Cover
Cover
Oleh:
Wilda Iqrima
112170073
Konsulen :
dr. Defa Rahmatun Nisaa Sp.A M.Kes
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas referat ini. Bersama ini
saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
A. Sistem Respirasi
1. Anatomi sistem repirasi dibagi menjadi 4 komponen, yaitu1:
a. Saluran nafas sebagai tempat masuknya udara luar ke dalam tubuh
manusia.
b. Alveoli, kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dan
karbondioksida di dalam paru-paru.
c. Komponen neuromuskular.
d. Komponen pembuluh darah : arteri, kapiler dan vena.
Sistem pernafasan dibagi menjadi dua, yaitu saluran nafas atas dan
saluran nafas bawah. Saluran nafas atas terdiri dari hidung, mulut, faring
dan laring. Bagian bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus dan
berakhir di alveoli.1
3. Airway Orofaringeal
Airway oral (OPA) disisipkan kedalam mulut dibalik lidah. Teknik
yang dipilih adalah dengan menggunakan spatula lidah untuk menekan
lidah dan menyisipkan airway tersebut kebelakang. Alat ini tidak boleh
mendorong lidah kebelakang yang justru akan mengganggu airway.
Teknik lain adalah dengan menyisipkan airway oral secara terbalik
(upside-down), sehingga bagian yang cekung mengarah ke kranial,
sampai daerah palatum molle. Pada titik ini alat diputar 180 drajat,
bagian cekung mengarah ke kaudal, alat diselipkan ke tempatnya diatas
lidah. Cara ini tidak boleh dilakukan pada anak-anak, karena rotasi alat
ini dapat mencederai mulut dan faring. Alat bantu jalan napas ini hanya
digunakan pada pasien yang tidak sadar bila angkat kepala angkat dagu
tidak berhasil mempertahan jalan nafas ata terbuka. Alat ini tidak boleh
digunakan pada pasien sadar atau setengah sadar karena dapat
menyebabkan batuk dan muntah. Jadi pada pasien yang masih ada
refleks batuk atau muntah tidak diindikasikan untuk pemasangan OPA.3
Hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan OPA3:
a. Bila OPA yang dipilih terlalu besar dapat menyumbat laring dan
menyebabkan trauma pada struktur laring.
b. Bila OPA terlalu kecil atau tidak dimasukan dengan tepat dapat
menekan dasar lidah dari belakang dan menyumbat jalan nafas.
c. Masukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya trauma
jaringan lunak pada bibir dan lidah.
4. Airway Nasofaringeal
Airway nasofaringeal disisipkan pada salah satu lubang hidung dan
dilewatkan dengan hati-hati ke orofaring posterior. Pada penderita yang
msih memberikan respon airway nasofaringeal lebih disukai dibanding
airway orofaringeal karena lebih bisa diterima dan lebih kecil
kemungkinannya merangsang muntah. Alat tersebut sebaiknya dilumasi
baik-baik, kemudian disisipkan ke lubang hidung yang tampak tidak
tertutup. Bila hambatan dirasakan selama pemasangan airway, hentikan
dan coba melalui lubang hidung satunya. Bila ujung dari pipa nasofaring
bisa tampak di orofaring posterior, alat ini dapat menjadi sarana yang
aman untuk pemasangan pipa nasogastrik pada penderita dengan patah
tulang wajah. Alat bantu jalan nafas nasofaring dapat digunakan pada
pasien yang sadar atau setengah sadar, atau pasien yang masih
mempunyai refleks batuk dan muntah. Alat ini berbentuk pipa dari
plastik yang lembut dan tidak berbalon yang berfungsi sebagai jalan
aliran udara antara lubang hidung dan faring. Indikasi lain pengguanaan
NPA adalah bila ditemui kesulitan pada penggunaan OPA seperti adanya
trauma disekitar mulut atau trismus.2
Gambar 3. Nasofaringeal
5. Multilumen esophageal airway device
Alat ini dipakai oleh paramedik di Rumah Sakit sebagai alternatif
pemasangan airway definitif. Satu cabang akan berhubungan dengan
esofagus, satu cabang lainnya akan berhubungan dengan jalan nafas.
Petugas yang memasang alat ini sudah terlatih untuk menentukan cabang
yang mana yang akan berhubungan dengan trakhea dan mana yang
berhubungan dengan esofagus. Cabang yang berhubungan dengan
esofagus akan ditutup dan cabang yang berhubungan trakea akan
dilakukan ventilasi. Pemakaian detektor CO2 akan meningkatkan akurasi
pemasangan alat ini. Bila penderita terpasang alat ini, maka setelah
penilaian penderita, alat ini harus dibuka dan diganti dengan airway
definitif.
2. Advanced Trauma Life Supports for Doctor. Ikatan Ahli Bedah Indonesia;
2004.