termasuk indonesia, pemerintah bersama otoritas moneter, Bank Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan, telah melakukan langkah-langkah dalam upaya menciptakan kondsisi
ekonomi makro yang kondusif.
Selama ini pemerintah telah melakukan upaya stabilisasi fiskal dan moneter, termasuk
di dalamnya pengendalian inflasi. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan langkah-
langkah untuk melindungi masyarakat, seperti pemberdayaan usaha mikro dan
penyaluran kredit dengan suku bunga rendah. Guna meningkatkan kestabilan makro
ekonimi, mengurangi tingka pengangguran dan mengendalikan tingkat inflasi,
pemerintah melakukan beberapa pendekatan untuk menuntaskan masalah tersebut,
diantaranya :
Perekonomian nasional yang berasaskan demokrasi dan berbasis ekonomi pasar yang
adil harus diperkuat. Karena itu pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang
berlandaskan keadilan agar rakyat mendapatkan apa yang mereka butuhkan (equity)
untuk meningkatkan kualitas hidupnya, bukan sekadar equality atau kesamaan
perlakuan semata.
Untuk itu pemerintah akan memfokuskan pada 4 (empat) program Quick Wins dalam
KPE yang memiliki dampak paling besar untuk mengurangi ketimpangan di
masyakarat. Kebijakan ini menitikberatkan pada Reforma Agraria termasuk legalisasi
lahan transmigrasi; pendidikan dan pelatihan vokasi; perumahan untuk masyarakat
miskin perkotaan; serta ritel modern dan pasar tradisional.
KPE memiliki 3 (tiga) pilar utama, meliputi Lahan, Kesempatan, dan Kapasitas Sumber
Daya Manusia (SDM). Hal ini dimaksudkan agar kebijakan pemerintah dapat
diharmonisasikan menjadi satu desain kebijakan yang koheren dan efektif dalam
mengurangi ketimpangan yang berbasis pemerataan ekonomi.
Dari ketiga pilar utama tersebut, terdapat 10 bidang yang dinilai menjadi sumber
ketimpangan di masyarakat.
Pilar Pertama berdasarkan lahan akan mencakup reforma agraria dan perhutanan
sosial, pertanian dalam kaitannya dengan isu petani tanpa lahan, perkebunan terkait
dengan rendahnya produktivitas dan nilai tambah komoditas, perumahan yang
terjangkau bagi masyarakat miskin perkotaan, dan nelayan serta petani budidaya rumput
laut.
Pilar ketiga yakni peningkatan kapasitas sumber daya manusia, ditargetkan untuk
menyelesaikan isu vokasional, kewirausahaan dan pasar tenaga kerja.
KPE ini dibuat karena profil perekonomian Indonesia saat ini membutuhkan antisipasi
pemerintah untuk memastikan pertumbuhan ekonomi berkualitas yang juga mampu
mengurangi ketimpangan di masyarakat.
Lahan transmigrasi seluas 220.000 ha dan 3.800 ha Prona siap dilegalisasi dari total 4.5
juta ha. Sementara tanah terlantar seluas 23.000 ha dan 707.000 ha dari pelepasan
kawasan hutan juga siap diredistribusi dari total 4.5 juta ha. Adapun Lahan Tanah Objek
Reforma Agraria (TORA) yang telah diidentifikasi tersebar di beberapa provinsi, seperti
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, dan Maluku.
Selain itu, mengenai legalisasi lahan transmigrasi, sudah teridentifikasi 342.344 bidang
lahan transmigrasi ( 220.000 Ha) yang belum di sertifikasi. Dengan rincian sebagai
berikut:
Sejumlah 66.32% di antaranya sudah berstatus Hak Penggunaan Lahan (HPL) sehingga
perlu difokuskan untuk melegalisasi lahan ini karena prosesnya yang lebih cepat
dibandingkan yang lain.
Pelaksanaan perlu diprioritaskan di Sumatera Selatan sebanyak 46.091 bidang, Riau
sebanyak 12.767 bidang, dan Kalimantan Timur 5.217 bidang.
Pemberian sertifikat ini bukan sekadar bagi-bagi lahan. Tetapi fokus pada tanah yang
telah diberikan dapat menjadi modal ekonomi produktif untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, tegas Presiden.
Quick Wins Pendidikan dan Pelatihan VokasI
Beberapa kebijakan vokasi dan tenaga kerja disusun untuk peningkatan kapasitas SDM
terutama agar dapat menyelaraskan dengan kebutuhan industri dan mendukung program
prioritas pemerintah.
Ada 2 (dua) langkah kebijakan yang akan diambil pemerintah. Pertama, dengan
penyusunan dan penguatan peta jalan pendidikan dan pelatihan vokasi. Hal ini
dilakukan melalui reklasifikasi lapangan usaha dan jabatan serta prioritisasi lapangan
usaha dan jabatan di Indonesia.
Kedua, dengan adanya kebijakan Job Matching antara Vokasi dan Industri. Pemerintah
akan fokus pada penguatan program vokasi untuk industri yang memiliki asosiasi kuat
dan skema vokasional yang telah berjalan untuk sektor otomotif, pariwisata dan
perhubungan.
Izin usaha dipermudah, ialah salah satu gebrakan dalam mengatasi pertumbuhan
ekonomi yang lambat.
Selambat-lambatnya akhir 2017 semua izin kegiatan usaha migas cukup dilakukan
secara online. Selain itu Kementerian ESDM telah memangkas perizinan yang semula
mencapai 42 menjadi hanya 6 perizinan saja.
Sebelumnya investor yang ingin menanamkan modal pada kegiatan usaha migas harus
menuntaskan 104 perizinan. Kemudian menciut menjadi 42 perizinan. Dan di bawah
kepemimpinan Menteri ESDM Ignasius Jonan, investor yang ingin berbisnis di sektor
migas cukup melalui 6 perizinan saja.
6 perizinan yang ada meliputi : 2 perizinan pada sektor hulu migas, yakni izin survei
dan izin pemanfaatan data migas, serta 4 perizinan di hilir migas yang terdiri atas izin
usaha pengolahan, izin usaha penyimpanan, izin usaha pengangkutan, dan izin usaha
niaga.
Sejumlah bentuk kemudahan yang diatur antara lain penyederhanaan prosedur memulai
usaha dari 13 prosedur menjadi 7 prosedur, dengan perubahan proses izin Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) menjadi terbit
bersamaan, tidak lagi sendiri-sendiri.
Contoh lainnya, modal dasar UMKM kini ditentukan berdasarkan kesepakatan pendiri
PT yang dituangkan dalam akta pendirian. Sebelumnya, modal dasar UMKM mengacu
pada ketentuan pendirian PT dengan nilai modal minimal Rp50 juta.
Kemudahan usaha yang diberikan kepada UMKM, diharapkan investasi domestik dapat
terus mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan yang ditargetkan.
Kedua Permendag baru ini memberi jaminan kemudahan berusaha bagi pelaku usaha di
bidang perdagangan. Mendag menegaskan kewajiban pendaftaran ulang Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) setiap lima tahun dihapus.
Perka BKPM 14/2015 mengatur hal baru yaitu penerbitan izin prinsip yang disebut izin
investasi. Izin ini dapat diterbitkan hanya dengan waktu 3 jam. Ketentuan untuk
mendapatkan percepatan izin investasi tersebut adalah (i) nilai investasi minimal Rp
100.000.000.000 (seratus miliar Rupiah), dan/atau (ii) penyerapan tenaga kerja
Indonesia minimal 1.000 (seribu) orang. Khusus untuk izin investasi yang berlokasi di
kawasan industri tertentu dan telah disetujui oleh Kepala BKPM dapat memulai
konstruksi tanpa terlebih dahulu memiliki izin, seperti Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) dan izin lingkungan, namun izin tersebut harus diurus bersamaan dengan
pelaksanaan konstruksi.
Tadinya ada dua izin, yaitu izin usaha industri primer hasil hutan kayu diatas 6000m
kubik per tahun dan perluasannya. Kini, izin tersebut dijadikan satu, namanya menjadi
izin industri primer hasil hutan. Begitu juga dengan konservasi, yakni izin usaha
penyediaan sarana wisata alam. Izin pemanfaatan jasa wisata alam, izin pemanfaatan air
dan energi, izin pemanfaatan panas bumi, yang tadinya susah dan makan waktu,
sekarang semuanya jadi satu, namanya izin pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan
konservasi. Ia mengatakan, pemangkasan proses perizinan di sektor kehutanan ini
bertujuan untuk memperbaiki iklim investasi.
Dalam kebijakan pemerintah ini, pemerintah berupaya agar per-izinan usaha dibuat
semudah mungkin dan dapat membantu para pengusaha dalam menekan biaya per-
izinan dan waktu per-izinan agar gairah ber-investasi dan berusaha menjadi tinggi
sehingga dapat segera membuka lapangan pekerjaan sebanyak banyaknya. Kerumitan
per-izinan di masa lalu sangat menghambat para pengusaha dalam menciptakan
lapangan pekerjaan dan lapangan usaha. Kerumitan tersebut harus dihilangkan sehingga
meningkatkan iklim investasi dan pada akhirnya mampu meningkatkan ekonomi NKRI.
Suber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3329687/jokowi-pangkas-
birokrasi-dan-perizinan-peringkat-kemudahan-berbisnis-ri-naik-jadi-91