Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diet pascabedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta. Pengaruh operasi terhadap metabolism pasca-
operasi tergantung berat ringannya operasi, keadaan gizi pasien pasca-operasi, dan
pengaruh operasi terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorpsi zat-zat
gizi.
Setelah operasi sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan natrium yang dapat
berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pasca-operasi. Peningkatan ekskresi kalsium
terjadi setelah operasi besar, trauma kerangka tubuh, atau setelah lama tidak bergerak
(imobilisasi). Demam meningkatkan kebutuhan energi, sedangkan luka dan perdarahan
meningkatkan kebutuhan protein, zat besi, dan vitamin C. Cairan yang hilang perlu
diganti.
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.
Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan
yang mengancam kehidupan. Pasien yang menderita luka bakar biasanya harus
memperhatikan kandungan makanan yang di konsumsinya, karena pada pasien
luka bakar biasanya terdapat berbagai makanan yang tidak boleh dikonsumsi yang
tujuannya untruk mempercepat penyembuhan luka.
Salah satu contoh trauma yang seringterjadi adalah fraktur atau patah tuang. Menurut
Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur
adalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur
adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut
dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga
fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 :
363). Selain penanganan tersebut pemenuhan nutrisipada asien fraktur juga sangat
diperhatikan karena biasanya orang yang mengalami fraktur memerlukan berbagai zat
gizi yang penting, salah satu contohnya adalah kalsium.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Defenisi Operasi, Trauma dan Luka Bakar
2. Patofisiologi dari Operasi, Trauma dan Luka Bakar
3. Pengobatan dari Operasi, Trauma dan Luka Bakar
4. Tata Laksana Gizi dari Operasi, Trauma dan Luka Bakar
5. Perencanaan Makanan pada pasien Operasi, Trauma dan Luka Bakar
C. TUJUAN
1. Mengetahui defenisi dari Operasi, Trauma dan Luka Bakar
2. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari Operasi, Trauma dan Luka Bakar
3. Mengetahui pengobatan yang tepat untuk Operasi, Trauma dan Luka Bakar
4. Mengetahui bagaimana tata laksana gizi untuk Operasi, Trauma dan Luka Bakar
5. Mengetahui dan memahami cara membuat perencanaan makanan untuk Operasi,
Trauma dan Luka Bakar
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFENISI
1.1. Operasi
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani
(R.Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2005). Operasi merupakan tindakan pembedahan pada
suatu bagian tubuh (Smeltzer and Bare, 2002). Operasi adalah tindakan pembedahan pada
suatu bagian tubuh (Hancock, 1999). Operasi (elektif atau kedaruratan) pada umumnya
merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan (Brunner & Suddarth, 2002). Jadi,
operasi merupakan suatu tindakan kompleks yang berupa pembedahan terhadap organ
tubuh suatu individu.
Menurut Smeltzer, Suzanne, C., 2001, Appendiks adalah ujung seperti jari-jari yang
kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat di bawah katup
ileosekal Sedangkan menurut Mansjoer, 2000, Appendisitis adalah peradangan dari
appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang
laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun.
Menurut Pierce dan Neil, 2007, Apendisitis adalah peradangan pada apendix
vermiformis. Hampir 7% orang barat mengalami apendisitis dan sekitar 200.000
apendiktomi dilakukan di Amerika Serikat tiap tahunnya. Insidens semakin menurun pada
25 tahun terakhir, namun di negara berkembang justru semakin meningkat, kemungkinan
disebabkan perubahan ekonomi dan gaya hidup (Lawrence, 2006). Menurut beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Apendisitis adalah peradangan
akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks vermiformis) yang dapat
mengakibatkan pernanahan dan merupakan penyebab abdomen akut. Menurut Smeltzer
Suzanne, C., 2001, Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Menurut Barbara C. Long (1996:228) appendisitis adalah suatu peradangan pada
appendiks yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat katup ileosecal dan peradangan
mungkin disebabkan oleh obstruksi dari fekalit (suatu massa seperti batu yang berbentk
dari feaces) atau infeksi bakterial. Menurut Kapita Selekta Kedokteran, Arief Mansoer (at
all 2000:307) bahwa appendisitis adalah peradangan dari appendisitis vermiformis dan
menyebabkan abdomen akut yang paling sering. Menurut Brunner and Suddarth
(2002:1099) bahwa appendectomy adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat
appendik yang dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
1.2. Trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk
menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para Psikolog
menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu kejadian
yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative, dalam
istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome disorder.
3
Trauma adalah semua jenis kekerasan yang menimpa tubuh sehingga terjadi
kerusakan atau gangguan pada struktur dan fungsi jaringan atau organ tubuh yang
terkena, bahkan secara sistemik dapat berdampak pada aspek fisiologis, kejiwaan dan
kondisi sosial individu yang berkaitan. Pengertian medis menyatakan trauma atau
perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal
trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seseorang. Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Secara singkatnya trauma
ditandai dengan adanya kerusakan, perdarahan dan rasa nyeri.
Dalam perkembangannya, berdasarkan dampak yang ditimbulkan dikategorikan dua,
yaitu trauma fisik dan psikologis. Trauma fisik adalah trauma yang diakibatkan oleh suatu
kejadian yang melukai secara fisik, misalnya kecelakaan, kerap mendapatkan pukulan dan
sebagainya. Sedangkan trauma psikologis diakibatkan kejadian yang melukai secara
batin, misalnya dibandingkan dengan saudara atau teman, sering dicaci maki dan dilabeli
anak bodoh, pemalas, perceraian, kekerasan seksual dan sebagainya.
Fraktur adalah putusnya hubungan kesinambungan / diskontinuitas permukaan tulang
atau tulang rawan atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer dan Bare, 2002).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umunya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000:347). Fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang (Marylin E. Doengoes, 2000).
2.1. Operasi
Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen Apeendiks oleh hyperplasia , folikel
limfoid, fekalit, benda asing, striptur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau
neoplasma. Obtruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapidisis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah akan
terjadi apendik akut fokal yang ditandai oleh nyeri epdestrium. Bila sekresi mukus
terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan menyebabkan obstruksi
vena, edem bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan
4
bawah. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi invak dinding appendik yang
diikuti dengan ganggren (Arif Mansjoer, 2000).
2.2. Trauma
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma. Baik itu
karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa
karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot
trisep dan bisep mendadak berkontraksi. (Doenges, 2000:629).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih
dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut.
Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin
(hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru.
Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati Carpenito (2000:50).
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakan yg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia
jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2387).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian
inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Doenges,
2000:629).
5
3. PENGOBATAN
3.1. Operasi
Pengobatan yang paling baik untuk appendisitis adalah operasi pengangkatan usus
buntu yang bengkak (appendectomy). Operasi pengangkatan usus buntu (appendectomy)
biasanya sederhana dan tidak berbahaya, untuk kasus yang berat djharuskan dirawat di
rumah sakit selama 2 sampai 3 hari. Bila usus buntu pecah, dokter melakukan
pengangktan dan kemungkinan membersihkan perut dengan cairan, memberi antibiotik
untuk beberapa hari dan memantau kemungkinan kompikasi, seperti infeksi dan masalah
pada organ perut. Sekitar 10 -20% kasus ahli bedah menemukan usus buntu yang normal
ketika melakukan appendectomy (Anonymous, 2009).
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah appendectomy
dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik. Penundaan tindak bedah sambil
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan absess atau perforasi. Appendectomy bisa
dilakukan secara terbuka atau pun dengan cara laporoskopi pada appendesitis tanpa
komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali pada appendesitis
gangrenosa atau appendesitis perforata (Syamsuhidajat, 1997)
3.2. Trauma
Segera setelah cedera perlu untuk me- imobilisasi bagian yang cedera apabila klien akan
dipindhkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cedera tersebut untuk
mencegah terjadinya rotasi atau angulasi.
c. Konservatif
Pembedahan dapat mempermudah perawatan dan fisioterapi agar mobilisasi dapat
berlangsung lebih cepat. Pembedahan yang sering dilakukan seperti disektomi dengan
peleburan yang digunakan untuk menyatukan prosessus spinosus vertebra; tujuan
peleburan spinal adalah untuk menjembatani discus detektif, menstabilkan tulang
belakang dan mengurangi angka kekambuhan. Laminectomy mengangkat lamina
untuk memanjakan elemen neural pada kanalis spinalis, menghilangkan kompresi
medulla dan radiks. Microdiskectomy atau percutaeneus diskectomy untuk
6
menggambarkan penggunaan operasi dengan mikroskop, melihat potongan yang
mengganggu dan menekan akar syaraf (Carpenito 2000:50)
4.1. Operasi
a. Tujuan Diet
Tujuan diet pasca bedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera
kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya
tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut :
Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
7
Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam dll)
Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin
Pembagian porsi makan sehari diberikan sesuai dengan kemampuan dan
kebiasaan makan penderita
Syarat diet pasca bedah adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari
bentuk cair, saring, lunak dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap
tergantung pada macam pembedahan dan keaadan pasien seperti :
Pasca Bedah Kecil : makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa
atau normal
Pasca bedah besar : makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan
kemampuan pasien untuk menerimanya.
8
Diet TKTP adalah pengaturan jumlah protein dan kalori serta jenis zat makanan yang
dimakan disetiap hari agar tubuh tetap sehat.
d. Tujuan Diet TKTP
Diet TKTP bertujuan untuk:
Memberikan makanan secukupnya atau lebih dari pada biasa untuk memenuhi
kebutuhan protein dan kalori. Maksudnya, jumlah makanan khusus kebutuhan
protein dan kalori dibutuhkan dalam jumlah lebihdari pada kebutuhan biasa.
Menambah berat badan hingga menjadi normal
Penambahan berat badan hingga mencapai normal menunjukkan kecukupan
energy. Untuk mengetahui berat badan yang normal, seseorang dapat
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), untuk anak balita, anak sekolah,
remaja, ibu hamil, dan kelompok usia lanjut. Bagi orang dewasa digunakan Indek
Masa Tubuh (IMT).
Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
Artinya, dengan terpenuhinya kebutuhan energy/ kalori dan protein di dalam
tubuh, sehingga menjaditerbentuknya sel-sel baru di dalam jaringan tubuh.
e. Syarat Diet TKTP
Tinggi energy
Tingi protein
Cukup mineral dan vitamin
Mudah dicerna
Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan darurat
Makanan yang dapat mengurangi nafsu makan dihindari
f. Indikasi Pemberian Diet TKTP
Malnutrisi, defesiensi kalori, protein, anemia, kwashiorkor
Sebelum dan sesudah operasi
Baru sembuh dari penyakitdengan panas tinggimatau penyakit berlangsung lama.
Trauma perdarahan.
Infeksi saluran pernafasan.
g. Macam-macam Diet TKTP
TKTP I Kalori : 2600kal/kgBB
Protein : 100g (2g/kgBB)
TKTP II kalori : 3000kal/kgBB
Protein : 125 g (2½g/kgBB)
9
a) Menurut Curreri : 25 kkal/kg BB aktual + 40 kkal x % luka bakar
b) Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka bakar. (Tabel 3.1)
10
Diet Luka Bakar I diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan Air Gula Garam
Soda (AGGS) dan Makanan Cair Penuh dengan pengaturan sebagai berikut :
a) 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong diberi AGGS dan Makanan
Cair Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan kecepatan 50 ml/jam.
b) 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml
dengan kecepatan yang sama.
c) 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energi ditingkatkan
menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit. Diatas 24 jam bila tidak
ada keluhan kecepatan pemberian makanan dinaikkan sampai dengan 100
ml/menit.
d) Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan Makanan Cair Penuh
diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian makanan
dihentikan selama 2 jam.
Diet Luka Bakar II
Diet Luka Bakar II merupakan perpindahan dari Diet Luka Bakar I, yaitu
diberikan segera setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan Makanan
Cair Penuh dengan nilai energi 1 kkal/ml, serta sirkulasi cairan tubuh normal.
Cara pemberiannya sebagai berikut :
a) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat berbentuk
cair, saring, lumat, lunak, atau biasa.
b) Cairan AGGS, tidak terbatas.
c) Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali sehari. Volume
setiap kali pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien, maksimal 300
ml.
d) Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali sehari dan
dapat dikombinasikan dengan Makanan Cair Penuh untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
e) Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi pemberian
disesuaikan dengan kemampuan pasien sehingga asupan zat gizi
terpenuhi.
e. Preskripsi Diet (Penetapan Diet)
Pemberian makanan dapat dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran darah ke
saluran cerna kembali normal. Makanan yang diberikan harus mudah dicerna dan
diserap seperti larutan hidrat arang (maltodextrin)
Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan, seperti :
a) Ikan sebagai sumber protein hewani,
b) Tahu atau tempe sebagai sumber protein nabati
c) Sayur dan buah yang mudah dilumatkan seperti : wortel, labu siam, lobak,
pepaya,dll
Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang hijau dapat dianjurkan untuk
memberikan glutamin dan arginin yang banyak terdapat di dalam produk kacang-
kacangan, khususnya kacang merah. Minyak ikan yang kaya akan vitamin A dan
asam lemak omega 3 dapat pula diberikan sementara minyak zaitun yang
merupakan sumber asam lemak omega 9 dapat pula dimakan mentah sebagai
campuran susu atau formula enteralnya.
Gunakan susu skim untuk menambah kandungan protein dalam sereal, sup, dll.
Jangan gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan karena
santan terutama yang kental kaya akan asam lemak jenuh
11
Minum banyak air untuk mengencerkan darah. Misalnya 1 gelas air mineral setiap
2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun untuk buang air kecil pada
malam hari
Untuk menghindari keletihan setelah sembuh dari trauma, luka bakar atau
pembedahan, kepada pasien dapat dianjurkan agar makan sedikit-sedikit tetapi
sering.
5.1. Operasi
Diet pasca bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta (Almatsier, 2005). Menurut Dudrick, Operasi
bedah digestif menimbulkan berbagai tingkat stres yang tergantung dari berbagai faktor,
termasuk jenis penyakit yang diderita, lamanya, status gizi sebelum operasi dan penyakit-
penyakit penyertanya; stres akan meningkatkan katabolisme tubuh dengan cara
glikogenolisis dan glukoneogenesis, sedangkan lipolisis ditekan, sehingga sebagian besar
menggunakan sumber protein tubuh untuk energi. Pemberian protein secara dini pada
tindakan bedah akan mengurangi katabolisme protein tubuh yang dapat dipantau secara
sederhana melalui berkurangnya penurunan berat badan, berkurangnya ekskresi urea
dalam urin, dan cepat tercapainya keseimbangan nitrogen positif. Pada stres hebat seperti
pada luka bakar telah dilaporkan keberhasilan pemberian dini makanan yang mengandung
tinggi protein, sehingga mengurangi morbiditas dan mortalitas (Djalinz, 1992).
Contoh menu:
Pagi : Bubur ayam, telur rebus tidak terlalu matang dan jus tomat
Jam 10 : Bubur kacang hijau
Siang : Nasi tim, pepes tengiri, tumis tempe, bening bayam dan pepaya
Jam 16.00 : Puding susu
Malam : Nasi tim, bistik daging, perkedel, tahu kukus, buncis dan pisang
Jam 21.00-22.00 : Susu
5.2.Trauma
Pagi : nasi, telur dadar, daging semur, ketimun dengan tomat, iris, susu
Pukul 10.00 : bubur kacang hijau, susu
Siang : nasi, ikan goreng, ayam goreng, tempe bacem, sayur asam, papaya
Pukul 16.00 : susu
Malam : nasi daging empal, telur balado, sup sayuran, pisang.
Pukul 21.00 : roti panggang, teh
12
Bahan Makanan Sehari
Bentuk Cair
Diberikan dalam bentuk Makanan Cair Penuh, yaitu Formula Rumah Sakit (FRS)
dan Formula Komersial (FK)
Bentuk Saring
Diberikan dalam bentuk Makanan Saring, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Bentuk Lunak
Diberikan dalam bentuk Makanan Lunak, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
13
Makanan ini ditambah Makanan Cair sebagai berikut:
Pukul 10.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 16.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 21.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Pukul 05.00 : Makanan Cair Penuh 200 ml
Bentuk Biasa
Diberikan dalam bentuk Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (Diet ETPT), yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Bila pasien tidak dapat menghabiskan porsi makanan biasa, maka frekuensi
makan dapat ditambah menjadi 4 kali makanan utama. Jadwal makanan adalah
sebagai berikut:
Pukul 08.00 : Makan Pagi
Pukul 10.00 : Selingan
Pukul 13.00 : Makan Siang
Pukul 16.00 : Selingan
Pukul 18.00 : Makan Malam I
Pukul 21.00 : Makan Malam II
Pukul 05.00 : Selingan
14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pasien yang telah menjalani operasi, mengalami trauma tulang dan luka bakar harus
memperhatikan nutrisi yang akan dikonsumsi. Hal ini bertujuan untuk mempercepat
proses penyembuhan serta mencegah terjadinya komplikasi karena alergi terhadap suatu
zat yang terdapat didallam makanan. Karena pasien yang mengalami operasi memerlukan
nutrisi yang berbeda dengan pasien trauma dan luka bakar
15