Anda di halaman 1dari 12

Nama: Farizky Baskoro

NPM : 1102011100
Kel. : A6

LI 1. MM asma bronkial

LO 1.1 Definisi

Penyakit asma bronkial secara umum adalah penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan:

 Sesak napas/sukar bernapas yang diikuti dengan suara “mengi” (bunyi yang meniup sewaktu
mengeluarkan udara/napas)
 Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah
 Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket
 Perasaan menjadi gelisah dan cemas

Sedangkan berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit asma bronkial adalah penyakit saluran pernapasan
dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau
hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan
timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat
penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan.

Kelainan dasar penyempitan saluran pernapasan yang berakibat timbulnya sesak napas adalah gabungan
dari keadaan berikut:

 Kejang/berkerutnya otot polos dari saluran pernapasan


 Sembab/pembengkakan selaput lendir
 Proses keradangan
 Pembentukan dan timbunan lendir yang berlebihan dalam rongga saluran pernapasan

LO 1.2 Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma
bronkhial, yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi nasihat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Olahraga atau Aktifitas Jasmani yang Berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

LO 1.3 Epidemiologi

Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak).
Prevalensi tersebut sangat bervariasi. Di Indonesia, (http://um.ac.id) prevalensi asma pada anak
berusia 6- 7 tahun sebesar 3% dan untuk usia 13-14 tahun sebesar 5,2% (Kartasasmita, 2002) .
(http://ksupointer.com)
Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics atau NCHS (2003), prevalensi serangan
asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah anak 4,2 juta), dan pada dewasa
> 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih
banyak daripada lelaki.
WHO memperkirakan terdapat sekitar 250.000 kematian akibat asma. Sedangkan berdasarkan
laporan NCHS (2000) terdapat 4487 kematian akibat asma atau 1,6 per 100 ribu populasi.
Kematian anak akibat asma jarang.
LO 1.4 Patofisiologi

Mekanisme Terjadinya Kelainan Pernapasan

Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang kualitas dan
komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu
dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.

Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus menerus, maka timbul
mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar
sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk.

Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif) terhadap
adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas
(bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:

 Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi/memendek/mengkerut


 Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
 Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi
sembab/pembengkakan dalam saluran napas

Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya menjadi sesak
napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri, keluar dahak yang kental
bersama batuk, terdengar suara napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui
saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat
mengeluarkan napas.

Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai berhari-hari dengan
gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja
ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri tanpa diobati.

Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada berkontraksi sehingga
sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti orang yang bekerja keras, kesulitan berbicara
karena tenaga hanya untuk berusaha bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur
meskipun dengan bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan timbul komplikasi yang
serius.

Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada alveolus terganggu suplainya
untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang sangat sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka
menjadi pucat, telapak tangan dan kaki menjadi dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah dan
kesadaran menurun.

Pada keadaan tersebut di atas merupakan tanda bahwa penderita sudah dalam keadaan bahaya/kritis dan
harus secepatnya masuk rumah sakit/minta pertolongan dokter yang terdekat.

LO 1.5 Klasifikasi

Pengenalan Jenis Serangan Asma Bronkial

Pengenalan jenis serangan asma berkaitan erat dengan cara pengobatannya. Serangan asma/bengek ada 2
macam, yaitu:

1. Serangan asma bronkial karena otot polos saluran napas yang berkerut (Asma Episodik)

Serangan asma bronkial/bengek hanya sekali-sekali, ada periode bebas sesak napas, serangan
“mengi” mungkin terjadi misalnya sewaktu jogging, makan suatu makanan yang kebetulan alergi,
mencium binatang piaraan, dsb.

Jenis ini memberikan respon yang baik terhadap pemberian obat pelonggar nafas hirup (inhaler)
dimana merupakan obat yang paling aman dengan sedikit efek samping yang minimal. Dapat juga
diberikan obat pelonggar napas dalam bentuk tablet maupun sirup.
2. Serangan asma bronkial karena proses peradangan saluran pernapasan (Continuing
Asma/Asma Berkelanjutan)

Penderita asma bronkial/bengek ini tidak pernah merasakan benar-benar bebas sesak, jadi hampir
setiap hari menderita “mengi”. Saluran pernapasannya mengalami keradangan sehingga mempunyai
resiko untuk terjadi serangan lebih sering, walaupun telah diberikan obat pelonggar napas.

Oleh karenanya, penderita memerlukan obat tambahan berupa anti keradangan (biasanya keluarga
steroid).

LO 1.6 Manifestasi klinis

Gejala dan tanda klinis sangat dipengaruhi oleh berat ringannya asma yangdiderita. Bisa saja
seorang penderita asma hampir-hampir tidak menunjukkan gejala yang spesifik sama sekali, di lain
pihak ada juga yang sangat jelas gejalanya. Gejaladan tanda tersebut antara lain:

• Batuk

• Nafas sesak (dispnea) terlebih pada saat mengeluarkan nafas (ekspirasi)

• Wheezing (mengi)

• Nafas dangkal dan cepat

• Ronkhi

• Retraksi dinding dada

• Pernafasan cuping hidung (menunjukkan telah digunakannya semua otot-otot bantu pernafasan
dalam usaha mengatasi sesak yang terjadi)

• Hiperinflasi toraks (dada seperti gentong)

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejalaklinis, tapi pada
saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah,duduk dengan menyangga ke
depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerjadengan keras.

Gejala klasik dari asma ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan padasebagian
penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selaludijumpai bersamaan.

Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak,antara lain :
silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, takikardidan pernafasan cepat dangkal.
Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

Penderita asma dapat dikategorikan menjadi sebagai berikut:

1.Asma intermiten ringan, gejala terjadi kurang dari seminggu sekali denganfungsi paru normal atau
mendekati normal diantara episode serangan.
2.Asma persisten ringan, gejala muncul lebih dari sekali dalam seminggudengan fungsi paru normal
atau mendekati normal diantara episodeserangan.

3.Asma persisten moderat, gejala muncul setiap hari dengan keterbatasan jalan napas ringan hingga
moderat.

4.Asma persisten berat, gejala muncul tiap hari dan mengganggu aktivitasharian. Terdapat gangguan
tidur karena terbangun malam hari, danketerbatasan jalan napas moderat hingga berat.5.Asma berat,
gejala distress berat hingga tidak bisa tidur. Keterbatasan jalan napas yang kurang respon terhadap
bronkodilator inhalasi dan dapatmengancam nyawa.

LO 1.7 Pemeriksaan

Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinopil.

- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.

- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas
yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

2. Pemeriksaan darah

- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
atau asidosis.

- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan


terdapatnya suatu infeksi.

- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan
menurun pada waktu bebas dari serangan.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran
hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis,
serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:

- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada asma.

3. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

- perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.

- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle branch
block).

- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan

VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan
asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan
obstruksi.
LO 1.8 Diagnosis dan DD

Diagnosis asma bronkial

1. Anamnesa

a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak yang tak kunjung
sembuh, atau batuk malam hari.

b. Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.

c. Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit alergi yang lain.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman dalam
posisi duduk.

b. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.

c. Paru :

 · Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.


 · Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
 · Perkusi : hipersonor
 · Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri

3. Pemeriksaan laboratorium

a. Darah rutin didapat peningkatan eosinofil dan IgE

b. Sputum didapat adanya eosinofil, spiral crushman, kristal charcot Leyden.

c. Foto toraks dapat normal diluar serangan, hiperinflasi saat serangan, adanya penyakit lain

d. Faal paru (spirometri /peak flow meter) menilai berat obstruksi, reversibilitas, variabilitas

e. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis

Status Asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat atau
bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan.
Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan
waktu pengamatan antara satu sampai dua jam.
Gambaran klinis status asmatikus

 · Penderita tampak sakit berat dan sianosis.


 · Sesak nafas, bicara terputus-putus.
 · Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah
jatuh dalam dehidrasi berat.
 · Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun
dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh ke dalam
koma.

Diagnosis Banding

• Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

• Gagal jantung (Asma kardial)

• Obstruksi saluran pernafasan akibat tumor

• Obstruksi saluran pernafasan akibat benda asing

LO 1.9 Tatalaksana

Terapi awal

a. Pasang Oksigen 2-4 liter/menit dan pasang infuse RL atau D5.

b. Bronkodilator (salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi dan pemberian dapat diulang
dalam 1 jam.

c. Aminofilin bolus intravena 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam
sebelumnya cukup diberikan setengah dosis.

d. Anti inflamasi (kortikosteroid) menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi
profilaksis

e. Ekspektoran à adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan
menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan dan dikeluarkan,
misalnya dengan obat batuk hitam (OBH), obat batuk putih (OBP), gliseril guaiakolat (GG)

f. Antibiotik à hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan
infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.
Antibiotika yang efektif adalah :

1. Pengobatan berdasarkan saat serangan :

a. Reliever/Pelega:

 · Gol. Adrenergik:

ü Adrenalin/epinephrine 1 : 1000 ? 0,3 cc/sc

ü Ephedrine: oral

 · Short Acting beta 2-agonis (SABA)

ü Salbutamol (Ventolin): oral, injeksi, inhalasi

ü Terbutaline (Bricasma): oral, injeksi, inhalasi

ü Fenoterol (Berotec): inhalasi

ü Procaterol (Meptin): oral, inhalasi

ü Orciprenaline (Alupent): oral, inhalasi

 · Gol. Methylxantine:

ü Aminophylline: oral, injeksi

ü Theophylline: oral

 · Gol. Antikolinergik:

ü Atropin: injeksi

ü Ipratropium bromide: inhalasi

 · Gol. Steroid:

ü Methylprednisolone: oral, injeksi

ü Dexamethasone: oral, injeksi

ü Beclomethasone (Beclomet): inhalasi

ü Budesonide (Pulmicort): inhalasi - ü Fluticasone (Flixotide): inhalasi


b. Controller/Pengontrol:

 · Gol. Adrenergik
 · Long-acting beta 2-agonis (LABA) à Salmeterol & Formoterol (inhalasi)
 · Gol. Methylxantine: Theophylline Slow Release
 · Gol. Steroid: inh., oral, inj.
 · Leukotriene Modifiers: Zafirlukast
 · Cromolyne sodium: inhalasi
 · Kombinasi LABA & Steroid: inhalasi

2. Terapi serangan asma akut

Berat Terapi lokasi


ringannya
serangan
Ringan Terbaik : Agonis beta 2 inhalasi diulang setia Di rumah
1 jam

Alternatif : agonis beta 2 oral 3 X 2 mg


Sedang Terbaik : oksigen 2-4 liter/menit dan agonis - puskesmas
beta 2 inhalasi
- klinik rawat jalan
Alternatif :agonis beta 2 IM/adrenalin
subkutan. Aminofilin 5-6mg/kgbb - IGD

-praktek dokter umum

-rawat inap jika tidak ada


respons dalam 4 jam.
Berat Terbaik : - IGD

-Oksigen 2-4 liter/menit - Rawat inap apabila dalam 3


jam belum ada perbaikan
-agonis beta 2 nebulasi diulang s/d 3 kali
dalam 1 jam pertama -pertimbangkan masuk ICU
jika keadaan memburuk
-aminofilin IV dan infuse progresif.

-steroid IV diulang tiap 8 jam


Mengancam Terbaik ICU
jiwa
-lanjutkan terapi sebelumnya

-pertimbangkan intubasi dan ventilasi


mekanik
3. Terapi Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk

a. meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma
sendiri)

b. meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri/asma mandiri)

c. membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol asma

LO 1.10 Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :


1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema

LO 1.11 Prognosis

Angka kematian akibat asma adalah kecil. Gambaran terakhir menunjukkan kurang dari 5.000
kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang berjumlah kira-kira 10 juta. Angka kematian cenderung
meningkat di pinggiran kota yang memiliki fasilitas kesehatan terbatas.

Informasi mengenai perjalanan klinis asma menyatakan prognosis yang baik,terutama pada
penderita dengan penyakit asma ringan dan asma pada anak-anak.Jumlah anak yang masih menderita
asma 7 sampai 10 tahun setelah diagnosa awal bervariasi antara 26-78%, rata-rata 46 %, persentasi anak-
anak yang berlanjut dengan penyakit yang berat relatif rendah yaitu 6-19 %.Walaupun ada laporan pasien
asma mengalami perubahan ireversibel padafungsi paru-paru, pasien-pasien ini biasanya memiliki
stimulus komorbid seperti merokok. Walaupun tidak diobati, penderita asma tidak berkembang dari
bentuk ringan menjadi bentuk berat selama perjalanan waktu. Perjalanan kliniknya terdiridari eksaserbasi
dan remisi. Beberapa penelitian mengatakan bahwa remisi spontanterjadi pada kira-kira 20 % pada pasien
yang menderita penyakit asma pada saat sudah dewasa, dan kira-kira 40 % dapat diharapkan membaik
dengan serangan yanglebih ringan dan lebih jarang saat pasien menjadi semakin tua.

LO 1.12 Pencegahan

Serangan eksaserbasi akut asma dapat dicegah dengan menghindari faktor pencetus asma yang
tergantung pada penyebab asma masing-masing pasien.Identifikasi dan penghindaran alergen di rumah
dan tempat kerja harus sebisa mungkin dilakukan. Penghindaran yang benar-benar terhadap paparan
tungau deburumah, hewan-hewan peliharaan, dan faktor pekerjaan berhubungan dengan perbaikan nyata
pada gejala-gejala pernapasan, fungsi paru-paru dan hiperresponsivitas saluran napas. Membuang hewan
peliharaan, terutama kucing, daridalam rumah akan sangat efektif bila disertai pembersihan dan pencucian
rumahuntuk menghilangkan alergen yang mungkin tertinggal yang bisa tetap berada padakonsentrasi
yang cukup untuk merangsang asma dalam waktu yang lama.

Anda mungkin juga menyukai