Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN


(ABKC 3710)
PERCOBAAN VII
“PENENTUAN KADAR PARACETAMOL DENGAN MENGGUNAKAN
METODE HPLC (High Proformance Liquid Chromatography)”

Dosen Pembimbing :
Drs. H. Abdul Hamid, M.Si
Arif Sholahuddin, S.Pd, M.Si
Drs. H. Bambang Suharto, M.Si

Asisten :
Agus Nor Ichsan
Annisa Sholihah

Oleh :
Kelompok 1 & Kelompok 2

Farah Medina A1C314060 Amalia Yunita A1C314056


Hariani A1C314208 Nadya Hidayati A1C314276
Novie Indriyanti A1C314030 Muhammad Hamidi A1C314074
Tyo Adi Samudera A1C314052 Nor Aulia Azizah A1C314206
Noor Mini A1C314026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
DESEMBER 2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami diberi
kekuatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan “PROPOSAL
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN”
Proposal Praktikum ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Abdul Hamid, M.Si, Arif Sholahuddin, S.Pd, M.Si dan Drs.
H.Bambang Suharto, M.Si selaku pembimbing Mata Kuliah Praktikum
Analisis Instrumen yang telah memberikan bimbingan dan arahan praktikum.
2. Asisten dosen, Agus Nor Ichsan dan Annisa Sholihah terima kasih atas
bimbingan dan arahannya yang diberikan pada saat praktikum.
3. Teman-teman dan semua pihak yang berpartisipasi dalam menyelesaikan
laporan akhir ini.

Kami menyadari bahwa Proposal Praktikum Kimia Analisis Instrumen ini


masih jauh dari sempurna. Karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
sifatnya membangun dalam penyempurnaan isi proposal ini sangatlah kami
harapkan.

Banjarmasin, Desember 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan .................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 3
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan .................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1 SANMOL ...................................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Sanmol .................................................................................. 4
2.1.2 Kegunaan Sanmol ................................................................................... 4
2.1.3 Efek Samping Sanmol ............................................................................ 5
2.2 FASIDOL ...................................................................................................... 5
2.2.1 Pengertian Fasidol................................................................................... 5
2.2.3 Kegunaan Fasidol ................................................................................... 6
2.2.3 Efek Samping Fasidol ............................................................................. 6
2.3 TERMOREX ................................................................................................. 7
2.3.1 Pengertian Termorex............................................................................... 7
2.3.2 Kegunaan Termorex ............................................................................... 8
2.3.3 Efek Samping Termorex ......................................................................... 9
BAB III METODOLOGI ...................................................................................... 11
3.1 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ......................................................... 11
3.2 Pengumpulan Data ...................................................................................... 11
3.2.1 Alat dan bahan ...................................................................................... 11
3.2.2 Prosedur kerja ....................................................................................... 12

ii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................ 14
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 16
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 23
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 23
5.2 Saran ............................................................................................................ 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara pemisahan
berdasarkan partisi cuplikan antara fasa yang bergerak, dapat berupa gas atau zat
cair dan fasa diam, dapat berupa zat cair atau zat padat. Kita biasanya
menganggap Tswett sebagai penemu kromatografi, yang pada tahun 1903
menguraikan karyanya mengenai pemakaian kolom kapur untuk memisahkan
pigmen dalam daun. Istilah ‘kromatografi’ dipakai oleh Tswett untuk
menggambarkan daerah berwarna yang bergerak ke bagian bawah kolom.
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan unsur-unsur yang akan
dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk
suatu lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya
merupakan cairan yang merembes lewat atau melalui fase yang stasioner. Fasa
stasioner mugkin suatu zat padat atau suatu cairan, dan fasa yang bergerak
mungkin suatu cairan atau suatu gas. Maka semua jenis kromatografi yang
dikenal, terbagi menjadi empat golongan: cair-padat, gas-padat, cair-cair, dan gas-
cair.
Pembahasan teknik kromatografi modern, baru lengkap bila disebut
kromatografi cairan kinerja tinggi (HPLC). Kromatografi cairan kolom
klasik merupakan prosedur pemisahan yang sudah mapan dalam mana fase cair
yang mengalir lambat lewat kolom karena gravitasi. Umumnya metode itu
dicirikan oleh efisiensi kolom yang rendah dan waktu pemisahan yang lama.
Namun sejak kira-kira tahun 1969, perhatian dalam teknik kolom cairan hidup
kembali dengan sangat menyolok karena dikembangkannya sistem tekanan tinggi
oleh Kirchland dan Huber, yang bekerja pada tekanan sampai 2,07 x 107 Nm -
2
(3000 p.s.i). Dalam metode ini digunakan kolom berdiameter kecil (1-3 mm) dan
eluen dipompakan ke dalamnya dengan laju alir yang tinggi (sekitar 1-5 cm3m-1).
Pemisahan dengan metode ini dilakukan jauh lebih cepat (sekitar 100 kali lebih

1
cepat) daripada dengan kromatografi cairan yang biasa. Meskipun peralatan yang
tersedia di pasar dewasa ini agak mahal.
Paracetamol (Asetaminofen) merupakan salah satu obat yang paling banyak
digunakan sehari-hari. Obat ini berfungsi sebagai pereda nyeri dan penurun panas.
Setelah puluhan tahun digunakan, paracetamol terbukti sebagai obat yang aman
dan efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), paracetamol
dapat menimbulkan kematian. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti
aspirin dan ibuprofen, paracetamol tak memiliki sifat anti radang. Jadi
paracetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal,
paracetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan
darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Paracetamol dapat dijumpai di
dalam berbagai macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi
dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum overdosis
paracetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum ini efektif
jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam jumlah
besar. NAC juga dapat mencegah kerusakan hati jika diberikan lebih dini.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakuka penelitian
terhadap kadar paracetamol dalam sampel obatyang banyak beredar di
Banjarmasin, khususnya di pasar-pasar dan di toko obat. Adapun alat yang
digunakan dalam analisis ini adalah HPLC. HPLC adalah sebuah instrumen yang
menggunakan prinsip kromatografi (pemisahan) dengan menggunakan fase gerak
cair yang dialirkan melalui kolom yang merupakan fase diam menuju ke detektor
dengan bantuan pompa. Sampel dimasukkan ke dalam aliran fase gerak dengan
cara penyuntikan. teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan
pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara
lain: farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan.
Selain itu, penulis sendiri belum pernah melakukan penelitian menggunakan
HPLC sehingga hal ini dapat menjadi pengenalan dan pembelajaran langsung
terhadap penulis.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana memahami cara kerja instrument HPLC dalam penentuan
kadar paracetamol pada sampel obat ?
2. Bagaimana cara melakukan reparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat
mengikuti manual pengoperasian HPLC ?
3. Bagaimana kadar paracetamol dalam sampel obat dengan menggunakan
metode HPLC ?

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


1.3.1 Tujuan Umum
1. Melengkapi persyaratan mata kuliah Progam Studi Pendidikan Kimia
FKIP ULM
2. Mahasiswa mampu memadukan teori yang didapatkan diperkuliahan
dengan kenyataan yang ada di lapangan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk memahami cara kerja instrument HPLC dalam penentuan kadar
paracetamol pada sampel obat
2. Untuk mengetahui cara melakukan reparasi dengan tepat dan akurat,
serta dapat mengikuti manual pengoperasian HPLC
3. Untuk mengetahui/menghitung kadar paracetamol dalam sampel obat
dengan menggunakan metode HPLC

1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan


Pelaksanaan praktek kerja lapangan ini diharapkan akan memberikan
manfaat sebagai berikut:

1. Mahasiswa pengikut mata kuliah praktikum analisis instrumen dapat


memahami cara kerja instrumen High Performance Liquid Chromatography
(HPLC), melakukan reparasi dengan tepat dan akurat, mengikuti manual
pengoprasian HPLC, dan menghitung kadar paracetamol, sanmol, fasidol,
dan termorex dalam sampel obat.
2. Mahasiswa dapat mengenal langsung tempat/lingkungan kerja instrumen
sehingga siap untuk kerja lapangan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SANMOL

2.1.1 Pengertian Sanmol


Sanmol adalah obat bermerek yang mengandung bahan aktif
parasetamol atau asetaminofen. Obat ini digunakan untuk menurunkan
demam dan menghilangkan rasa sakit yang ringan hingga sedang seperti
sakit kepala, sakit tenggorokan, sakit telinga, sakit gigi ringan, dan
sebagainya.
Sanmol merupakan kelompok obat yang dikenal sebagai analgesik,
atau obat penghilang rasa sakit sekaligus antipiretik, atau penurun suhu
tubuh. Sehingga obat yang terkandung dalam Sanmol ini digunakan untuk
meredakan nyeri ringan sampai sedang. Disamping itu juga berguna untuk
menurunkan suhu tubuh yang naik (demam), seperti pada penyakit infeksi
atau reaksi setelah imunisasi. Manfaat tersebut diperantarai oleh cara
kerjanya yang mampu menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX). Ini
merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan prostaglandin, suatu
senyawa penyebab demam dan nyeri.

2.1.2 Kegunaan Sanmol


Obat Sanmol dapat digunakan untuk :
1) Menurunkan demam atau panas
2) Meredakan sakit kepala
3) Meredakan rasa sakit gigi yang ringan
4) Mengurangi rasa sakit akibat ketegangan otot
5) Meringankan nyeri sendi
6) Meringankan nyeri haid atau dismenore
7) Mencegah demam pada anak setelah imunisasi
8) Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, nyeri
tenggorokan, dan pegal-pegal. Berbagai bentuk nyeri ringan sampai
sedang lainnya.

4
Tidak semua orang boleh menggunakan obat Sanmol, pada kondisi
tertentu penggunaan obat ini tidak diperbolehkan:
1) Memiliki hipersensitifitas atau reaksi alergi terhadap parasetamol dan
komponen lain dari obat.
2) Sedang menderita gangguan fungsi hati yang berat.
3) Pecandu alkohol berat.

2.1.3 Efek Samping Sanmol


Parasetamol yang terkandung dalam Sanmol biasanya tidak memiliki
efek samping selama Anda menggunakannya dengan dosis dan cara minum
yang benar. Namun demikian, reaksi alergi bisa terjadi pada orang-orang
yang sensitif terhadap komponen obat. Segera hubungi dokter, apabila
mengalami reaksi alergi seperti ruam, gatal, bengkak terutama pada wajah,
lidah, tenggorokan, pusing, dan kesulitan bernapas.

2.2 FASIDOL

2.2.1 Pengertian Fasidol


Fasidol adalah obat yang digunakan sebagai penurun demam untuk
segala usia dan pereda nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi dan nyeri ringan
lainnya. Fasidol mengandung obat paracetamol, yang memiliki aktivitas
sebagai antipyretic sekaligus analgetic. Obat ini diproduksi oleh IFARS.
Fasidol yang memiliki kandungan paracetamol merupakan obat
yang digunakan sebagai analgetic (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun
demam) yang bisa diperoleh tanpa resep dokter. Meskipun paracetamol
memiliki efek anti inflamasi, obat ini tidak dimasukkan sebagai obat
NSAID, karena efek anti inflamasinya dianggap tidak signifikan. Cara kerja
obat paracetamol yang diketahui sekarang adalah dengan menghambat kerja
enzim cyclooxygenase (COX). Enzim ini berperan pada pembentukan
prostaglandin yaitu senyawa penyebab nyeri. Dengan dihambatnya kerja
enzim COX, maka jumlah prostaglandin pada sistem saraf pusat menjadi

5
berkurang sehingga respon tubuh terhadap nyeri berkurang. Paracetamol
menurunkan suhu tubuh dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di
pusat pengendali suhu tubuh di otak.

2.2.3 Kegunaan Fasidol


Kegunaan Fasidol (paracetamol) adalah untuk pengobatan kondisi-
kondisi berikut :
1) Fasidol (paracetamol) digunakan untuk menurunkan demam pada
segala usia. Namun obat ini sebaiknya digunakan bila suhu tubuh sudah
benar-benar tinggi dan membutuhkan terapi obat penurun panas.
Rekomendasi WHO : penggunaan obat penurun panas dilakukan bila
suhu tubuh lebih besar dari 38.5 °C (101.3 °F).
2) Untuk meredakan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri ringan lainnya. Pada
nyeri yang lebih berat seperti nyeri pasca operasi biasanya
dikombinasikan dengan NSAID atau analgetic opioid.
3) Kombinasi obat paracetamol dengan kafein adalah obat lini pertama
pada pengobatan migrain.
4) Paracetamol bisa dipilih untuk meredakan nyeri pada arthritis ringan,
dengan efek yang sebanding dengan aspirin tetapi efek samping yang
lebih ringan.
5) Obat ini adalah komponen utama pada obat flu dan pilek yang beredar
luas di pasaran.

2.2.3 Efek Samping Fasidol


Secara umum Fasidol (paracetamol) bisa ditoleransi dengan baik
oleh sebagian besar orang, selama diberikan pada dosis yang dianjurkan.
Berikut adalah beberapa efek samping Fasidol paracetamol yang mungkin
terjadi :
1) Obat ini bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika penggunaanya
melebihi dosis yang dianjurkan. Potensi efek samping ini meningkat
pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol.

6
2) Efek samping ringan pada saluran pencernaan misalnya mual dan
muntah. Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi diketahui
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.
3) Efek samping Fasidol pada ginjal relatif jarang. Namun pada
penggunaan jangka panjang, dapat meningkatkan resiko kerusakan
ginjal termasuk gagal ginjal akut.
4) Efek samping pada kulit kejadiannya jarang. Pada tahun 2013, FDA
(US Food and Drug Administration) memperingatkan kemungkinan
terjadinya efek pada kulit seperti sindrom stevens-johnson dan
nekrolisis epidermal toksik akibat pemakaian paracetamol, meski hal ini
sangat jarang namun bisa fatal jika terjadi.
5) Beberapa ahli menyarankan untuk menghindari penggunaan obat ini
pada penderita asma terutama anak-anak, karena ada kemungkinan
menyebabkan peningkatan resiko asma ataupun memperburuk penyakit
asma yang telah diderita sebelumnya.
6) Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun
jika terjadi pertolongan medis harus segera diberikan karena bisa
menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat fatal.
7) Beberapa ahli mengaitkan penggunaan paracetamol untuk ibu hamil,
dengan resiko terjadinya asma pada anak-anak dan peningkatan ADHD.
Namun paracetamol tetap dianjurkan sebagai obat pilihan pertama
untuk nyeri dan demam selama kehamilan, meski tetap harus
memperhatikan resikonya.

2.3 TERMOREX

2.3.1 Pengertian Termorex


Termorex syrup adalah obat yang digunakan sebagai penurun
demam untuk segala usia dan pereda nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi
dan nyeri ringan lainnya. Termorex syrup mengandung paracetamol, obat
yang memiliki aktivitas sebagai antipyretic sekaligus analgetic. Berikut ini
adalah informasi lengkap Termorex syrup yang disertai tautan merk-merk

7
obat lain dengan nama generik yang sama. Diproduksi oleh Pabrik
Konimex.
Termorex merupakan obat yang digunakan sebagai analgetic (pereda
nyeri) dan antipiretik (penurun demam) yang bisa diperoleh tanpa resep
dokter. Meskipun paracetamol yang terkandung dalam termorex memiliki
efek anti inflamasi, obat ini tidak dimasukkan sebagai obat NSAID, karena
efek anti inflamasinya dianggap tidak signifikan. Cara kerja obat ini yang
diketahui adalah dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX).
Enzim ini berperan pada pembentukan prostaglandin yaitu senyawa
penyebab nyeri. Dengan dihambatnya kerja enzim COX, maka jumlah
prostaglandin pada sistem saraf pusat menjadi berkurang sehingga respon
tubuh terhadap nyeri berkurang. Kegunaan paracetamol menurunkan suhu
tubuh dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di pusat pengendali
suhu tubuh di otak.

2.3.2 Kegunaan Termorex


Kegunaan Termorex syrup (paracetamol) adalah untuk pengobatan
kondisi-kondisi berikut :
1) Termorex syrup (paracetamol) digunakan untuk menurunkan demam
pada segala usia. Namun obat ini sebaiknya digunakan bila suhu tubuh
sudah benar-benar tinggi dan membutuhkan terapi obat penurun panas.
Rekomendasi WHO : penggunaan obat penurun panas dilakukan bila
suhu tubuh lebih besar dari 38.5 °C (101.3 °F).
2) Untuk meredakan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri ringan lainnya. Pada
nyeri yang lebih berat seperti nyeri pasca operasi biasanya
dikombinasikan dengan NSAID atau analgetic opioid.
3) Kombinasi paracetamol dengan kafein adalah obat lini pertama pada
pengobatan migrain.
4) Paracetamol bisa dipilih untuk meredakan nyeri pada arthritis ringan,
dengan efek yang sebanding dengan aspirin tetapi efek samping yang
lebih ringan.

8
5) Obat ini adalah komponen utama pada obat flu dan pilek yang beredar
luas di pasaran.

2.3.3 Efek Samping Termorex


Secara umum Termorex syrup (paracetamol) bisa ditoleransi dengan
baik oleh sebagian besar orang, selama diberikan pada dosis yang
dianjurkan. Berikut adalah beberapa efek samping Termorex syrup
(paracetamol) yang mungkin terjadi :
1) Obat ini bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika penggunaanya
melebihi dosis yang dianjurkan. Potensi efek samping ini meningkat
pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol.
2) Efek samping ringan pada saluran pencernaan misalnya mual dan
muntah. Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi diketahui
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.
3) Efek samping pada ginjal relatif jarang. Namun pada penggunaan
jangka panjang, dapat meningkatkan resiko kerusakan ginjal termasuk
gagal ginjal akut.
4) Efek samping pada kulit kejadiannya jarang. Pada tahun 2013, FDA
(US Food and Drug Administration) memperingatkan kemungkinan
terjadinya efek pada kulit seperti sindrom stevens-johnson dan
nekrolisis epidermal toksik akibat pemakaian paracetamol, meski hal ini
sangat jarang namun bisa fatal jika terjadi.
5) Beberapa ahli menyarankan untuk menghindari penggunaan obat ini
pada penderita asma terutama anak-anak, karena ada kemungkinan
menyebabkan peningkatan resiko asma ataupun memperburuk penyakit
asma yang telah diderita sebelumnya.
6) Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun
jika terjadi pertolongan medis harus segera diberikan karena bisa
menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat fatal
7) Beberapa ahli mengaitkan penggunaan paracetamol oleh ibu hamil,
dengan resiko terjadinya asma pada anak-anak dan peningkatan ADHD.
Namun paracetamol tetap dianjurkan sebagai obat pilihan pertama

9
untuk nyeri dan demam selama kehamilan, meski tetap harus
memperhatikan resikonya.

10
BAB III
METODOLOGI

3.1 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan hari Rabu tanggal 6 Desember
2017 di Laboratorium MIPA ULM, beralamat di jalan A. Yani Km 36 Banjarbaru,
Kalimantan Selatan No. Telpon +62511-4773112. Peserta PKL ini adalah
mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia FKIP ULM berjumlah 65 orang.

3.2 Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan metode eksperimen
dengan rincian sebagai berikut:
3.2.1 Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Pipet Ukur 3 buah
2) Propipet 3 buah
3) Labu Ukur 25 mL 2 buah
4) Labu Ukur 10 mL 8 buah
5) HPLC 1 set
6) Volume Pump dan Corong Buchner 1 buah
7) Neraca Analitik 1 buah
8) Ultrasonik 1 buah
9) Sendok Besi 1 buah
10) Tabung Reaksi 8 buah

Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:


1) Paracetamol
2) Akuabiden
3) Acetonitril
4) Nyion Acr

11
3.2.2 Prosedur kerja
a. Prosedur Pembuatan Fase Gerak
1) Menambahkan 420 mL KH2PO4- 0,01 M dengan metanol dan 30 mL
asetonitril dan 30 mL alkohol.
2) Menyaring menggunakan membran whatmann fimer PTFE 0,2 µm.
3) Mensonikasi selama 30 menit.
b. Pembuatan Larutan Induk Paracetamol
1) Menimbang dengan seksama 25 mg paracetamol p.a.
2) Memasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.
3) Menambahkan pelarut sebanyak 25 mL
4) Mensonifikasi selama 15 menit.
5) Mengencerkan dengan pelarut hingga garis tanda batas.
6) Menghitung konsentrasi larutan induk untuk paracetamol.

c. Pembuatan Deret Larutan


1) Mempipet larutan induk paracetamol masing-masing 2 mL, 4 mL, 6
mL, 8 mL, 10 mL.
2) Memasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
3) Menambahkan pelarut (fase gerak yang tersedia) hingga tanda batas.
4) Melakukan sonikasi selama 5 menit.
5) Melakukan degasing apabila masih terdapat gelembung dalam larutan.
6) Menginjeksikan ke sistem HPLC dengan volume penyuntikan 20 µl.
7) Membuat kurva kalibrasi.

d. Pembuatan Larutan Sampel Obat


1) Menentukan berat atau volume sampel.
2) Menimbang 4,1 mg dan memasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
3) Menambahkan pelarut (aquabides) hingga setengah volume labu ukur.
4) Mensonikasi selama 5 menit.
5) Mengencerkan dengan pelarut (aquabides) hingga garis tanda.
6) Mengocok lalu menyaring menggunakan kertas saring.
7) Memindahkan ke dalam botol vial.

12
8) Menyaring ke dalam botol menggunakan membran whatmann PTFE
1
0,2 µm (menggunakan filtrat pertama untuk membilas filter atau
3
2
injektor dan menampung 3 filtrat selanjutnya).

9) Menginjeksi sampel obat ke dalam HPLC.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Pembuatan Deret Larutan Standar Paracetamol

No. Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Menyiapkan larutan standar
sebanyak 10 mL
2 ppm  Larutan Bening
4 ppm  Larutan Bening
6 ppm  Larutan Bening
8 ppm  Larutan Bening
2. Menyiapkan larutan menggunakan
nilon akrodisfilter 0,45 𝜇𝑚 dan
memasukkan ke dalam tabung
reaksi  Residu: partikel yang ukurannya >
2 ppm 0,45 𝜇𝑚
Filtrat : partikel yang ukurannya <
0,45 𝜇𝑚
 Residu: partikel yang ukurannya >
4 ppm 0,45 𝜇𝑚
Filtrat : partikel yang ukurannya <
0,45 𝜇𝑚
 Residu: partikel yang ukurannya >
6 ppm 0,45 𝜇𝑚
Filtrat : partikel yang ukurannya <
0,45 𝜇𝑚
 Residu: partikel yang ukurannya >
8 ppm 0,45 𝜇𝑚
Filtrat : partikel yang ukurannya <
0,45 𝜇𝑚
3. Mengambil 100 mikroliter larutan
standar menggunakan injektor,
kemudian menginjeksikan ke
dalam (1/3 untuk membilas, 1/3
untuk analisis, dan 1/3 untuk
disimpan agar partikel atau udara
tidak masuk ke injektor)  Larutan mengalir melalui kolom
2 ppm  Larutan mengalir melalui kolom
4 ppm  Larutan mengalir melalui kolom
6 ppm  Larutan mengalir melalui kolom
8 ppm

14
4. Memulai pembacaan data pada
komputer (selama 5 menit)
2 ppm Luas Area : 984179
Waktu Retensi : 2.520 menit

4 ppm Luas Area : 1440347


Waktu Retensi : 2.515 menit

6 ppm Luas Area : 2246745


Waktu Retensi : 2.507 menit

8 ppm Luas Area : 2619999


Waktu Retensi : 2.520 menit

B. Pembuatan Larutan Sampel Obat

No. Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Memasukkan 1 mL sampel ke
dalam labu pengenceran 10 mL
 Termorex  Sampel berwarna jingga
 Fasidol  Sampel berwarna merah muda
 Sanmol  Sampel berwarna merah muda (++)
2. 1 mL sampel + pelarut sampai
tanda batas
Mengocok
 Termorex  Larutan orange pudar
 Fasidol  Larutan merah muda
 Sanmol  Larutan merah muda (++)
3. Mensonikasi selama 15 Menit
 Termorex  Larutan orange pudar
 Fasidol  Larutan merah muda pudar
 Sanmol  Larutan merah muda (+)
4. Menyaring sampel dalam nylon
akrodisfilter 0,45 𝜇𝑚
 Termorex  Residu: partikel > 0,45 𝜇𝑚
Filtrat : partikel < 0,45 𝜇𝑚
 Fasidol  Residu: partikel > 0,45 𝜇𝑚
Filtrat : partikel < 0,45 𝜇𝑚
 Sanmol  Residu: partikel > 0,45 𝜇𝑚
Filtrat : partikel < 0,45 𝜇𝑚
5. Mengambil 100 mL larutan sampel
menggunakan injector kemudian
menginjeksi ke dalam kolom
(1/3 untuk membilas, 1/3 untuk

15
analisis, dan 1/3 untuk disimpan
agar partikel atau udara tidak
masuk ke injektor)  Larutan mengalir melalui kolom
 Termorex  Larutan mengalir melalui kolom
 Fasidol  Larutan mengalir melalui kolom
 Sanmol
6. Memulai pembacaan data pada
komputer (selama 5 menit)
 Termorex  Luas Area : 27898315
Waktu Retensi : 2.563 menit

 Fasidol  Luas Area : 26735345


Waktu Retensi : 2.557 menit

 Sanmol  Luas Area :


Waktu Retensi : 2.558 menit

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini akan dilakukan penentuan kadar parasetamol dalam
sampel obat Sanmol, Fasidol, dan Termorex dengan instrumen HPLC (High
Performance Liquid Cromatography). Sampel obat yang digunakan adalah obat-
obat pereda panas. Prinsip yang digunakan pada instrumen yang digunakan yaitu
HPLC fasa terbalik, karena fasa diam yang digunakan bersifat nonpolar yaitu C-
18 dan fasa gerak yang digunakan (campuran dari 420 mL KH2PO4 0,01 M
dengan metanol, 30 mL asetonitril, dan 30 mL alkohol) bersifat polar.

Kolom yang digunakan dalam percobaan ini adalah kolom yang berisi fasa
diam C-18 denagna panjang 15 cm yang bersifat nonpolar dan merupakan hasil
reaksi antara silika dengan alkilklorosilana dimana gugus alkilnya (R) adalah n-
oktadesil. Fasa diam tersebut terikat pada fasa pendukung yaitu silika. Dalam hal
ini, fasa diam lebih nonpolar dari fasa geraknya sehingga mode yang digunakan
adalah mode fasa terbalik. HPLC fasa terbalik ini berguna untuk memisahkan
campuran komponen-komponen yang bersifat nonpolar seperti parasetamol
dengan komponen lain yang bersifat polar di dalam sampel. fasa diam yang
digunakan dalam HPLC harus tahan terhadap tekanan tinggi karena apabila
digunakn struktur dangan pori yang besar akan mudah rusak. Hal ini disebabkan

16
menurunnya permeabilitas akibat tekanan tinggi. Sementara proses elusi yang
digunakan adalah isocratic. Mode isokratik dilakukan pada temperature tetap dan
komposisi fasa geraknya sama selama pengukuran berlangsung yaitu pada suhu
27 C dan laju alir nya 1 mL/menit.

HPLC mempunyai cara kerja dimana jika nantinya larutan standar atau
sampel diinjeksikan ke dalam HPLC maka sampel/larutan standar tersebut akan
dibawa oleh fasa gerak yaitu campuran KH2PO4 0,01 M dengan metanol,
asetonitril, dan alkohol yang dilengkapi pompa. Fasa gerak yang membawa
sampel / larutan standar akan melewati kolom dan dibaca oleh detektor dan
menghasilkan data berupa kromatogram. Ilustrasi cara kerja HPLC seperti gambar
di bawah ini :

Perlakuan pertama pebuatan fasa gerak yaitu dengan mencampurkan 420


mL KH2PO4 0,01 M dengan metanol, 30 mL asetonitril, dan 30 mL alkohol
menghasilkan larutan jernih dan encer. Selanjutnya menyaring fasa gerak dengan
membran whatman fimer PTFE 0,2 µm, bertujuan untuk mendapatkan fasa gerak
yang murni dari pengotor. Selanjutnya mensonikasikan fasa gerak selama 30
menit.

17
Perlakuan selanjutnya membuat larutan induk dari parasetamol. Menimbang
parasetamol sebanyak 25 mg dan memasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.
Menambahkan ke dalam labu ukur tadi sebanyak 25 mL pelarut fase gerak (
campuran KH2PO4 , metanol, asetonitril dan alkohol) tidak berwarna. Pelarut
yang digunakan ini merupakan campuran yang bertujuan untuk memberikan
faktor kapasitas yang cocok sehingga faktor human error dapat dihindari. Fasa
gerak ini telah memenuhi persyaratan fasa gerak yang cocok untuk HPLC yaitu
jernih, murah, mudah diperoleh, dan tidak kental atau encer. Setelah
menambahkan pelarut fasa gerak 25 mL, mensonikasikan larutan induk tersebut
selama 15 menit. Mensonikasikan bertujuan untuk mempercepat pemisahan
partikel dalam sampel dengan cara mencegah interaksi antarmolekul.
Mensonikasikan yaitu menggunakan energi ultrasonik yang tinggi sehingga dapat
memecah molekul. Selanjutnya menambahkan kembali pelarut sampai tanda
batas, sehingga didapatkan larutan induk 50 mL larutan ini akan digunakan
sebagai larutan standar. Konsentrasi larutan induk parasetamol adalah 500 ppm
(lampiran perhitungan).

Selanjutnya membuat larutan standar parasetamol yang bertujuan untuk


menentukan kurva kalibrasi parasetamol. Kurva kalibrasi digunakan sebagai
pembanding. Langkah pertama dalam membuat larutan standar parasetamol yaitu
memipet larutan induk masing-masing 2 mL, 4 mL, 6 mL, dan 8 mL memasukkan
ke dalam labu ukur 10 mL. Menambahkan pelarut fasa gerak sampai tanda batas
sehingga didapatkan larutan standar berbagai konsentrasi dari 2 ppm, 4 ppm, 6
ppm, dan 8 ppm berwarna bening. Pembuatan larutan standar tersebut dilakukan
secara kuantitatif. Oleh karena itu, penimbangan larutan baku parasetamol harus
tepat, pemipetan larutan induk harus tepat, pengenceran larutan baku menjadi
larutan standar harus pas sampai tanda batas. Pembuatan masing – masing
konsentrasi dan pelabelan harus dilakukan secara teliti untuk mencegah terjadinya
kekeliruan. Mensonikasikan larutan standar parasetamol selama 5 menit yang
bertujuan memecah molekul. Selanjutnya mendegasing larutan standar, proses
degassing dilakukan untuk menghomogenkan dan menghilangkan gelembung-

18
gelembung gas pada larutan standar parasetamol. Karena dengan adanya gas
dalam larutan dapat menghambat pergerakan eluen Sehingga terganggunya
pemisahan pada kolom karena larutan tidak merata dan akan menyebabkan
terjadinya pelebaran puncak kromatogram. Selain itu, penghilangan gas ini juga
diperlukan untuk menghindari noise pada detektor terutama fase organik berair.

Larutan standar parasetamol yang telah siap disaring dengan nilon


akrodisfilter 0,45 µm dan memasukan dalam tabung reaksi menghasilkan residu
partikel > 0,45 µm dan filtrat partikel < 0,45 µm. Selanjutnya meinjeksi larutan
standar parasetamol (2 ppm, 4 ppm, 6 ppm dan 8 ppm) sebanyak 100 mikroliter
menggunakan injektor kedalam alat HPLC. Meinjeksi larutan dengan
membaginya 3 bagian 1/3 bagian pertama diinjeksikan untuk membilas kolom,
1/3 bagian kedua di injeksikan untuk analisis, dan 1/3 bagian ketiga tidak
diinjeksikan yang bertujuan untuk tidak masuknyya udara dalam instrumen HPLC
sehingga tidak menggangu pembacaan alat. Menginjeksikan larutan standar
parasetamol secara berurutan mulai dari konsentrasi yang kecil ke besar. Hal ini
bertujuan untuk mencegah kekeliuran pembacaan jika dilakukan secara acak akan
mempengaruhi konsentrasi larutan standar yang lain misalnya larutan standar 8
ppm terlebih dahulu selanjutnya 4 ppm hal ini akan berpengaruh dengan
pembacaan larutan standar 4 ppm konsentrasinya akan berubah. Setelah
diinjeksikan mengasilkan data dan kurva kalibrasi dari pembacaan oleh detektor
yaitu pada konsentrasi larutan standar parasetamol 2 ppm memiliki luas area
984179 dan waktu retensi 2,520 menit, 4 ppm memiliki luas area 1440347 dan
waktu retensi 2,515 menit, 6 ppm memiliki luas area 2246745 dan waktu retensi
2,507 menit, dan yang terakhir 8 ppm memiliki luas area 2619999 dan waktu
retensi 2,520 menit.

Waktu Retensi
Konsentrasi (ppm) Luas Area
(menit)
2 984179 2,520
4 1440347 2,515
6 2246745 2,507

19
8 2619999 2,520

Dari data di atas didapatkan luas area dan waktu retensi. Waktu retensi ini
nantinya digunkan sebagai pembanding bagi sampel yang mengandung
parasetamol. Luas area di analisis, data analisis larutan standar dengan mem plot
luas area di bawah kurva masing-masing larutan standar sebagai y, dan
konsentrasi yang di buat sebagai x didapatkan persamaan garis lurus untuk
parasetamol yaitu : y = 294693 x + 36435 dengan nilai R2 = 0,985.

Selanjutnya menyiapkan sampel obat yang ingin ditentukan kadar


parasetamolnya. Sampel obat yang digunakan yaitu sanmol, Fasidol, dan
Termorex, langkah pertama mengambil 1 mL masing-masing sampel dan
memasukkan dalam labu ukur 10 mL. Sanmol berwarna merah muda , fasidol
berwarna merah muda juga dan termorex berwarna jingga. Menambahkan
akuabides sampai tanda batas, bertujuan untuk membuat konsentrasi lebih kecil
lagi dan mudah di analisis karena masih berada di dalam range kurva kalibrasi
larutan standar. Selanjutnya larutan sampel disonikasikan selama 15 menit untuk
memisahkan partikel dengan energi ultrasonik, menghasilkan perubahan warna
yang semakin pudar. Selanjutnya sebelum diinjeksikan pada alat sampel disaring
dengan nylon acrodisc filter 0,45 µm untuk mendapatkan partikel sampel yang
berukuran < 0,45 µm. Selanjutnya mengambil larutan sampel 100 mikrimeter dan
menginjeksi ke dalam HPLC. Sama dengan larutan standar parasetamol meinjeksi
sampel juga membaginya dengan 3 bagian, 1/3 bagian pertama untuk membilas,
1/3 bagian kedua untuk analisis, dan 1/3 bagian ketiga tidak dimasukan ke dalam
HPLC untuk mencegah masuknya udara dalam instrumen. Setelah meinjeksi
detertor menangkap data pembacaan yaitu pada sampel sanmol luas permukaan
25733796 dan waktu retansi 2,558 menit, sampel fasidol luas permukaan
26735345 dan waktu retensi 2,557 menit, dan sampel termorex luas area
27898315 dan waktu retensi 2,563 menit.

Jenis Sampel Luas Area Waktu Retensi

20
(menit)
Sanmol 25733796 2,558
Fasidol 26735345 2,557
Termorex 27898315 2,563

Detektor membaca sampel memberikan hasil beberapa peak / bukit tidak


hanya satu. Akan tetapi yang peak yang mengandung parasetamol adalah peak
yang mempunyai waktu retensi tidak jauh dari waktu retensi larutan standar.
Kenapa terbaca lebih dari satu peak karena di dalam obat sanmol, fasidol, dan
termorex tidak hanya terkandung parasetamol tetapi juga zat lainnya.

Percobaan ini memiliki fasa terbalik, fasa diam yang digunakan adalah fasa
nonpolar dan fasa gerak bersifat polar. Dengan demikian senyawa yang bersifat
nonpolar cenderung lebih lama keluar dari kolom atau memiliki waktu retensi
yang lebih besar. Karena terjadi interaksi antara senyawa nonpolar dengan fasa
diamnya. Pada kromatogram yang dihasilkan didapatkan sampel yang memiliki
waktu retensi paling besar yaitu termorex sebesar 2,563 menit namun perbedaan
waktu retensi dengan kedua sampel tidak terlalu jauh jadi dapat diabaikan.

Parasetamol memiliki gugus nonpolar yaitu benzen. Hal ini menyebabkan


adanya interaksi senyawa benzen dengan fasa diam yang berada pada instrumen
HPLC sehingga pemisahan terjadi antara fasa gerak dengan parasetamol yang
selanjutnya dibaca oleh detektor. Parasetamol akan lebih lambat dibanding fasa
gerak untuk meninggalkan kolom. Parasetamol memiliki rumus kimia C8H9NO2

21
Menentukan kadar parasetamol yang terkandung dalam sampel obat tersebut
maka dibuat terlebih dahulu kurva kalibrasi dari data larutan standar. Dari kurva
kalibrasi didapatkan persamaan garis lurus y = 294693 x + 36435 sehingga setelah
dilakukan perhitungan (ada di lampiran) dengan menggunakan persamaan regresi
tersebut diperoleh kandungan parasetamol dalam ketiga sampel berikut ini :

Jenis Sampel Ukuran (mL) Kadar (mg)


1 0,860877014
Sanmol
5 4,30438507
1 0,8948632
Fasidol
5 4,474316
1 0,934327
Termorex
5 4,671635

Dari data diatas diketahui bahwa kadar parasetamol paling besar terdapat
pada sampel termorex dalam 1 mL mempunyai kadar 0,934327. Jadi sampel yang
mempunyai kadar parasetamol dari yang terbesar adalah sampel termorex >
fasidol > sanmol.

22
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini untuk menganalisis kadar parasetamol dalam sampel
obat penurun panas sanmol, fasidol, dan termorex menggunakan instrumen HPLC
didapat kadar parasetamol dalam sampel obat sanmol 5 mL sebesar 4,30438507
mg, Fasidol 5 mL sebesar 4,474316 mg, dan termorex 5 mL sebesar 4,671635 mg.
Jadi kadar paling besar ke kecil dari ketiga sampel adala termorex > fasidol >
sanmol.

5.2 Saran
1. Mahasiswa pengikut mata praktikum analisis instrumen yang mengiikuti
pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) diharapkan mengikuti percobaan
dengan sungguh-sungguh.
2. Mahasiswa pengikut mata praktikum analisis instrumen yang mengiikuti
pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) diharapkan memahami
percobaan yang dilakukan dan prosedur kerja percobaan yang akan
dilakukan sehingga dalam pelaksanaan praktikum adanya proses diskusi
dengan laboran yang mengoperasikan instrumen sehingga dihasilkan
pengetahuan yang akan berguna di masa yang akan datang.

23
LAMPIRAN

GRAFIK

No Konsentrasi (ppm) Luas Area

1 2 984179

2 4 1440347

3 6 2246745

4 8 2679999

Konsentrasi vs Luas Area


3000000

2500000

2000000
Luas Area

1500000

1000000

500000

0
2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (ppm)

24
LAMPIRAN

PERHITUNGAN

A. Konsentrasi Larutan Induk Paracetamol


Massa paracetamol standar = 25 mg
Volume larutan = 50 mL = 0,05 L
𝑚𝑔 25 𝑚𝑔
ppm = = = 500 ppm
𝐿 0,05 𝐿

B. Konsentrasi Paracetamol dalam Obat


Berdasarkan grafik konsentrasi vs luas area diperoleh persamaan y =
294693x + 364353

1. Sanmol
Pada t = 2,558, y = 25733796
y= 294693x + 364353
25733796 = 294693x + 364353
x= 86,0877014 ppm
 Konsentrasi sebelum pengenceran 1 mL sampel dengan 10 mL
pelarut
= 86,0877014 ppm x 10 = 860,877014 ppm = 0,860877014 mg

0,860877014
 Konsentrasi sampel dalam tiap 5 mL obat = 1 𝑚𝐿
𝑥 5 𝑚𝐿

= 4,30438507 mg

2. Fasidol
Pada t = 2,557, y = 26735345
y = 294693x + 364353
26735345 = 294693x + 364353
x = 89,48632 ppm
 Konsentrasi sebelum pengenceran1 mL sampel dengan 10 mL
pelarut

25
= 89,48632 ppm x 10 = 894,8632 ppm = 0, 8948632 mg

0,8948632
 Konsentrasi sampel dalam tiap 5 mL obat = 1 𝑚𝐿
𝑥 5 𝑚𝐿

= 4,474316 mg

3. Termorex
Pada t = 2,563, y = 27898315
y = 294693x + 364353
27898315 = 294693x + 364353
x= 93,4327 ppm
 Konsentrasi sebelum pengenceran1 mL sampel dengan 10 mL
pelarut
= 93,4327 ppm x 10 = 934,327 ppm = 0, 934327 mg
0,934327
 Konsentrasi sampel dalam tiap 5 mL obat = 𝑥 5 𝑚𝐿
1 𝑚𝐿

= 4,671635 mg

26
LAMPIRAN
POTO

Mengambil sampel obat

Memasukkan larutan yang akan


diinjeksi ke dalam tabung reaksi

Mengambil larutan menggunakan Menginjeksi larutan yang akan


injektor dianalisis

Instrumen HPLC Spektrum yang dihasilkan

27
28
DAFTAR PUSTAKA

Farmasiana.(2017). Fasidol: Dosis Obat, Kegunaan dan efek samping. (Online).


https://www.farmasiana.com/paracetamol/fasidol/ Diakses pada 12
Desember 2017 jam 19.25.
Farmasiana.(2017). Termorex: Dosis Obat, Kegunaan dan efek samping. (Online).
https://www.farmasiana.com/paracetamol/termorex/ Diakses pada 12
Desember 2017 jam 20.13.
Mediskus.(2017).Sanmol: Kegunaan, dosis dan efek samping.(Online).
https://mediskus.com/sanmol Diakses pada 12 Desember 2017 jam 18.15.

29

Anda mungkin juga menyukai