YUYUN YUSNIPAH
1006823671
YUYUN YUSNIPAH
1006823671
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Penulisan karya imiah akhir ners ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Ners Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
(2) Ibu Dr. Mustikasari, Skp. MARS, selaku ketua koordinator Program Profesi
Keperawatan Peminatan Jiwa
(3) Ibu Yossie Susanti Eka Putri, SKp., MN., selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan karya ilmiah ini.
(4) Bapak I Ketut Sudiatmika, M.kep. Sp.Kep.Jiwa , selaku dosen pembimbing
lahan praktek di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor yang telah memberi
masukan pada penulis untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.
(5) Teman sejawat di Ruang Gayatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor yang
telah banyak membantu dalam pelaksanaan karya ilmiah ini.
(6) Suami tercinta Anung Widi Armunanto dan kedua mutiara hatiku Najwa
Mumtaz Kanaya & Khalida Azizah Ulya yang telah memberikan cinta, doa,
dan semangat dalam setiap langkah perjalanan hidupku.
(7) Teman-teman khususnya yang tergabung dalam peminatan jiwa yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
(8) Semua pihak yang telah membantu penulisan karya ilmiah ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaaat bagi kita semua.
Depok, Juli 2013
Penulis
iv
Kata kunci:
Typhoid, ketidakberdayaan, asuhan keperawatan psikososial
ABSTRACT
vi
vii
viii
Universitas Indonesia
1
Analisis praktik..., Yuyun Yusnipah, FIK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
dari sehat ke sakit biasanya berawal dengan gejala yang umumnya disertai
rasa tidak nyaman, kehilangan kekuatan dan stamina, dan penurunan
kemampuan untuk berfungsi. Tujuan hidup, keluarga, pekerjaan dan
penghasilan, mobilitas, citra tubuh, dan gaya hidup pun akan berubah secara
drastis (Smeltzer & Bare, 2002). Perubahan yang dialami dapat berkembang
menjadi krisis-krisis fisik dan psikososial yang akan mempengaruhi keluarga,
sahabat, dan lingkungan sekitar. Penelitian oleh Hardwood et al (2005)
menyatakan bahwa selain mengalami gejala fisik, ,masalah psikososial,
masalah finansial, dan kurangnya informasi menjadi stressor bagi diri pasien
itu sendiri dan memberikan dampak bagi anggota keluarga seperti perubahan
fungsi peran.
Salah satu masalah psikososial yang timbul dari respon individu terhadap
penyakit yaitu ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan adalah pengalaman
tentang kurangnya kontrol seseorang terhadap situasi termasuk persepsi
bahwa sesuatu tidak akan bermakna mampu mempengaruhi terhadap hasil
yang ingin dicapai (NANDA, 2012). Seseorang yang mengalami
ketidakberdayaan kehilangan kontrol terhadap kejadian dalam hidupnya dan
merasa segala sesuatu tidak bermakna bagi dirinya.
Universitas Indonesia
Sakit Marzoeki Mahdi Bogor yang merawat pasien dengan penyakit dalam
dan bedah yaitu ruang gayatri. Pada bulan Mei 2013 terdapat 4 dari 100
pasien mengalami kasus typhoid di ruang Gayatri (sumber laporan indikator
mutu ruang gayatri, 2013). Penyakit typhoid yang sering kambuh
menyebabkan penyakit ini menjadi penyakit kronis untuk individu tertentu
sehingga respon dari penyakit kronis sering menimbulkan masalah
psikososial. Beberapa reaksi emosional dan psikososial yang biasa dialami
oleh pasien dan keluarganya adalah ansietas, kemarahan, berduka, malu,
hilang harapan, depresi, tidak berdaya, iri, dan kesepian ( Smeltzer & Bare,
2002). Perubahan yang dialami saat sakit dapat berkembang menjadi krisis
psikososial yang akan mempengaruhi keluarga, sahabat, dan lingkungan
sekitar. Adanya kesenjangan keadaan kesehatan dan keamanan yang dialami
masyarakat perkotaan memerlukan penerapan asuhan keperawatan kesehatan
khususnya masalah psikososial yang sesuai untuk masyarakat perkotaan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum:
Tujuan mahasiswa menuliskan karya ilmiah akhir ini adalah untuk
menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
Universitas Indonesia
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat aplikatif
1.4.1.1 Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
psikososial ketidakberdayaan di ruang Gayatri Rumah Sakit Marzoeki
Mahdi Bogor.
1.4.1.2 Hasil karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sesama perawat
di ruang Gayatri dalam meningkatkan pengetahuannya merawat pasien
dengan masalah psikososial ketidakberdayaan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan dijelaskan berbagai teori dan penelitian terkait typhoid. Juga
akan dipaparkan konsep terkait masalah psikososial akibat dari penyakit fisik
khususnya ketidakberdayaan sebagai acuan tentang pentingnya proses
keperawatan masalah psikososial bagi pasien dengan penyakit fisik.
2.1 Typhoid
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi multisistemik yang di sebabkan
oleh Salmonella Typhi (Brusch, 2012). Salmonella typhi masuk melalui mulut,
biasanya bersama makanan dan minuman yang terkontaminasi. Salmonella typhi
yang termakan mencapai usus halus dan masuk ke saluran getah bening lalu ke
aliran darah. Kemudian bakteri dibawa oleh darah menuju berbagai organ,
termasuk usus. Saat bakteri masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian
bakteri mati oleh asam lambung dan sebagian bakteri masuk ke usus halus.
Setelah berhasil melewati usus halus, bakteri masuk ke kelenjar getah bening, ke
pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (bakteriemia) (Brusch, 2012).
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-
12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, lidah kotor, gangguan saluran pencernaan.
(Ranjan L, dkk, 2001). Gejala demam typhoid sering kali muncul setelah 1
sampai 3 minggu terpapar mulai dari tingkat sedang hingga parah. Gejala yang
dapat menyertai demam tifoid adalah malaise, pusing, batuk, nyeri tenggorokan,
nyeri perut, konstipasi, diare, myalgia, hingga delirium dan penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya lidah kotor (tampak putih di
bagian tengah dan kemerahan di tepi dan ujung), hepatomegali, splenomegali,
distensi abdominal, tenderness, bradikardia relatif, hingga ruam makulopapular
berwarna merah muda, berdiameter 2-3 mm yang disebut dengan rose spot
(Brusch, 2012).
Universitas Indonesia
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Didaerah endemik transmisi
terjadi melalui air ataupun makanan yang tercemar. Makanan yang tercemar oleh
carrier merupakan sumber penularan yang paling sering di daerah nonendemik.
Carrier adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus
mengekskresi S.typhi dalam feses dan urin selama lebih dari satu tahun
(Soewondo, 2002).
Individu yang terinfeksi kuman tifoid akan memperoleh kekebalan , tetapi bisa
juga menjadi carrier kronis. Meskipun kesehatannya tampak baik, tubuhnya dapat
mengandung bakteri dan menularkannya kepada orang lain, sehingga sering
terjadi relapse pada penyakit ini (Weller, 2005). Typhoid yang terjadi berulang
akan menjadi suatu penyakit kronis yang menimbulkan berbagai respon baik fisik
maupun psikososial.
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya
menghasilkan kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung
dalam waktu yang pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer
tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut.
Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan
timbulnya relaps (Ranjan, et al 2001).
Universitas Indonesia
Kesehatan fisik dapat mempengaruhi cara individu dalam berespon terhadap stres
atau gangguan psikososial. Semakin sehat individu, semakin baik kopingnya
terhadap stres atau penyakit. Status nutrisi yang buruk, kurang tidur, atau penyakit
fisik kronis dapat menghambat kemampuan individu melakukan koping
(Videback, 2008). Ketika seseorang mengalami sakit fisik, maka akan banyak
terjadi perubahan fungsi yang dapat menyebabkan munculnya masalah
psikososial. Klien dengan penyakit fisik sumber stressor utama adalah respon
klien pada aspek bio-psiko-sosio-sosial dan spiritual. Dalam hal ini perawat harus
lebih tanggap menangani masalah psikososial agar pola koping klien dalam
menyelesaikan masalah lebih adekuat. Perubahan dari sehat ke sakit biasanya
berawal dengan gejala yang umumnya disertai rasa tidak nyaman, kehilangan
kekuatan dan stamina, dan penurunan kemampuan untuk berfungsi. Tujuan hidup,
keluarga, pekerjaan dan penghasilan, mobilitas, citra tubuh, dan gaya hidup pun
akan berubah secara drastis (Brunner & Suddarth, 2002). Perubahan yang dialami
dapat berkembang menjadi krisis-krisis yang akan mempengaruhi keluarga,
sahabat, dan lingkungan sekitar.
Menurut Potter & Perry (2005) setiap klien akan berespon unik terhadap kondisi
sakit yang dialaminya. Reaksi perilaku dan emosi individu terhadap penyakit
berbeda-beda bergantung pada asal penyakit, sikap klien dalam menghadapi
penyakit tersebut, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan
berbagai variabel dari perilaku sakit. Penyakit yang berat, terutama yang dapat
Universitas Indonesia
Penyakit dapat merupakan salah satu stresor bagi seseorang. Stresor adalah faktor
biologis, psikologis, sosial, dan kimiawi yang dapat menyebabkan tekanan fisik
ataupun emosi dan dapat menjadi faktor penyebab munculnya suatu penyakit
tertentu (Towsend, 2009). Penelitian oleh Hardwood et al (2005) menyatakan
bahwa selain mengalami gejala fisik, masalah psikososial, masalah finansial, dan
kurangnya informasi menjadi stressor bagi diri pasien itu sendiri dan memberikan
dampak bagi anggota keluarga seperti perubahan fungsi peran dari anggota
keluarga.
Masalah fisik maupun psikososial dapat muncul pada saat pasien dirawat di
rumah sakit terutama pasien yang mengalami penyakit kronis salah satunya yaitu
typhoid. Typhoid yang sering kambuh menyebabkan seseorang lebih banyak
ditempat tidur sehingga peran dan fungsinya terganggu. Hal ini didukung oleh
penelitian Livneh & Antonak (2005) mengatakan bahwa seseorang yang
menderita penyakit kronis dan keterbatasan fisik sering mengalami masalah fisik,
psikologis, finansial, edukasi dan terutama berkaitan dengan kualitas hidup
mereka. Respon psikososial yang sering muncul antara lain stres, berduka dan
kehilangan, gangguan dalam konsep diri, gangguan citra tubuh, dan penurunan
kualitas hidup. Mereka berdua memberikan gambaran empat strategi psikososial
yang dapat diterapkan untuk konseling orang dengan penyakit kronis dan
keterbatasan fisik. Pertama adalah membantu klien untuk mengeksplorasi
perasaan dan makna tentang penyakitnya, kedua memberikan informasi medis
yang relevan tentang penyakitnya, ketiga melibatkan dukungan keluarga dan
orang terdekat, dan terakhir mengajarkan tentang koping yang adaptif. Akhirnya
peneliti menyarankan kepada konselor untuk menerapkan pendekatan
Universitas Indonesia
2.2 Ketidakberdayaan
2.2.1 Pengertian
Kondisi sakit dapat menimbulkan masalah psikososial salah satunya adalah
ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan adalah pengalaman tentang kurangnya
kontrol seseorang terhadap situasi termasuk persepsi bahwa sesuatu tidak akan
bermakna mampu mempengaruhi terhadap hasil yang ingin dicapai (NANDA,
2012). Ketidakberdayaan secara nyata berkaitan dengan hilangnya power,
kapasitas dan autoritas yang dimiliki oleh klien penyakit kronis dalam
mempersepsikan tindakan yang diharapkan (Lubkin & Larsen, 2006). Carpenito
(2008) menyatakan bahwa ketidakberdayaan merupakan kondisi seseorang atau
kelompok yang merasa kurang kontrol atas kejadian atau pribadi atau situasi yang
memberi dampak pada pandangan, tujuan, dan gaya hidup. Berdasarkan beberapa
definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan merupakan
kondisi dimana seseorang kehilangan kontrol terhadap situasi tertentu dan
menganggap tidak ada sesuatu yang bermakna yang dapat mengubah kondisi
tersebut.
Menurut ranjan et,al (2001) disebutkan bahwa penyakit typhoid sering mengalami
kambuh sehingga digolongkan menjadi penyakit kronis. Salah satu respon
psikososial dari penyakit kronis adalah ketidakberdayaan. Pasien merasa tidak
mampu mengontrol keadaan yang diakibatkan oleh kondisi sakitnya yang kronis
sehingga beresiko terjadinya masalah ketidakberdayaan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara
sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi
Universitas Indonesia
tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap
individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya.
Pada pasien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat
mungkin terjadi. Stresor pada tiap perubahan adalah perubahan ukuran tubuh, berat
badan yang turun akibat penyakit, perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti
operasi dan suntikan daerah pemasangan infuse. Gangguan citra tubuh adalah konfusi
dalam gambaran mental fisik diri individu (NANDA, 2009).
Individu yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa tersembunyi atau tidak
kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah secara signifikan
dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit. Beberapa
individu boleh juga menyatakan perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, dan
kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat merusak terhadap
dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh diri. (Kozier, 2004).
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan
mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam
citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan
penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota
keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya
(Kozier, 2004).
Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh yaitu menolak melihat dan
menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi/akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada
tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan (NANDA, 2009). Tujuan tindakan keperawatan bagi
pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling
percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,
mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya,
menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan
sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan
integritas diri (Keliat, 1998).
Universitas Indonesia
Dalam bab ini mahasiswa akan menyajikan hasil pengkajian fisik dan
psikososial serta masalah keperawatan yang dialaminya. Mahasiswa akan
menyajikan dalam bentuk deskriptif untuk menggambarkan bagaimana
pengkajian, penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan yang diberikan pada klien.
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 7-8 Mei 2013. Pasien adalah Ny. S
berusia 36 tahun. Klien dibawa ke Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor
dengan keluhan sudah 10 hari demam turun naik, demam terutama dirasakan
sore menjelang malam. Selain demam, klien juga mengeluh nyeri perut, mual
dan tidak nafsu makan. Keluhan utama klien saat ini adalah nyeri perut dan
mual. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, didaerah perut
sebelah kanan menjalar ke sebelah kiri. Nyeri semakin terasa saat perut
ditekan. Sejak di rumah sakit sudah tidak demam. Klien mempunyai riwayat
penyakit typhoid dan dalam 3 tahun terakhir (sejak tahun 2011 sampai
dengan sekarang) sudah 4 kali dirawat dengan diagnosa typhoid, terakhir
rawat di ruang Antasena pada bulan Maret 2013.
Universitas Indonesia
16
Menurut klien orang yang berarti dalam kehidupan klien adalah suami dan
anak-anaknya. Di lingkungan sekitar rumah klien jarang bergaul dengan
tetangga dan lebih banyak di rumah karena semenjak menikah suaminya
melarang untuk bergaul ataupun berkunjung ke rumah tetangga. Baru 2 tahun
ini suaminya mengizinkan klien untuk mengajar di PAUD dua hari dalam
seminggu dan melanjutkan kuliah ke S1 PAUD karena kuliahnya hanya sabtu
dan minggu. Klien mengatakan senang karena mempunyai teman sesama
guru PAUD dan teman kuliah. Dalam berhubungan dengan orang lain
terutama dengan teman sesama guru di PAUD tidak mengalami kesulitan,
hanya saja menurut klien jika terdapat konflik dengan teman ataupun
keluarga terutama konflik dengan suami klien lebih baik diam dan akhirnya
menangis.
Universitas Indonesia
Dx 1. Ketidakberdayaan
Dx 1 Ketidakberdayaan
Universitas Indonesia
nanti apabila sudah sembuh. Menurut klien dirinya akan mencoba menjalani
hidup ini dengan semangat, klien ingin mengisinya dengan kembali
menjalankan peran sebagai ibu dari dua anaknya, menjalankan peran sebagai
guru di PAUD dan melanjutkan kuliah yang tertunda karena sering sakit-
sakitan. Namun sehari sebelum klien pulang (interaksi ke-6) secara verbal
klien kembali mengungkapkan perasaan sedihnya karena suaminya hendak
memperpanjang masa perawatan dengan alasan ingin penyakitnya ditangani
dengan tuntas. Klien tampak sedih dan murung. Mahasiswa melatih ulang
pasien untuk mengontrol perasaaan ketidakberdayaannya dengan
menanamkan pemikiran yang positif serta mahasiswa melakukan komunikasi
dengan keluarga, akhirnya keluarga mengerti dan memahami kondisi klien
sampai akhirnya klien pulang dengan tersenyum dan menunjukkan perasaan
senangnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini akan membahas mengenai profile ruangan tempat praktek, analisa hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan teori, jurnal,
serta penelitian sebelumnya yang terkait dengan karya ilmiah ini. Hal yang akan
dipaparkan meliputi hasil asuhan keperawatan, intervensi keperawatan utama serta
serta alternatif pemecahan masalah keperawatan yang dilakukan pada klien Ny.S
di ruang Gayatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
Universitas Indonesia
22
Selain masalah ansietas juga terdapat beberapa masalah psikososial lain yang
ditemukan di ruang Gayatri seperti ketidakberdayaan, gangguan citra tubuh,
berduka dan kehilangan. Salah satu masalah psikososial yang ditemukan yaitu
ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan sering muncul ketika seseorang
mengalami penyakit kronis salah satunya penyakit typhoid. Typhoid
merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi pada
masyarakat perkotaan karena hygiene dan sanitasi yang kurang. Penyakit
typhoid yang sering kambuh menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan
berbagai aktifitas dan peran yang semestinya dijalaninya. Kondisi yang terus-
menerus dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi
ketidakberdayaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Livneh & Antonak (2005)
mengatakan bahwa seseorang yang menderita penyakit kronis dan
keterbatasan fisik sering mengalami masalah fisik, psikologis, finansial,
edukasi dan terutama berkaitan dengan kualitas hidup mereka. Respon
psikososial yang sering muncul antara lain stres, berduka dan kehilangan,
gangguan dalam konsep diri, gangguan citra tubuh, dan penurunan kualitas
Universitas Indonesia
hidup. Hal seperti ini dialami oleh pasien kelolaan mahasiswa yaitu Ny. S
yang mengalami ketidakberdayaan dan gangguan citra tubuh.
Pengkajian dilakukan pada pasien Ny.S , usia 36 tahun. Usia ini termasuk
kedalam usia dewasa pertengahan . Usia seseorang pada kelompok dewasa
menengah ini merupakan usia yang sangat matang dalam hal pengalaman
hidupnya termasuk dalam pengambilan keputusan dan menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Menurut Stuart dan Laraia (2005) bahwa usia
mempengaruhi cara pandang individu dalam menyelesaikan masalah.
Kemampuan kognitif dan kemampuan perilaku sangat dipengaruhi oleh tahap
perkembangan usia seseorang (Edelman & Manl, 1994, dalam Potter & Perry,
2005). Menurut peneliti umur seseorang menunjukan kematangan dalam
berpikir dan bertindak sehingga semakin usia bertambah maka seharusnya
individu akan semakin matang dalam menyelesaikan persoalan hidupnya.
Namun Respon seseorang terhadap ketidakberdayaan akan sangat tergantung
bagaimana seseorang menilai stressor dan bagaimana menyelesaikan stressor
tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Akibat dari sakit atau proses penyakit berdampak pada perubahan konsep diri
individu. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Gambaran diri,
ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri merupakan komponen dari
konsep diri yang dapat berubah dengan adanya suatu penyakit atau proses
sakit. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan seharusnya
memperhatikan respon klien secara holistik yang meliputi aspek bio, psiko,
social dan spiritual dalam melakukan asuhan.
Gangguan citra tubuh adalah konfusi dalam gambaran mental fisik dri
individu (NANDA, 2009). Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui
perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati
untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi
signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik
bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan
anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier,
2004). Dari pengkajian dan respon pasien maka mahasiswa menegakkan
diagnosa gangguan citra tubuh.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Mc. Grath (2000) mendefinisikan bahwa berpikir positif adalah istilah untuk
suatu keseluruhan sikap yang tercermin dalam pemikiran, perilaku,
perasaan, dan ungkapan verbal. Berpikir positif adalah sikap mental yang
mengakui ke dalam pikiran, kata-kata, dan gambaran yang kondusif untuk
keberhasilan hidup. Berpikir positif banyak mempunyai keuntungan untuk
kesehatan individu. Mayo clinic (2011) dalam penelitiannya melaporkan
sejumlah manfaat kesehatan yang berhubungan dengan berpikir positif dan
bersikap optimis antara lain penurunan risiko kematian akibat masalah
kardiovaskular, depresi berkurang, dan usia harapan hidup meningkat.
Menurut mereka bahwa berpikir positif bermanfaat bagi kesehatan karena
orang-orang yang positif menyebabkan perubahan gaya hidup menjadi
lebih sehat. Dengan berkurangnya stres serta menghindari perilaku tidak
sehat, mereka dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
Universitas Indonesia
Manfaat dari berpikir positif banyak disebutkan oleh banyak ahli. Macleod
dan Moore (2000) menyebutkan bahwa berpikir positif penting untuk
mengatasi gangguan psikologis khususnya dalam pemulihan dan
kesembuhan dari depresi. Macleod dan Moore menyarankan pendekatan
psikologis untuk meningkatkan cara berpikir positif pada pasien-pasien
depresi karena adanya bukti peningkatan pemulihan dan kesembuhan.
Sedangkan Sagestorm & Sephton (2010) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa berpikir positif memiliki efek yang kuat pada tubuh khususnya
meningkatkan imunitas tubuh. Sagestorm dan Sephton menemukan bahwa
orang-orang yang optimis, berpikir positif dalam hidup mereka
menunjukkan respon kekebalan yang lebih kuat daripada mereka yang
memiliki pandangan yang negatif terhadap situasi dalam hidupnya.
Penelitian terhadap 124 responden menunjukkan adanya korelasi positif
antara sikap optimis dengan imunitas tubuh (cell mediated immunity).
Adanya hubungan yang dinamis antara sikap optimis dengan imunitas tubuh
mempunyai implikasi positif terhadap intervensi piskologis untuk
meningkatkan status kesehatan seseorang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kanine, Helena, Putri,
Kristyaningsih, (2011) tentang pengaruh terapi generalis terhadap pasien DM
yang mengalami ketidakberdayaan menunjukkan telah diketahuinya skor
ketidakberdayaan yang tinggi sebelum dilakukan terapi generalis individu
baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol. Penurunan
skor yang signifikan pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi
generalis berdampak pada penurunan kondisi ketidakberdayaan yang cukup
tinggi dibandingkan dengan pemberian terapi generalis pada kelompok
kontrol. Hal ini menegaskan bahwa pemberian terapi generalis individu
memiliki hasil perbedaan skor yang signifikan pada kedua kelompok. Dapat
disimpulkan bahwa tindakan keperawatan khususnya melatih pasien untuk
berpikir positif dan mengembangkan harapan positif serta memberikan
edukasi yang tepat akan memberikan hasil yang efektif untuk mengatasi
kondisi ketidakberdayaan.
Hal yang perlu dicermati bahwa kondisi pasien yang secara emosional rentan
terhadap stressor kiranya perlu dilakukan kerjasama lebih lanjut dengan
perawat spesialis untuk melatih tentang manajemen stres pada pasien agar
tidak kembali ke dalam kondisi ketidakberdayaannya. Penguatan positif juga
harus diberikan pada pasien agar semangat untuk membangun kembali
harapan dalam hidupnya karena harapan akan membangun sebuah komitmen
untuk menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu juga diperlukan kerjasama
dengan perawat ruangan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan psikososial khususnya dalam
merawat pasien yang mengalami ketidakberdayaan.
Universitas Indonesia
Karya ilmiah ini sesuai dengan tujuan telah dapat menggambarkan asuhan
keperawatan klien dengan ketidakberdayaan pada Ny. S di ruang Gayatri Rumah
Sakit Marzoeki Mahdi Bogor . Berdasarkan uraian penjelasan dari bab
sebelumnya maka dapat ditarik simpulan dan saran sebagai berikut.
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil karya ilmiah maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
7.1.1 Karakteristik pasien kelolaan adalah perempuan, berusia 36 tahun.
Pasien mempunyai masalah fisik penyakit typhoid dan sudah beberapa
kali kambuh sehinngga menimbulkan masalah psikososial
ketidakberdayaan.
7.1.2 Intervensi keperawatan untuk masalah ketidakberdayaan berfokus pada
bagaimana pendekatan perawat terhadap pasien dan melatih pasien
mengontrol ketidakberdayaannya dengan mengajarkan untuk
berpikir positif dan mengembangkan harapan positif dalam hidupnya.
7.1.3 Masalah psikososial yang muncul pada pasien dengan penyakit fisik
perlu diintervensi karena akan mempengaruhi perkembangan penyakit
fisiknya.
7.1.4 Pentingnya pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan pasien
dengan masalah psikososial untuk dapat memberikan pelayanan yang
terbaik pada pasien sesuai secara komprehensif bio psikososio
spiritual.
Universitas Indonesia
33
7.2 Saran
Terkait dengan kesimpulan hasil karya ilmiah, terdapat beberapa saran yang
mungkin dapat dijadikan acuan dalam pengembangan hasil karya ilmiah ini.
7.2.1 Bagi Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor
Berdasarkan hasil temuan selama praktik bahwa belum adanya format
pengkajian khusus psikososial, oleh karena itu diharapakan pihak
rumah sakit bekerja sama dengan akademik untuk dapat
mengembangkan instrumen pengkajian psikososial disamping format
pengkajian fisik yang sudah ada agar pengkajian yang dilakukan dapat
menyeluruh mencakup bio psikososio spiritual. Selain itu Rumah Sakit
Marzoeki Mahdi khususnya Ruang Gayatri hendaknya dapat
meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan yang dapat
dilakukan dengan pelatihan khusus asuhan keperawatan psikososial
agar perawat lebih memahami dan dapat mempraktekkan asuhan
keperawatan psikososial kepada pasien.
7.2.2 Bagi Penelitian
Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang bisa dikembangkan dari
karya ilmiah ini yang terkait asuhan keperawatan psikososial di ruang
rawat inap fisik sehingga hasilnya akan lebih komprehensif karena
menilai manusia dalam berespon terhadap kondisi sakitnya secara
menyeluruh mencakup aspek bio-psiko-sosio-spiritual.
7.2.3 Bagi Keperawatan
Diharapkan mampu memanfaatkan hasil karya ilmiah ini untuk
meningkatkan dan mengembangkan asuhan keperawatan pasien dengan
masalah psikososial khususnya masalah ketidakberdayaan.
Universitas Indonesia
Braga, C.F., & Da Cruz, D.A.L., (2008). Powerlessness assessment tool for adult
patients.http://www.scielo.br/pdf/reeusp/v.43nspe/en a10v3ns.pdf
Brusch,J.L.,(2012).TyphoidFever. http://emedicine.medscape.com/article/231135-
overview. Diunduh tanggal 25 Juni 2013 jam 09.37 WIB
Carpenito, L.J., (2008). Handbook of nursing diagnosis.(12th.ed). Philadelphia.
Lippincott Company.
Kanine, E., Helena, N., Putri, E.,S.Y., Kristyaningsih, T. (2011). Pengaruh terapi
generalis dan logoterapi individu trhadap respon
ketidakberdayaan klien diabetes melitus di rumah sakit provinsi
Sulawesi Utara. Tesis FIK UI. Tidak dipublikasikan.
Kozier, B. Erb, G., Snyder, S., Berman, A. (2002). Kozier and Erb’s techniques in
nursing. 5th Edition. New Jersey: Pearson Edition-Inc.
Livneh, H. & Antonak, F.R (2005) . Psychosocial adaptation to chronic ilness
and disability: a primer for counselor. Journal of counseling &
development. Winter 2005 volume 83.
Lubkin, I.M & Larsen P.O., (2006). Chronic illness : impact and intervention.
Jones and Barlett Publisher, Inc Sudbuy Messachusetts.
Naseem, Z. &Khalid, R. (2010). Positive thinking incoping with stress and health
outcomes: literature review. Journal of research and reflection in
education. Vol 4 , No.1, page 42-61
Smeltzer, C.S. &Bare, G.B (2002). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical
surgical nursing. 8th Ed. Piladelphia: Lippincott-Raven
Publishers.
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principle and practice of psychiatric
nursing. 8th ed. St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart, L., (2001). Principles and practice psychiatric nursing. 8th.ed. St.Louis
missiori. Elseiver mosby
Universitas Indonesia
Yuanita, D., Akbar, S. (2010). Pendekatan cart untuk mendapatkan faktor yang
mempengaruhi terjangkitnya penyakit demam typhoid di Aceh Utara.
Skripsi Mahasiswa jurusan Statistika F-MIPA-ITS. Tidak dipublikasikan.
Universitas Indonesia
1.1 PENGKAJIAN
1.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Umur : 36 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Status Marietal : Kawin
Pendidikan : D 1 PAUD
Pekerjaan : Guru PAUD
Bahasa yang digunakan : Sunda dan Indonesia
Tanggal pengkajian :7 dan 8 Mei 2013
Tanggal Masuk RS : 6 Mei 2013
No. Register : 10169216
Ket:
X = Klien
= laki-laki
= perempuan
Klien mengatakan senang karena mempunyai teman sesama guru PAUD dan
teman kuliah. Dalam berhubungan dengan orang lain terutama dengan teman
sesama guru di PAUD tidak mengalami kesulitan, hanya saja menurut klien
jika terdapt konflik dengan teman ataupun keluarga terutama konflik dengan
suami klien lebih baik diam dan akhirnya menangis.
1.1.8.4 Spiritual
Klien menjalankan ibadah sholat 5 waktu meskipun dalam keadaan sakit dan
harus sholat dalam kondisi duduk.
NO DIAGNOSA
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri Tujuan : 1. Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik 1. Sebagai dasar untuk melakukan intervensi
Nyeri berkurang/hilang dalam durasi, frekunsi, dan faktor pencetus nyeri keperawatan yang tepat
waktu 3 x 24 jam 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Perubahan tanda vital dapat
Kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengindikasikan nyeri
TTV normal, klien tenang, tidak mengurangi nyeri 3. Untuk mengurangi nyeri dengn cara
kesakitan. 4. Kolaborasi untuk pemberian analgetik sederhana
4. Untuk mengurangi nyeri
2. Gangguan Tujuan : Kebutuhan nutrisi 1. Observasi texture, turgor kulit. 1. mengetahui status nutrisi klien.
pemenuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 2. Observasi intake out put.. 2. mengetahui keseimbangan nutrisi klien.
kurang dari 7x24 jam. 3. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. 3. Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan tubuh Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi klien sehingga dapat
berhubungan 1. Turgor baik, intake dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet
dengan intake masuk sesuai kebutuhan, yang adekuat.
makanan yang terdapat kemampuan 4. Anjurkan kaluarga klien untuk mematuhi 4. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
kurang. menelan, sonde dilepas, BB diet yang telah diprogramkan. komplikasi terjadinya
meningkat 1kg. hipoglikemia/hiperglikemia.
2. Berat badan dan tinggi 5. Timbang berat badan setiap seminggu 5. Mengetahui perkembangan berat badan
badan ideal. sekali. pasien (berat badan merupakan salah satu
3. Keluarga Klien mematuhi indikasi untuk menentukan diet).
dietnya. 6. Identifikasi perubahan pola makan. 6. Mengetahui apakah keluarga klien telah
4. Kadar gula darah dalam melaksanakan program diet yang
batas normal. ditetapkan.
5. Tidak ada tanda-tanda 7. Kerja sama dengan tim kesehatan lain 7. Pemberian diet sonde TKTP yang sesuai
DIAGNOSA
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN
1. Nyeri Tanggal 10-5-2013 S :klien mengatkan nyeri berkurang sesaat setelah
jam 08.10 WIB melakukan teknik relaksasi nafas dalam
- memonitor ku dan tanda vital O : klien tampak lebih tenang, klien
- mengkaji skala nyeri mempraktekkan teknik nafas dalam
- memberikan posisi yang nyaman bagi klien A : nyeri
- melatih klien teknik nafas dalam untuk mengurngi nyeri P : P: latih teknik relaksasi dan distraksi
jam 14.00 berkolaborasi dengan tim medis memberikan injeksi panso K; Latihan teknik nafas dalam
40 mg dan injeksi antibiotik Ceftizoksim 1 g
3. Ketidakberdayaan Jam 13.00 Sp 1 Pasien S : klien mengatakan saat ini merasa sedih, merasa
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya tidak bisa melakukan apa-apa, tidak dapat
- Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang dihadapinya mengurus anaknya, kuliahnya juga jadi
- Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat terbengkalai karena sering sakit-sakitan
mempengaruhi ketidakberdayaannya O : klien masih tampak sedih, bicara dan gerakan
- Membantu klien mengidentifikasi hal yang negatif dan bantu lamban
menurunkan dengan cara meningkatkan pemikiran yang positif A : ketidakberdayaan
P: latih klien mengontrol ketidakberdayaan
2. Resiko perubahan Jam 08.30 WIB S : klien mengatakan masih ada mual
nutrisi kurang dari - Mengobservasi texture, turgor kulit. O : Turgor kulit cukup,.
kebutuhan tubuh - Mengobservasi intake out put Porsi makan siang hanya habis 1/2
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. A : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. P : lanjutkan intervensi
- Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.
- Mengidentifikasi perubahan pola makan.
- Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet
rendah serat
3. Ketidakberdayaan Jam 13.00 Sp 1 Pasien S: klien mengatakan saat ini merasa sedih, merasa
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya tidak bisa melakukan apa-apa, kondisi sakitnya
- Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang dihadapinya membuatnya harus meninggalkan banyak
- Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat pekerjaan.
mempengaruhi ketidakberdayaannya O : klien masih tampak sedih, bicara dan gerakan
2. Resiko nutrisi kurang - Mengobservasi texture, turgor kulit. : klien mengatakan makan masih berselera apalagi
dari kebutuhan tubuh - Mengobservasi intake out put makannya setiap hari bubur
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. O : Turgor kulit cukup,.
- Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. Porsi makan siang hanya habis ½ porsi
- Menimbang berat badan setiap seminggu sekali. A : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Mengidentifikasi perubahan pola makan.
- Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet rendah
P : lanjutkan intervensi
serat
Tanggal 14-5-1013
1. Nyeri Jam 08.20 S:klien mengatkan nyeri berkurang sesaat setelah
memonitor ku dan tanda vital melakukan teknik relaksasi nafas dalam, namun
- mengkaji skala nyeri kadang nyerinya hilang timbul
- memberikan posisi yang nyaman bagi klien O : klien tampak lebih tenang, klien
- memotivasi klien untuk melakukan teknik nafas dalam untuk mempraktekkan teknik nafas dalam
mengurngi nyeri TD100/70 N.84 S 36 RR. 18
A : nyeri
P : P: latih teknik relaksasi dan distraksi
K; Latihan teknik nafas dalam
2. Resiko nutrisi kurang - Mengobservasi texture, turgor kulit. S: klien mengatakan setelah makanan diganti nasi
dari kebutuhan tubuh - Mengobservasi intake out put tim, makannya habis
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. O : Turgor kulit cukup,.
- Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. Porsi makan siang hanya habis 1 porsi
- Menimbang berat badan setiap seminggu sekali. A : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
- Mengidentifikasi perubahan pola makan.
- Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet rendah
P : pertahankan intervensi
serat dan mengganti bubur dengan nasi tim
3. ketidakberdayaan Jam 13.00 Sp 2 psien S: klien mengatakan selama sakit tidak bisa
Tanggal 15-5-2013
1. Nyeri Jam 08.10 S: klien mengatkan nyeri masih hilang timbul
- memonitor ku dan tanda vital terutama saat perut ditekan
- mengkaji skala nyeri O : klien tampak lebih tenang, klien
- memberikan posisi yang nyaman bagi klien mempraktekkan teknik nafas dalam
- memotivasi klien untuk melakukan teknik nafas dalam dan A : nyeri
distraksi P : P: latih teknik relaksasi dan distraksi
- berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi Injeksi K; Latihan teknik nafas dalam dan distraksi
Ceftriaxon 2 gr iv
2. Ketidakberdayaan Jam 13.00 Sp 2 pasien S: klien mengatakan jika pulang nanti akan
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya kembali mengajar di PAUD dan
- Mengevaluasi kondisi ketidakberdayaannya mengembangkan potensinya. Klien
- Menjelaskan manfaat dari berpikir positif dan mengembangkan menceritakan bahwa dirinya pernah menjuarai
harapan positif lomba pembutan APE (alat permainan
edukatif) se propinsi dan hal itu membuatnya
bangga. Klien mengatakan “ sebenarnya
saya bisa ya, Suster”.
O : klien tampak senang, ekspresi wajah ceria
A : ketidakberdayaan teratasi sebagian
P: P: latih klien mengontrol ketidakberdayaan
K: latihan berpikir positif dan mengontrol
ketidakberdayaan