Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik Progestin


2.1.1 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk
pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual
(Saifuddin, 2015).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur matang dengan sel sperma tersebut (BKKBN, 2011).
2.1.2 Definisi Kontrasepsi Suntik Progestin
KB suntik (depo provera) adalah suntikan medroksi progesteron asetat
yang biasanya diberikan pada hari ke-3 sampai 5 pasca persalinan, segera setelah
keguguran dan pada masa interval sebelum hari ke-3 haid (Wiknjosastro, 2010).
KB suntik Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) merupakan suatu
progestin yang mekanisme kerjanya menghambat sekresi hormon pemicu filikes
(FSH) dan LH serta lonjakan LH (Varney, 2007).
2.1.3 Jenis Kontrasepsi Suntik Progestin
Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu:
1. Depo provera 150 mg, depo provera berisi progestin, mengandung 150 mg
DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat).
2. Noristerat 200 mg, noristerat berisi progesterone 200 mg norethindrone
enanthate (Saifuddin, 2015).
2.1.4 Cara Kerja Kontrasepsi Suntik Progestin
1. Mencegah ovulasi
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2015).
5.
2.1.5 Keuntungan Kontrasepsi Suntik Progestin
1. Sangat efektif
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4. Tidak mengandung estrogren
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
6. Sedikit efek samping
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopouse
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
10.Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11.Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Saifuddin, 2015).
2.1.6 Keterbatasan Kontrasepsi Suntik Progestin
1. Sering ditemukan gangguan haid seperti:
- siklus haid yang memendek atau memanjang
- perdarahan yang banyak atau sedikit
- perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
- tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan.
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
5. Tidak menjamin terhadap perlindungan penularan IMS, Hep B/ HIV
6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
7. Pada penggunaan jangka panjangdapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi ( jarang ), sakit kepala, jerawat
2.1.7 Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik Progestin
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
1. Usia reproduksi.
2. Nulipara dan yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas
tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6. Setelah abortus atau keguguran
7. Perokok
8. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit.
9. Menggunakan obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rimfamisin).
10. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung esterogen
11. Sering lupa bila menggunakan pil.
12. Anemia defisiensi besi
13. Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi (Saifuddin, 2015).
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin, antara lain:
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorrhea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. DM disertai komplikasi ( Saifuddin, 2015)

2.1.8 Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntik Progestin


1. Setiap saat selama siklus haid asal ibu tersebut tidak hamil
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapatdiberikan setiap saat, asalkan
ibu tersebut tidak hamil.Selama 7 hari setelah suntikan tidak bolehmelakukan
hubungan seksual
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal laindan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan.Bila ibu tidak hamil, suntikan pertama dapat
segeradiberikan atau tidak perlu menunggu sampai haidberikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi suntikanjenis lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsisuntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan
yangakan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsisuntikan yang
sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantikannya
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang
akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau
dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu
tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual (Saifuddin,
2015).
2.1.9 Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik Progestin
Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin (2015) adalah :
1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular (IM) dalam daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera
dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90 hari.
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil/
isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kering
baru disuntik.
3. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terjadi endapan putih pada
dasar ampul, upayakan menghilangkannya dan dengan menghangatkannya.
2.1.10 Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid. Gangguan
haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali menggangu kesehatan.
2. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan
nyeri payudara, efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang.
3. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu
usia muda yag ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang merencanakan
kehamilan berikutnya dalam waktu dekat
4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kembali
pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi
kehamilan. Bila setalah 3-6 bulan tidak juga haid, klien harus kembali ke dokter
atau tempat pelanyanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
5. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
dapat diberikan2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2
minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan.
Klien tidak dibenarkan melakukan hubunga seksual selama 7 hari, atau
menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat juga
menggunakan kontrasepsi darurat.
6. Bila klien, misalnya sedang mengunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan
kemudian meminta untuk digantikan dengan kontraspesi suntikan yang lain,
sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi
yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari
kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
7. Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil.
2.1.11 Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik Progestin
1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
terganggu.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya
penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam satu periode masa haid (Saifuddin, 2015).
2.1.12 Efek Samping
Efek samping yang terjadi pada penggunaan kontrasepsi suntik progestin
menurut Hartanto (2010), antara lain :
1. Gangguan haid pada akseptor dapat berupa:
a. Amenore
b. Perdarahan berat, ireguler, bercak.
c. Perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah.
d. Insiden yang tinggi dari amenorea diduga karena atrofi endometrium.
Penanggulangan :
1) Melakukan konseling sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi suntik.
2) Bila perdarahan hebat atau lama disebabkan oleh kontrasepsi suntikan,
maka tindakan yang harus diambil:
- Pemberian tablet ekstradiol 25 mg 3x1 sehari untuk 3 hari atau 1 pil
oral kombinasi per hari untuk 14 hari.
- Bila perdarahan tetap saja berlangsung terus, pertimbangkan
untuk melakukan dilatasi atau kuretasi.
2. Berat badan bertambah.
a. Pemberian konseling medik sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi
suntikan.
b. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar antara 1-5 kg dalam
tahun pertama.
c. Depo provera merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus
yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya.
3. Sakit kepala
a. Melakukan konseling sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi suntikan.
b. Terjadi pada 1-17% akseptor.
4. Pada sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit
peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol.
a. Hampir tidk ada efek tekanan darah atau sistem pembekuan darah maupun
sistem fiorinolitik.
b. Perubahan dalam metabolisme lemak, terutama penurunan HDL, kolesterol
dicurigai dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler,
HDL kolesterol yang rendah dapat menyebabkan timbilnya arterosklerosis
sedangkan terhadap trigliserida dan kolesterol total tidak ditemukan efek
apapun dari kontrasepsi suntikan.
2.1.13 Penanganan Gangguan Haid
1. Amenorea
a. Tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Cukup konseling saja
b. Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan jangan
dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain.
2. Perdarahan
a. Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya
b. Bila perdarahan/spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid, namun
kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut.
Obatilah penyebab perdarahantersebut dengan cara yang sesuai. Bila tidak
ditemukan penyebab terjadinya perdarahan, tanyakan apakah klien masih
ingin melanjutkan suntikan, dan bila tidak , suntikan jangan dilanjutkan lagi
dan carikan kontrasepsi jenis lain.
c. Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat hubungan
seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat terus
dilanjutkan
d. Perdarahan banyak atau memanjang(lebih dari 8 hari atau 2 kali lebih
banyak dari perdarahan yang biasanya dialami pada siklus haid normal).
Jelaskan bahwa perdarahan yang banyak atau memanjang tersebut biasa
ditemukan pada bulan pertama suntikan
e. Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila
ditemukan kelainan ginekologik, klien perlu diobati atau dirujuk
f. Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak
dapat menerima perdarahan yang terjadi, suntikan jangan dilanjutkan lagi.
Pilihkan jenis kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi
preparat besi atau makanan yang banyak mengandung zat besi.
Tabel 1.1 Keadaan yang Memerlukan Perhatian Khusus
Keadaan Anjuran
Penyakit hati akut Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan
Penyakit jantung Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan
Stroke
Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan

Instruksi bagi Klien


Klien harus kembali ke tempat pelayanan kesehatan atau klinik untuk
mendapatkan suntikan kembali setiap 12 minggu untuk DMPA atau setiap 8
minggu untuk noristerat.
Tabel 2.2 Penanganan Efek Samping yang Sering Dijumpai
Efek samping Penanganan
Amenorea (tidak terjadi - Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak
perdarahan) perlu, jelaskan bahwa darah haid tidak
terkumpul dalam rahim. Nasihati untuk
kembali ke klinik
- Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien.
Hentikan penyuntikan. Jelaskan bahwa hormon
progestin tidak akan menimbulkan kelainan
pada janin
- Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk kilen
segera
- Jangan berikan terapi hormonal untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila
tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
- Informasikan bahwa perdarahan ringan sering
Perdarahan/perdarahan dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah
bercak(spotting) serius, dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima
perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan
suntikan, maka dapat disarankan 2 pilihan
pengobatan.
- 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi ( 30-35 µg
etinil-estradiol), ibuprofen (sampai 800 mg,
3
x
/
h
a
r
i

u
M
n
e
t
n
u
i
k
n
g
5
k
a
h
t
a
n
r
y
i
a
)
,
/

a
m
t
e
a
n
u
u
r
o
u
b
n
a
y
t
a

j
b
e
e
n
r
i
a
t

l
b
a
a
i
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik Progestin d
n
Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan,
a yaitu
.
mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisa data yang diperoleh
n dalam
bentuk data subjektif, objektif dan data penunjang yang akan memberikan
J
gambaran keadaan kesehatan klien.
e
2.2.1 Data Subjektif
l
Adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan klien/
a
keluarga dan tim kesehatan berupa keluhan-keluhan tentang masalah kesehatan.
1. Biodata s
a) Nama klien k
Dimaksudkan agar lebih mengenal klien sehingga tercipta hubungan
a
interpersonal yang baik, sehingga bidan lebih mudah dalam memberikan
n
asuhannya karena klien lebih kooperatif.
b) Umur
b
Umur ditanyakan untuk memberikan penyuluhan yang sesuai dengan umur
a
ibu dan mengetahui kesesuaian antara umur ibu dengan kontrasepsi yang
h
digunakan. Umur yang biasanya menggunakan KB 3 bulan adalah wanita usia
w
subur sekitar 22-35 tahun.
a
c) Agama
Agama ditanyakan untuk memberikan asuhan yang berkaitan dengan
s
kebiasaan yang dilakukan klien sesuai dengan agama. Pada Agama Islam,
e
beberapa aliran tidak memperbolehkan KB yang bersifat permanen (sterilisasi),
l
sehingga klien beragama Islam lebih dianjurkan KB non permanen seperti suntik
e
3 bulan,1 bulan,pil atau KB barier (kondom dll).
s
d) Pendidikan
a
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mempermudah dalam
i
pemberian informasi.
e) Pekerjaan
p
Untuk mengetahui pengaruh aktifitas terhadap kesehatan klien sehingga
e
mempengaruhi keberhasilan KB
m
f) Alamat
b
Digunakan untuk mengetahui suku, adat, daerah, budaya dan
e
memudahkan komunikasi.
2. Alasan kunjungan r
Digunakan untuk mengetahui tujuan kunjungan klien (datang pertama
i
a
n
i
l

k
kalinya, rutin, atau karena ada keluhan)
o
3. Keluhan utama
Mengetahui ada tidaknya keluhan yang dialami oleh klien. Keluhann utama
t
yang bisa dikemukakan oleh pasien akseptor KB suntik 3 bulan adalah perubahan
r nyeri
pola haid berupa mual, sakit kepala, amenorea, perdarahan bercak (spotting),
payudara ringan, perubahan berat badan (Saifddin,2015). a
4. Riwayat Kesehatan
s
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit sistemik
e
untuk memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi pemakaian kb suntik seperti
p
tekanan darah tinggi, jantung, dan diabetes mellitus dengan komplikasi, tumor dan
s
kanker payudara, mioma dll, hepatitis, TBC perdarahan diluar haid dan riwayat
i
operasi.
5. Riwayat menstruasi
Menarche, siklus, banyaknya, lamanya, sifat darah, teratur/tidak,
k
dismenorhea, fluor albus, HPHT. Riwayat menstruasi khususnya HPHT, penting
o
untuk ditanyakan terutama bagi ibu yang baru datang pertama kalinya menggunakan
m
KB suntik 3 bulan.
b
6. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui dari data ini akan mendapatkan gambaran mengenai i
rumah tangga pasangan, kawin umur berapa tahun, status perkawinan,n lama
pernikahan, dan suami keberapa. a
7. Riwayat KB
s
Cara KB terakhir (bagi akseptor KB lama). Bila ibu pernah mengikuti KB
i
perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti, lamanya
menggunakan kontrasepsi.
8. Riwayat Obstetri d
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu menurut
a
(Estiwidani, 2008) meliputi :
p
(1) Kehamilan
Dikaji jumlah kehamilan dan kelahiran a
G(gravida), P (para), A(abortus),
H(hidup ). t
(2) Persalinan
Dikaji jarak antar 2 kelahiran atau kelahiran sebelumnya.
(3) Nifas t
Dikaji tentang berapa lama ibu memasuki masa nifas, apakah ibu menyusui
e
atau tidak, apakah ibu sudah haid sesudah masa nifas.
r
(4) Anak
Dikaji mengenai jumlah anak, jarak kelahiran, serta umur anak terakhir. j
a
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Pola Nutrisi d
Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati
i

p
e
d
a
r
adalah penurunan berat badan atau tidak pada pasien. a
(2) Aktivitas h
Aktivitas perlu dikaji untuk memberikan konseling yang berhubungan dengan
a
pemakaian.
(3) Seksual n
Pola seksual perlu dikaji mengenai adanya nyeri atau perdarahan saat maupun
.
sesudah melakukan hubungan seksual. (Varney, 2007)

B
2.2.2 Data Obyektif
i
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi,
l
perkusi, auskultasi, pemeriksaan darah dalam dan pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan Umum a
Keadaan umum : baik, cukup, kurang.
TD : normalnya 90/60 – 120/80 mmHg
BB : untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kontrasepsi t yang
digunakan dengan BB klien e
2. Pemeriksaan Fisik r
- Wajah : tidak pucat , tidak oedem.
- Mata : conjungtiva merah muda, Sklera putih. j
- Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, kelenjar limfe, gondok a atau
thyroid. d
- Dada dan aksila : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak susah bernafas,
i
tidak ada benjolan abnormal.
- Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri.
- Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada benjolan abnormal, ppalpasi
dilakukan untuk memastikan tidak ada tanda-tanda kehamilan. e
- Ekstrimitas : tidak oedema.
r
d
2.2.3 Interpretasi Data Dasar
a
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasi sehingga ditemukan masalah /
r
diagnosis yang spesifik (Rismalinda, 2012)
Diagnosa kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi bidan a dalam
h
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur ( tata nama ) diagnosis
kebidanan (Rismalinda, 2012) a
Dx : Ny… usia …. P…Ab… akseptor KB suntik 3 bulan n
Data dasar
Data Subjektif b
a. Ibu mengatakan bernama....
a
b. Ibu mengatakan umur...
c. Ibu mengatakan mempunyai.....anak n
d. Ibu mengatakan menggunakan kb suntik 3 bulan y
a
k
e
l
a
m
e. Ibu mengatakan mengalami kenaikan berat badan 1 kg
Data obyektif a
a. Pemeriksaan Umum
b. Pemeriksaan Fisik p
c. Vital sig normal
TD: 110-140/70-90 mmHg S:36,5-37,2 °C e
N: 60-100 / menit R: 16-24 x/ menit m
BB sebelum dan sesudah memakai kontrasepsi. b
Rismalinda, 2014)
e
MASALAH r
Masalah tidak dapat didefinisikan sebagai
diagnosa i perlu
dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh (Sulistyawati
a
dkk, 2010). Masalah yang timbul pada akseptor KB suntik 3n bulan
dengan kenaikan berat badan adalah cemas.
s
KEBUTUHAN :
u
Menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya
n
(Sulistyawati dkk, 2010)
t

2.2.4 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial i


k yang
Diagnosa potensial adalah rangkaian masalah dan diagnosis
a
telah diidentifikasi, membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
n
dilakukan pencegahan , bidan dapat bersiap-siap bila diagnosis / masalah
potensial benar- benar terjadi. Diagnosa potensial pada kasus peningkatan
d
berat badan adalah kenaikan berat badan (Rismalinda, 2012). Diagnosa
i
yang mungkin terjadi tidak muncul. t
a
2.2.5 Identifikasi Kebutuhan Segera
n
Pada langkah ini mengidentifikasi perlunya tindakan segera
g oleh
bidan (Rismalinda, 2012). Pada kasus peningkatan berat badan tindakan
a
yang harus di ambil adalah pemantauan berat badan, diet, rendah nkalori,
dan olahraga yang teratur (Irianto, 2012) i

2.2.6 Intervensi d
Dx: Dx : Ny… usia …. P…Ab… akseptor KB suntik 3 bulan
1) Beritahu hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu. e
n
g
a
n
p
e
m
R/ informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi petugas dan
b klien
selanjutnya e
2) Jelaskan kepada ibu tentang kelebihan KB suntik 3 bulan :
a. Kontrasepsi jangka panjang r
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri i
c. Tidak berpengaruh pada prosuksi ASI
d. Klien tidak perlu menyimpan obat a
e. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam n
f. Mencegah anemia, kanker jinak payudara dan kanker endometrium.
R/penjelasan tentang keuntungan KB suntik 3 bulan memberikan informasi
yang mungkin belum diketahui ibu 2
3) Jelaskan kepada ibu tentang kekurangan/kerugian serta efek samping yang
mungkin terjadi pada akseptor KB suntik 3 bulan : t
a. Klien sangat bergantung dengan tempat pelayanan kesehatan karena harus
a
kembali setiap 12 minggu.
b. Tidak melindungi dari IMS b
c. Kemungkinan terjadi keterlambatan pemulihan kesuburan lsetelah
penghentian pemakaian e
d. Dapat terjadi efek samping, terjadi perubahan pola haid : perdarahan
t
bercak (spotting) ataupun amenore (tidak haid) dan penambahan berat
badan.
p dapat
R/ penjelasan tentang kekurangan dan efek samping KB suntik 3 bulan
menjadi pertimbangan ibu dalam menentukan kontrasepsi yangi akan
digunakan. l
4) Berikan informed consent pada ibu.
R/ bukti persetujuan ibu dalam penggunaan KB suntik 3 bulan.
5) Jelaskan prosedur penyuntikan KB. k
R/ menghindarkan dari ketidakpahaman klien tentang prosedur penyuntikan.
o
6) Pastikan 5T (tepat pasien, tepat tempat, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu)
n
sebelum tindakan berikutnya terhadap ibu.
R/menghindari kesalahan dalam proses penyuntikan. t
7) Atur posisi ibu senyaman mungkin. r
R/ mempermudah proses penyuntikan.
8) Lakukan injeksi sesuai prosedur : a
- siapkan alat (spuit 3 cc, kapas alcohol, obat yang mengandung 150 s mg
DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat)) e
- Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi
p etil/
isopropyl alcohol 60-90%. s
- Injeksi pada daerah 1/3 SIAS-cocygis secara IM . i
R/ Prosedur yang benar dapat menghindarkan kesalahan penyuntikan
9) Memberikan KIE kepada ibu bahwa bekas suntikan tidak boleh dimasase.
R/ masase pada daerah penyuntikan dapat mempengaruhi kecepatan k
penyerapan hormone karena obat dapat menyebar ke jaringan lain. o
m
b
i
a
s
i
/
10) Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang (12 minggu) setelah penyuntikan
h jika
dan menganjurkan ibu untuk datang sesuai jadwal atau sewaktu-waktu
ada keluhan. a
R/ agar ibu mengetahui jadwal suntikan ulang dan bersedia r datang
sesuai jadwal atau sewaktu-waktu jika ada keluhan i

2.2.7 Implementasi
s
Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan aman. Pada saat
e
bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
l
komplikasi , maka bertanggung jawab terhadap pelaksanaannyarencana asuhan yang
a
menyeluruh (Rismalinda, 2012 ). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB
m
suntik 3 bulan sesuai dengan pelaksanaan yang di laksanakan.
a
2.2.8 Evaluasi
Merupakan Langkah terakhir untuk keefektifan dari asuhan yang3 sudah
- yang
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
7
telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis (Rismalinda, 2012 ). Evaluasi
asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan adalah akseptor bersedia
melakukan diet rendah kalori, olahraga yang teratur rata-rata penurunan berath badan
antara 1,6-1,9 kg (Irianto, 2012) a
r
i

d
i
l
a
n
j
u
t
k
a
n

d
e
n
a
n

DAFTAR PUSTAKA
s
i
BKKBN. 2011. Evaluasi Hasil Pencapaian Program Keluarga Berencana Nasional
Januari – Desember 2011 Provinsi Jawa Timur. Surabaya : BKKBN k
l
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka
u
Rihama
s
Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan p
i
Irianto, Koes. 2012. Keluarga Berencana untuk Paramedis dan Nonmedis. Cetakan Pertama.
l
Bandung: Yrama Widya. 2012.

Rismalinda, 2013. Buku A&ar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: TIM k


o
Saifuddin, Abdul Bari. 2015. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
n
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba t
Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC r
a
Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPS
s
e
p
s
i

h
o
r
m
o
n
a
l
,

a
t
a

Anda mungkin juga menyukai