara Indonesia.

Undang-undang No.11 Tahun 1948 tentang Memperpanjang Waktu Lagi untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan
Kewarganegaraan Indonesia.

Undang-undang No.62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan RI

Undang-undang No. 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU No.62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan RI

Undang-undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI.


Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan dan Memperoleh Kembali
Kewarganegaraan RI.

Asas-asas Kewarganegaraan.

Asas yang terdapat dalam UU No. 12 Tahun 2006 ada 2 yaitu asas umum dan asas khusus. Asas-asas ini tidak semata-mata
ditujukan hanya untuk WNI melainkan memuat pula asas untuk calon warga negara atau mereka yang akan menjadi WNI.

Asas Umum.

Untuk WNI; asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan, asas non-diskriminatif, asas pengakuan dan penghormatan
terhadap HAM, serta asas keterbukaan adalah asas keterbukaan adalah asas yang berlaku untuk WNI dan orang atau orang-
orang yang berkehendak menjadi WNI.

Untuk Orang atau orang-orang yang hendak menjadi WNI; asas kepentingan nasional, asas kebenaran substantif, asas
keterbukaan dan asas publisitas.

Ada 4 asas umum yang dianut UU No 12 Tahun 2006.

Asas Ius Sanguinis (law of the blood), adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan,
bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.

Asas Ius Soli (secara terbatas) (law of the soil), asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara
tempat kelahiran.

Asas Kewarganegaraan Tunggal, asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

Asas Kewarganegaraan Ganda terbatas, adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam UU ini.

Ada 8 Asas Khusus dalam Kewarganegaraan.

Kepentingan Nasional; adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan
nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan
tujuannya sendiri.

Perlindungan Maksimum; adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada
setia WNI dalam keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri.

Persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan; adalah asas yang menentukan bahwa setiap WNI mendapatkan perlakuan
yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.

Kebenaran Substantif; adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif, tapi juga disertai
substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

5. Non-Diskriminatif; adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender.

6. Pengakuan dan Penghormatan terhadap HAM; adalah asas yang dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara harus menjamin, melindungi dan memuliakan HAM pada umumnya dan hak warga negara pada khususnya.

7. Keterbukaan; adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus
dilakukan secara terbuka, termasuk batasan waktu penyelesaian permohonan pada setiap tingkatan proses.

8. Publisitas; asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan RI diumumkan
dalam Berita Negara RI agar masyarakat mengetahuinya.
Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara (Pasal 1 angka 2 UU No.12/2006)

Pewarganegaraan atau Naturalisasi adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan RI melalui
permohonan (Pasal 1 angka 3). Atau pewarganegaraan merupakan salah satu cara orang asing menjadi WNI.

Warga Negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara (Pasal 2)

WNI menurut Pasal 4 UU No.12 Tahun 2006 ada 13.

WNI menurut Pasal 4 UU No.12 Tahun 2006

WNI adalah setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan atau berdasarkan perjanjian Pemerintah RI
dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI.

WNI adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI.

WNI adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing.

WNI adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu WNI.

WNI adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ibu WNI, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau
hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.

WNI adalah anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan
ayahnya WNI

7. WNI adalah anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI.

8. WNI adalah anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah
WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau belum kawin.

9. WNI adalah anak yang lahir di wilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

10. WNI adalah anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah RI selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

11. WNI adalah anak yang lahir di wilayah negara RI apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak
diketahui keberadaannya.

12. WNI adalah anak yang dilahirkan di luar wilayah negara RI dari seorang ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan dari
negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada yang bersangkutan.

13. WNI adalah anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah
atau ibu meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

WNI menurut Pasal 5 UU N0.12 Tahun 2006.

Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun, atau belum kawin dan diakui secara sah oleh
ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai WNI.

Anak WNI yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan

WNI menurut Pasal 21 Ayat 1 dan 2 UU N0.12 Tahun 2006.


Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah negara RI, dari ayah atau ibu
yang memperoleh kewarganegaraan RI dengan sendirinya berkewarganegaraan RI

Anak WNA yang belum berusia 5 tahun yang diangkat secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI
memperoleh kewarganegaraan RI.

WNI menurut Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2007.

Pasal 48 Ayat (1): anak yang belum berusia 18 tahun, atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah negara RI,
dari ayah atau ibu yang memperoleh kembali kewarganegaraan RI berdasarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 Ayat (3), dengan sendirinya berkewarganegaraan RI

Pasal 53 Ayat (1): anak yang belum berusia 18 tahun, atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah RI, dari ayah
atau ibu yang memperoleh kembali kewarganegaraan RI berdasarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 Ayat
(3) dengan sendirinya berkewarganegaraan RI.

MACAM PEWARGANEGARAAN & TATA CARA MEMPEROLEHNYA.

Menjadi WNI dengan cara Pewarganegaraan; adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan RI
melalui permohonan (Pasal 1 angka 3 UU No.12 Tahun 2006). Pewarganegaraan atau Naturalisasi merupakan salah satu cara
orang asing menjadi WNI.

Dasar Hukum Proses Pewarganegaraan/Naturalisasi:

1. Pasal 8 UU No. 12 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa: “Kewarganegaraan RI dapat juga diperoleh melalui
pewarganegaraan”.

2. Pasal 2 sampai dengan Pasal 12 Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2007.

Menjadi WNI dengan cara Menyampaikan Pernyataan; bahwa WNA yang melakukan perkawinan secara sah dengan WNI
dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan
pejabat.

Menjadi WNI dengan cara Pendaftaran;

1. Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, d,

h dan l, serta Pasal 5.

2. WNI yang bertempat tinggal di luar wilayah negara RI selama 5

tahun atau lebih tidak melaporkan diri kepada perwakilan RI dan

telah kehilangan kewarganegaraan RI sebelum UU ini

diundangkan dapat memperoleh kembali kewarganegaraan dengan

mendaftarkan diri di Perwakilan RI dalam waktu paling lambat 3

tahun sejak UU ini diundangkan sepanjang tidak mengakibatkan

kewarganegaraan ganda (Pasal 42)


Menjadi WNI karena Pemberian Pemerintah RI; Orang asing yang telah berjasa kepada negara RI atau dengan alasan
kepentingan negara dapat diberi kewarganegaraan RI oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan DPRRI (Pasal 20).
Dalam hal ini mengandung makna bahwa Pemerintah RI melakukan inisiatif untuk memberikan kewarganegaraan RI.

Dengan Sendirinya menjadi WNI sesuai Ketentuan UU; diberikan kepada orang asing dengan ketentuan bahwa si penerima
adalah anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di Indonesia dimana ayah atau
ibunya memperoleh kewarganegaraan RI, maka dengan sendirinya anak tsb berkewarganegaraan RI (Pasal 21)

Memperoleh Kembali Kewarganegaraan RI

1. Permohonan kepada Presiden RI melalui Menteri; WNI yang kehilangan kewarganegaraannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf a sampai dengan huruf h UU No.12 Tahun 2006, dapat memperoleh kembali
kewarganegaraan RI dengan mengajukan permohonan kepada Presiden melalui Menteri.

2. Permohonan kepada Menteri; WNI yang kehilangan kewarganegaraan RI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf i,
Pasal 25 dan Pasal 26 ayat 1 dan 2 UU No.12 Tahun 2006 dapat memperoleh kembali kewarganegaraannya RI dengan
mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri tanpa prosedur seperti yang diatur dalam Pasal 9.

Memilih Menjadi WNI sebagai Akibat Kewarganegaraan Ganda Terbatas. (Asep Kurnia, 2012).

UU No 12 Tahun 2006 tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride), tetapi mengakui kewarganegaraan
ganda terbatas. Kewarganegaraan Ganda terbatas merupakan pengecualian yang bertujuan untuk memberikan perlindungan
terhadap kepentingan anak agar mereka tetap berada dalam asuhan kedua orangtuanya yang berlainan kewarganegaraan
tanpa memperlakukan anak-anak tersebut sebagai orang asing di negaranya sendiri.

UU ini membatasi waktu pendaftaran untuk memperoleh kewarganegaraan ganda terbatas selama 4 tahun sejak
diundangkannya UU No 12 Tahun 2006 pada tanggal 1 Agustus 2006.

Anak yang memperoleh kewarganegaraan terbatas, setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin, maka harus
menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. Pernyataan memilih salah satu kearganegaraan disampaikan dalam
waktu paling lama 3 tahun setelah anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin.

Anak yang berkewarganegaraan ganda wajib didaftarkan oleh orangtua atau walinya pada kantor imigrasi atau Perwakilan
Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal anak. Pendaftaran dimaksud agar anak yang berkewarganegaraan
ganda memperoleh fasilitas sebagai WNI. Dengan kata lain anak tersebut wajib memiliki izin keimigrasian.

Apabila permohonan belum mendapatkan keputusan dari Menteri sementara masa berlaku izin keimigrasiannya telah habis,
dapat diberikan penangguhan paling lama 90 hari oleh Kepala Kantor Imigrasi wilayah kerja tempat anak bertempat tinggal
dengan melampirkan bukti permohonan pendaftaran.

SAAT SUDAH MENJADI WNI

Orang asing yang memperoleh kewarganegaraan RI karena pewarganegaraan (naturalisasi) dan berjasa kepada negara RI atau
dengan alasan kepentingan negara, setelah memperoleh Surat Keputusan Presiden wajib mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.

Salinan SK Presiden dan berita acara pengucapan sumpat atau penyataan janji setia, menjadi bukti sah kewarganegaraan RI
dan berlaku efektif terhitung sejak tanggal permohonan mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia tersebut.

Kewajiban pengucapan sumpah dan janji setia diatur oleh Pasal 14 sampai 18 UU No.12 Tahun 2006 dan Pasal 7 sampai 10
dan Pasal 18 sampai Pasal 21 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2007.
Bila pelaksanaan sumpah dan janji setia selesai dilaksanakan sesuai prosedur, Menteri mengumumkan nama orang asing yang
diberi kewarganegaraan RI dalam Berita Negara RI. Pengumuman dilakukan setelah Berita Acara pengucapan sumpah dan
janji setia diterima oleh Menteri Hukum dan HAM.

Lafal Sumpah:

“Demi Allah/demi Tuhan YME, saya bersumpah melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui,
tunduk dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 dan akan membelanya
sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara kepada saya sebagai WNI dengan tulus dan
ikhlas”

Pernyataan Janji Setia:

“Saya berjanji melepas seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia kepada Negara Kesatuan
RI, Pancasila dan UUD Negara RI tahun 1945 dan akan membelanya sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban
negara kepada saya sebagai WNI dengan tulus ikhlas”.

SIFAT-SIFAT WARGA NEGARA

(COGAN & DERRIOT, 1988 DALAM MACHMUD M.RASYID: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TAHUN AJARAN 2008/2009)

KEMAMPUAN MENGENAL DAN MENDEKATI MASALAH SEBAGAI MASYARAKAT GLOBAL;

KEMAMPUAN BEKERJASAMA DENGAN ORANG LAIN DAN MEMIKUL TANGGUNG JAWAB ATAS PERAN ATAU KEWAJIBANNYA
DALAM MASYARAKAT;

KEMAMPUAN UNTUK MEMAHAMI, MENERIMA DAN MENGHORMATI PERBEDAAN-PERBEDAAN BUDAYA;

KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN SISTEMATIS;

KEMAMPUAN MENYELESAIKAN KONFLIK DENGAN CARA DAMAI TANPA KEKERASAN;

KEMAMPUAN MENGUBAH GAYA HIDUP DAN POLA MAKAN POKOK YANG SUDAH BIASA GUNA MELINDUNGI LINGKUNGAN;

g. MEMILIKI KEPEKAAN TERHADAP DAN MEMPERTAHAN-KAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) SEPERTI HAK-HAK PEREMPUAN,
MINORITAS, ETNIS DLL.

h. KEMAUAN DAN KEMAMPUAN BERPARTISIPASI DALAM KEHIDUPAN POLITIK PADA TINGKATAN PEMERINTAHAN LOKAL,
NASIONAL DAN INTERNASIONAL;

KEPEKAAN TENTANG PENGATURAN KEADILAN, YAITU TUNTUTAN PADA NEGARA UNTUK MEMPERHATIKAN DISTRIBUSI
KEMAKMURAN DAN REPRESENTASI POLITIK IDENTITAS; (ROCKY GERUNG, 2007)

j. AKTIF DALAM MEMELIHARA KEADILAN DAN STABILITAS POLITIK SEBAGAI KEWAJIBAN SOSIAL INDIVIDU UNTUK
MENGEMBANGKAN INDIVIDU DAN MEMELIHARA SOLIDARITAS SOSIAL GLOBAL.(ROCKY GERUNG, 2007)

ROCKY GERUNG (2007) MENGATAKAN BAHWA PEMAHAMAN TENTANG IDE DAN SIFAT WARGA NEGARA INI LEBIH
DITEKANKAN PADA “BAHASA POLITIK” BERSAMA UNTUK MENGATUR “CARA HIDUP BERSAMA” DALAM SEBUAH MASYARAKAT
MAJEMUK.

KAITANNYA DENGAN DEMOKRASI ADALAH KESEMPATAN CARA MENYELENGGARAKAN HIDUP BERSAMA DAN BUKAN
TENTANG UPAYA MENYAMAKAN TUJUAN HIDUP WARGA NEGARA.

KEWARGANEGARAAN ADALAH MULTIDIMENSI: (Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi, 2008)


DIMENSI PRIBADI; dimensi pribadi dari kewarga negaraan multi dimensi membutuhkan pengemba ngan satu kapasitas pribadi
dan komitmen untuk etika warga negara yang dikarakteristikkan oleh kebiasaan berfikir, perasaan dan tindakan secara
individu dan sosial.

SABAGAI WARGA NEGARA KITA HARUS MENINGKATKAN:

KAPASITAS UNTUK BERFIKIR SECARA KRITIS DAN SISTEMATIS;

PEMAHAMAN DAN KEPEKAAN KITA THD MASALAH PERBEDAAN BUDAYA;

PILIHAN TERHADAP PEMECAHAN DAN PENYELESAIAN MASALAH YANG BERTANGGUNG JAWAB, KOOPERATIF DAN TANPA
KEKERASAN; DAN

KEINGINAN UNTUK MELINDUNGI LINGKUNGAN, MEMBELA HAM DAN IKUT SERTA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT.

b. DIMENSI SOSIAL; KEWARGANEGARAAN MERUPAKAN AKTIVITAS SOSIAL DAN KETERLIBATAN SOSIAL. SIFAT-SIFAT PRIBADI
PERLU, NAMUN TIDAKLAH CUKUP UNTUK MENGHASILKAN WARGA NEGARA MULTIDIMENSI. MAKA WARGA NEGARA HARUS
MAMPU BEKERJA DAN BERINTERAKSI DENGAN ORANG LAIN DI DALAM BERBAGAI KEADAAN DAN KONTEKS. DISAMPING ITU
YANG PALING PENTING DALAM MASYARAKAT MULTI-KULTURAL ADALAH MENGHORMATI BUDAYA ORANG LAIN. BAHWA
“DIFFRENT CULTURES REPRESENT DIFFRENT SYSTEMS OF MEANING AND VISIONS OF THE GOOD LIFE”. MAKNANYA, TIDAK
ADA KEBUDAYAAN YANG LEBIH UNGGUL ATAU KURANG UNGGUL, KARENA SETIAP BUDAYA ITU UNIK (DISTINCTIVELY
UNIQUE) DAN MEMILIKI KEARIFANNYA SENDIRI (RELATIVITAS BUDAYA).

c. DIMENSI SPASIAL; WARGA NEGARA HARUS MAMPU HIDUP DAN BEKERJA PADA TINGKAT LOKAL HINGGA MULTI-NASIONAL,
KARENA INDIVIDU AKAN BERADA DALAM TATANAN LOKAL, REGIONAL, NASIONAL DAN MULTI-NASIONAL.

d. DIMENSI TEMPORAL; WARGA NEGARA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN MASA KINI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
(TINDAKAN) TIDAK HANYA MEMPERTIMBANGAN KONDISI TERKINI TETAPI JUGA KONDISI MASA LALU (SEJARAH) DAN MASA
YANG AKAN DATANG. HAL INI BERKAITAN DENGAN BANGSA INDONESIA YANG MULTI-KULTURAL, SEHINGGA SETIAP WARGA
NEGARA HARUS MEMILIKI KESADARAN MULTI-KULTURAL TERKAIT DENGAN MASA LALU DAN MASA YANG AKAN DATANG.

KEWARGANEGARAAN ADALAH MULTI DIMENSI.

DASIM BUDIMANSYAH & KARIM SURYADI (2008)

DIMENSI PRIBADI; WARGA NEGARA MEMPUNYAI KAPASITAS BERFIKIR SECARA KRITIS DAN SISTEMATIS, PAHAM DAN PEKA
TERHADAP MASALAH PERBEDAAN BUDAYA, MEMPUNYAI PILIHAN PEMECAHAN DAN PENYELESAIAN MASALAH YANG
BERTANGGUNGJAWAB, KOOPERATIF DAN TANPA KEKERASAN, MELINDUNGI LINGKUNGAN, MEMBELA HAM DAN IKUT SERTA
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT.

DIMENSI SOSIAL; KETERLIBATAN INDIVIDU DALAM URUSAN MASYARAKAT DAN KOMUNITASNYA BERUPA PEMIKIRAN,
PELAYANAN MASYARAKAT, TINDAKAN SOSIAL DAN PERTIMBANGAN.

DIMENSI SPASIAL; WARGA NEGARA (INDIVIDU) SEBAGAI ANGGOTA KOMUNITAS HARUS MAMPU BEKERJA DITINGKAT LOKAL,
REGIONAL, NASIONAL DAN MULTINASIONAL.

DIMENSI TEMPORAL; WARGA NEGARA HARUS DAPAT MENGHADAPI PERMASALAH BERKAITAN DENGAN PERKEMBANGAN
YANG TERJADI DALAM SETIAP LINGKUP KEHIDUPAN (PENGALAMAN MASA LAMPAU DIJADIKAN PERTIMBANGAN SECARA ARIF
UNTUK MEMUTUSKAN HAL-HAL YANG AKAN BERDAMPAK PADA MASA DEPAN.

Anda mungkin juga menyukai