Dosen Pembimbing :
Drs. H. Abdul Hamid, M.Si
Arif Sholahuddin, S.Pd, M.Si
Drs. H. Bambang Suharto, M.Si
Asisten :
Agus Nor Ichsan
Annisa Sholihah
Oleh :
Kelompok 1 & Kelompok 2
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami diberi
kekuatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan “PROPOSAL
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN”
Proposal Praktikum ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Abdul Hamid, M.Si, Arif Sholahuddin, S.Pd, M.Si dan Drs.
H.Bambang Suharto, M.Si selaku pembimbing Mata Kuliah Praktikum
Analisis Instrumen yang telah memberikan bimbingan dan arahan praktikum.
2. Asisten dosen, Agus Nor Ichsan dan Annisa Sholihah terima kasih atas
bimbingan dan arahannya yang diberikan pada saat praktikum.
3. Teman-teman dan semua pihak yang berpartisipasi dalam menyelesaikan
laporan akhir ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................ 14
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 16
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 23
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 23
5.2 Saran ............................................................................................................ 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
cepat) daripada dengan kromatografi cairan yang biasa. Meskipun peralatan yang
tersedia di pasar dewasa ini agak mahal.
Paracetamol (Asetaminofen) merupakan salah satu obat yang paling banyak
digunakan sehari-hari. Obat ini berfungsi sebagai pereda nyeri dan penurun panas.
Setelah puluhan tahun digunakan, paracetamol terbukti sebagai obat yang aman
dan efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), paracetamol
dapat menimbulkan kematian. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti
aspirin dan ibuprofen, paracetamol tak memiliki sifat anti radang. Jadi
paracetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal,
paracetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan
darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Paracetamol dapat dijumpai di
dalam berbagai macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi
dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum overdosis
paracetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum ini efektif
jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam jumlah
besar. NAC juga dapat mencegah kerusakan hati jika diberikan lebih dini.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakuka penelitian
terhadap kadar paracetamol dalam sampel obatyang banyak beredar di
Banjarmasin, khususnya di pasar-pasar dan di toko obat. Adapun alat yang
digunakan dalam analisis ini adalah HPLC. HPLC adalah sebuah instrumen yang
menggunakan prinsip kromatografi (pemisahan) dengan menggunakan fase gerak
cair yang dialirkan melalui kolom yang merupakan fase diam menuju ke detektor
dengan bantuan pompa. Sampel dimasukkan ke dalam aliran fase gerak dengan
cara penyuntikan. teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan
pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara
lain: farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan.
Selain itu, penulis sendiri belum pernah melakukan penelitian menggunakan
HPLC sehingga hal ini dapat menjadi pengenalan dan pembelajaran langsung
terhadap penulis.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana memahami cara kerja instrument HPLC dalam penentuan
kadar paracetamol pada sampel obat ?
2. Bagaimana cara melakukan reparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat
mengikuti manual pengoperasian HPLC ?
3. Bagaimana kadar paracetamol dalam sampel obat dengan menggunakan
metode HPLC ?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SANMOL
4
Tidak semua orang boleh menggunakan obat Sanmol, pada kondisi
tertentu penggunaan obat ini tidak diperbolehkan:
1) Memiliki hipersensitifitas atau reaksi alergi terhadap parasetamol dan
komponen lain dari obat.
2) Sedang menderita gangguan fungsi hati yang berat.
3) Pecandu alkohol berat.
2.2 FASIDOL
5
berkurang sehingga respon tubuh terhadap nyeri berkurang. Paracetamol
menurunkan suhu tubuh dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di
pusat pengendali suhu tubuh di otak.
6
2) Efek samping ringan pada saluran pencernaan misalnya mual dan
muntah. Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi diketahui
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.
3) Efek samping Fasidol pada ginjal relatif jarang. Namun pada
penggunaan jangka panjang, dapat meningkatkan resiko kerusakan
ginjal termasuk gagal ginjal akut.
4) Efek samping pada kulit kejadiannya jarang. Pada tahun 2013, FDA
(US Food and Drug Administration) memperingatkan kemungkinan
terjadinya efek pada kulit seperti sindrom stevens-johnson dan
nekrolisis epidermal toksik akibat pemakaian paracetamol, meski hal ini
sangat jarang namun bisa fatal jika terjadi.
5) Beberapa ahli menyarankan untuk menghindari penggunaan obat ini
pada penderita asma terutama anak-anak, karena ada kemungkinan
menyebabkan peningkatan resiko asma ataupun memperburuk penyakit
asma yang telah diderita sebelumnya.
6) Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun
jika terjadi pertolongan medis harus segera diberikan karena bisa
menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat fatal.
7) Beberapa ahli mengaitkan penggunaan paracetamol untuk ibu hamil,
dengan resiko terjadinya asma pada anak-anak dan peningkatan ADHD.
Namun paracetamol tetap dianjurkan sebagai obat pilihan pertama
untuk nyeri dan demam selama kehamilan, meski tetap harus
memperhatikan resikonya.
2.3 TERMOREX
7
obat lain dengan nama generik yang sama. Diproduksi oleh Pabrik
Konimex.
Termorex merupakan obat yang digunakan sebagai analgetic (pereda
nyeri) dan antipiretik (penurun demam) yang bisa diperoleh tanpa resep
dokter. Meskipun paracetamol yang terkandung dalam termorex memiliki
efek anti inflamasi, obat ini tidak dimasukkan sebagai obat NSAID, karena
efek anti inflamasinya dianggap tidak signifikan. Cara kerja obat ini yang
diketahui adalah dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX).
Enzim ini berperan pada pembentukan prostaglandin yaitu senyawa
penyebab nyeri. Dengan dihambatnya kerja enzim COX, maka jumlah
prostaglandin pada sistem saraf pusat menjadi berkurang sehingga respon
tubuh terhadap nyeri berkurang. Kegunaan paracetamol menurunkan suhu
tubuh dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di pusat pengendali
suhu tubuh di otak.
8
5) Obat ini adalah komponen utama pada obat flu dan pilek yang beredar
luas di pasaran.
9
untuk nyeri dan demam selama kehamilan, meski tetap harus
memperhatikan resikonya.
10
BAB III
METODOLOGI
11
3.2.2 Prosedur kerja
a. Prosedur Pembuatan Fase Gerak
1) Menambahkan 420 mL KH2PO4- 0,01 M dengan metanol dan 30 mL
asetonitril dan 30 mL alkohol.
2) Menyaring menggunakan membran whatmann fimer PTFE 0,2 µm.
3) Mensonikasi selama 30 menit.
b. Pembuatan Larutan Induk Paracetamol
1) Menimbang dengan seksama 25 mg paracetamol p.a.
2) Memasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.
3) Menambahkan pelarut sebanyak 25 mL
4) Mensonifikasi selama 15 menit.
5) Mengencerkan dengan pelarut hingga garis tanda batas.
6) Menghitung konsentrasi larutan induk untuk paracetamol.
12
8) Menyaring ke dalam botol menggunakan membran whatmann PTFE
1
0,2 µm (menggunakan filtrat pertama untuk membilas filter atau
3
2
injektor dan menampung 3 filtrat selanjutnya).
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Pembuatan Deret Larutan Standar Paracetamol
14
4. Memulai pembacaan data pada
komputer (selama 5 menit)
2 ppm Luas Area : 984179
Waktu Retensi : 2.520 menit
15
analisis, dan 1/3 untuk disimpan
agar partikel atau udara tidak
masuk ke injektor) Larutan mengalir melalui kolom
Termorex Larutan mengalir melalui kolom
Fasidol Larutan mengalir melalui kolom
Sanmol
6. Memulai pembacaan data pada
komputer (selama 5 menit)
Termorex Luas Area : 27898315
Waktu Retensi : 2.563 menit
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini akan dilakukan penentuan kadar parasetamol dalam
sampel obat Sanmol, Fasidol, dan Termorex dengan instrumen HPLC (High
Performance Liquid Cromatography). Sampel obat yang digunakan adalah obat-
obat pereda panas. Prinsip yang digunakan pada instrumen yang digunakan yaitu
HPLC fasa terbalik, karena fasa diam yang digunakan bersifat nonpolar yaitu C-
18 dan fasa gerak yang digunakan (campuran dari 420 mL KH2PO4 0,01 M
dengan metanol, 30 mL asetonitril, dan 30 mL alkohol) bersifat polar.
Kolom yang digunakan dalam percobaan ini adalah kolom yang berisi fasa
diam C-18 denagna panjang 15 cm yang bersifat nonpolar dan merupakan hasil
reaksi antara silika dengan alkilklorosilana dimana gugus alkilnya (R) adalah n-
oktadesil. Fasa diam tersebut terikat pada fasa pendukung yaitu silika. Dalam hal
ini, fasa diam lebih nonpolar dari fasa geraknya sehingga mode yang digunakan
adalah mode fasa terbalik. HPLC fasa terbalik ini berguna untuk memisahkan
campuran komponen-komponen yang bersifat nonpolar seperti parasetamol
dengan komponen lain yang bersifat polar di dalam sampel. fasa diam yang
digunakan dalam HPLC harus tahan terhadap tekanan tinggi karena apabila
digunakn struktur dangan pori yang besar akan mudah rusak. Hal ini disebabkan
16
menurunnya permeabilitas akibat tekanan tinggi. Sementara proses elusi yang
digunakan adalah isocratic. Mode isokratik dilakukan pada temperature tetap dan
komposisi fasa geraknya sama selama pengukuran berlangsung yaitu pada suhu
27 C dan laju alir nya 1 mL/menit.
HPLC mempunyai cara kerja dimana jika nantinya larutan standar atau
sampel diinjeksikan ke dalam HPLC maka sampel/larutan standar tersebut akan
dibawa oleh fasa gerak yaitu campuran KH2PO4 0,01 M dengan metanol,
asetonitril, dan alkohol yang dilengkapi pompa. Fasa gerak yang membawa
sampel / larutan standar akan melewati kolom dan dibaca oleh detektor dan
menghasilkan data berupa kromatogram. Ilustrasi cara kerja HPLC seperti gambar
di bawah ini :
17
Perlakuan selanjutnya membuat larutan induk dari parasetamol. Menimbang
parasetamol sebanyak 25 mg dan memasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.
Menambahkan ke dalam labu ukur tadi sebanyak 25 mL pelarut fase gerak (
campuran KH2PO4 , metanol, asetonitril dan alkohol) tidak berwarna. Pelarut
yang digunakan ini merupakan campuran yang bertujuan untuk memberikan
faktor kapasitas yang cocok sehingga faktor human error dapat dihindari. Fasa
gerak ini telah memenuhi persyaratan fasa gerak yang cocok untuk HPLC yaitu
jernih, murah, mudah diperoleh, dan tidak kental atau encer. Setelah
menambahkan pelarut fasa gerak 25 mL, mensonikasikan larutan induk tersebut
selama 15 menit. Mensonikasikan bertujuan untuk mempercepat pemisahan
partikel dalam sampel dengan cara mencegah interaksi antarmolekul.
Mensonikasikan yaitu menggunakan energi ultrasonik yang tinggi sehingga dapat
memecah molekul. Selanjutnya menambahkan kembali pelarut sampai tanda
batas, sehingga didapatkan larutan induk 50 mL larutan ini akan digunakan
sebagai larutan standar. Konsentrasi larutan induk parasetamol adalah 500 ppm
(lampiran perhitungan).
18
gelembung gas pada larutan standar parasetamol. Karena dengan adanya gas
dalam larutan dapat menghambat pergerakan eluen Sehingga terganggunya
pemisahan pada kolom karena larutan tidak merata dan akan menyebabkan
terjadinya pelebaran puncak kromatogram. Selain itu, penghilangan gas ini juga
diperlukan untuk menghindari noise pada detektor terutama fase organik berair.
Waktu Retensi
Konsentrasi (ppm) Luas Area
(menit)
2 984179 2,520
4 1440347 2,515
6 2246745 2,507
19
8 2619999 2,520
Dari data di atas didapatkan luas area dan waktu retensi. Waktu retensi ini
nantinya digunkan sebagai pembanding bagi sampel yang mengandung
parasetamol. Luas area di analisis, data analisis larutan standar dengan mem plot
luas area di bawah kurva masing-masing larutan standar sebagai y, dan
konsentrasi yang di buat sebagai x didapatkan persamaan garis lurus untuk
parasetamol yaitu : y = 294693 x + 36435 dengan nilai R2 = 0,985.
20
(menit)
Sanmol 25733796 2,558
Fasidol 26735345 2,557
Termorex 27898315 2,563
Percobaan ini memiliki fasa terbalik, fasa diam yang digunakan adalah fasa
nonpolar dan fasa gerak bersifat polar. Dengan demikian senyawa yang bersifat
nonpolar cenderung lebih lama keluar dari kolom atau memiliki waktu retensi
yang lebih besar. Karena terjadi interaksi antara senyawa nonpolar dengan fasa
diamnya. Pada kromatogram yang dihasilkan didapatkan sampel yang memiliki
waktu retensi paling besar yaitu termorex sebesar 2,563 menit namun perbedaan
waktu retensi dengan kedua sampel tidak terlalu jauh jadi dapat diabaikan.
21
Menentukan kadar parasetamol yang terkandung dalam sampel obat tersebut
maka dibuat terlebih dahulu kurva kalibrasi dari data larutan standar. Dari kurva
kalibrasi didapatkan persamaan garis lurus y = 294693 x + 36435 sehingga setelah
dilakukan perhitungan (ada di lampiran) dengan menggunakan persamaan regresi
tersebut diperoleh kandungan parasetamol dalam ketiga sampel berikut ini :
Dari data diatas diketahui bahwa kadar parasetamol paling besar terdapat
pada sampel termorex dalam 1 mL mempunyai kadar 0,934327. Jadi sampel yang
mempunyai kadar parasetamol dari yang terbesar adalah sampel termorex >
fasidol > sanmol.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini untuk menganalisis kadar parasetamol dalam sampel
obat penurun panas sanmol, fasidol, dan termorex menggunakan instrumen HPLC
didapat kadar parasetamol dalam sampel obat sanmol 5 mL sebesar 4,30438507
mg, Fasidol 5 mL sebesar 4,474316 mg, dan termorex 5 mL sebesar 4,671635 mg.
Jadi kadar paling besar ke kecil dari ketiga sampel adala termorex > fasidol >
sanmol.
5.2 Saran
1. Mahasiswa pengikut mata praktikum analisis instrumen yang mengiikuti
pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) diharapkan mengikuti percobaan
dengan sungguh-sungguh.
2. Mahasiswa pengikut mata praktikum analisis instrumen yang mengiikuti
pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) diharapkan memahami
percobaan yang dilakukan dan prosedur kerja percobaan yang akan
dilakukan sehingga dalam pelaksanaan praktikum adanya proses diskusi
dengan laboran yang mengoperasikan instrumen sehingga dihasilkan
pengetahuan yang akan berguna di masa yang akan datang.
23
LAMPIRAN
GRAFIK
1 2 984179
2 4 1440347
3 6 2246745
4 8 2679999
2500000
2000000
Luas Area
1500000
1000000
500000
0
2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (ppm)
24
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Sanmol
Pada t = 2,558, y = 25733796
y= 294693x + 364353
25733796 = 294693x + 364353
x= 86,0877014 ppm
Konsentrasi sebelum pengenceran 1 mL sampel dengan 10 mL
pelarut
= 86,0877014 ppm x 10 = 860,877014 ppm = 0,860877014 mg
0,860877014
Konsentrasi sampel dalam tiap 5 mL obat = 1 𝑚𝐿
𝑥 5 𝑚𝐿
= 4,30438507 mg
2. Fasidol
Pada t = 2,557, y = 26735345
y = 294693x + 364353
26735345 = 294693x + 364353
x = 89,48632 ppm
Konsentrasi sebelum pengenceran1 mL sampel dengan 10 mL
pelarut
25
= 89,48632 ppm x 10 = 894,8632 ppm = 0, 8948632 mg
0,8948632
Konsentrasi sampel dalam tiap 5 mL obat = 1 𝑚𝐿
𝑥 5 𝑚𝐿
= 4,474316 mg
3. Termorex
Pada t = 2,563, y = 27898315
y = 294693x + 364353
27898315 = 294693x + 364353
x= 93,4327 ppm
Konsentrasi sebelum pengenceran1 mL sampel dengan 10 mL
pelarut
= 93,4327 ppm x 10 = 934,327 ppm = 0, 934327 mg
0,934327
Konsentrasi sampel dalam tiap 5 mL obat = 𝑥 5 𝑚𝐿
1 𝑚𝐿
= 4,671635 mg
26
LAMPIRAN
POTO
27
28
DAFTAR PUSTAKA
29