Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prinsip pemisahan campuran yang melewati dua fase, yakni gas menjadi
fase cair dinamakan dengan proses destilasi. Perbedaan titik didih dan tekanan
uap membuat kedua campuran ini berpisah. Semakin tinggi tekanan uap maka
titik didih cairan tersebut semakin tinggi. Penguapan dipengaruhi oleh titik
cairan tersebut. Cairan yang memiliki titik didih teredah, maka lebih cepat untuk
mendidih.
Destilasi memiliki prinsip kerja utama dimana terjadi pemanasan dan salah
satu komponen campurannya akan menguap setelah mencapai titik didihnya,
yang paling dahulu menguap merupakan yang bersifat volatil atau mudah
menguap. Uap tersebut akan masuk ke dalam pipa pada kondensor (terjadi
proses pendinginan) sehingga terjadi tetesan yang turun ke Erlenmeyer yang
disebut juga destilat.
Destilasi umumnya bisa diaplikasi bila zat yang akan dipisahkan memiliki
perbedaan yang jauh. Pengguaan batu didih adalah untuk menghilangkan
gelembung pada saat pemanasan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pemisahan campuran ?
2. Bagaimana pembagian proses destilasi ?
3. Apa macam – macam proses destilasi ?
4. Apa definisi dari destilasi ?

1.3 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui :
1. Pengertian pemisahan campuran
2. Macam – macam proses destilasi
3. Pembagian proses destilasi
4. Penemu proses destilasi

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan
atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan
titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap,
dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan
pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.

2.2 Pemisahan Campuran


Pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen
yang tekandung didalamya. Jika komponen penyusun campuran berwujud
padat dan cair misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan.
Saringan ada bermacam-macam jenisnya, mulai yang berpori besar sampai
dengan yang sangat halus. Contohnya kertas saring dan selaput (membran)
semipermeabel. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan dari pelarut
(larutan). Selaput semipemeabel dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari
pelarutnya
Salah satu pemisahan campuran ialah distilasi. Distilasi merupakan
pemisahan campuran yang didasarkan oleh perbedaan titik didih. Dalam
mempelajari distilasi, kita harus lebih mengenal tentang tekanan uap, titik didih,
larutan lewat panas dan bumping dan diagram tekanan uap campuran dua
macam zat cair.

Gambar 2.2.1. Alat Destilasi Sederhana

Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang
terdiri dari thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu
penampung destilat. Thermometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu
uap zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung.
A. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
B. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir

HE sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi


sebagai tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi.
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat
pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi
sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah
keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran.
Pendingin yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa,
tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak
dengan air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih
sempurna. Penampung destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung
reaksi tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan
penangas, ataupun mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator.
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap
senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai
kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap.
Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan
sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih.
Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut
titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu
kamar akan mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan
uapnya rendah pada suhu kamar.
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama
dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih
volatile atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan
terkumpul dan di dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama
dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang
mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang
terkumpul akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam
campuran.
Salah satu pemisahan campuran ialah distilasi. Distilasi merupakan
pemisahan campuran yang didasarkan oleh perbedaan titik didih. Dalam
mempelajari distilasi, kita harus lebih mengenal tentang tekanan uap, titik didih,
larutan lewat panas dan bumping dan diagram tekanan uap campuran dua
macam zat cair.

A. Tekanan Uap
Tekanan Uap adalah suatu cairan yang ditambahkan oleh zat lain maka akan
berubah. Hal tersebut dijelaskan pada hukum Raoult, yaitu:
PA = XAPoA
PA = Tekanan uap Larutan
XA = Fraksi mol pelarut
PoA= Tekanan uap pelarut

B. Titik Didih
Titik didih adalah suhu dimana uap cairan sama dengan tekanan luar,
sehingga di dalam seluruh zat cair terjadi kecenderungan untuk berubah dari
fasa cair kefasa uap. Titik didih normal ialah titik didih zat cair yang di ukur
pada tekanan udara 1 atm. Titik didih cairan murni berbeda dengan titik didih
campuran, yang oleh Raoult di buatkan koreksi:
Δt = Kd . m
Δt = Kenaikan titik didih
Kd = Konstanta kenaikan titik didih yang bergantung pada pelarutnya
M = Molalitas zat terlarut

C. Larutan Lewat Panas dan “Bumping”


Pada proses mendidih, mula – mula akan terjadi gelembung uap yang kecil,
gelembung ini merupakan “benih” untuk terjadi gelembung uap yang lebih
besar. Kemudian naik ke permukaan cairan dan lepas keluar dari cairan
sehingga terbentuk uap. Jika proses pembentukan gelembung teratur maka akan
terjadi pendidihan yang teratur dan merata diseluruh bagian zat cair. namun jika
pembentukan “benih” terhambat, maka ketika zat cair dipanaskan suhu akan
meningkat dengan cepat melampaui titik didihnya dan benih gelembung belum
terjadi, suatu saat jika terbentuk gelembung uap maka gelembung ini akan
memiliki tekanan yang sangat besar, maka dengan cepat gelembung tadi
membesar, naik ke permukaan dan pecah dengan kuat. Peristiwa ini
menyebabkan pendidihan yang tidak teratur dimana cairan ikut memercik
dengan kuat karena pecahnya gelembung tersebut. Keadaan ini disebut
“Bumping”.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu ditambahkan zat anti bumping.
zat anti bumping ini ialah batu didih.

D. Diagram Tekanan Uap Campuran 2 Macam Zat Cair


Menurut hukum Raoult tekanan uap suatu senyawa sebanding dengan
jumlah mol senyawa yang terdapat dalam campuran. misalnya saja ada senyawa
A dan B.

Untuk tekanan parsial A :


PA=XAPoA
PA= Tekanan uap Larutan
XA= Fraksi mol pelarut
PoA= Tekanan uap pelarut
Sedangkan yang B :
PB=XBPoB
PB= Tekanan uap Larutan
XB= Fraksi mol pelarut
PoB= Tekanan uap pelarut

lalu kita akan membuat pula fraksi mol uap yang dirumuskan
XuA = Pa/(Pa+Pb)
untuk XuB sebaliknya

Persamaan - persamaan tersebutlah yang digunakan untuk membuat kurva


tekanan uap campuran dua zat cair yang ideal.
Ada beberapa yang lazim digunakan untuk memisahkan dan memurnikan
campuran dari pengotornya antara lain : ekstraksi, kristalisasi dan rekristalisasi,
kromatografi, destilasi.
A. Ekstraksi
Cara ini banyak digunakan dalam pemisahan dan didasarkan pada kelarutan
suatu zat dalam suatu zat pelarut dibandingkan dengan pelarut yang lain .
Kedalam suatu campuran ditambahkan pelarut yang mempunyai kemampuan
melarutkan lebih besar dalam melarutkan senyawa yang dinginkan , tetapi
pelarut ini tidak bercampur dengan pelarut sebelumnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju ekstraksi antara lain: tipe persiapan sampel, waktu
ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut. Ekstraksi dapat
dilakukan berulang-ulang untuk kesempurnaan ekstraksi. Kemudian pelarut
yang bersangkutan dipisahkan dengan destilasi. Ekstraksi dapat dilakukan
terhadap zat padat maupun zat cair.

B. Kristalisasi dan Rekristalisasi


Kristalisasi merupakan proses untuk mmperoleh padatan dari larutannya
melalui proses penguapan. Untuk lebih memurnikan padatan yang diperoleh
dapat dilakukan rekristalisasi dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Teknik
pemisahan dengan rekristalisasi berdasarkan perbedaan titik beku komponenya.
Perbedaan itu harus cukup besar dan sebaiknya komponen yang dipisahkan
berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu kamar. Contohnya garam dapat
dipisahkan dari air karena garam merupaan padatan. Air garam bila dipanaskan
perlahan dalam bejana terbuka, maka air akan menguap sedikit. Pemanasan
dihentikan saat larutan tepat jenuh. Jika dibiarkan akhirnya terbentuk kristal
garam secara perlahan-lahan.

C. Kromatografi
Kromatografi merupakan cara paling modern dalam pemisahan dan
pemurnian. Cara ini didasarkan pada perbedaan kemampuan fase gerak untuk
mmbawa zat larut dalam fase diam. Tiap-tiap zat larut mempunyai laju yang
berbeda dalam fase diam terhadap fase gerak yang sama. Pada kromatografi,
komponen-komponenya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam
dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase
gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah
tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah
larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Berdasarkan jenisnya
kromatografi dapat dibagi menjadi empat cara, yaitu kromatografi kolom,
kertas, lempeng tipis, dan gas. Kromatografi kolom adalah kromatografi yang
adsorbennya dimasukkan kedalam tabung kaca. Adsorben tersebut berupa
padatan dalam bentuk tepung. Setelah pemisahan, masing-masing komponen
terdapat di daerah tertentu dalam tabung. Kromatografi kertas adalah jenis
kromatografi yang menggunakan kertas sebagai adsorbennya dan zat cair
sebagai eluennya. Campuran komponen diteteskan pada kertas kromatografi
dengan pipet kecil kemudian kertas terus dicelupkan dengan hati-hati, sampai
garis yang dibuat sebelumya tidak terbenam. Kertas digantung supaya stabil dan
dibiarkan agar eluennya naik perlahan sambil membawa komponen yang
terdapat pada kertas. Akhirnya akan terlihat komponen yang terpisah satu sama
lain karena perbedaan daya serap kertas.

D. Destilasi
Destilasi adalah proses memisahkan dua atau lebih komponen cairan yang
mempunyai titik didih berbeda . Cara ini didasarkan pada perbedaan titik didih
komponen-komponennya,dimana komponen yang mempunyai titik didih lebih
rendah akan terpisah lebih dahulu. Destilasi sering digunakan dalam proses
isolasi komponen, pemekatan larutan, dan juga pemurnian komponen cair. Jika
campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan
menguap atau terpisah lebih dahulu. Misalnya untuk memisahkan dan
memurnikan etanol dari air digunakan destilasi, dimana etanol mempunyai titik
didih 780C akan menguap dam mengembun setelah mengalami pendinginan.

2.3 Pembagian Proses Destilasi


2.3.1. Pembagian Destilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu :
 Destilasi kontinyu
 Destilasi batch
2.3.2. Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menjadi tiga, yaitu :
 Destilasi atmosferi
 Destilasi vakum
 Destilasi tekanan
2.3.3. Berdasarkan komponen penyusunnya terbagi menjadi dua, yaitu :
 Destilasi system biner
 Destilasi system multi komponen
2.3.4. Berdasarkan system operasinya terbagi menjadi dua, yaitu :
 Single-stage Destillation
 Multi stage Destillation

2.4 Macam – macam Proses Destilasi


2.4.1. Destilasi sederhana
Destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didih
nya rendah, atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau miniyak. Proses ini
dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu
hasilnya ditampung dalam suatu wadah, namun hasilnya tidak benar-benar
murni atau bias dikatakan tidak murni karena hanya bersifat memisahkan zat
cair yang titik didih rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak.
Destilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang tercemar
oleh zat padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar, sehingga
zat pencemar/pengotor akan tertinggal sebagai residu. Destilasi ini digunakan
untuk memisahkan campuran cair-cair, misalnya air-alkohol, air-aseton, dll.
Alat yang digunakan dalam proses destilasi ini antara lain, labu destilasi,
penangas, termometer, pendingin/kondensor leibig, konektor/klem, statif,
adaptor, penampung, pembakar, kaki tiga dan kasa.

2.4.2. Destilasi bertingkat (fraksionasi)


Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan destilasi ke dalam bagian-
bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya pemisahan
bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat
merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya
berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan
titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini
bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang
komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil. Destilasi
ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra
klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi
yang dipasang pada labu destilasi. Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah
untuk memisahkan uap campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir
sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya penghalang dalam kolom
fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-sama
menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga
akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik
didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa
tersebut akan menetes kembali ke dalam labu destilasi, yang akhirnya jika
pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik didihnya. Senyawa
tersebut akan menguap, mengembun dan turun/menetes sebagai destilat.
Proses ini digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang
berdekatan. Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja
memiliki kondensor yang lebih banya sehingga mampu memisahkan dua
komponen yang memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini
akan didapatkan substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor
yang banyak.

2.4.3. Destilasi azeotrop


Distilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop
(campuran campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya
dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop
tsb, atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Azeotrop merupakan campuran
2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak
bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop
dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan
fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling
mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut
dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :

Gambar 2.4.3.1. Distilasi fraksional campuran ideal liquid

Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi
sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya
dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian
didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan,
didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop,
proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap.
Pada gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara
kurva saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal
putus-putus Etanol dan air membentuk azeotrop pada komposisi 95.6%-massa
etanol pada keadaan standar.

2.4.4. Destilasi vakum (destilasi tekanan rendah)


Destilasi ini digunakan untu zat yang tak tahan suhu tinggi atau bias rusak
pada pemansan yang tinggi. Sehingga dengan menurunan tekanan maka titik
didih juga akan menurun, maka destilasi yang tadinya harus dilakukan pada
suhu tinggi tetap dapat dilakukan pada suhu rendah dengan menurunkan
tekanan.

2.4.5. Refluks/ destrusi


Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam –macam destilasi
walau pada prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat
reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang
ada. Dimana pada umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah “lambat”
maka campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan
menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar
campuran tersebut reaksinya dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap
jumlahnya tetap reaksinya dilakukan secara refluks.
Fungsi refluks, adalah memperbesar L/V di enriching section, sehingga
mengurangi jumlah equibrium stage yang diperlukan untuk product quality
yang ditentukan, atau, dengan jumlah stage yang sama, akan menghasilkan
product quality yang lebih baik dengan menggandakan kontak kembali antara
cairan dan uap agar panas yang digunakan efisien. Refluks/destruksi ini bisa
dimasukkan dalam macam-macam destilasi walau pada prinsipnya agak
berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan jalan
pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana pada
umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah lambat maka campuran reaksi
perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan
baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut reaksinya
dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya dilakukan
secara refluks.

2.4.6. Destilasi uap


Untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik
didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik
didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan
(rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi
sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi
uap.
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi
campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara
mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap
berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan
pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat
destilasi uap).
Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut,
karena titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-
komponennya.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad
pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh
tingginya permintaan akan spritus. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815)
yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang
dapat terbakar, ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia
yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik
penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dimana zat yang mempunyai titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu,kemudian uap tadi akan mengalami
proses pendinginan pada kondensor. Didalam kondensor akan terjadi proses
perubahan fasa, uap akan berubah menjadi fasa cair yang akan mengalir keluar
sebagai distilat.
Pada dasarnya hampir semua campuran dapat dipisahkan. Metode
pemisahan campuran yang dapat dijadikan dasar pemisahan campuran
bergantung pada sifat fisika dari partikel-partikel penyusun campuran tersebut.
Sifat fisika yang dapat dijadikan dasar pemisahan campuran adalah ukuran
partikel, titik didih partikel, dan kelarutan. Dalam pemisahan campuran,
terdapat beberapa jenis proses, yaitu melalui Filtrasi, Kristalisasi, Destilasi,
Sublimasi, Kromatografi, dan Ekstrasi.
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR RUJUKAN

G. Bernasconi, H. Gerester, H. Hauser. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2, alih


bahasa Handojo L. PT Pradnya Paramita: Jakarta.
Pudjanarsa A, Nursuhud D. 2006. Mesin Konversi Energi. ANDI Yogyakarta:
Yogyakarta.
Universitas negeri malang. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah edisi 2017.
Universitas Negeri Malang: Malang.

Anda mungkin juga menyukai