Anda di halaman 1dari 14

Journal of Social Geography

Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Sayuran Di Dataran Tinggi Di Desa


Rumah Berastagi, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo
1 Suib,2Bella Oktavia Siregar ,3Adelina Sormin & 4Siti Rosanna Lubis
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan

ABSTRAK
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi petani(tingkat
pendidikan,pengalaman bertani,tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat pengetahuan,
jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan produktif) terhadap produksi usahatani sayuran
dan pengaruh faktor besar kerja yang tercipta dari usaha tani sayur-mayur Metode Analisis
Data menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan data sosial
ekonomi yang didapat dari penelitian di daerah penelitian. Analisis data pada penelitian ini
didasarkan pada dua macam data, yaitu data primer yang diperoleh dari wawancara dan data
sekunder yang diperoleh dari lembaga dan instansi-instansi terkait. Data tersebut setelah
dianalisis dengan secara deskriptif diadakan interpretasi. Analisis deskriptif pada penelitian
ini digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat petani di daerah
penelitian. Hasil penelitian, berdasarkan Uji Serempak variabel umur petani, tingkat
pendidikan, lama berusahatani, biaya tenaga kerja, jumlah tanggungan keluarga, luas
usahatani dan modal berpengaruh nyata terhadap produksi petani sayuran.
Kata Kunci: Petani sayuran, Sosial ekonomi,Produksi Petani
PENDAHULUAN
Mayoritas penduduk negara sedang berkembang adalah petani oleh karena itu,
pembangunanharuslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintahan negara sedang
berkembang (soetrisno, 1998). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan
sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan
demikian, sebagian besar penduduknya mengantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Kenyataan yang terjadi yakni sebagian besar penggunaan lahan diwilayah Indonesia

1
Journal of Social Geography
diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir lima puluh persen dari total angkatan kerja
masih menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo dkk, 2004)

Peranan penting dari sektor pertanian didalam perekonomian Indonesia terutama


dalam bentuk penyediaan kesempatan kerja dan kontribusinya terhadap pembentukan PDB
dan ekspor (Tambunan, 2003) Disektor pertanian, masih banyak komoditi berpotensi yang
belum ditangani secara serius. Salah satunya yang kini banyak dilirik para eksportir ialah
sayuran komersial karena memiliki peluang pasar, khususnya diluar negeri, yang tak kalah
dengan komoditi lainnya.Komoditi holtikultura yang dibudidayakan di Indonesia sangat luas
jenisnya. Meliputi tanaman sayur sayuran, buah-buahan serta bunga-bungaan dan tanaman
hias. Komoditi tersebut diusahan dari tingkat desa di pelosok sampai ketengah-tengah kota.
Budidaya sayuran perlu pengelolahan dan perhatian lebih dari tanaman lain. Agar
hasil bertanam sayur maksimal, perlu di perhatikan dasar usaha bertanam, diantaranya
pengolahan tanah,pemupukan,pengelolahanair,penyemaianbenih,pemupukan,pemeliharaan
tanaman, pemungutan hasil, penanganan hasil. Juga di perlukan pemahamman analisis usaha
jika tujuan bertanam untuk dijual.Sering terjadi,dibalik naiknya produksi ternyata pendapatan
petani malah turun, dan berdasarkan pengamatan universal, penyebab persoalan ini adalah
langkanya informasi yang berkaitan dengan usaha taninya di masyarakatkan dalam kehidupan
petani sehari-hari. Apalagi bagi petani yang hidupnya jauh terpencil dan tidak terjangkau oleh
jaringan komunikasi.Peranan petani sebagai produsen dalam bernegosiasi tidak
memperlihatkan posisi yang berarti. seluruh ketentuan yang disepakati terutama tentang
harga jual petani berada hampir seluruhnya berdasarkan tawaran para pedagangan perantara
(distributor)
Hal ini sangat dimungkinkan karena pedagang perantara pada umumnya telah
mendapat informasi harga pasar dari pedagang besar atau eksportir sedangkan para petani
tidak. Ketidak mampuan para petani dalam mengakses informasi harga serta kondisi supplay
dalam setiap periode merupakan salah satu masalah penting yang harus ditanggulangi untuk
meningkatkan posisi tawar menawar yang seimbang.
Kendala usaha tani sayur-sayuran di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia,
adalah rendahnya nilai pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan
lahan yang dimiliki petani, dan posisi penawaran dapa pihak petani yang kurang kuat. Hal
tersebut menyebabkan rendahnya nilai keuntungan yang diperoleh petani dan berdampak
negatif terhadap kondisi sosial ekonomi petani, serta berujung pada ketidak sejahteraan
kehidupan petani sayur-sayuran.
2
Journal of Social Geography
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, pengalaman bertani,
tingkat pengetahuan, jumlah tangungan keluarga dan luas lahan produktif) berpengaruh
terhadap produktifitas lahan petani sayur mayur di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, pengalaman bertani,
tingkat pengetahuan, jumlah tangungan keluarga dan luas lahan produktif) berpengaruh
terhadap produktivitas tenaga kerja petani sayur mayur didaerah penelitian.
3. Untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, pengalaman bertani,
tingkat pengetahuan, jumlah tangungan keluarga dan luas lahan produktif) berpengaruh
terhadap pendapatan petani syur-mayur di daerah penelitian.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan agar dapat
memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian
selanjutnya, serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan terkhusus ilmu
sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Bahan masukan bagi masyarakat dalam membangun suatu perubahan kondisi dan dinamika
Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Sayur-mayur di daerah penelitian.
b. Dapat dijadikan dasar penelitian yang lebih mendalam terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Petani Sayur-mayur bagi para pembaca.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Dan Waktu
Tempat penelitian di Desa Rumah Berastagi, Kecamatan Berastagi, Kabupaten
Karo.Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 – 15 Mei tahun 2016.
2. Variabel Penelitian
Menurut Margono. S (1997) dengan bukunya Metodologi Penelitian Sosial dan
Pendidikan mendefinisikan variabel sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai (misalnya
variabel modal kerja, keuntungan, biaya promosi, volume penjualan, tingkat pendidikan
manajer, dan sebagainya). Variabel penelitian merupakan obyek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu. Variabel dalam penelitian ini adalah:
Kondisi sosial ekonomi masyarakat petani di daerah pertanian yang meliputi variabel-
variabel antara lain sebagai berikut :

3
Journal of Social Geography
 Tingkat pendidikan
 Pengalaman bertani
 Tingkat pengetahuan (penguasaan teknologi dan pemasaran)
 Jumlah tangungan keluarga
 Luas lahan produktif
3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluaraga (KK) yang bekerja
sebagai petani sayuran di daerah penelitian . Berupa jumlah keseluruhan kepala keluarga
yang tersebar di beberapa dusun. Jika jumlah populasi ini lebih dari 100 orang maka dalam
penelitian ini menggunakan sampel.
2. Sampel
Mengingat populasinya sangat besar dan lokasinya luas, serta agar diperoleh sampel
yang representative yaitu sampel yang benar-benar menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya, maka sampel diambil memakai dengan teknik, yaituPurposive Sampling.
Purposive Sampling yaitu sampling yang bertujuan untuk mengambil subjek yang di
dasarkan atas tujuan tertentu (Arikunto, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk analisis kondisi
sosial ekonomi pada masyarakat petani di daerah penelitian, maka sesuai dengan Purposive
Sampling hanya keluarga petani di daerah penelitianyang dijadikan sampel penelitian ini.
Berdasarkan pengumpulan data berdasarkan purposive sampling maka penelitian dilakukan
pada sampel dengan jumlah sampel sebanyak 10 sampel dan dengan tujuan untuk
memperoleh data sosial ekonomi pada masyarakat petani sayur-sayuran didaerah penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer, yaitu pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh
data yang tidak terdapat di instansi melalui pengumpulan secara langsung dari lapangan.
Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara :
 Wawancara/Kuesioner
Merupakan kegiatan untuk menarik informasi dan data dari sampel yang terpilih.
Jenis kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner dengan

4
Journal of Social Geography
pertanyaan tertutup dimana jawabannya sudah ditentukan, namun terdapat pertanyaan
lanjutan apabila jawaban responden tidak terdapat dalam jawaban pilihan.
 Observasi/ pengamatan langsung
Hasil observasi/pengamatan pada penelitian ini dicatat secara deskriptif, yang secara
akurat mengamati dan merekam fenomena yang muncul dan mengetahui hubungan antara
aspek dalam fenomena tersebut. Data dan informasi tersebut dapat berupa tabel data
kuantitatif maupun kualitatif, gambar maupun peta di wilayah penelitian, serta visualisasi
foto, sebagai bahan analisis dan penjelasan.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari buku-buku kepustakaan dan beberapa instansi yang
terkait dan validitas datanya dapat dipertanggung jawabkan. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
 Survei instansi
Survei instansi dilakukan kepada instansi-instansi terkait yang ada di daerah
penelitian, sperti Kantor Kepala Desa, Kantor Kecamatan, dan Kapling/Kepala Dusun di
daerah.
 Studi Literatur
Merupakan survei data maupun literatur yang berkaitan dengan kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat. Literatur ini diperoleh dari buku teks, internet, dan referensi lainnya.
5 .Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan (Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1989). Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan
data sosial ekonomi yang didapat dari penelitian di daerah penelitian. Analisis data pada
penelitian ini didasarkan pada dua macam data, yaitu data primer yang diperoleh dari
wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari lembaga dan instansi-instansi terkait. Data
tersebut setelah dianalisis dengan secara deskriptif diadakan interpretasi. Analisis deskriptif
pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat petani di
daerah penelitian.

5
Journal of Social Geography
HASIL DAN PEMBAHASAN
Petani sampel di daerah penelitian menjadi gambaran umum petani sampel di Desa
Rumah Berastagi Karakteristik petani sampel meliputi tingkat pendidikan, pengalaman bertani,
tingkat pengetahuan, jumlah tangungan keluarga dan luas lahan produktif .Tingkat pendidikan
petani sampel dalam penelitian ini adalah petani sayuran Berikut lebih jelasnya dalam Tabel 1.
Tabel 1 Tingkat Pendidikan PetaniDi Desa Rumah Berastagi
Sampel Rata-Rata Tingkat Hasil Panen Luas Lahan Produktifitas
Pendidikan (ton) (Ha) Lahan
I SD 6 ton 1 Ha Produktif
II SD 6 ton 1,2 Ha Kurang Produktif
III SMP 10 ton 1,5 Ha Produktif
IV SMA 7 ton 1,7 Ha Tidak Produktif
V SD 3 ton 0,5 Ha Produktif
VI SD 6 ton 1 Ha Produktif
VII SMA 6 ton 1 Ha Produktif
VIII SMP 11 ton 1,7 Ha Produktif
IX SD 3 ton 0,5 Ha Produktif
X SMP 1 ton 0,5 Ha Kurang Produktif
Total 59 ton 10,8 Ha

Berdasarkan variabel tingkat pendidikan terlihat bahwa tingkat pendidikan tidak


mempengaruhi tingkat produktifitas lahan di Desa Rumah Berastagi karena pendidikan yang
dimaksud disini adalah pendidikan formal, yang sebenarnya tidak berhubungan langsung
dengan usaha tani yang di kelola. Terlihat pada tabel, walaupun tingkat pendidikan petani
rendah tidak berpengaruh terhadap tingkat produktifitas lahan pertaniannya.

6
Journal of Social Geography
2 Tingkat Pengalaman Bertani Sayur Di Desa Rumah Berastagi
Tabel 2 Lama Pekerkerjaan Sebagai Petani (tahun) Di Desa Rumah Berastagi

Dusun Lama bertani Hasil Panen Luas Lahan Produktifitas


(Tahun) (ton) (Ha) Lahan
I 20 6 ton 1 Ha Produktif
II 7 6 ton 1,4 Ha Kurang Produktif
III 19 10 ton 1,5 Ha Produktif
IV 6 7 ton 1,7 Ha Kurang Produktif
V 20 3 ton 0,5 Ha Produktif
VI 18 6 ton 1 Ha Produktif
VII 18 6 ton 1 Ha Produktif
VIII 21 11 ton 1,7 Ha Produktif
IX 19 3 ton 0,5 Ha Produktif
X 5 1 ton 0,5 Ha Kurang Produktif
Total 153 59 ton 10,8 Ha

Berdasarkan tabel lama bertani maka dapat dilihat bahwa lama pekerjaan sebagai
petani menunjukkan pengalaman dalam mengelola lahan pertanian di Desa Rumah Berastagi
berpengaruh pada produktifitas pertaniannya. Hal itu dapat dilihat pada sampel II, IV, dan X,
yang petaninya belum lama bekerja sebagai petani, dan menunjukkan pengalamannya yang
masih minim dalam pertanian. Dan kemudian hal itu mempengaruhi produktivitas lahannya,
dengan jumlah lahan yang luas tetapi hasil panen yang lebih sedikit.
Jika dibandingkan dengan sampel I, III, V, VI, VII ,VIII, IX, dimana petaninya sudah
lama menekuni pekerjaan sebagai petani dan tentunya lebih berpengalaman dalam hal
pertanian. Sehingga lahan mereka tergolong lahan yang produktif, dengan perbandingan luas
dan hasil yang optimal.

7
Journal of Social Geography
3 Jumlah Tanggungan Keluarga Di Desa Rumah Berastagi
Tabel 3 Jumlah Tangungan Keluarga Di Desa Rumah Berastagi
Tangungan Hasil Panen Luas Lahan Produktifitas
Sampel Keluaraga (ton) (Ha) Lahan
(jiwa)
I 3 6 ton 1 Ha Produktif
II 7 6 ton 1,4 Ha Kurang Produktif
III 2 10 ton 1,5 Ha Produktif
IV 6 7 ton 1,7 Ha Kurang Produktif
V 3 3 ton 0,5 Ha Produktif
VI 4 6 ton 1 Ha Produktif
VII 2 6 ton 1 Ha Produktif
VIII 2 11 ton 1,7 Ha Produktif
IX 4 3 ton 0,5 Ha Produktif
X 7 1 ton 0,5 Ha Kurang Produktif
Total 40 59 ton 10,8 Ha

Berdasarkan tabel tanggungan keluarga, maka diketahui bahwa banyaknya


tanggungan keluarga akan mempengaruhi produktifitas lahan pertanian sayur, karena jumlah
tangungan kelurga akan mempengaruhi jumlah modal yang meliputi modal awal, pembibitan,
modal pupuk, sewa pekerja, dan sebagainya. Dimana tangungan keluarga yang semakin
banyak jumlah jiwanya maka akan semakin banyak kebutuhan yang harus di penuhi seperti
pendidikan, konsumsi sehari hari dan lain sebagainya. Terlihat didaerah penelitian sampel
yang berhasil diamati memiliki anak/tanggungan yang masih bersekolah baik tingkat, SD,
SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, yang memiliki kebutuhan yang besar.
Maka dapat di interpretasi, semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka
semakin sedikit dana yang tersedia untuk pengelolahan lahan dan akan mengeurangi
produktifitas lahan, begitu pula sebaliknya semakin sedikit jumlah tanggungan maka semakin
banyak modal yang di tersedia untuk pengolahan lahan pertanian dan produktifitas lahan
tinggi.

8
Journal of Social Geography
4 Jumlah Teknologi Pertanian Di Desa Rumah Berastagi
Tabel 4Jumlah Teknologi Pertanian Di Desa Rumah Berastagi
Tekhnologi Hasil Panen Luas Lahan Produktifitas
Sampel (Jetor) (ton) (Ha) Lahan
I 2 6 ton 1 Ha Produktif
II 1 6 ton 1,4 Ha Kurang Produktif
III 3 10 ton 1,5 Ha Produktif
IV 3 7 ton 1,7 Ha Kurang Produktif
V 1 3 ton 0,5 Ha Produktif
VI 2 6 ton 1 Ha Produktif
VII 2 6 ton 1 Ha Produktif
VIII 3 11 ton 1,7 Ha Produktif
IX 1 3 ton 0,5 Ha Produktif
X 0 1 ton 0,5 Ha Kurang Produktif
Total 18 59 ton 10,8 Ha

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penggunaan teknologi modern


dalam pengelolahan lahan pertanian berpengaruh pada produktifitas lahan. Semakin banyak
pengunaan teknologi berupa jetor dalam pengelolahan lahan pertanian sayuran maka semakin
banyak lahan produktif pertanian. Terlihat pada sampel, II, IV, X, yang hanya memiliki
sedikit alat pertanian modern (Jetor) sehingga produktifitas lahannya rendah/kurang
produktif.
5 .Luas Lahan Produktif Di Desa Rumah Berastagi
Tabel 5 Luas Lahan Produktif Di Desa Rumah Berastagi
Luas Lahan
Sampel (Ha)

I 1 Ha
II 1,4 Ha
III 1,5 Ha
IV 1,7 Ha
V 0,5 Ha
VI 1 Ha

9
Journal of Social Geography
VII 1 Ha
VIII 1,7 Ha
IX 0,5 Ha
X 0,5 Ha
Total 10,8 Ha

Jumlah lahan produktif dapat mempengaruhi produktifitas lahan pertanian sayuran


karena dengan jumlah lahan produktif yang semakin luas maka lebih banyak lahan yang biasa
di manfaatkan atau produktifitas lahan tinggi untuk di tanami sayuran, namun hal ini tidak
semata sebagai faktor utama penentu produktivitas suatu lahan. Banyak faktor lain yang
dijadikan indikator produktifitas lahan seperti yang telah di jelaskan diawal seperti
pengalaman pertanian, tingkat pengetahuan (penggunaan teknologi modern), dan pengalaman
bertani
6. Tenaga Kerja Pengolah Lahan Pertanian Sayuran Di Desa Rumah Berastagi
Tabel 6 Tenaga Pengolah Lahan Kerja Di Desa Rumah Berastagi
Tenaga kerja Luas Lahan
Sampel Keluaraga Aron (Ha)
(buruh tani)
I 4 4 1 Ha
II 6 5 1,4 Ha
III 3 5 1,5 Ha
IV 5 5 1,7 Ha
V 4 0 0,5 Ha
VI 5 4 1 Ha
VII 3 4 1 Ha
VIII 3 7 1,7 Ha
IX 5 0 0,5 Ha
X 3 0 0,5 Ha
Total 41 34 10,8 Ha

Tenaga kerja adalah satuan unit individu dalam usia produktif/usia kerja (15-64
tahun). Berdasarkan tabel diatas terlihat kuantitas tenaga kerja baik dari keluarga maupun

10
Journal of Social Geography
buruh tani dalam jumlah yang cukup untuk mengolah lahan pertanian sesuai pada luasan
lahan yang di olah.
7. Tingkat Pendapatan Keluarga Di Desa Rumah Berastagi
Tabel 7 Tingkat Pendapatan Keluarga Di Desa Rumah Berastagi
Pendapatan keluarga
Sampel (Perbulan)
I Rp. 2.000.000
II Rp. 2.000.000
III Rp. 4.000.000
IV Rp. 3.500.000
V Rp. 1.700.000
VI Rp. 2.000.000
VII Rp. 2000.000
VIII Rp. 4000.000
IX Rp. 2.000.000
X Rp. 1.500.000
Total Rp. 24.700.000

Berdasarkan tabel tersebut terlihat variatif pendapatan petani sayur.Dimana sampel


VIII memiliki rata-rata pendapatan terbesar, sedang yang terkecil adalah sampel X.
Perbedaan jumlah pendapatan petani sayur di setiap pada setiap sampel yang diteliti
diakibatkan oleh banyak faktor diantaranya, luas lahan, produktifitas lahan, hama, dan lain
sebagainya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai
sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar
penduduknya mengantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi yakni
sebagian besar penggunaan lahan diwilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian
dan hampir lima puluh persen dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya
bekerja disektor pertanian.
Pertanian di daerah Kecamatan Berastagi di Desa Rumah Berastagi memiliki
komoditi pertanian potensial yang dijadikan masyarakat tempat menggantungkan hidup
adalah berupa sayur-sauran. Hal itu di dukung dengan tanah yang subur dan produktif dan
11
Journal of Social Geography
beberapa faktor fisik lainnya. Desa Rumah Berastagi memiliki iklim sedang karena terletak di
ketinggian 1.200 m dpl. Dan hal itu menunjukkan Desa Rumah Berastagi cocok untuk
tanaman teh, kopi, coklat dan sayur-sayuran. Selain faktor fisik terdapat pula faktor kondisi
sosial ekonomi penduduk yang mempengaruhi kehidupan petani sayuran di Desa Rumah
Berastagi.
Kondisi sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tingkat
pengetahuan, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan produktif diperkirakan
mempengaruhi produktifitas lahan sayuran di Desa Rumah berastagi. Produktifitas lahan
pertanian adalah perbandingan antara luas lahan dengan hasil produksi. Pengalaman dalam
mengelola lahan pertanian di Desa Rumah Berastagi berpengaruh pada produktifitas
pertaniannya. Selain itu tanggungan keluarga akan mempengaruhi produktifitas lahan
pertanian sayur, karena jumlah tangungan kelurga akan mempengaruhi jumlah modal yang
meliputi modal awal, pembibitan, modal pupuk, sewa pekerja, dan sebagainya. Dimana
tangungan keluarga yang semakin banyak jumlah jiwanya maka akan semakin banyak
kebutuhan yang harus di penuhi seperti pendidikan, konsumsi sehari hari dan lain sebagainya.
Maka dapat di interpretasi, semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin
sedikit dana yang tersedia untuk pengelolahan lahan dan akan mengeurangi produktifitas
lahan, begitu pula sebaliknya semakin sedikit jumlah tanggungan maka semakin banyak
modal yang di tersedia untuk pengolahan lahan pertanian dan produktifitas lahan tinggi.
Selain mempengaruhi tingkat produktifitas lahan keadaan sosial ekonomi juga
mempengaruhi produktifitas kerja petani sayuran. Produktifitas tenaga kerja didefinisikan
sebagai hasil bagi antara jumlah produksi dengan banyak tenaga kerja. Sumber daya manusia
merupakan elemen yang paling strategik dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh
manajemen terkhusus pertanian sayuran. Secara kuantitas dan kualitas sumber daya manusia
yang mengolah lahan pertanian sayur di Desa Rumah Berastagi, memiliki jumlah Sumber
daya manusia dalam jumlah besar dan memiliki kuliatas atau pengalaman bertani yang jika di
kategorikan termasuk kategori baik.
Di daerah Desa Rumah Berastagi rata-rata penduduk sudah lama bekerja di bidang
pertanian terutama sebagai petani sayuran. Hal itu menunjukkan bahwa para petani sudah
memiliki pengalaman yang lebih di bidang pertanian. dengan semakin berpengalaman dalam
bidang pertanian maka petani tersebut dapat di kategorikan sebagai tenaga kerja produktif.
Disamping itu faktor pengatahuan petani dalam penggunaan dan penerapan teknologi
modern juga mempengaruhi tingkat produktifitas tenaga kerja. Dengan pengalaman dan
pengetahuan petani yang memadai dalam bidang pertanian sayuran Di desa Rumah berastagi
12
Journal of Social Geography
akan meningkatkan produktivitas tenaga petani sayuran. Petani yang sudah berpengalaman
atau sudah produktif dapat mengolah lahannya menjadi lahan yang berproduktivitas tinggi.
Hal itu akan mempengaruhi penghasilan petani dan juga peningkatan kesejahteraan hidup
petani sayur di Desa Rumah Berastagi.Dan yang selanjutnya disamping produktifitas lahan,
dan prduktifitas tenaga kerja, pendapatan juga di pengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi,
seperti luas lahan produktif, pemasaran dan beberapa faktor fisik seperti keadaan iklim dan
aktivitas vulkanis gunung Sinabung.
Saran
Dari hasil penelitian di peroleh beberapa kendala yang di hadapi petani sayur dapam
pekerjaannya, baik secara material dan teknis, serta pengeruh alam. Kurangnya perhatian
pemerintah terhadap penyediaan modal usaha kecil pertanian dan kurangnya penggalakkan
berupa jaringan atau oraganisasi atau himpunan tani yang dapat memberi informasi tentang
informasi pemasaran sayuran baik skala lokal maupun internasional. Oleh sebab itu kami
menganjurkan agar pemerintah lebih menggalakkan pembenukkan himpunan tani/organisasi
yang bisa di jadikn wadah/tempat penyalur aspirasi para petani terkhusus petani sayuran Di
Desa Rumah Berastagi, dan penyediaan modal dalam bentuk bantuan usaha tani baik berupa
alat maupun materil. Hal itu dilakukan demi terciptanya kesejahteraan para petani sayuran di
seluruh Nusantara secara umum, dan di Desa Rumah Berastagi secara Khusus.

13
Journal of Social Geography
DAFTAR PUSTAKA

SoetrisnoL.1998.Pertanian Pada Abad Ke-21. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan
Husodo, S.Y, dkk.2004. Pertanian Mandiri. Jakarta: Penebar Swadaya
Tambunan, T. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia: Beberapa Isu Penting.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Suryatna Rafi’i. 2010. Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung
Ida Bagoes Mantra. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

14
Journal of Social Geography

Anda mungkin juga menyukai