Anda di halaman 1dari 64

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
TYPHOID DENGAN KETIDAKBERDAYAAN DI RUANG
GAYATRI RUMAH SAKIT MARZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

YUYUN YUSNIPAH
1006823671

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
TYPHOID DENGAN KETIDAKBERDAYAAN DI RUANG
GAYATRI RUMAH SAKIT MARZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ners

YUYUN YUSNIPAH
1006823671

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013
Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Penulisan karya imiah akhir ners ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Ners Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
(2) Ibu Dr. Mustikasari, Skp. MARS, selaku ketua koordinator Program Profesi
Keperawatan Peminatan Jiwa
(3) Ibu Yossie Susanti Eka Putri, SKp., MN., selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan karya ilmiah ini.
(4) Bapak I Ketut Sudiatmika, M.kep. Sp.Kep.Jiwa , selaku dosen pembimbing
lahan praktek di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor yang telah memberi
masukan pada penulis untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.
(5) Teman sejawat di Ruang Gayatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor yang
telah banyak membantu dalam pelaksanaan karya ilmiah ini.
(6) Suami tercinta Anung Widi Armunanto dan kedua mutiara hatiku Najwa
Mumtaz Kanaya & Khalida Azizah Ulya yang telah memberikan cinta, doa,
dan semangat dalam setiap langkah perjalanan hidupku.
(7) Teman-teman khususnya yang tergabung dalam peminatan jiwa yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
(8) Semua pihak yang telah membantu penulisan karya ilmiah ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaaat bagi kita semua.
Depok, Juli 2013
Penulis

iv

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Yuyun Yusnipah


Program Studi : Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawataan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan pada Pasien Typhoid dengan
Ketidakberdayaan di Ruang Gayatri Rumah Sakit Marzoeki
Mahdi Bogor

Masyarakat perkotaan banyak mengalami masalah kesehatan baik fisik maupun


psikososial. Perubahan gaya hidup, polusi, dan sanitasi lingkungan yang buruk
menimbulkan masalah kesehatan salah satunya penyakit typhoid. Typhoid
merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi dan sering
terjadi kambuh sehingga merupakan penyakit kronis. Salah satu respon
psikososial yang muncul akibat penyakit kronis adalah ketidakberdayaan. Karya
ilmiah ini menggambarkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan yang diberikan
pada Ny. S dengan masalah fisik Typhoid. Karya ilmiah ini mengindikasikan
pentingnya penerapan asuhan keperawatan psikososial untuk menunjang
kesembuhan dan kesehatan fisik pasien.

Kata kunci:
Typhoid, ketidakberdayaan, asuhan keperawatan psikososial

ABSTRACT

Name : Yuyun Yusnipah


Study Program : Ners Profession Program Faculty of Nursing
Universitas Indonesia
Title : Analysis of Urban Nursing Clinical Practice in Patients with
Typhoid and Helplessness in Gayatri Ward Hospital
Marzoeki Mahdi Bogor

Many urban communities experiencing health problems both physical and


psychosocial. Lifestyle changes, pollution, and poor environmental sanitation
cause health problems one of which typhoid disease. Typhoid is a systemic
disease caused by Salmonella typhi and frequent recurrence that is a chronic
disease. One of the emerging psychosocial response was helplessness. This paper
describes the nursing care given to Mrs.S with powerlessness and typhoid as
physical problems. This scientific work indicates the importance of the
application of psychosocial nursing care to support healing and physical health of
the patient.

Key words: typhoid, helplessness, psychosocial nursing care

vi

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN ORISINALITAS ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Aplikatif ........................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Keilmuan ..................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Metodologi .................................................................... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7


2.1 Typhoid .............................................................................................. 7
2.2 Ketidakberdayaan ............................................................................. 11
2.2.1 Definisi .................................................................................. 11
2.2.2 Batasan Karakteristik ............................................................. 11
2.2.4 Tindakan Keperawatan ketidakberdayaan ............................. 12
2.3 Gangguan Citra Tubuh......................................................................14

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ....................................... 16


3.1 Pengkajian ........................................................................................ 16
3.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 17
3.3 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 18
3.4 Implementasi Keperawatan ............................................................... 18
3.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 19
3.6 Rencana Tindak Lanjut ..................................................................... 20

4.ANALISA SITUASI .............................................................................. 22


4.1 Profile Ruangan ................................................................................ 22
4.2 Analisa Masalah Keperawatan ........................................................ 23
4.3 Analisa Intervensi keperawatan ........................................................ 27
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ......................................................... 31

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 33


7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 33
7.2 Saran ................................................................................................. 34

DAFTAR REFERENSI ............................................................................ 35

vii

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Asuhan Keperawatan Pasien Kelolaan

viii

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses globalisasi menimbulkan percepatan komunikasi dan informasi
diberbagai belahan dunia yang memberikan dampak terhadap perubahan nilai-
nilai sosial dan budaya, terutama di perkotaan. Masyarakat di perkotaan
dengan berbagai permasalahannya sangat rentan terhadap masalah kesehatan
baik fisik mupun psikososial seperti penyakit fisik, stres, ansietas, dan konflik-
konflik psikososial lainnya.

Banyak hal yang menimbulkan masalah kesehatan di perkotaan semakin


meningkat, salah satunya karena meningkatnya jumlah penduduk di
perkotaan akibat dari urbanisasi. Urbanisasi bahkan telah menjadi salah satu
masalah kesehatan utama di dunia pada abad 21. Organisasi Kesehatan Dunia
atau World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030, 6
dari 10 orang akan menjadi penghuni daerah perkotaan, dan akan meningkat
menjadi 7 dari 10 orang di tahun 2050. Untuk Indonesia, pada tahun 2009,
lebih dari 43 % penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan, dan
menurut prediksi pada tahun 2025 lebih dari 60% populasi akan tinggal di
pusat kota (Depkes, 2010).

Dirjen P2PL mengatakan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya


masalah kesehatan di daerah perkotaan adalah polusi (air dan udara), stress,
kualitas makanan yang tidak sehat, lingkungan pemukiman dan transportasi
yang tidak sehat, dampak rokok, obat-obat terlarang, dan sebagainya (Depkes,
2010). Beberapa penyakit yang timbul di daerah perkotaan seperti penyakit
stroke, diabetes melitus, kecelakaan, penyakit saluran pencernaan, penyakit
saluran pernapasan, obesitas, dan gangguan perilaku (Maria, 2013). Hal ini
dimungkinkan karena adanya perubahan gaya hidup, polusi, dan sanitasi
lingkungan yang buruk sehingga timbul penyakit-penyakit tersebut.

Universitas Indonesia

1
Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013
2

Sedangkan stressor yang tinggi di perkotaan memungkinkan terjadinya


masalah psikososial pada masyarakat perkotaan.

Salah satu penyakit saluran pencernaan yang terjadi pada masyarakat


perkotaan akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, peningkatan
urbanisasi, rendahnya kualitas pelayanan kesehatan, kurangnya suplai air,
buruknya sanitasi, yaitu typhoid. Typhoid adalah penyakit infeksi akut
dengan demam yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa (Brusch,
2010). Penyakit ini terutama menyerang saluran pencernaan. Di Indonesia,
demam tifoid lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah “penyakit tifus”.

Demam typhoid masih merupakan masalah kesehatan dunia terutama di


negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian penyakit ini mencapai 13-
17 juta kasus di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000
jiwa per tahun. Besarnya angka kasus demam typhoid di dunia ini sangat
sukar di tentukan sebab penyakit ini di kenal mempunyai gejala dengan
spektrum klinisnya sangat luas. Di perkirakan angka kejadian dari
150/100.000/tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000/tahun di Asia.
Sebagian besar kasus (80%) ditemukan di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia. Di Indonesia (daerah endemis) di laporkan antara 3
sampai 19 tahun mencapai 91% kasus (WHO,2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase


penduduk yang terjangkit demam tifoid dibandingkan dengan seluruh
penduduk (prevalensi) di Indonesia sebesar 1,6% . Dua belas provinsi
mempunyai prevalensi di atas angka nasional, yaitu Provinsi NAD,
Bengkulu, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawasi Selatan, Gorontalo, Papua
Barat, dan Papua.

Individu yang terinfeksi kuman tifoid akan memperoleh kekebalan , tetapi


bisa juga menjadi carrier kronis. Meskipun kesehatannya tampak baik,
tubuhnya dapat mengandung bakteri dan menularkannya kepada orang lain,
sehingga sering terjadi relapse pada penyakit ini (Weller, 2005). Perubahan

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


3

dari sehat ke sakit biasanya berawal dengan gejala yang umumnya disertai
rasa tidak nyaman, kehilangan kekuatan dan stamina, dan penurunan
kemampuan untuk berfungsi. Tujuan hidup, keluarga, pekerjaan dan
penghasilan, mobilitas, citra tubuh, dan gaya hidup pun akan berubah secara
drastis (Smeltzer & Bare, 2002). Perubahan yang dialami dapat berkembang
menjadi krisis-krisis fisik dan psikososial yang akan mempengaruhi keluarga,
sahabat, dan lingkungan sekitar. Penelitian oleh Hardwood et al (2005)
menyatakan bahwa selain mengalami gejala fisik, ,masalah psikososial,
masalah finansial, dan kurangnya informasi menjadi stressor bagi diri pasien
itu sendiri dan memberikan dampak bagi anggota keluarga seperti perubahan
fungsi peran.

Salah satu masalah psikososial yang timbul dari respon individu terhadap
penyakit yaitu ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan adalah pengalaman
tentang kurangnya kontrol seseorang terhadap situasi termasuk persepsi
bahwa sesuatu tidak akan bermakna mampu mempengaruhi terhadap hasil
yang ingin dicapai (NANDA, 2012). Seseorang yang mengalami
ketidakberdayaan kehilangan kontrol terhadap kejadian dalam hidupnya dan
merasa segala sesuatu tidak bermakna bagi dirinya.

Prevalensi typhoid di Indonesia adalah 1,6 %. Insiden typhoid bervariasi di


tiap daerah dan biasanya terkait dengan buruknya sanitasi lingkungan. Di
Jawa Barat insiden typhoid adalah 157 kasus per 100.000 penduduk
(Riskesdas, 2007). Bogor merupakan salah satu kota besar di Jawa Barat.
Sebagai daerah yang berbatasan dengan ibu kota, banyak penduduk kota
Bogor yang bekerja di Jakarta. Hal itu mempengaruhi pola kehidupan mereka
sehari-hari. Kesibukan bekerja membuat perubahan dalam gaya hidup
termasuk kebiasaan makan tanpa memperhatikan hygiene dan kebersihannya.
Hal ini mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan yang berkaitan dengan
pencernaan khususnya penyakit tiphoid. Menurut dinas kesehatan kota Bogor
selama tahun 2009 ditemukan 4831 kasus demam typhoid di Bogor, dengan
kasus tertinggi di kecamatan Bogor Utara. Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
Bogor terletak di pusat kota Bogor. Salah satu ruangan rawat inap di Rumah

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


4

Sakit Marzoeki Mahdi Bogor yang merawat pasien dengan penyakit dalam
dan bedah yaitu ruang gayatri. Pada bulan Mei 2013 terdapat 4 dari 100
pasien mengalami kasus typhoid di ruang Gayatri (sumber laporan indikator
mutu ruang gayatri, 2013). Penyakit typhoid yang sering kambuh
menyebabkan penyakit ini menjadi penyakit kronis untuk individu tertentu
sehingga respon dari penyakit kronis sering menimbulkan masalah
psikososial. Beberapa reaksi emosional dan psikososial yang biasa dialami
oleh pasien dan keluarganya adalah ansietas, kemarahan, berduka, malu,
hilang harapan, depresi, tidak berdaya, iri, dan kesepian ( Smeltzer & Bare,
2002). Perubahan yang dialami saat sakit dapat berkembang menjadi krisis
psikososial yang akan mempengaruhi keluarga, sahabat, dan lingkungan
sekitar. Adanya kesenjangan keadaan kesehatan dan keamanan yang dialami
masyarakat perkotaan memerlukan penerapan asuhan keperawatan kesehatan
khususnya masalah psikososial yang sesuai untuk masyarakat perkotaan.

1.2 Rumusan Masalah


Ketika seorang pasien menderita sakit fisik, permasalahan psikososial seperti
ansietas, kemarahan, berduka, tidak berdaya, malu, hilang harapan, dan
kesepian sering muncul atau bahkan menjadi dasar terjadinya masalah fisik
tersebut. Dampaknya sangat berpengarauh terhadap perkembangan sakit
fisiknya. Ruang Gayatri sebagai ruang perawatan fisik juga tidak luput dari
permasalahan diatas. Asuhan keperawatan psikososial sangat diperlukan untuk
mendukung kesembuhan masalah fisiknya. Oleh karena itu mahasiswa
mencoba merumuskan bagaimana pelaksanaan asuhan ketidakberdayaan pada
pasien Ny. S dengan tiphoid di ruang Gayatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
Bogor.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum:
Tujuan mahasiswa menuliskan karya ilmiah akhir ini adalah untuk
menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


5

dengan ketidakberdayaan di Ruang Gayatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi


Bogor.
1.3.2 Tujuan khusus:
1.3.2.1 Memberikan gambaran proses pengkajian terhadap pasien dengan masalah
psikososial ketidakberdayaan di ruang Gayatri RS Marzoeki Mahdi
Bogor.
1.3.2.2 Memberikan gambaran penetapan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan masalah psikososial ketidakberdayaan di ruang Gayatri RS
Marzoeki Mahdi Bogor.
1.3.3.3 Memberikan gambaran intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien
dengan masalah psikososial ketidakberdayaan di ruang Gayatri RS
Marzoeki Mahdi Bogor.
1.3.3.4 Memberikan gambaran implementasi yang diberikan pada pasien dengan
masalah psikososial ketidakberdayaan di ruang gayatri RS Marzoeki
Mahdi Bogor.
1.3.3.5 Memberikan gambaran evaluasi yang dilakukan mahasiswa terhadap
klien dengan masalah psikososial ketidakberdayaan di ruang Gayatri RS
Marzoeki Mahdi Bogor.
1.3.3.6 Memberikan gambaran adanya kesesuaian ataupun kesenjangan antara
hasil asuhan yang diberikan dibandingkan dengan teori serta penelitian-
penelitian sebelumnya.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat aplikatif
1.4.1.1 Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
psikososial ketidakberdayaan di ruang Gayatri Rumah Sakit Marzoeki
Mahdi Bogor.
1.4.1.2 Hasil karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sesama perawat
di ruang Gayatri dalam meningkatkan pengetahuannya merawat pasien
dengan masalah psikososial ketidakberdayaan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


6

1.4.2 Manfaat Keilmuan


Hasil karya ilmiah akhir ini dapat dijadikan data dasar untuk pengembangan
ilmu keperawatan jiwa terkait dengan asuhan keperawatan klien dengan
masalah psikososial ketidakberdayaan.
1.4.3 Manfaat Metodologi
Laporan kasus ini ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi karya
ilmiah atau penelitian-penelitian selanjutnya, sehingga menghasilkan hasil
karya yang lebih berkualitas khususnya yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan klien dengan masalah psikososial ketidakberdayaan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan berbagai teori dan penelitian terkait typhoid. Juga
akan dipaparkan konsep terkait masalah psikososial akibat dari penyakit fisik
khususnya ketidakberdayaan sebagai acuan tentang pentingnya proses
keperawatan masalah psikososial bagi pasien dengan penyakit fisik.

2.1 Typhoid
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi multisistemik yang di sebabkan
oleh Salmonella Typhi (Brusch, 2012). Salmonella typhi masuk melalui mulut,
biasanya bersama makanan dan minuman yang terkontaminasi. Salmonella typhi
yang termakan mencapai usus halus dan masuk ke saluran getah bening lalu ke
aliran darah. Kemudian bakteri dibawa oleh darah menuju berbagai organ,
termasuk usus. Saat bakteri masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian
bakteri mati oleh asam lambung dan sebagian bakteri masuk ke usus halus.
Setelah berhasil melewati usus halus, bakteri masuk ke kelenjar getah bening, ke
pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (bakteriemia) (Brusch, 2012).

Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-
12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, lidah kotor, gangguan saluran pencernaan.
(Ranjan L, dkk, 2001). Gejala demam typhoid sering kali muncul setelah 1
sampai 3 minggu terpapar mulai dari tingkat sedang hingga parah. Gejala yang
dapat menyertai demam tifoid adalah malaise, pusing, batuk, nyeri tenggorokan,
nyeri perut, konstipasi, diare, myalgia, hingga delirium dan penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya lidah kotor (tampak putih di
bagian tengah dan kemerahan di tepi dan ujung), hepatomegali, splenomegali,
distensi abdominal, tenderness, bradikardia relatif, hingga ruam makulopapular
berwarna merah muda, berdiameter 2-3 mm yang disebut dengan rose spot
(Brusch, 2012).

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


8

Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Didaerah endemik transmisi
terjadi melalui air ataupun makanan yang tercemar. Makanan yang tercemar oleh
carrier merupakan sumber penularan yang paling sering di daerah nonendemik.
Carrier adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus
mengekskresi S.typhi dalam feses dan urin selama lebih dari satu tahun
(Soewondo, 2002).

Secara umum untuk memperkecil kemungkinan tercemar (Salmonella Typhoid)


maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang
mereka konsumsi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yuanita dan Akbar
(2010) menyebutkan bahwa faktor utama penyebab timbulnya tiphoid adalah
tempat penampungan air minum. Faktor lainnya yang mempengaruhi
terjangkitnya demam typhoid antara lain tempat penampungan air limbah, kualitas
fisik air minum, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, tempat
pembuangan sampah, status sosial ekonomi, dan kurangnya penyuluhan
kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa sanitasi yang buruk dan perilaku hidup
yang tidak sehat ikut mempengaruhi terjadinya penyakit tiphoid.

Individu yang terinfeksi kuman tifoid akan memperoleh kekebalan , tetapi bisa
juga menjadi carrier kronis. Meskipun kesehatannya tampak baik, tubuhnya dapat
mengandung bakteri dan menularkannya kepada orang lain, sehingga sering
terjadi relapse pada penyakit ini (Weller, 2005). Typhoid yang terjadi berulang
akan menjadi suatu penyakit kronis yang menimbulkan berbagai respon baik fisik
maupun psikososial.

Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya
menghasilkan kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung
dalam waktu yang pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer
tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut.
Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan
timbulnya relaps (Ranjan, et al 2001).

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


9

Respon seseorang terhadap penyakit memang berbeda-beda. Banyak perasaan


yang mengganggu ditimbulkan akibat penyakit akut dan kronis serta pengobatan
yang dibutuhkan. Beberapa reaksi emosional yang biasanya dialami oleh pasien
dan keluarganya adalah ansietas, kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang
harapan, cinta, depresi, tidak berdaya, iri, dan kesepian. Bagaimana mereka
mengalami dan mengekspresikannya tergantung pada kepribadian dasar pasien,
persepsi terhadap situasi, dan besarnya dukungan dari orang lain (Smeltzer &
Bare, 2002).

Kesehatan fisik dapat mempengaruhi cara individu dalam berespon terhadap stres
atau gangguan psikososial. Semakin sehat individu, semakin baik kopingnya
terhadap stres atau penyakit. Status nutrisi yang buruk, kurang tidur, atau penyakit
fisik kronis dapat menghambat kemampuan individu melakukan koping
(Videback, 2008). Ketika seseorang mengalami sakit fisik, maka akan banyak
terjadi perubahan fungsi yang dapat menyebabkan munculnya masalah
psikososial. Klien dengan penyakit fisik sumber stressor utama adalah respon
klien pada aspek bio-psiko-sosio-sosial dan spiritual. Dalam hal ini perawat harus
lebih tanggap menangani masalah psikososial agar pola koping klien dalam
menyelesaikan masalah lebih adekuat. Perubahan dari sehat ke sakit biasanya
berawal dengan gejala yang umumnya disertai rasa tidak nyaman, kehilangan
kekuatan dan stamina, dan penurunan kemampuan untuk berfungsi. Tujuan hidup,
keluarga, pekerjaan dan penghasilan, mobilitas, citra tubuh, dan gaya hidup pun
akan berubah secara drastis (Brunner & Suddarth, 2002). Perubahan yang dialami
dapat berkembang menjadi krisis-krisis yang akan mempengaruhi keluarga,
sahabat, dan lingkungan sekitar.

Menurut Potter & Perry (2005) setiap klien akan berespon unik terhadap kondisi
sakit yang dialaminya. Reaksi perilaku dan emosi individu terhadap penyakit
berbeda-beda bergantung pada asal penyakit, sikap klien dalam menghadapi
penyakit tersebut, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan
berbagai variabel dari perilaku sakit. Penyakit yang berat, terutama yang dapat

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


10

mengancam kehidupan, dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang


lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarik diri. Hal tersebut
merupakan respon umum yang disebabkan oleh sakit. Oleh karena itu perawat
perlu mengembangkan berbagai intervensi untuk membantu klien dan keluarga
mengatasi stesor dengan koping yang adaptif.

Penyakit dapat merupakan salah satu stresor bagi seseorang. Stresor adalah faktor
biologis, psikologis, sosial, dan kimiawi yang dapat menyebabkan tekanan fisik
ataupun emosi dan dapat menjadi faktor penyebab munculnya suatu penyakit
tertentu (Towsend, 2009). Penelitian oleh Hardwood et al (2005) menyatakan
bahwa selain mengalami gejala fisik, masalah psikososial, masalah finansial, dan
kurangnya informasi menjadi stressor bagi diri pasien itu sendiri dan memberikan
dampak bagi anggota keluarga seperti perubahan fungsi peran dari anggota
keluarga.

Masalah fisik maupun psikososial dapat muncul pada saat pasien dirawat di
rumah sakit terutama pasien yang mengalami penyakit kronis salah satunya yaitu
typhoid. Typhoid yang sering kambuh menyebabkan seseorang lebih banyak
ditempat tidur sehingga peran dan fungsinya terganggu. Hal ini didukung oleh
penelitian Livneh & Antonak (2005) mengatakan bahwa seseorang yang
menderita penyakit kronis dan keterbatasan fisik sering mengalami masalah fisik,
psikologis, finansial, edukasi dan terutama berkaitan dengan kualitas hidup
mereka. Respon psikososial yang sering muncul antara lain stres, berduka dan
kehilangan, gangguan dalam konsep diri, gangguan citra tubuh, dan penurunan
kualitas hidup. Mereka berdua memberikan gambaran empat strategi psikososial
yang dapat diterapkan untuk konseling orang dengan penyakit kronis dan
keterbatasan fisik. Pertama adalah membantu klien untuk mengeksplorasi
perasaan dan makna tentang penyakitnya, kedua memberikan informasi medis
yang relevan tentang penyakitnya, ketiga melibatkan dukungan keluarga dan
orang terdekat, dan terakhir mengajarkan tentang koping yang adaptif. Akhirnya
peneliti menyarankan kepada konselor untuk menerapkan pendekatan

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


11

komprehensif yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan


sosial klien dengan penyakit kronis dan keterbatan fisik.

2.2 Ketidakberdayaan
2.2.1 Pengertian
Kondisi sakit dapat menimbulkan masalah psikososial salah satunya adalah
ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan adalah pengalaman tentang kurangnya
kontrol seseorang terhadap situasi termasuk persepsi bahwa sesuatu tidak akan
bermakna mampu mempengaruhi terhadap hasil yang ingin dicapai (NANDA,
2012). Ketidakberdayaan secara nyata berkaitan dengan hilangnya power,
kapasitas dan autoritas yang dimiliki oleh klien penyakit kronis dalam
mempersepsikan tindakan yang diharapkan (Lubkin & Larsen, 2006). Carpenito
(2008) menyatakan bahwa ketidakberdayaan merupakan kondisi seseorang atau
kelompok yang merasa kurang kontrol atas kejadian atau pribadi atau situasi yang
memberi dampak pada pandangan, tujuan, dan gaya hidup. Berdasarkan beberapa
definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan merupakan
kondisi dimana seseorang kehilangan kontrol terhadap situasi tertentu dan
menganggap tidak ada sesuatu yang bermakna yang dapat mengubah kondisi
tersebut.
Menurut ranjan et,al (2001) disebutkan bahwa penyakit typhoid sering mengalami
kambuh sehingga digolongkan menjadi penyakit kronis. Salah satu respon
psikososial dari penyakit kronis adalah ketidakberdayaan. Pasien merasa tidak
mampu mengontrol keadaan yang diakibatkan oleh kondisi sakitnya yang kronis
sehingga beresiko terjadinya masalah ketidakberdayaan.

2.2.2 Batasan Karakteristik


National Association Nursing Diagnoses of American (NANDA, 2012),
mendeskripsikan batasan karakteristik menjadi tiga bagian, yaitu
ketidakberdayaan ringan, sedang dan berat . Karakteristik ketidakberdayaan
ringan antara lain mengekspresi ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi,
pasif. Karakteristik ketidakberdayaan sedang antara lain marah, ketergantungan
pada orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, tidak melakukan praktik

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


12

perawatan diri ketika ditantang, tidak memantau kemajuan, ekpresi ketidakpuasan


terhadap ketidakmampuan melakukan aktifitas sebelumnya, ekspresi keraguan
tentang melakukan tugas sebelumnya, ekspresi keraguan tentang penampilan
peran, ekspresi frustrasi terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas
sebelumnya, ekspresi frustrasi terhadap ketidakmampuan melakukan tugas
sebelumnya, takut dijauhkan dari pemberi asuhan, rasa bersalah, ketidakmampuan
mencari informasi tentang asuhan, pasif, enggan mengungkapkan. Karakteristik
ketidakberdayaan berat antara lain apatis, depresi terhadap kondisi buruk secara
fisik, menyatakan tidak memiliki kendali misalnya terhadap perawatan diri, situasi
dan hasil.

Respon seseorang terhadap ketidakberdayaan akan sangat tergantung bagaimana


seseorang menilai stressor dan bagaimana menyelesaikan stressor tersebut. Ketika
seseorang dihadapkan pada suatu kondisi dimana individu tidak dapat mengontrol
kondisi tersebut akan berakibat timbulnya masalah ketidakberdayaan.

2.2.3 Tindakan Keperawatan


Tindakan keperawatan untuk klien ketidakberdayaan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan psikososial yang dikembangkan oleh program magister
keperawatan jiwa bekerja sama dengan Rumah Sakit Marzoeki Mahdi terdiri dari
dua strategi pelaksanaan. Intervensi pertama untuk pasien yaitu pengkajian
ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif. Kedua, evaluasi ketidakberdayaan,
manfaat mengembangkan harapan positif (afirmasi) dan latihan mengontrol
perasaan ketidakberdayaan. Sedangkan intervensi untuk keluarga yaitu penjelasan
kondisi pasien dan cara merawat serta evaluasi peran keluarga merawat pasien,
cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up (FIK UI-
RSMM, 2012).

Tindakan keperawatan generalis yaitu melakukan pengkajian, melatih berpikir


positif dan latihan mengontrol ketidakberdayaan diketahui efektif untuk mengatasi
masalah ketidakberdayaan. Hal ini diungkapkan oleh Kanine, Helena, Nuraini,
Putri, Kristyaningsih, (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh terapi

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


13

generalis terhadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus terhadap 70


responden diketahui perbedaan nilai rata-rata respon ketidakberdayaan klien DM
pada kelompok kontrol setelah diberikan terapi generalis sebesar 5,63. Hasil uji
statistik dengan paired t-test menghasilkan menunjukkan bahwa p value sebesar
0.01 atau lebih kecil dari nilai α 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
penurunan secara signifikan nilai rata-rata respon ketidakberdayaan pada klien
DM setelah diberikan terapi generalis. Peneliti menyebutkan terapi generalis
terbukti menurunkan respon ketidakberdayaan pada klien DM dan
direkomendasikan untuk diterapkan sebagai terapi perawatan dalam merawat
klien DM dengan respon ketidakberdayaan.

Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada


ketidakberdayaan adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji masalah
ketidakberdayaannya. Dalam melakkan pendekatan perawat menggunakan
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang
menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien (Potter & perry, 2005).
Komunikasi terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan
perawat. Komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam mengatasi
masalah pasien. Komunikasi terapeutik merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari proses keperawatan. Sejak tahap pengkajian sampai evaluasi diperlukan
komunikasi terapeutik agar tujuan dan pesan dapat diterima oleh pasien.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi ketidakberdayaan berikutnya adalah


dengan cara menanamkan pasien untuk berpikir positif dan mengembangkan
harapan positif dalam hidupnya. Macleod & Moore (2000) menyebutkan bahwa
berpikir positif penting untuk mengatasi gangguan psikologis khususnya dalam
pemulihan dan kesembuhan dari depresi. Sedangkan Sagestorm & Sephton
(2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa berpikir positif memiliki efek
yang kuat pada tubuh khususnya meningkatkan imunitas tubuh. Sagestorm dan
Sephton menemukan bahwa orang-orang yang optimis, berpikir positif dalam
hidup mereka menunjukkan respon kekebalan yang lebih kuat daripada mereka
yang memiliki pandangan yang negatif terhadap situasi dalam hidupnya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


14

Mayo clinic (2011) dalam penelitiannya melaporkan sejumlah manfaat kesehatan


yang berhubungan dengan berpikir positif dan bersikap optimis antara lain
penurunan risiko kematian akibat masalah kardiovaskular, depresi berkurang, dan
usia harapan hidup meningkat. Naseem dan Khalid (2010) dalam penelitiannya
menjelaskan tentang peranan dari berpikir positif dalam mereduksi stress, dan
sebagai strategi koping yang efektif bagi seseorang. Oleh karena itu banyak sekali
manfaat dari berpikir positif untuk kesehatan fisik dan mental seseorang.

Dalam melakukan tindakan keperawatan perawat juga harus memperhatikan


faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terhadap ketidakberdayaan. Standmark
(2004, dalam Ackley & Ladwig, 2008), mengidentifikasi beberapa masalah aktual
yang esensial terkait dengan ketidakberdayaan antara lain perubahan citra diri
karena ketidakmampuan dan keterbatasan pada norma-norma sosial dan
penderitaan emosional terkait dengan perasaan apatis dan perasaan negatif sebagai
ancaman terhadap diri sendiri. Gangguan citra tubuh dapat muncul sebagai respon
dari perasaan negatif yang tertanam dalam pola pikir individu akibat kondisi
ketidakberdayaannya.

2.3 Gangguan Citra Tubuh


Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal
maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada
tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).
Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan
memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan menigkatkan harga diri. Persepsi
dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara
dinamis. Persepsi orang lain dilingkungan pasien terhadap tubuh pasien turut
mempengaruhi penerimaan pasien pada dirinya (Keliat, 1998).

Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara
sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


15

tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap
individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya.

Pada pasien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat
mungkin terjadi. Stresor pada tiap perubahan adalah perubahan ukuran tubuh, berat
badan yang turun akibat penyakit, perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti
operasi dan suntikan daerah pemasangan infuse. Gangguan citra tubuh adalah konfusi
dalam gambaran mental fisik diri individu (NANDA, 2009).

Individu yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa tersembunyi atau tidak
kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah secara signifikan
dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit. Beberapa
individu boleh juga menyatakan perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, dan
kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat merusak terhadap
dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh diri. (Kozier, 2004).
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan
mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam
citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan
penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota
keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya
(Kozier, 2004).

Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat dan
menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada
tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan (NANDA, 2009). Tujuan tindakan keperawatan bagi
pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling
percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,
mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya,
menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan
sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan
integritas diri (Keliat, 1998).

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Dalam bab ini mahasiswa akan menyajikan hasil pengkajian fisik dan
psikososial serta masalah keperawatan yang dialaminya. Mahasiswa akan
menyajikan dalam bentuk deskriptif untuk menggambarkan bagaimana
pengkajian, penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan yang diberikan pada klien.

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 7-8 Mei 2013. Pasien adalah Ny. S
berusia 36 tahun. Klien dibawa ke Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor
dengan keluhan sudah 10 hari demam turun naik, demam terutama dirasakan
sore menjelang malam. Selain demam, klien juga mengeluh nyeri perut, mual
dan tidak nafsu makan. Keluhan utama klien saat ini adalah nyeri perut dan
mual. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, didaerah perut
sebelah kanan menjalar ke sebelah kiri. Nyeri semakin terasa saat perut
ditekan. Sejak di rumah sakit sudah tidak demam. Klien mempunyai riwayat
penyakit typhoid dan dalam 3 tahun terakhir (sejak tahun 2011 sampai
dengan sekarang) sudah 4 kali dirawat dengan diagnosa typhoid, terakhir
rawat di ruang Antasena pada bulan Maret 2013.

Selain itu klien pernah dirawat di RS sebanyak 12 kali karena mengalami 8 x


keguguran, dan 4 x melahirkan dengan operasi sesar. Pada kehamilan ke 6
klien didiagnosa terinfeksi toksoplasma. Akhirnya klien berhasil melahirkan
dan mempunyai anak pada kehamilan ke 10 dan ke 11, namun anak
pertamanya positif terinfeksi toksoplasma dan mengalami keterlambatan
pertumbuhan. Klien berjenis kelamin perempuan . Bagian tubuh yang paling
disukai oleh klien adalah hidungnya yang mancung. Klien tidak menyukai
badannya yang menurut klien gemuk. Klien merasa tersinggung jika ada yang
bertanya tentang berat badannya. Peran klien sebagai ibu dari 2 anaknya. Saat
klien sakit perannya digantikan oleh orangtuanya. Klien juga berperan

Universitas Indonesia
16

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


17

sebagai guru dari murid-muridnya di PAUD. Klien mengharapkan bisa


menjadi ibu yang baik untuk kedua anaknya dan dapat menjadi guru yang
baik bagi muridnya. Klien mengatakan sedih merasa dirinya tidak dapat
melakukan apa-apa karena akhir-akhir ini klien sering sakit

Menurut klien orang yang berarti dalam kehidupan klien adalah suami dan
anak-anaknya. Di lingkungan sekitar rumah klien jarang bergaul dengan
tetangga dan lebih banyak di rumah karena semenjak menikah suaminya
melarang untuk bergaul ataupun berkunjung ke rumah tetangga. Baru 2 tahun
ini suaminya mengizinkan klien untuk mengajar di PAUD dua hari dalam
seminggu dan melanjutkan kuliah ke S1 PAUD karena kuliahnya hanya sabtu
dan minggu. Klien mengatakan senang karena mempunyai teman sesama
guru PAUD dan teman kuliah. Dalam berhubungan dengan orang lain
terutama dengan teman sesama guru di PAUD tidak mengalami kesulitan,
hanya saja menurut klien jika terdapat konflik dengan teman ataupun
keluarga terutama konflik dengan suami klien lebih baik diam dan akhirnya
menangis.

Klien berpenampilan rapi, berkerudung, memakai baju sesuai ukurannya.


Saat berbicara klien tampak tenang, terkadang tampak sedih saat
menceritakan masa lalunya yang menurut klien sangat menyedihkan dan
sempat membuat klien depresi ketika klien berkali-kali mengalami
keguguran. Klien tidak mengalami ganguan memori. Klien dapat
menceritakan kejadian masa lalunya dan kejadian yang baru saja terjadi.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian diatas mahasiswa merumuskan masalah keperawatan


psikososial yang dialami klien Ny. S antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakberdayaan
2. Gangguan citra tubuh

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


18

3.3 Intervensi Keperawatan

Dx 1. Ketidakberdayaan

Untuk mengatasi masalah keperawatan mahasiswa melakukan beberapa


intervensi. Diagnosa keperawatan yang pertama yaitu ketidakberdayaan.
Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa dilakukan
berdasarkan pedoman standar asuhan keperawatan pada pasien
keridakberdayaan yaitu melakukan pengkajian ketidakberdayaan dan latihan
berpikir positif, serta evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan
harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan (FIK UI,
RSMM, 2012). Intervensi lengkap dapat dilihat di lampiran.

Dx 2 Gangguan citra tubuh


Intervensi yang diberikan mahasiswa berdasarkan standar asuhan
keperawatan gangguan citra tubuh yaitu melakukan pengkajian dan persepsi
pasien tentang citra tubuhbya, serta membantu pasien latihan
meningkatakan citra tubuhnya. Intervensi lengkap dapat dilihat di lampiran.

3.4 Implementasi Keperawatan


Dx 1 Ketidakberdayaan
Implementasi dilakukan selama 7 hari. Tahap awal interaksi mahasiswa
melakukan pendekatan terapeutik untuk membina hubungan saling percaya.
Implementasi dilanjutkan dengan membantu pasien untuk mengidentifikasi
dan menguraikan perasaannya, mengenal penyebab ketidakberdayaannya,
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap
ketidakberdayaanya, mengidentifikasi pemikiran yang negatif dan membantu
pasien menghilangkan persepsi negatif dengan meningkatkan pemikiran yang
positif. Implementasi hari berikutnya mahasiswa melakukan latihan
mengembangkan harapan positif (afirmasi positif), untuk memberikan
penegasan bahwa pasien bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dan bangkit
dari kondisinya saat ini. Implementasi selanjutnya mahasiswa melakukan
Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


19

evaluasi ketidakberdayaan, menjelaskan manfaat mengembangkan harapan


positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui
peningkatan kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan
pasien (membantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang
dapat dikontrolnya. Memberikan dukungan kekuatan-kekuatan diri yang
dapat diidentifikasi oleh pasien), misalnya klien masih mampu menjalankan
peran sebagai ibu meskipun sedang sakit. Mahasiswa juga melibatkan
keluarga khususnya suami klien dengan menjelaskan kondisi pasien, kondisi
penyakit, dan bagaimana mengontrol ketidakberdayaan pasien dengan
memberikan dukungan penuh untuk pasien dalam menjalani hidupnya setelah
selesai di rawat nanti.

Dx 2 Gangguan citra tubuh

Diagnosa keperawatan kedua yaitu gangguan citra tubuh. Implementasi


dilakukan selama dua kali pertemuan. Tindakan keperawatan yang dilakukan
mahasiswa adalah melakukan pengkajian persepsi pasien tentang citra
tubuhnya, membantu klien mengidentifikasi bagian tubuh lain yang
mempunyai nilai positif dan berusaha menanamkan cara berpikir positif pada
klien sehingga intervensi yang dilakukan untuk mengatasi
ketidakberdayaanya dikombinasikan dengan intervensi untuk mengatasi
gangguan citra tubuhnya yaitu dengan menanamkan cara berpikir positif dan
mengembangkan harapan positif individu baik secara fisik maupun
pandangan terhadap hidup dan situasi yang dijalani saat ini. Selain itu pada
pertemuan selanjutnya mahasiswa juga membantu pasien melatih
meningkatkan citra tubuhnya dengan memotivasi untuk menjaga kesehatan
dan kondisi tubuhnya dengan cara berolahraga setelah sembuh nanti.

3.5 Evaluasi Keperawatan

Dx 1 Ketidakberdayaan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada interaksi ke-5 sebagai evaluasi


klien mengatakan dirirnya mempunyai harapan baru untuk kehidupannya

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


20

nanti apabila sudah sembuh. Menurut klien dirinya akan mencoba menjalani
hidup ini dengan semangat, klien ingin mengisinya dengan kembali
menjalankan peran sebagai ibu dari dua anaknya, menjalankan peran sebagai
guru di PAUD dan melanjutkan kuliah yang tertunda karena sering sakit-
sakitan. Namun sehari sebelum klien pulang (interaksi ke-6) secara verbal
klien kembali mengungkapkan perasaan sedihnya karena suaminya hendak
memperpanjang masa perawatan dengan alasan ingin penyakitnya ditangani
dengan tuntas. Klien tampak sedih dan murung. Mahasiswa melatih ulang
pasien untuk mengontrol perasaaan ketidakberdayaannya dengan
menanamkan pemikiran yang positif serta mahasiswa melakukan komunikasi
dengan keluarga, akhirnya keluarga mengerti dan memahami kondisi klien
sampai akhirnya klien pulang dengan tersenyum dan menunjukkan perasaan
senangnya.

Dx 2 Gangguan citra tubuh


Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 kali pertemuan klien
mengatakan dirinya bersyukur karena telah diberi kesempurnaan fisik. Klien
mengungkapkan beberapa prestasi dan kelebihan yang pernah ia dapatkan
seperti menjadi juara lomba pembuatan APE (Alat Permainan Edukatif) di
tingkat provinsi. Klien mengatakan akan berusaha mengembangkan
potensinya itu. Klien juga mengungkapkan tekadnya untuk mengikuti
olahraga rutin agar tubuhnya terjaga kesehatannya.

3.6 Rencana Tindak Lanjut


Dx 1 Ketidakberdayaan
Sebagai rencana tindak lanjut untuk pasien yaitu mempertahankan cara
berpikir positif dan mengembangkan harapan positif yang sudah dilatih.
Selain itu perlu ditingkatkan lagi bagaimana manajemen stres terhadap suatu
masalah agar ketika muncul stressor individu akan menggunakan koping
yang adaptif untuk mengambil keputusan dan tidak terjebak kembali dalam
situasi ketidakberdayaannya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


21

Rencana tindak lanjut untuk keluarga adalah mempertahankan support


sistem bagi klien karena keluarga adalah orang terdekat yang setiap saat
berada bersama pasien di rumah. Keluarga diharapkan dapat memberikan
dukungan psikis agar klien dapat mampu bangkit dari kondisi
ketidakberdayaannya. Perawat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan pelayanan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan
psikososial ketidakberdayaan yang didukung dengan adanya instrumen
pengkajian psikososial yang lebih lengkap dan menyeluruh sehingga
masalah yang dihasilkan lebih luas dan dapat menggambarkan masalah
keperawatan pasien secara utuh dan komprehensif.

Dx 2 gangguan citra tubuh


Rencana tindak lanjut untuk pasien yaitu melakukan kegiatan-kegiatan yang
positif yang dapat meningkatkan citra tubuh pasien seperti berolahraga,
melakukan perawatan badan, melakukan interaksi kembali dengan
lingkungan sekitar dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Selain itu
keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan dengan mengontrol
kegiatan-kegiatan positif bagi pasien yang akan membantu meningkatkan
citra tubuhnya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


BAB 4
ANALISA SITUASI

Bab ini akan membahas mengenai profile ruangan tempat praktek, analisa hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan teori, jurnal,
serta penelitian sebelumnya yang terkait dengan karya ilmiah ini. Hal yang akan
dipaparkan meliputi hasil asuhan keperawatan, intervensi keperawatan utama serta
serta alternatif pemecahan masalah keperawatan yang dilakukan pada klien Ny.S
di ruang Gayatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.

4.1 Profile Ruangan


Ruang yang digunakan oleh mahasiswa profesi FIK UI sebagai lahan praktik
mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners Peminatan Jiwa adalah ruangan Gayatri
Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Ruangan ini merupakan ruang rawat
inap pasien fisik dengan kekhususan untuk pasien lansia, tetapi dalam
beberapa tahun ini berubah fungsi juga menerima pasien umum bedah dan
penyakit dalam kelas 2. Ruang Gayatri dipimpin oleh satu orang Kepala
Ruangan (Karu) dan dibantu dengan adanya dua orang Ketua Tim (Katim)
serta terdapat 14 perawat pelaksana, sehingga jumlah keseluruhan terdapat 17
perawat. Ruangan Gayatri berusaha untuk mencapai misi rumah sakit untuk
memberikan pelayanan khususnya pada klien lansia.

Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor khususnya ruang Gayatri terletak di


pusat kota Bogor. Bogor sebagai kota yang berbatasan langsung dengan
ibukota dan penduduknya banyak yang mobilisasi pulang dan pergi Jakatra-
Bogor setiap hari sehingga rentan mengalami masalah kesehatan di perkotaan
seperti penyakit pernapasan, pencernaan, dan penyakit degeneratif yang
timbul akibat perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan. Respon dari
penyakit selain dapat menimbulkan masalah fisik juga dapat menimbulkan
masalah psikososial. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan psikososial bagi pasien yang sedang dirawat khususnya
di ruang Gayatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.

Universitas Indonesia
22

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


23

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan


Konsep Kasus Terkait
Berdasarakan hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa selama 7 minggu
melakukan praktek di Ruang Gayatri tergambar bahwa masalah psikososial
yang paling banyak ditemukan berfokus pada masalah kesehatan masyarakat
di perkotaan adalah ansietas sebanyak 77 %. Hal ini sesuai dengan pendapat
Smeltzer & Bare (2002) yang mengatakan bahwa pengalaman terhadap suatu
penyakit akan membangkitkan berbagai perasaan dan reaksi stress, termasuk
frustasi, ansietas, kemarahan, penyangkalan rasa malu, berduka dan
ketidakpastian. Perawatan di Rumah Sakit merupakan stressor bagi individu
yang disebabkan oleh perubahan lingkungan yang tidak biasa, sehingga
kadang-kadang menyebabkan ketakutan dan munculnya perasaan
ketidakberdayaan dan kehilangan control. Penyakit kronis dapat
menyebabkan perubahan pada gaya hidup dan menyebabkan berbagai macam
respon psikososial pada individu yang menderitanya ataupun pada keluarga.

Selain masalah ansietas juga terdapat beberapa masalah psikososial lain yang
ditemukan di ruang Gayatri seperti ketidakberdayaan, gangguan citra tubuh,
berduka dan kehilangan. Salah satu masalah psikososial yang ditemukan yaitu
ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan sering muncul ketika seseorang
mengalami penyakit kronis salah satunya penyakit typhoid. Typhoid
merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi pada
masyarakat perkotaan karena hygiene dan sanitasi yang kurang. Penyakit
typhoid yang sering kambuh menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan
berbagai aktifitas dan peran yang semestinya dijalaninya. Kondisi yang terus-
menerus dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi
ketidakberdayaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Livneh & Antonak (2005)
mengatakan bahwa seseorang yang menderita penyakit kronis dan
keterbatasan fisik sering mengalami masalah fisik, psikologis, finansial,
edukasi dan terutama berkaitan dengan kualitas hidup mereka. Respon
psikososial yang sering muncul antara lain stres, berduka dan kehilangan,
gangguan dalam konsep diri, gangguan citra tubuh, dan penurunan kualitas

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


24

hidup. Hal seperti ini dialami oleh pasien kelolaan mahasiswa yaitu Ny. S
yang mengalami ketidakberdayaan dan gangguan citra tubuh.

Pengkajian dilakukan pada pasien Ny.S , usia 36 tahun. Usia ini termasuk
kedalam usia dewasa pertengahan . Usia seseorang pada kelompok dewasa
menengah ini merupakan usia yang sangat matang dalam hal pengalaman
hidupnya termasuk dalam pengambilan keputusan dan menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Menurut Stuart dan Laraia (2005) bahwa usia
mempengaruhi cara pandang individu dalam menyelesaikan masalah.
Kemampuan kognitif dan kemampuan perilaku sangat dipengaruhi oleh tahap
perkembangan usia seseorang (Edelman & Manl, 1994, dalam Potter & Perry,
2005). Menurut peneliti umur seseorang menunjukan kematangan dalam
berpikir dan bertindak sehingga semakin usia bertambah maka seharusnya
individu akan semakin matang dalam menyelesaikan persoalan hidupnya.
Namun Respon seseorang terhadap ketidakberdayaan akan sangat tergantung
bagaimana seseorang menilai stressor dan bagaimana menyelesaikan stressor
tersebut.

Stuart dan Laraia (2005) menyatakan bahwa usia berhubungan dengan


pengalaman seseorang dalam menghadapi berbagai macam stressor,
kemampuan memanfaatkan sumber dukungan dan ketrampilan dalam
mekanisme koping . Hasil penelitian Kanine, Helene, Eka Putri,
Kristyaningsih, (2011) menyebutkan bahwa usia responden tidak memiliki
kontribusi terhadap respon ketidakberdayaan oleh karena semua responden
mengalami respon ketidakberdayaan dengan nilai yang berfluktuasi pada
semua usia. Terdapat faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi
respon seseorang terhadap ketidakberdayaan. Dapat disimpulkan bahwa usia
memang berpengaruh dalam hal kematangan seseorang dalam mengambil
keputusan, namun tidak mempengaruhi seseorang dalam berespon terhadap
ketidakberdayaan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


25

Klien kelolaan adalah Ny. S berjenis kelamin perempuan. Secara kodrat


wanita memang dilahirkan lebih sensitif dan peka terhadap stressor. Menurut
mahasiswa jenis kelamin mempengaruhi respon seseorang terhadap stres dan
ketidakberdayaan. Sesuai dengan penelitian oleh Bagley, Weaver, dan
Buchanan (2008) menyatakan bahwa perempuan lebih banyak memberikan
respon negative terhadap stres yang dihadapi daripada laki-laki. Namun hal
ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Kanine, helena, Eka Putri,
Kristyaningsih, (2011) yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara
jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan kondisi respon
ketidakberdayaan. Menurut Kanine, karakteristik jenis kelamin tidak
mempengaruhi respon ketidakberdayaan oleh karena berdasarkan hasil skor
respon ketidakberdayaan pada penelitian tentang pengaruh terapi generalis
terhadap ketidakberdayaan baik jenis kelamin perempuan maupun jenis
kelamin laki-laki tetap memiliki penurunan skor yang bervariasi untuk
masing-masing responden tanpa membedakan jenis kelamin. Pada
kenyataannya responden dari karya ilmiah ini adalah perempuan dan adanya
faktor predisposisi mempengaruhi pasien untuk mengalami
ketidakberdayaan.

Diagnosa keperawatan pada klien Ny.S berdasarkan dari hasil pengkajian


adalah ketidakberdayaan. Secara subjektif klien mengatakan dirinya merasa
sedih, tidak bisa melakukan apa-apa terkait dengan kondisi sakitnya. Hal ini
sesuai dengan definisi ketidakberdayaan yang diungkapkan Carpenito (2008)
menyatakan bahwa ketidakberdayaan merupakan kondisi seseorang atau
kelompok yang merasa kurang kontrol atas kejadian atau pribadi atau situasi
yang memberi dampak pada pandangan, tujuan, dan gaya hidup. Menurut
asumsi mahasiswa bahwa respon verbal dan objektif pasien mengarah pada
kondisi ketidakberdayaan sehingga diagnosa keperawatan yang ditegakkan
adalah ketidakberdayaan.

Sesuai dengan teori bahwa banyak perasaan yang mengganggu ditimbulkan


akibat penyakit akut dan kronis serta pengobatan yang dibutuhkan. Beberapa
reaksi emosional yang biasanya dialami oleh pasien dan keluarganya adalah

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


26

ansietas, kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang harapan, cinta,


depresi, tidak berdaya, iri, dan kesepian. perubahan dari sehat ke sakit
biasanya berawal dengan gejala yang umumnya disertai rasa tidak nyaman,
kehilangan kekuatan dan stamina, dan penurunan kemampuan untuk
berfungsi. Tujuan hidup, keluarga, pekerjaan dan penghasilan, mobilitas, citra
tubuh, dan gaya hidup pun akan berubah secara drastis (Brunner & Suddarth,
2002). Perubahan yang dialami dapat berkembang menjadi krisis-krisis yang
akan mempengaruhi keluarga, sahabat, dan lingkungan sekitar.

Penelitian lain tekait ketidakberdayaan dilakukan oleh Braga dan Da Cruz


(2008) terkait pengembangan instrumen untuk menilai diagnosa keperawatan
ketidakberdayaan pada klien usia dewasa di ruang rawat bedah. Hasil
penelitian yang dilakukan pada 210 responden, menunjukkan bahwa
ketidakberdayaan sering dipersepsikan secara subjektif dengan
ketidakmampuan klien mengambil keputusan, ketidakmampuan mengontrol
perasaan emosional.

Respon pasien terhadap sakitnya memiliki persepsi bahwa apa yang


dialaminya saat ini membuat hidupnya tidak bermakna dan pasien tidak bisa
mengontrolnya sehingga mahasiswa menetapkan diagnosa keperawatan
utama adalah ketidakberdayaan. Sesuai dengan NANDA (2012) menyatakan
bahwa ketidakberdayaan adalah pengalaman tentang kurangnya kontrol
seseorang terhadap situasi termasuk persepsi bahwa sesuatu tidak akan
bermakna mampu mempengaruhi terhadap hasil yang ingin dicapai.

Data pengkajian juga menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan citra


tubuh. Standmark (2004, dalam Ackley & Ladwig, 2008), mengidentifikasi
beberapa masalah aktual yang esensial terkait dengan ketidakberdayaan antara lain
perubahan citra diri karena ketidakmampuan dan keterbatasan pada norma-norma
sosial dan penderitaan emosional terkait dengan perasaan apatis dan perasaan negatif
sebagai ancaman terhadap diri sendiri. Dapat disimpulkan bahwa gangguan citra
tubuh dapat muncul sebagai respon dari perasaan negatif individu akibat kondisi
ketidakberdayaannya sehingga muncul persepsi negatif tentang citra tubuhnya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


27

Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh. Persepsi ini


ditujukan pada perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh
dipengaruhi oleh adanya pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter &
Perry, 2005).

Akibat dari sakit atau proses penyakit berdampak pada perubahan konsep diri
individu. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Gambaran diri,
ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri merupakan komponen dari
konsep diri yang dapat berubah dengan adanya suatu penyakit atau proses
sakit. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan seharusnya
memperhatikan respon klien secara holistik yang meliputi aspek bio, psiko,
social dan spiritual dalam melakukan asuhan.

Gangguan citra tubuh adalah konfusi dalam gambaran mental fisik dri
individu (NANDA, 2009). Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui
perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati
untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi
signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik
bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan
anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier,
2004). Dari pengkajian dan respon pasien maka mahasiswa menegakkan
diagnosa gangguan citra tubuh.

4.3 Analisis Salah Satu Intervensi Keperawatan dengan Konsep dan


Penelitian terkait
4.3.1 Diagnosa Ketidakberdayaan
Mahasiswa melakukan intervensi tindakan keperawatan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan pada pasien ketidakberdayaan yang terdiri dari
dua strategi pelaksanaan. Intervensi pertama untuk pasien yaitu melakukan
pendekatan terapeutik serta melakukan pengkajian ketidakberdayaan dan

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


28

latihan berpikir positif. Kedua, evaluasi ketidakberdayaan, manfaat


mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan. Sedangkan intervensi untuk keluarga yaitu penjelasan
kondisi pasien dan cara merawat serta evaluasi peran keluarga merawat
pasien, cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up
(FIK UI-RSMM, 2012).

Intervensi awal yang dilakukan oleh mahasiswa adalah melakukan


pendekatan terapeutik agar terbina hubungan saling percaya sehingga dapat
melakukan pengkajian masalah ketidakberdayaan. Dalam melakukan
pendekatan mahasiswa menggunakan komunikasi terapeutik agar terbina
hubungan saling percaya. Komunikasi terapeutik merupakan kunci utama
dalam membina hubungan dengan pasien agar terbina rasa saling percaya
antara psien dengan perawat. Komunikasi terapeutik adalah proses dimana
perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien (Potter
& perry, 2005). Komunikasi terapeutik mengembangkan hubungan
interpersonal antara klien dan perawat. Komunikasi terapeutik memegang
peranan penting dalam mengatasi masalah pasien. Komunikasi terapeutik
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses keperawatan.

Latar belakang sosial budaya yang sama turut mempengaruhi keberhasilan


komunikasi antara perawat dengan pasien kelolaan. Hal ini sesuai dengan
Potter & Perry (2005) yang mengungkapkan bahwa faktor yang
mempengaruhi komunikasi antara lain persepsi, nilai, latar belakang budaya,
pengetahuan, peran, dan lokasi interaksi. Persamaan budaya dan bahasa
mempermudah cara perawat dn pasien melakukan hubungan satu sama lain
dalam berbagai situasi. Pemahaman faktor ini membantu seorang perawat
untuk mengetahui alasan pasien memiliki kesulitan berkomunikasi dan
strategi yang dibutuhkan untuk membantu pasien mengatasi masalahnya.
Tidak lupa sentuhan terapeutik juga dilakukan agar kedekatan dan
kepercayaan pasien pada perawat sehingga komunikasi dapat berjalan
lancar. Pengetahuan, humor, gender, dan sentuhan merupakan hal yang
penting dalam komunikasi interpersonal (Arnold & Boggs, 2011).

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


29

Intervensi selanjutnya yaitu melatih pasien untuk berpikir positif dan


mengembangkan harapan positif (afirmasi positif). Berpikir positif
diharapkan dapat mensubstitusi pemikiran yang negatif sehingga pasien
mampu mengambil keputusan dan mencapai tujuan yang realistis dalam
hidupnya serta mengontrol ketidakberdayaannya dengan mengendalikan
situasi yang masih dapat dilakukan oleh pasien. Mahasiswa menanamkan
pemikiran-pemikiran positif dalam hidupnya sehingga dapat
mengembangkan harapan positif dalam kehidupan yang akan dijalaninya
nanti. Hal ini sesuai dengan penelitian Naseem dan Khalid (2010) yang
memakai metode cross-sectional, longitudinal, dan eksperimental tentang
peranan dari berpikir positif dalam mereduksi stress, dan sebagai strategi
koping yang efektif bagi seseorang. Menurut mereka dimensi baru yang
berfokus pada berpikir positif, emosi positif dan kualitas perilaku positif
akan meningkatkan potensi manusia dalam berbagai bidang seperti
pekerjaan, mengatasi stres dan meningkatkan kesehatan. Dengan berpikir
positif, kita merasakan stres berkurang dan mampu mengatasi secara
masalah secara efektif.

Mc. Grath (2000) mendefinisikan bahwa berpikir positif adalah istilah untuk
suatu keseluruhan sikap yang tercermin dalam pemikiran, perilaku,
perasaan, dan ungkapan verbal. Berpikir positif adalah sikap mental yang
mengakui ke dalam pikiran, kata-kata, dan gambaran yang kondusif untuk
keberhasilan hidup. Berpikir positif banyak mempunyai keuntungan untuk
kesehatan individu. Mayo clinic (2011) dalam penelitiannya melaporkan
sejumlah manfaat kesehatan yang berhubungan dengan berpikir positif dan
bersikap optimis antara lain penurunan risiko kematian akibat masalah
kardiovaskular, depresi berkurang, dan usia harapan hidup meningkat.
Menurut mereka bahwa berpikir positif bermanfaat bagi kesehatan karena
orang-orang yang positif menyebabkan perubahan gaya hidup menjadi
lebih sehat. Dengan berkurangnya stres serta menghindari perilaku tidak
sehat, mereka dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


30

Manfaat dari berpikir positif banyak disebutkan oleh banyak ahli. Macleod
dan Moore (2000) menyebutkan bahwa berpikir positif penting untuk
mengatasi gangguan psikologis khususnya dalam pemulihan dan
kesembuhan dari depresi. Macleod dan Moore menyarankan pendekatan
psikologis untuk meningkatkan cara berpikir positif pada pasien-pasien
depresi karena adanya bukti peningkatan pemulihan dan kesembuhan.
Sedangkan Sagestorm & Sephton (2010) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa berpikir positif memiliki efek yang kuat pada tubuh khususnya
meningkatkan imunitas tubuh. Sagestorm dan Sephton menemukan bahwa
orang-orang yang optimis, berpikir positif dalam hidup mereka
menunjukkan respon kekebalan yang lebih kuat daripada mereka yang
memiliki pandangan yang negatif terhadap situasi dalam hidupnya.
Penelitian terhadap 124 responden menunjukkan adanya korelasi positif
antara sikap optimis dengan imunitas tubuh (cell mediated immunity).
Adanya hubungan yang dinamis antara sikap optimis dengan imunitas tubuh
mempunyai implikasi positif terhadap intervensi piskologis untuk
meningkatkan status kesehatan seseorang.

Intervensi dilanjutkan dengan menanamkan harapan positif (afirmasi


positif). Koh (2004) menyebutkan bahwa afirmasi positif adalah sebuah
proses berpikir, mendengarkan atau menulis secara berulang-ulang. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan penegasan terhadap suatu keyakinan yang
diharapkan dapat menjadi kenyataan. Sederhananya, dasar semua afirmasi
adalah pemikiran positif. Harapan positif terhadap suatu hal atau cita-cita
membantu pembentukan gambaran dalam daya pikir seseorang. Afirmasi
positif bahwa pasien mampu mengontrol ketidakberdayaannya dan memulai
sesuatu yang bermakna dalam hidupnya. Intervensi yang dilakukan
mahasiswa juga mencakup pemberian informasi dan edukasi tentang kondisi
penyakit, dan kondisi psikososial yang harus dihadapi oleh pasien dengan
tujuan agar pasien mampu mengontrol situasi ketidakberdayaannya dan
mampu mengambil keputusan dalam hidupnya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


31

Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa melakukan


pendekatan dan pengkajian tentang ketidakberdayaan, melatih dan
menanamkan cara berpikir positif, pemberian intervensi berupa penjelasan
dan edukasi tentang masalah yang dihadapi juga akan membantu individu
mengontrol ketidakberdayaannya dan mengubah perilakunya ke arah yang
lebih baik untuk kesehatannya.

4.3.2 Diagnosa Gangguan Citra Tubuh


Intervensi keperawatan yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi
gangguan citra tubuh pasien adalah memberi kesempatan pasien
mengungkapkan perasaannya tentang citra tubuhnya dan mendiskusikan
potensi bagian tubuh yang lain yang memiliki kelebihan. Mahasiswa
menanamkan cara berpikir positif pada pasien tentang tubuhnya, intervensi
keperawatan untuk ketidakberdayaan dikombinasikan dengan intervensi
keperawatan untuk mengatasi gangguan citra tubuhnya sehingga pasien
memiliki persepsi positif khususya terhadap tubuhnya umumnya terhadap
hidupnya. Selain itu mahasiswa membantu memberikan motivasi pada
pasien melakukan kegiatan untuk meningkatkan citra tubuhnya seperti
berolahraga rutin agar kondisi tubuh dan kesehatannya terjaga.

4.4 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Menurut teori respon ketidakberdayaan dapat dinilai secara subjektif melalui
respon verbal, respon emosional. Sedangkan secara objektif respon
ketidakberdayaan dapat diobservasi melalui partisipasi klien dalam kegiatan
sehari-hari dan keterlibatan klien dalam merawat dirinya sebagai tanggung
jawab terhadap proses penyakit yang sedang dialaminya (Miller, 1991)

Evaluasi respon pasien setelah tindakan keperawatan cukup baik. Pasien


secara verbal mengatakan bahwa dirinya mempunyai harapan yang lebih baik
untuk kehidupannya dimasa yang akan datang. Secara obyektif pasien tampak
lebih tenang dan memiliki kesiapan mental jauh lebih baik dari kondisi awal
dalam menghadapi respon ketidakberdayaan. Hal ini menunjukkan bahwa
intevensi keperawatan yang diberikan memberikan dampak positif bagi

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


32

pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kanine, Helena, Putri,
Kristyaningsih, (2011) tentang pengaruh terapi generalis terhadap pasien DM
yang mengalami ketidakberdayaan menunjukkan telah diketahuinya skor
ketidakberdayaan yang tinggi sebelum dilakukan terapi generalis individu
baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol. Penurunan
skor yang signifikan pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi
generalis berdampak pada penurunan kondisi ketidakberdayaan yang cukup
tinggi dibandingkan dengan pemberian terapi generalis pada kelompok
kontrol. Hal ini menegaskan bahwa pemberian terapi generalis individu
memiliki hasil perbedaan skor yang signifikan pada kedua kelompok. Dapat
disimpulkan bahwa tindakan keperawatan khususnya melatih pasien untuk
berpikir positif dan mengembangkan harapan positif serta memberikan
edukasi yang tepat akan memberikan hasil yang efektif untuk mengatasi
kondisi ketidakberdayaan.

Hal yang perlu dicermati bahwa kondisi pasien yang secara emosional rentan
terhadap stressor kiranya perlu dilakukan kerjasama lebih lanjut dengan
perawat spesialis untuk melatih tentang manajemen stres pada pasien agar
tidak kembali ke dalam kondisi ketidakberdayaannya. Penguatan positif juga
harus diberikan pada pasien agar semangat untuk membangun kembali
harapan dalam hidupnya karena harapan akan membangun sebuah komitmen
untuk menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu juga diperlukan kerjasama
dengan perawat ruangan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan psikososial khususnya dalam
merawat pasien yang mengalami ketidakberdayaan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Karya ilmiah ini sesuai dengan tujuan telah dapat menggambarkan asuhan
keperawatan klien dengan ketidakberdayaan pada Ny. S di ruang Gayatri Rumah
Sakit Marzoeki Mahdi Bogor . Berdasarkan uraian penjelasan dari bab
sebelumnya maka dapat ditarik simpulan dan saran sebagai berikut.

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil karya ilmiah maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
7.1.1 Karakteristik pasien kelolaan adalah perempuan, berusia 36 tahun.
Pasien mempunyai masalah fisik penyakit typhoid dan sudah beberapa
kali kambuh sehinngga menimbulkan masalah psikososial
ketidakberdayaan.
7.1.2 Intervensi keperawatan untuk masalah ketidakberdayaan berfokus pada
bagaimana pendekatan perawat terhadap pasien dan melatih pasien
mengontrol ketidakberdayaannya dengan mengajarkan untuk
berpikir positif dan mengembangkan harapan positif dalam hidupnya.
7.1.3 Masalah psikososial yang muncul pada pasien dengan penyakit fisik
perlu diintervensi karena akan mempengaruhi perkembangan penyakit
fisiknya.
7.1.4 Pentingnya pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan pasien
dengan masalah psikososial untuk dapat memberikan pelayanan yang
terbaik pada pasien sesuai secara komprehensif bio psikososio
spiritual.

Universitas Indonesia
33

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


34

7.2 Saran
Terkait dengan kesimpulan hasil karya ilmiah, terdapat beberapa saran yang
mungkin dapat dijadikan acuan dalam pengembangan hasil karya ilmiah ini.
7.2.1 Bagi Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor
Berdasarkan hasil temuan selama praktik bahwa belum adanya format
pengkajian khusus psikososial, oleh karena itu diharapakan pihak
rumah sakit bekerja sama dengan akademik untuk dapat
mengembangkan instrumen pengkajian psikososial disamping format
pengkajian fisik yang sudah ada agar pengkajian yang dilakukan dapat
menyeluruh mencakup bio psikososio spiritual. Selain itu Rumah Sakit
Marzoeki Mahdi khususnya Ruang Gayatri hendaknya dapat
meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan yang dapat
dilakukan dengan pelatihan khusus asuhan keperawatan psikososial
agar perawat lebih memahami dan dapat mempraktekkan asuhan
keperawatan psikososial kepada pasien.
7.2.2 Bagi Penelitian
Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang bisa dikembangkan dari
karya ilmiah ini yang terkait asuhan keperawatan psikososial di ruang
rawat inap fisik sehingga hasilnya akan lebih komprehensif karena
menilai manusia dalam berespon terhadap kondisi sakitnya secara
menyeluruh mencakup aspek bio-psiko-sosio-spiritual.
7.2.3 Bagi Keperawatan
Diharapkan mampu memanfaatkan hasil karya ilmiah ini untuk
meningkatkan dan mengembangkan asuhan keperawatan pasien dengan
masalah psikososial khususnya masalah ketidakberdayaan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


DAFTAR REFERENSI
Ackley, B.J & Ladwig, G.B. (2010). Nursing diagnosis handbook: an evidence
based guide to planning care.9th.edition. St.louis, Missouri. Mosby
Elsevier.

Andrew, K. Macleod & Richard Moore (2000). Positive thinking


revisited;positive cognition well being ang mental health. Journal
clinical pshycologi and psychoterpy, Volume 1, Issue 1 page 1-7.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DepKes RI.( 2008). Laporan
nasional riset kesehatan dasar 2007. Jakarta : Depkes RI.

Braga, C.F., & Da Cruz, D.A.L., (2008). Powerlessness assessment tool for adult
patients.http://www.scielo.br/pdf/reeusp/v.43nspe/en a10v3ns.pdf

Brusch,J.L.,(2012).TyphoidFever. http://emedicine.medscape.com/article/231135-
overview. Diunduh tanggal 25 Juni 2013 jam 09.37 WIB
Carpenito, L.J., (2008). Handbook of nursing diagnosis.(12th.ed). Philadelphia.
Lippincott Company.

FIK-UI, RSMM (2012). Standar asuhan keperawatan psikososial. Kerjasama


Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor dengan mahasiswa program
Magister Fik UI. Tidak dipublikasikan.

Grath, M. J. (2000). You don’t have to be born brilliant. Alih bahasa


Nurmeilawati. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Kanine, E., Helena, N., Putri, E.,S.Y., Kristyaningsih, T. (2011). Pengaruh terapi
generalis dan logoterapi individu trhadap respon
ketidakberdayaan klien diabetes melitus di rumah sakit provinsi
Sulawesi Utara. Tesis FIK UI. Tidak dipublikasikan.

Koh, Kenneth. (2004). Lazy man’s affirmation book. www. subconcioues


secret.com. Diunduh tanggal 25 Juni 2013 jam 19.09 WIB.

Kozier, B. Erb, G., Snyder, S., Berman, A. (2002). Kozier and Erb’s techniques in
nursing. 5th Edition. New Jersey: Pearson Edition-Inc.
Livneh, H. & Antonak, F.R (2005) . Psychosocial adaptation to chronic ilness
and disability: a primer for counselor. Journal of counseling &
development. Winter 2005 volume 83.
Lubkin, I.M & Larsen P.O., (2006). Chronic illness : impact and intervention.
Jones and Barlett Publisher, Inc Sudbuy Messachusetts.

Maria, Lia. (2013). Penyakit tidak menular mendominasi penyakit di perkotaan.


Indonesiaraya news.com/news/kesehatan/05-01-2013-18-24/ diunduh
tanggal 23 Juni 2013 jam 23.30 WIB.
Universitas Indonesia
35

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


36

Miller, F.J., (1991). Coping with chronic illness : overcoming powerlessness.


(Ed.2). Davis Company F.A. Philadelphia.

Mayo Clinic. (2011). Positive thinking: Reduce stress by eliminating negative


self-talk. Found online at http://www.mayoclinic.com/health/positive-
thinking/SR00009. Diunduh tanggal 22 Juni 2013 jam 15.30 WIB.

Naseem, Z. &Khalid, R. (2010). Positive thinking incoping with stress and health
outcomes: literature review. Journal of research and reflection in
education. Vol 4 , No.1, page 42-61

NANDA (2012). Nursing disgnoses: Definition and classification 2012-2014.


Philadelphia- USA. Nanda International
Potter, P.A.& Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing; Concept process and
practice.(4th.ed). Philadephia: Mosby-year Book-inc.

Ranjan L, Fernando et al, Tropical Infectious Diseases Epidemiology,


Investigation, Diagnosis and Management, London, 2001;45:270-272

Sagestrom, S. & Sephton, S. (2010). Optimistic expectancies and cell mediated


immunity: The role of positive affect. Psychological science, 21 (3), 448-
55.

Smeltzer, C.S. &Bare, G.B (2002). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical
surgical nursing. 8th Ed. Piladelphia: Lippincott-Raven
Publishers.
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principle and practice of psychiatric
nursing. 8th ed. St. Louis: Mosby Year Book.

Stuart, L., (2001). Principles and practice psychiatric nursing. 8th.ed. St.Louis
missiori. Elseiver mosby

Soewondo ES, (2002).Demam tifoid deteksi dini dan tatalaksana, Makalah


lengkap: Seminar
Kewaspadaan terhadap demam pada penyakit typhus Abdominalis, DBD
dan Malaria Serta Penggunaan Tes Diagnostik Laboratorium untuk
Deteksi Dini, Surabaya:Tropical Diseases Centre UNAIR, 2002.

Townsend, Mary. C. (2000).Psychiatric mental health nursing: Concepts of care,


3 ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Videback, S L (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Weller. F, B. (2005). Bailliares nurses dictionary. 22 e/d. ISBN:Bailliare Tindall
Ltd.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


37

Yuanita, D., Akbar, S. (2010). Pendekatan cart untuk mendapatkan faktor yang
mempengaruhi terjangkitnya penyakit demam typhoid di Aceh Utara.
Skripsi Mahasiswa jurusan Statistika F-MIPA-ITS. Tidak dipublikasikan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


Lampiran 1. Askep pasien kelolaan

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN PADA KLIEN NY.S


DI RUANG GAYATRI RUMAH SAKIT MARZOEKI MAHDI BOGOR

1.1 PENGKAJIAN
1.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Umur : 36 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Status Marietal : Kawin
Pendidikan : D 1 PAUD
Pekerjaan : Guru PAUD
Bahasa yang digunakan : Sunda dan Indonesia
Tanggal pengkajian :7 dan 8 Mei 2013
Tanggal Masuk RS : 6 Mei 2013
No. Register : 10169216

1.1.2 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Klien mengatakan bahwa sudah 10 hari ini demam turun naik, terutama sore
menjelang malam. Terdapat mual, muntah saat dirumah, dan nyeri perut.
Keluhan yang sangat dirasakan saat ini yaitu sakit perut, mual, dan tidak nafsu
makan.

1.1.3 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Klien mempunyai riwayat penyakit typhoid dan dalam 3 tahun terakhir (sejak
tahun 2011 sampai dengan sekarang ) sudah 4 kali dirawat dengan diagnosa
typhoid. Terkahir di rawat di ruang Antasena pada bulan Maret 2013. Selain itu
klien pernah dirawat di RS sebanyak 12 kali karena mengalami 8 kali
keguguran, dan 4 kali melahirkan dengan operasi sesar.

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


3.1.4 RIWAYAT ALERGI
Klien mengatakan mempunyai alergi debu dan alergi plester, sehingga ketika
dirawat harus setiap hari diganti plester karena jika tidak akan terasa gatal dan
merah.
1.1.4 FAKTOR PREDISPOSISI
a. Klien pernah dirawat selama 4 kali dengan diagnosa yang sama yaitu typhoid
b. Klien mempunyai riwayat keguguran selama 8 kali, terakhir keguguran bulan
Februari 2013.
c. Klien mempunyai riwayat melahirkan 4 kali, dan 2 kali kelahiran bayinya
yang baru berusia beberapa hari meninggal dunia
d. Pada kehamilan ke 6 klien didiagnosa terinfeksi toksoplasma
e. Klien berhasil melahirkan dan mempunyai anak pada kehamilan ke 10 dan ke
11, namun anak pertamanya positif terinfeksi toksoplasma dan mengalami
keterlambatan pertumbuhan.

1.1.5 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : TD 100/70 mmHg Nadi 88 x/mnt Suhu 360C
RR 18x/mnt
Kepala : rambut hitam, sebaran merata
Mata : conjunktiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Hidung : bersih
Leher : tidak ada peninggian JVP, tidak ada pembengkakan KGB
Dada : bentuk simetris, bunti kedua paru vesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Jantung : BJ I, II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : dataar, supel, nyeri pada daerah kanan bawah menjalar ke
kiri, nyeri tekan (+), BU (+)
Kulit : warna sawo matang, turgor cukup

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


Ekstremitas : tidak ada edema, kedua ekstremitas berfungsi baik,
kekuatan otot 5555/5555
5555/5555

1.1.6 POLA NUTRISI


Klien biasa makan sehari 3 x, jenis nasi, sayur, lauk
Klien biasa minum 6-7 gelas sehari
Semenjak sakit klien mengatakan sering mual sehingga tidak nafsu makan
1.1.7 POLA ELIMINASI
Klien biasa BAB 2 kali sehari, konsistensi lunak.
Klien biasa BAK 4-6 kali sehari, warna kuning jernih
1.1.8 PSIKOSOSIAL
1.1.8.1 Genogram

Ket:
X = Klien
= laki-laki
= perempuan

1.1.8.2 Konsep diri


a. Gambaran diri
Bagian tubuh yang paling disukai oleh klien adalah hidungnya yang
mancung. Klien tidak menyukai badannya yang menurut klien gemuk.
Klien merasa tersinggung jika ada yang bertanya tentang berat badannya.
b. Identitas diri
Klien berjenis kelamin perempuan

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


c. Peran
Peran klien sebagai ibu dari 2 anaknya. Saat klien sakit perannya
digantikan oleh orangtuanya. Klien juga berperan sebagai guru dari murid-
muridnya di PAUD.
d. Ideal diri
Klien mengharapkan bisa menjadi ibu yang baik untuk kedua anaknya dan
dapat menjadi guru yang baik bagi muridnya
e. Harga diri
Klien mengatakan sedih merasa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa
apalagi akhir-akhir ini sering sakit

1.1.8.3 Hubungan sosial


Menurut klien orang yang berarti dalam kehidupan klien adalah suami dan
anak-anaknya. Di lingkungan sekitar rumah klien jarang bergaul dengan
tetangga dan lebih banyak di rumah karena semenjak menikah suaminya
melarang dirinya untuk bergaul aataupun berkunjung ke rumah tetangga.
Baru 2 tahun ini suaminya mengizinkan klien untuk mengajar di PAUD dua
hari dalam seminggu dan melanjutkan kuliah ke S 1 PAUD karena kuliahnya
hanya satu dan minggu.

Klien mengatakan senang karena mempunyai teman sesama guru PAUD dan
teman kuliah. Dalam berhubungan dengan orang lain terutama dengan teman
sesama guru di PAUD tidak mengalami kesulitan, hanya saja menurut klien
jika terdapt konflik dengan teman ataupun keluarga terutama konflik dengan
suami klien lebih baik diam dan akhirnya menangis.

1.1.8.4 Spiritual
Klien menjalankan ibadah sholat 5 waktu meskipun dalam keadaan sakit dan
harus sholat dalam kondisi duduk.

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


1.1.9 STATUS MENTAL
Klien berpenampilan rapi, berkerudung, tetapi kadang dilepas, memakai baju
sesuai ukurannya. Saat berbicara klien tampak tenang, terkadang tampak
sedih saat menceritakan masa lalunya yang menurut klien sangat
menyedihkan dan sempat membuat klien depresi ketika klien berkali-kali
mengalami keguguran. Klien tidak mengalami ganguan memori. Klien dapat
menceritakan kejadian masa lalunya dan kejadian yang baru saja terjadi.

1.1.10 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


Klien mengatakan jika nanti sudah sembuh dan pulang ke rumah, klien akan
kembali mengurus anak-anaknya dan kembali mengajar di PAUD serta
melanjutkan kuliahnya yang tertunda karena sakit-sakitan.

1.1.11 MEKANISME KOPING


Saat terjadi konflik menurut klien dirinya hanya dapat diam dan menangis.
Klien merasa tidak bisa berbuat apa-apa.

1.1.12 MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien menikah pada usia 20 tahun dengan perbedaan umur 7 tahun lebih
muda dari suaminya. Semenjak menikah suaminya tidak memperbolehkan
klien bergaul dengan tetangga, bahkan untuk keperluan sehari-hari
suaminyalah yang berbelanja. Setelah menikah klien sempat merasa depresi
karena mengalami keguguran sebanyak 8 kali, dua kali melahirkan dan
anaknya yang baru beberapa hari akhirnya meninggal dunia. Akhirnya pada
kehamilan ke 10 dan ke 11 klien berhasil melahirkan dan anaknya lahir hidup
sampai sekarang, walapun anaknya yang pertama positif terkena tokso dan
pada perkembangannya mengalami beberapa keterlambatan. Klien saat ini
merasa sedih karena dalam kurun waktu 3 tahun ini sudah dirawat 4 kali
dengan diagnosa typhoid. Klien merasa sedih karena harus berpisah dengan
anaknya. Klien juga tidak bisa mengajar di PAUD dan tidak bisa mengikuti
perkuliahan.

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


1.1.13 DATA PENUNJANG
a. Hasil Laboratorium
Hb : 13,9 gr/dl
Leukosit : 5700/mm3
Trombosit : 291.000/mm3
Hematokrit : 39 %
SGOT : 21/u/l
SGPT : 17 u/l
Ureum : 25,7 mg/dl
Kreatinin : 0,53 mg/dl
GDS : 127 mg/dl
Widal
O Antigen Salmonella typhosa : 1/320
Salmonella paratyphi A : 1/160
Salmonella paratyphi B : 1/320
Salmonella paratyphi C : 1/320
H Antigen Salmonlla typhosa : 1/320
Salmonella partyphi A : neg
Salmonella paratyphi B : neg
Salmonella paratyphi C : 1/160
b. Diagnosa Medis
Typhoid
c. Therapi
IVFD Futrolit + 1 amp mexfharm 12 jam/kolf
Injeksi Panso 2x40 mg
Injeksi Ondansentron 2x8 mg
Injeksi Ceftriaxone 2x1 g

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


1.2 ANALISA DATA
No DATA MASALAH
1. DS: Klien mengatakan Nyeri
keluhan yang dirasakan
saat ini adalah sakit
perut sebelah kanan
terkadang menjalar ke
sebelah kiri
DO: klien tampak kesakitan
terutama saat perut klien
di tekan
2. DS: Klien mengatakan mual Resiko nutrisi kurang dari
dan tidak nafsu makan kebutuhan tubuh
DO: porsi makan klien hanya
habis ½ porsi
3. DS:Klien mengatakan merasa Ketidakberdayaan
sedih dengan sakitnya
yang sering kambu,
bahkan sudah 4 kali ini
dirawat dengan digosa
yang sama typhoid
DO: Klien tampak sedih dan
murung saat
menceritakan
masalahnya
4. DS: klien mengatakan tidak Gangguan citra tubuh
suka dengan badannya
yang gemuk
Klien merasa
tersinggung jika ada
yang menanyakan berat
badannya

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


DO:BB 54 kg TB 150 cm

1.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri
b. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Ketidakberdayaan
d. Gangguan citra tubuh

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


RENCANA TINDAKAN

NO DIAGNOSA
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri Tujuan : 1. Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik 1. Sebagai dasar untuk melakukan intervensi
Nyeri berkurang/hilang dalam durasi, frekunsi, dan faktor pencetus nyeri keperawatan yang tepat
waktu 3 x 24 jam 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Perubahan tanda vital dapat
Kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengindikasikan nyeri
TTV normal, klien tenang, tidak mengurangi nyeri 3. Untuk mengurangi nyeri dengn cara
kesakitan. 4. Kolaborasi untuk pemberian analgetik sederhana
4. Untuk mengurangi nyeri

2. Gangguan Tujuan : Kebutuhan nutrisi 1. Observasi texture, turgor kulit. 1. mengetahui status nutrisi klien.
pemenuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 2. Observasi intake out put.. 2. mengetahui keseimbangan nutrisi klien.
kurang dari 7x24 jam. 3. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. 3. Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan tubuh Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi klien sehingga dapat
berhubungan 1. Turgor baik, intake dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet
dengan intake masuk sesuai kebutuhan, yang adekuat.
makanan yang terdapat kemampuan 4. Anjurkan kaluarga klien untuk mematuhi 4. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
kurang. menelan, sonde dilepas, BB diet yang telah diprogramkan. komplikasi terjadinya
meningkat 1kg. hipoglikemia/hiperglikemia.
2. Berat badan dan tinggi 5. Timbang berat badan setiap seminggu 5. Mengetahui perkembangan berat badan
badan ideal. sekali. pasien (berat badan merupakan salah satu
3. Keluarga Klien mematuhi indikasi untuk menentukan diet).
dietnya. 6. Identifikasi perubahan pola makan. 6. Mengetahui apakah keluarga klien telah
4. Kadar gula darah dalam melaksanakan program diet yang
batas normal. ditetapkan.
5. Tidak ada tanda-tanda 7. Kerja sama dengan tim kesehatan lain 7. Pemberian diet sonde TKTP yang sesuai

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


hiperglikemia/hipoglikemia untuk pemberian diet sonde TKTP. dapat mempercepat pemulihan terhadap
. kekurangan kalori dan protein dan
membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
klien karena klien terjadi penurunan reflek
menelan.
3. ketidakberdayaan Tujuan : klien mampu Sp 1 Pasien
mengontrol - Kaji ketidakberdayaan klien - Untuk menentukan intervensi selanjutnya
ketidakberdayannya - Bantu klien menguraikan perasannya - Agar klien dapat mengungkapkan penyeba
Kriteria hasil : Klien mampu ketidakberdayaannya
berpartisipasi dalam - Latih klien untuk berpikir positif - Berpikir positif membawa perubahan baik
pengambilan keputusan. dalam fisik dan mental individu
Klien mampu termotivasi - Latih klien untuk mengembangkan harapan - Untuk menegaskan bahwa klien mampu lebih
untuk aktif mencapai tujuan positif (afirmasi positif) baik
yang realistis Sp 2 Pasien
- Evaluasi kondisi ketidakberdayaan - Untuk mengetahui perkembangan respon
- Latih klien untuk mengontrol ketidakberdayaannya
ketidakberdayaan - Agar dapat mengendalikan situasi tertentu
Sp 1 keluarga
- Jelaskaan kondisi klien dan cara merawat - Agar keluarga mengetahui kondisi klien dan
Sp 2 Keluarga mampu berperan dalam perawatan
- Evaluasi peran keluarga merawat klien - Untuk melihat sejauhmana peran keluarga
dalam merawat klien
4. Gangguan citra Tujuan : klien mempunyai citra Sp 1 Paien
tubuh tubuh yang positif - Kaji persepsi klien tentang citra tubuhnya - Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Kriteria hasil : klien mampu - Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain - Sebagai substitusi dari hal negatif ke
mengidentifikasi aspek positif yang sehat pemikiran positif
dirinya, klien mengetahui cara- - Bantu klien meningkatkan fungsi bagian - Agar citra tubuhnya meningkat
cara meningkatkan citra tubuh, tubuh yang terganggu
klien dapat berinteraksi dengan Sp 2 Pasien
orang lain - Evaluasi citra tubuh klien - Untuk mengetahui perkembangan persepsi

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


- Bantu klien meningkatkan citra tubuh klien terhadap citra tubuhnya
dengan sosialisasi dan melakukan kegiatan - Sosialisasi dapat menambah kepercayaan diri
positif
Sp 1 Keluarga - Agar keluarga memahami dan mampu
Jelaskan kondisi klien dan cara merawat klien merawat klien
Sp 2 Keluarga - Untuk mengetahui perkembangan peran
Evaluasi peran keluarga dalam merawata klien keluarga merawat klien

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)

DIAGNOSA
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN
1. Nyeri Tanggal 10-5-2013 S :klien mengatkan nyeri berkurang sesaat setelah
jam 08.10 WIB melakukan teknik relaksasi nafas dalam
- memonitor ku dan tanda vital O : klien tampak lebih tenang, klien
- mengkaji skala nyeri mempraktekkan teknik nafas dalam
- memberikan posisi yang nyaman bagi klien A : nyeri
- melatih klien teknik nafas dalam untuk mengurngi nyeri P : P: latih teknik relaksasi dan distraksi
jam 14.00 berkolaborasi dengan tim medis memberikan injeksi panso K; Latihan teknik nafas dalam
40 mg dan injeksi antibiotik Ceftizoksim 1 g

2. Resiko perubahan Jam 08.30 WIB S : klien mengatakan masih mual


nutrisi kurang dari - Mengobservasi texture, turgor kulit. O:
kebutuhan tubuh - Mengobservasi intake out put Turgor kulit cukup,.
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. Berat badan 54 kg , TB 150 cm.
- Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. Porsi makan siang hanya habis 1/2
- Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.
A : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Mengidentifikasi perubahan pola makan.
- Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet rendah serat P : lanjutkan intervensi

3. Ketidakberdayaan Jam 13.00 Sp 1 Pasien S : klien mengatakan saat ini merasa sedih, merasa
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya tidak bisa melakukan apa-apa, tidak dapat
- Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang dihadapinya mengurus anaknya, kuliahnya juga jadi
- Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat terbengkalai karena sering sakit-sakitan
mempengaruhi ketidakberdayaannya O : klien masih tampak sedih, bicara dan gerakan
- Membantu klien mengidentifikasi hal yang negatif dan bantu lamban
menurunkan dengan cara meningkatkan pemikiran yang positif A : ketidakberdayaan
P: latih klien mengontrol ketidakberdayaan

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


4. Gangguan citra tubuh Jam 13.20 WIB Sp 1 Pasien S : klien mengatakan menyenangi hidungnya yang
- Membantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya mancung
- Mendiskusikan persepsi klien tentang citra tubuhnya Klien mengatakan akan mencoba berolahraga
- Mendiskusikan potensi bagian tubuh lain yang menarik jika nanti sudah sembuh
- Memotivasi klien untuk meningkatkan kesehatannya dengan cara O : klien tampak tersenyum sambil menyentuh
berolahraga jika sudah sehat nanti hidungnya
A : gangguan citra tubuh teratasi sebagian
P :. P: bantu kien identifikasi hal-hal yang positif
K: identifikasi hal-hal positif lainnya
Tanggal 11-5 2013
1. Nyeri Jam 08.30 WIB S: klien mengatkan nyeri relatif berkurang setelah
- memonitor ku dan tanda vital melakukan teknik distraksi
- mengkaji skala nyeri O : klien tampak lebih tenang, klien
- memberikan posisi yang nyaman bagi klien mempraktekkan teknik distraksi dengan cara
- mengajarkan teknik distraksi dengan cara spiritual/berdzikir untuk berdzikir
mengurangi nyeri A : nyeri
- jam 14.00 berkolaborasi dengan tim medis memberikan injeksi P : P: latih teknik relaksasi dan distraksi
panso 40 mg dan injeksi antibiotik Ceftizoksim 1 g K; Latihan teknik nafas dalam dan distraksi

2. Resiko perubahan Jam 08.30 WIB S : klien mengatakan masih ada mual
nutrisi kurang dari - Mengobservasi texture, turgor kulit. O : Turgor kulit cukup,.
kebutuhan tubuh - Mengobservasi intake out put Porsi makan siang hanya habis 1/2
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. A : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. P : lanjutkan intervensi
- Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.
- Mengidentifikasi perubahan pola makan.
- Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet
rendah serat

3. Ketidakberdayaan Jam 13.00 Sp 1 Pasien S: klien mengatakan saat ini merasa sedih, merasa
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya tidak bisa melakukan apa-apa, kondisi sakitnya
- Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang dihadapinya membuatnya harus meninggalkan banyak
- Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat pekerjaan.
mempengaruhi ketidakberdayaannya O : klien masih tampak sedih, bicara dan gerakan

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


- Membantu klien pemikiran yang positif dan latihan lamban
mengembangkan harapan positif (afirmasi positif) A : ketidakberdayaan
Sp Keluarga P: P:latih klien mengontrol ketidakberdayaan
- Mendiskusikan dengan keluarga tentang kondisi klien dan cara Motivasi keluarga untuk berperan merawat
merawat klien klien

4. Gangguan citra tubuh Sp 2 Pasien S: Klien mengatakan bersyukur karena sudah


- Mengevaluasi perasaan dan persepsi klien terhadap tubuhnya dikarunia kesempurnaan badan dan akan berusaha
- Mendiskusikan potensi bagian tubuh lain yang menarik menjaganya dengan menjaga kesehatannya
- Memotivasi klien untuk meningkatkan kesehatannya dengan cara O: klien tampak tersenyum
berolahraga jika sudah sehat nanti A: gangguan citra tubuh teratasi
P: pertahankan persepsi positif klien tentang citra
tubuhnya
Tanggal 13-5-2013
1. Nyeri - memonitor ku dan tanda vital S:klien mengatkan nyeri brkurang jika melakukan
- mengkaji skala nyeri teknik relaksasi nafas dalam, namuntiba-tiba
- memberikan posisi yang nyaman bagi klien masih sering muncul sakitnya
- memotivasi klien untuk melakukan teknik nafas dalam dan O : klien tampak lebih tenang, klien
distraksi untuk mengurngi nyeri mempraktekkan teknik nafas dalam
A : nyeri
P : P: latih teknik relaksasi dan distraksi
K; Latihan teknik nafas dalam

2. Resiko nutrisi kurang - Mengobservasi texture, turgor kulit. : klien mengatakan makan masih berselera apalagi
dari kebutuhan tubuh - Mengobservasi intake out put makannya setiap hari bubur
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. O : Turgor kulit cukup,.
- Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. Porsi makan siang hanya habis ½ porsi
- Menimbang berat badan setiap seminggu sekali. A : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Mengidentifikasi perubahan pola makan.
- Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet rendah
P : lanjutkan intervensi
serat

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


3. Ketidakberdayaan Jam 13.00 S: klien mengatakan saat ini merasa sedih, karena
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya seharusnya mengikuti UAS di tempatnya
- Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang dihadapinya kuliah.
- Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat O : klien masih tampak sedih, bicara dan gerakan
mempengaruhi ketidakberdayaannya lamban
- Mengajarkan klien untuk berpikir positif dan latihan A : ketidakberdayaan
mengembangkan harapan positif P: latih klien mengontrol ketidakberdayaan

Tanggal 14-5-1013
1. Nyeri Jam 08.20 S:klien mengatkan nyeri berkurang sesaat setelah
memonitor ku dan tanda vital melakukan teknik relaksasi nafas dalam, namun
- mengkaji skala nyeri kadang nyerinya hilang timbul
- memberikan posisi yang nyaman bagi klien O : klien tampak lebih tenang, klien
- memotivasi klien untuk melakukan teknik nafas dalam untuk mempraktekkan teknik nafas dalam
mengurngi nyeri TD100/70 N.84 S 36 RR. 18
A : nyeri
P : P: latih teknik relaksasi dan distraksi
K; Latihan teknik nafas dalam

2. Resiko nutrisi kurang - Mengobservasi texture, turgor kulit. S: klien mengatakan setelah makanan diganti nasi
dari kebutuhan tubuh - Mengobservasi intake out put tim, makannya habis
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. O : Turgor kulit cukup,.
- Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. Porsi makan siang hanya habis 1 porsi
- Menimbang berat badan setiap seminggu sekali. A : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
- Mengidentifikasi perubahan pola makan.
- Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet rendah
P : pertahankan intervensi
serat dan mengganti bubur dengan nasi tim

3. ketidakberdayaan Jam 13.00 Sp 2 psien S: klien mengatakan selama sakit tidak bisa

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya merawat kedua anaknya, walaupun komunikasi
- Mengevaluasi kondisi ketidakberdayaannya lewat telepon biasanya berjalan, namun rasanya
- Menjelaskan manfaat berpikir positif dan mengembangkan harapan tidak maksimal
positif O : klien masih tampak sedih, bicara dan gerakan
- Melatih mengontrol ketidakberdayaan dengan membantu lamban
mengidentifikasi area kehidupan yang masih dapat dikontrol seperti A : ketidakberdayaan
perannya sebagai ibu P: latih klien mengontrol ketidakberdayaan

Tanggal 15-5-2013
1. Nyeri Jam 08.10 S: klien mengatkan nyeri masih hilang timbul
- memonitor ku dan tanda vital terutama saat perut ditekan
- mengkaji skala nyeri O : klien tampak lebih tenang, klien
- memberikan posisi yang nyaman bagi klien mempraktekkan teknik nafas dalam
- memotivasi klien untuk melakukan teknik nafas dalam dan A : nyeri
distraksi P : P: latih teknik relaksasi dan distraksi
- berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi Injeksi K; Latihan teknik nafas dalam dan distraksi
Ceftriaxon 2 gr iv
2. Ketidakberdayaan Jam 13.00 Sp 2 pasien S: klien mengatakan jika pulang nanti akan
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya kembali mengajar di PAUD dan
- Mengevaluasi kondisi ketidakberdayaannya mengembangkan potensinya. Klien
- Menjelaskan manfaat dari berpikir positif dan mengembangkan menceritakan bahwa dirinya pernah menjuarai
harapan positif lomba pembutan APE (alat permainan
edukatif) se propinsi dan hal itu membuatnya
bangga. Klien mengatakan “ sebenarnya
saya bisa ya, Suster”.
O : klien tampak senang, ekspresi wajah ceria
A : ketidakberdayaan teratasi sebagian
P: P: latih klien mengontrol ketidakberdayaan
K: latihan berpikir positif dan mengontrol
ketidakberdayaan

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


Tanggal 16-5-2013
1. Nyeri Jam 15.00 WIB S:klien mengatakan lumayan nyaman setelah
- Mengukur tanda-tanda vital melakukan masage di daereh perut
- Mengkaji skala nyeri O: ku. sakit sedang, klien tampak memijat/masage
- Mengevaluasi latihan nafas dalam dan distraksi musik daerah perutnya perlahan
- Melatih klien teknik non farmakologis lainnya yaitu masage untuk TD 110/70 mmHg N.91x/mnt S.36 RR:18
mengurangi nyeri A: nyeri
P: optimalkan teknik distraksi dan relaksasi untuk
mengurangi nyeri
K: latihan nafas dalam
Latihan distraksi
Latihan masage
2. Ketidakberdayaan Jam 17.00 WIB S: klien mengatakan hampir saja kepercayaan
- Mengkaji kondisi dan perasaan klien dirinya jatuh lagi karena suaminya ingin
- Membantu klien mengungkapkan perasaannya
memperpanjang masa perawatannya
- Melatih ulang cara berpikir positif
Sp Keluarga Klien mengatakan akan berusaha bersabar
- Mendiskusikan dengan keluarga (suami) tentang kondisi klien dan
menunggu sampai diperbolehkan pulang
perkembangan sakitnya saat ini
- Memotivasi keluarga untuk memberikan dukungan fisik dan mental O: klien tampak lebih banyak diam
serta support bagi klien
A:ketidakberdayaan
P:P: latih klien untuk mengontrol
ketidakberdayaanya
K: latihan berfikir positif

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013


Tanggal 17-5-2013
Jam 15.00 WIB S: Klien mengatakan hari ini perutnya sudah tidak
1. Nyeri
- Mengkaji tanda vital dan keadaan umum klien sakit lagi dan merasa senang karena akan pulang
- Mengkaji keluhan nyeri klien
O: keadaan umum baik, klien tampak segar,
- Berkolaborasi dengan dokter; advis dokter via telpon : acc pulang
- Memberikan penkes tentang perawatan di rumah mobilisasi jalan (+)
- Mempersiapkan pasien pulang
Jam 21.00 klien pulang
A: Nyeri teratasi
P : Lanjutkan perawatan di rumah

2. Ketidakberdayaan Jam 17.00 WIB S: Klien mengatakan senang akan bertemu


- Membantu klien mengungkapkan perasaannya dengan anaknya lagi hari ini
- Memberikan motivasi kepada klien untuk melakukan kembali
Klien mengatakan akan mencoba melakukan hal-
peran-peran dan tugas yang tertunda selama klien sakit saat nanti
sudah pulang ke rumah hal yang sudah diajarkan oleh mahasiswa
- Memotivasi keluarga (suami) untuk memberikan dukungan penuh
O: klien tampak senang, raut wajah ceria
saat klien di rumah
A: Ketidakberdayaan teratasi
P: perawatan dilanjutkan di rumah

Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai