Anda di halaman 1dari 2

1.

Berusaha Sendiri tanpa dibantul orang lain


Indonesia sebagai Negara berkembang yang sedang mengalami transisi ekonomi
berdampak pada semakin rendahnya penguasaan faktor-faktor produksi oleh kalangan
penduduk kelas bawah. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini yang ditujukan oleh
status pekerjaan utama berusaha sendiri yang secara persentase mengalami penurunan
dari 23,41 persen pada tahun 1998 kemudian menjadi 20,07 pada tahun 2009, dan 19,44
tahun 2010. Meskipun secara rill jumlah pekerja di sector ini masih cukup besar yaitu
21.046.007 (2009) dan 21.030.571 jiwa.
Jumlah pekerja laki-laki di sector ini tahun 2009 sebesar 10.112.879 jiwa,
sedangkan perempuan sebesar 10.933.128 jiwa untuk daerah perkotaan, sedangkan untuk
daerah pedesaan jumlah pekerja laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 13.761.401 jiwa
dibandingkan pekerja perempuan sebesar 7.284.606 jiwa pada tahun yang sama, begitu
juga pola dan trend untuk tahun 2010.
2. Berusaha dengan dibantu Anggota Rumah Tangga

Pada sektor status pekerjaan utama berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga
secara persentase dari 22,46 persen pada tahun 1998 menjadi 20,91 tahun 2009 dan 20,04 pada
tahun 2010. Secara rill jumlah status pekerja di sektor ini masih cukup besar berkisar sebesar
21.933.546 (2009) dan 21.681.991 (2010). Dilihat dari jenis kelamin status pekerja di sector ini
lebih tinggi pekerja perempuan dibanding pekerja laki-laki baik di kota maupun di desa.

3. Berusaha Dengan Dibantu Buruh tetap


Pada sektor status pekerjaan utama berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga
secara persentase dari 22,46 persen pada tahun 1998 menjadi 20,07 tahun 2009 dan 19,44
pada tahun 2010. Secara rill jumlah status pekerja di sektor ini masih cukup besar
berkisar sebesar 21.933.546 (2009) dan 21.681.991 (2010). Dilihat dari jenis kelamin
status pekerja di sector ini laki-laki lebih tinggi disbanding perempuan di sektor
perkotaan sebaliknya pekerja perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki untuk daerah
pedesaan.
4. Buruh/Karyawan
Jumlah penduduk Indonesia yang bekerja sebagai buruh/karyawan secara persentase
dalam satru dasawarsa ini menunjukkan kecenderungan menurun, yaitu dari 35,02 persen
pada tahun 1997 menjadi 27,76 persen pada tahun 2009 dan 30,05 persen pada tahun
2010. Namun secara rill mengalami peningkatan dari sebesar 29.114.041 jiwa tahun 2009
dan 32.521.517 jiwa tahun 2010 dengan didominasi oleh pekerja laki-laki untuk daerah
perkotaan sebagai indikasi rendahnya kepemilikan faktor produksi, keterampilan/skill
perorangan dan rendahnya kesempatan kerja yang ada serta adanya arus migrasi buruh
dari pedesaan sehingga untuk daerah pedesaan jumlah persentase buruh/karyawan lebih
rendah dari perkotaan, namun apabila dilihat dari jenis kelamin pekerja, maka baik
pekerja, maka baik pekerja laki-laki maupun perempuan memberikan kontribusi yang
tidak jauh berbeda.
5. Pekerja keluarga
Jumlah pekerja keluarga secara nasional menunjukkan kecenderungan menurun, hal ini
dapat dilihat pada tahun 1997 jumlah pekerja keluarga sebesar 19,59 persen (mulyadi,
2005) kemudian menjadi 5,61 persen atau 5.878.894 jiwa pada tahun 2009. Penurunan
secara persentase tersebut sebagai indikasi makin membaikknya ekonomi keluarga atau
diperolehnya lapangan pekerjaan lain yang semula berstatus pekerjaan informal beralih
menjadi formal.

Anda mungkin juga menyukai