Laporan Hewani Udangkaleng
Laporan Hewani Udangkaleng
Richard Alexander W., Teresa Sitanggang, Anika Yanuar, Maria Feronica, Dwi Wibawa Budianta
Abstrak
Udang adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai maupun laut atau danau. Udang yang
termasuk kelas Crustacea diketahui berasosiasi dengan baik terhadap ekosistem, Secara umum, Prinsip pengalengan
adalah mengepak/mengemas bahan pangan dalam suatu wadah gelas atau kaleng yang dapat ditutup sehingga udara
tidak dapat masuk. Setelah ditutup, kemudian dipanaskan pada suhu yang cukup untuk mematikan mikroorganisme
pembusuk atau patogen, kemudian didinginkan dengan cepat untuk mencegah terjadinya overcooking serta untuk
menghindarkan aktifnya kembali bakteri tahan panas. Perlakuan dengan bumbu bali dan bumbu kecap pada
pengalengan udang dapat menghasilkan warna dan flavor yang berbeda, sehingga memberikan sifat organoleptik
yang berbeda juga. Dari hasil pengujian % Overlap pada control 74,57%; pada bumbu kecap hari ke-3 59,7%; bumbu
kecap hari ke-7 56,32%; pada bumbu bali hari ke-3 57,48%; pada bumbu bali hari ke-7 54,36%.
1
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, B : 2: 2018 (Pengalengan)
udang Pendidihan
Exhausting, 45’
Pengadukan
Sealing (setelah cooling)
Penyajian
Sterilisasi 1200C
Gambar 3. Pembuatan Bumbu Kecap
Penyimpanan (0,3,7 hari)
Formulasi Bumbu:
Tabel 1. Formulasi Bumbu Udang Kaleng
Pengujian Bumbu Bumbu
Bahan
Bali kecap
Udang (g) 400 400
% Overlap, produk (tekstur, pH, warna), Tomat (buah) 1 -
kenampakan fisik, organoleptik (0 dan 7 Kemiri (butir) 2 -
hari) Bawang putih 2 2
(butir)
Bawang merah 4 7
Gambar 1. Diagram alir Pembuatan Udang (butir)
Kaleng Bombay (butir) - ½
2
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, B : 2: 2018 (Pengalengan)
3
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, B : 2: 2018 (Pengalengan)
durasi sealing tiap praktikan dapat berbeda. cukup rendah akan dapat menghambat aktivitas
Karena proses sealing dilakukan secara semi- mikroba perusak (Puspitasari, 2012). Tetapi
automatis, maka faktor human error tetap tidak selamanya udang itu akan bertekstur
berpotensi. Pada praktikum pengalengan ini, seperti awalnya karena setiap bahan pangan
setting alat dibuat sama dan perbedaan memiliki masa kadaluarsa berbeda-beda
cara/metode pengalengan dibuat sekecil walaupun disimpan dalam pendingin. Apabila
mungkin, sehingga tidak ditemukan perbedaan penyimpanan udang dalam kaleng ini
yang signifikan dari hasil overlap. diteruskan, mungkin ada masanya udang
tersebut akan mengalami penurunan mutu
Tekstur dengan ditandai pelunakan jaringan udang.
Bahan pangan terutama produk ikan
atau daging akan mengalami pelunakan seiring pH (Keasaman)
lamanya penyimpanan. Menurut Sipayung et Mutu pangan tergantung dari kadar gizi
al.,(2015), pelunakan tersebut disebabkan oleh dan sifat organoleptik pangan tersebut.
enzim calpains yang dapat melunakkan bahan Kandungan gizi berhubungan dengan kadar air,
pangan dalam kondisi pH rendah dan lemak, dan protein, sedangkan sifat
penyimpanan dingin yang membuat bahan organoleptik berhubungan dengan warna,
pangan tidak dapat lagi mengikat air. Pelunakan tekstur, dan cita rasa. Hasil pengujian pH dapat
juga dapat terjadi apabila suatu bahan pangan dilihat pada tabel pengamatan berikut:
direndam dalam larutan yang dapat Tabel 4. Hasil Pengujian pH Pengalengan Udang
melunakkan jaringan bahan pangan tersebut, Hari Perlakuan pH
misalnya dalam larutan gula.
Hasil pengujian tekstur udang dengan 3 Bumbu bali 6,05
perbedaan bumbu dapat dilihat pada tabel
Bumbu kecap 6,08
pengamatan berikut: 7 Bumbu bali 5,86
Tabel 3. Hasil Pengujian Tekstur Pengalengan
Bumbu kecap 5,91
Udang
Tekstur (mm/5detik) Rata- Pada hasil di atas, kedua bumbu
Hari Perlakuan
I II III rata memiliki pH kurang dari 7 untuk hari ke-3 dan
Bumbu bali 0,04 0,27 0,29 0,20 ke-7. Pada hari ke-7, pH keduanya semakin
3
Bumbu kecap 0,24 0,10 0,17 0,17 turun. Hal tersebut karena terdapat mikroba
Bumbu bali 0,12 0,07 0,14 0,11 kontaminan yang ada di dalam kaleng tersebut.
7
Bumbu kecap 0,11 0,09 0,05 0,08 Mikroba tersebut mungkin adalah mikroba yang
tahan panas walaupun sudah disterilisasi
Pada data di atas, udang dengan bumbu seperti bakteri termofil dan mesofil. Hal kedua
berbeda memiliki tekstur yang semakin keras adalah mungkin pada saat preparasi bahan, alat
seiring lamanya penyimpanan. Seharusnya yang digunakan kurang bersih sehingga memicu
semakin lama penyimpanan, maka tekstur pertumbuhan mikroba perusak.
udang akan semakin lunak. Hal tersebut Hal ketiga adalah kadar air bahan
dikarenakan pemasakan udang yang tidak pangan (udang) yang memiliki kadar air cukup
overcook sehingga tekstur udang masih dapat tinggi sehingga merupakan media yang baik
dipertahankan selama penyimpanan walaupun untuk pertumbuhan mikroba perusak. Keempat
tanpa bahan pengawet. Kemudian peletakkan adalah tidak digunakan bahan pengawet
udang dalam kaleng pada refrigerator yang sehingga udang yang telah dibumbui akan lebih
dapat menghambat aktivitas mikroba sehingga cepat turun mutunya walaupun dilakukan
tekstur awal dapat dipertahankan selama pengalengan.
penyimpanan, sehingga dapat membantu dalam Menurut Nurhikmat et.al (2015),
mempertahankan tekstur. beberapa hal yang menyebabkan kerusakan
Di dalam refrigerator, kualitas udang makanan dalam kaleng adalah suhu yang tidak
dapat dipertahankan selama beberapa waktu cukup dingin setelah proses sterilisasi yang
seperti pada data di atas bahwa tekstur udang akan memberikan kesempatan mikroba
masih dapat dipertahankan. Pada suhu yang
4
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, B : 2: 2018 (Pengalengan)
5
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, B : 2: 2018 (Pengalengan)
faktor utama yang mempengaruhi penilaian produk yang diuji cukup berbeda dan faktor
adalah preferensi panelis. kesukaan panelis yang menentukan hasil akhir.
Pengaruh bumbu pada udang yang
Rasa dikalengkan tidak menunjukkan adanya beda
Sama halnya dengan parameter warna, nyata pada uji overlap. Hal ini terjadi karena
hasil pengujian panelis untuk parameter rasa kondisi kaleng yang diuji sudah mengalami
juga tidak menunjukkan adanya beda nyata. exhausting dan dilakukan dengan setting alat
Hasil pengujian lanjutan dengan ANAVA (data yang sama.
terlampir) juga menunjukkan tidak adanya beda
nyata dari hasil penilaian panelis. Hal ini Daftar Pustaka
dipengaruhi kondisi bahan selama penyimpanan
Nurhikmat, A., B. Suratmo, N. Bintoro dan S.
adalah pada suhu ruang, sehingga rasa yang
Sentana. 2015. Perubahan Mutu Gudeg
dihasilkan kurang sedap dan cenderung
Kaleng “Bu Tjiro” Selama Penyimpanan. J.
berminyak akibat perbedaan berat jenis dalam
Agritech. 35(3):353-357.
larutan bumbu.
Pratiwi, A.R. 2004. Aspek Mikrobiologi Produk
Perbedaan kesukaan atas rasa secara
Makanan Kaleng, Makalah Pribadi
keseluruhan sulit dilakukan karena
Falsafah Sains, Institut Pertanian Bogor.
karakteristik rasa kedua sampel uji berbeda,
Puspitasari, S. 2012. Pengawetan Suhu Rendah
dimana sampel Bali memiliki rasa pedas dan
Pada Ikan dan Daging, Makalah Ilmu
sampel Kecap memiliki rasa manis. Proses
Teknologi Pangan, Universitas
pemanasan akan menyebabkan denaturasi
Diponegoro, Semarang.
protein dan menyebabkan larutan bumbu lebih
Sipayung, B.S., W.F. Ma’ruf dan E.N. Dewi. 2015.
mudah terserap kedalam daging udang. Selain
Pengaruh Senyawa Bioaktif Buah
itu, pengujian yang dilakukan bersifat subjektif,
Mangrove Avicennia marina terhadap
dimana sampel yang sudah ditiriskan, digigit
Tingkat Oksidasi Fillet Ikan NIla Merah O.
dan dikunyah, kemudian diurutkan berdasarkan
niloticus Selama Penyimpanan Dingin. J.
kesukaan terhadap rasa yang disukai. Adanya
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
panelis yang tidak menyukai rasa manis
Perikanan. 4(2):115-123.
menyebabkan dominasi kesukaan pada sampel
Susanto, T. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil
Bali.
Pertanian. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum ini,
didapatkan hasil % Overlap pada control
74,57%; pada bumbu kecap hari ke-3 59,7%;
bumbu kecap hari ke-7 56,32%; pada bumbu
bali hari ke-3 57,48%; pada bumbu bali hari ke-
7 54,36%. Pada kedua bumbu memiliki pH 6,05
(bumbu bali); 6,08 (bumbu kecap) untuk hari
ke-3 dan 5,86 (bumbu bali); 5,91(bumbu kecap)
hari ke-7. Sedangkan pada hasil tekstur rata-
rata didapatkan hari ke-3 bumbu bali 0,20
mm/5s dan bumbu kecap 0,17 mm/5s; pada
hari ke-7 bumbu bali didapatkan hasil 0,11
mm/5s dan bumbu kecap 0,08 mm/5s.Untuk
pengamatan kenampakan kaleng, didapatkan
kaleng dengan kondisi baik dan tidak
kembung. Sedangkan dari hasil uji organoleptik,
pengaruh bumbu pada udang yang dikalengkan
tidak menunjukkan adanya beda nyata pada uji
organoleptik. Hal ini terjadi akibat karakteristik
6
Seri Teknologi Pengolahan Hasil Hewani, B : 2: 2018 (Pengalengan)
Lampiran
3.0
Rasa
2.8
2.6
2.4
2.2
2.0
Kecap Bali
Perlakuan
3.0
Rasa
2.8
2.6
2.4
2.2
2.0
Kecap Bali
Perlakuan