2
Proyeksi PDB
6.50% RAPBN 5.4
IMF 5.3
ADB 5.3
6.00% LPEM UI 5.3
OECD 5.1
BI 5.1 - 5.5
5.50% 5.22%
5.00%
4.50%
4.00%
3.50%
3
Proyeksi Inflasi
18.00%
16.00%
14.00%
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
4.12%
2.00%
0.00%
4
Proyeksi Nilai Tukar
15,000
14,000
13,000
13,311
12,000
11,000
10,000
9,000
8,000
7,000
6,000
6
Pertumbuhan PDB YoY (%)
6.48 6.27
6.01 5.94 6.11 6.21 5.94 5.87
5.54 5.59 5.52 5.58
5.12 4.94 4.93 5.05 5.17 4.92 5.18 5.01 4.94 5.01 5.01 5.06
4.82 4.74 4.77
3
Apparel, Footwear Trans. Kom
2 Hotel Resto Kons HH
Equipments F&B
1
8
PDB, Pembentukan Modal Tetap (%) YoY
40.0 Titik balik investasi mesin dan peralatan sejak Tahun
2012, menjadi Potensi terhadap peningkatan
30.0 kapasitas produksi
20.0
10.0
0.0
-10.0
-20.0
-30.0
Gross Fixed Capital Formation GFCF: Buildings & Structures
GFCF: Machine & Equipment GFCF: Vehicles
9
PDB, Ekspor-Impor
800.000 70
60
600.000
50
400.000
40
200.000 30
- 20
10
(200.000)
0
(400.000)
-10
(600.000) -20
Ekspor Impor Net Ekspor
10
Volatilitas Nilai Tukar
16,000
Overshooting Sep/15, 14,657
Jun/98, 14,900
Exchange Rate
14,000
Oct/17, 13,572
12,000
Oct/17, 10,574
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
Primer Sekunder Tersier
15.00%
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
12
Tingkat Inflasi YoY (%)
20 Inflasi (RHS) Adm. Price Core (RHS) 9.00
8.00
15 7.00
6.00
10
5.00
4.00
5
3.00
0 2.00
1.00
-5 .00
13
Kontributor Inflasi YoY (%)
12.00% 30.00%
25.00%
10.00%
20.00%
8.00%
15.00%
6.00% 10.00%
5.00%
4.00%
0.00%
2.00%
-5.00%
0.00% -10.00%
Food
Housing, Electricity, Gas and Fuel
Energy (RHS)
Transportation, Communication and Finance (RHS)
14
Upah Harian Petani & Buruh Bangunan
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
Upah Nominal Harian Petani (Rp) Upah Nominal Harian Buruh (Rp)
Upah Real Harian Petani (Rp) Upah Real Harian Buruh (Rp)
15
Poverty Rate (Urban & Rural)
% Penduduk Miskin
15
14.17
13.93
14
13
12
11.25
11 10.64
10
9 8.34
8 7.72
7
6
5
Semester 1 Semester 2 Semester 1 Semester 2 Semester 1 Semester 2 Semester 1
2014 2015 2016 2017
Kota Desa Indonesia
16
Gini Ratio
0.45 0.42 0.41
0.40
0.41 0.39
0.35
0.30 0.34 0.32
0.25
Urban Rural Indonesia
0.20
17
18
Pilar SDM
MEMBANGUN SDM PELAYARAN YANG INKLUSIF DAN BERDAYA SAING
19
KERANGKA SDM INDONESIA
Kesehatan
Training Flexible
Inheritted Total Factor
Skills Productivity
Schools
Adaptability
INDIVIDU Pasar Kerja
bakat Knowledge
Upah
Working in
Pengasuhan Characteristics organisastion
Attitude Perbedaan
Rettained Pengalaman Upah
Productive
Compensating Labor-market
Lingkungan differentials Taste-based imperfection
discrimination
20
21
KONDISI SDM INDONESIA
22
Kondisi SDM Indonesia
Tahun 2019, diperkirakan kebutuhan 64.897 pelaut dalam negeri dan 93.478
pelaut luar negeri.
Kepelabuhanan memerlukan SDM sebanyak 6.630 orang, 2.155 orang untuk
pelabuhan umum dan terminal khusus atau terminal untuk kebutuhan sendiri
serta untuk mengantisipasi pembangunan 24 pelabuhan baru.
Fase Sekolah: SDM
▪ Standar
Kementerian Akreditasi
Perhubungan (Kemendikti) vs
(IMO) Standar
Pengesahan
(Kemenhub)
Kementerian
Kemendiknas ▪ Kurikulum
ristek dikti ▪ Isu penyetaraan
ijazah tenaga
pendidik
Pendidikan
& Pelatihan
Maritim
Fase Sekolah: Tata Kelola
33
PENTINGNYA INFRASTRUKTUR DALAM MENDORONG DAYA SAING
DAN EKONOMI INKLUSIF
34
Prinsip dan Peran Infrastruktur
35
Dampak Terhadap Perekonomian
Anggaran
Tahun PDB Rasio
Infrastruktur
2004 17.5 2295.8 0.8
• Elastisitas anggaran
infrastruktur terhadap PDB
2005 26.1 2774.3 0.9 padaperiode 2004-2017
2006 54 3339.2 1.6 adalah 0,53%
2007 59.8 3950.9 1.5 • Pada Periode 2009-2014,
anggaran infrastruktur tumbuh
2008 78.7 4951.4 1.6 12,3%, sedangkan PDB tumbuh
2009 91.3 5613.4 1.6 13,5%
2010 110.1 6422.9 1.7 • Pada Periode 2014-2017,
2011 141 6840.4 2.1
anggaran infrastruktur tumbuh
dengan 33,3%, sementara PDB
2012 161.4 7298.7 2.2 tumbuh hanya 7,3%
2013 176.1 9087.3 1.9 • Anggaran infrastruktur untuk
2014 163.2 10569.7 1.5 tahun 2018 adalah Rp 410,7
trilyun
2015 281.7 11531.7 2.4
2016 316.6 12406.8 2.6
2017 386.9 13039.6 3.0 ECONOMIC RESEARCH CENTRE - LIPI
36
TRANSPORTASI MARITIM
37
Daya Saing dari Perspektif GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX
INDONESIA DAN ASEAN
Indonesia
ASEAN
38
Sumber: WEF Berbagai Tahun, Diolah
INKLUSIvITAS BONGKAR - MUAT KONTAINER:
Wilayah Kerja PELINDO IV
(%)
(%) (%)
40
KESENJANGAN AKTIVITAS EKONOMI ANTAR PULAU
Pulau Sulawesi
Primer: 9.85 %
Kep. Maluku & Papua
Sekunder: 4.22 % Primer: 4.78 %
Pulau Kalimantan Tersier: 5.76 % Sekunder: 1.45 %
Primer: 15.05 % Tersier: 2.19 %
Sekunder: 5.89 %
Tersier: 4.96 %
Pulau Sumatera
Primer : 37.96 %
Sekunder: 20.04 %
Tersier: 16.5%
Pulau Jawa Kep. Bali dan Nusa Tenggara
Primer : 28.27 % Primer: 4.10 %
Sekunder: 67.12 % Sekunder: 1.27 %
Tersier: 66.46 % Tersier: 4.14 %
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
II III IV
Sumber: Pelindo dan Hasil Diskusi dengan Stakeholders terkait (2017), Diolah
42
REALITAS TRANSPORTASI MARITIM
Imbalance cargo; un-equal growth
poles; skala ekonomi; dan frekuensi
pengiriman
43
Rekomendasi
44
Pilar Keuangan
45
Urgensi INKLUSI KEUANGAN
Aksesibilitas keuangan akan meningkatkan EFISIENSI sumber daya dan INVESTASI produktif
(King dan Levine, 1993)
Risk Protection
Akses
Keuangan
$
$
Consumption
Protection
$ Welfare ?
Capital
Accumulation
Sumber : P2Ekonomi LIPI, 2017
46
Perkembangan Kredit UMKM (Jenis Usaha)
47
Sumber : Info UMKM, BI 2017
Ketidakseimbangan Keuangan Kronis
UB
[80%] (0,01%)
PERBANKAN
UMKM
---[20%] ----
(99,99%)
LKM
Kredit Bank:
Rp 616,1 milyar/UB
Sumber : P2Ekonomi LIPI, 2017 Rp 12,2 juta/UMKM 48
Bukti Empiris Rendahnya Akses Pada KEUANGAN FORMAL
0 10 20 30 40
RUMAH TANGGA
75%
50
HAMBATAN AKSES RTM-UMK TERHADAP LAYANAN PERBANKAN
Hambatan sosial-budaya
51
Indikator Inklusivitas Keuangan ….?
Kepemilikan Rekening di ATM per 100.000 orang
Negara
Perbankan (+15 thn) dewasa
52
Temuan Lapangan 2017
24%
41%
59%
76%
53
Persentase Responden Berdasarkan Alasan Tidak Pernah Mengajukan Pinjaman
ke Bank
Lainnya
54
Rendahnya
literasi
keuangan
masyarakat
Hasil
Penelitian
P2E 2016/17
LKM tidak Perbankan
berdaya berdaya saing
saing tapi tapi tidak
inklusif Inklusif
Tata Produk
Infrastruktur SDM
Kelola Keuangan
Sistem
pengawasan
Standarisasi Kebijakan
dan
Penguatan penjaminan
Kompetensi penilaian
ICT LKM produk
SDM LKM berbasis finansial LKM
proper
governance
57
URGENSI TATA KELOLA (GOVERNANCE) UNTUK MENDUKUNG
PEMBANGUNAN INKLUSIF YANG BERDAYA SAING
58
Mkandawire (2007):
Esensi dari Governance mengatur tata kelola" relasi negara dan masyarakat
(state-society relations) yang dapat menjamin terwujudnya tiga tujuan utama,
yaitu:
59
GOOD GOVERNANCE:
Rujukan Konsep dan Praktik Tata Kelola Kontemporer
60
I. World Bank Concept:
Lebih menekankan pada aspek ekonomi dan kapasitas dari
negara (state capacity) dalam mengartikulasi good governance
(Nanda, 2006: 274).
Fokus perhatian: efesiensi administrasi publik, penegakan
hukum, transparansi, dan akuntabilitas.
61
POTRET KINERJA GOVERNANCE DI INDONESIA
62
INDEKS DEMOKRASI INDONESIA:
KINERJA LEMBAGA DEMOKRASI (2015-2016)
Indeks
Variabel Aspek Institusi Demokrasi IDI 2015 IDI 2016
63
INDEKS DEMOKRASI INDONESIA:
Kinerja Birokrasi Pemerintah Daerah (2015-2016)
Skor
Indikator
2015 2016
64
INDEKS DEMOKRASI INDONESIA:
Partisipasi Politik Dalam Pengambilan Keputusan Dan Pengawasan
(2009-2016)
100
90 87.04
79.42
80 76.83
81.75 72.51
69.91
70
60 56.24
49.17
Skor
50
47.47
40 43.06
28.56
30 35.7 34.14
20 23.73
19.12 18.71
10
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Persentase demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan terhadap total demonstrasi/mogok
Jumlah pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan
65
Global Competitiveness Index
Pillar Institution (bureaucracy side) of The Global Competitiveness Index
2017-2018
5 4.4
Transparency of government
Efficacy of corporate boards
4.3 policymaking
4.6
66
REALITAS PRAKTIK TATA KELOLA PADA SUBSIDI LPG 3 KG :
Temuan Penelitian P2E
67
Realitas dan Permasalahan yang Dihadapi:
4)Penikmat kebijakan ini lebih pada nelayan kecil yang sudah memiliki
kapal motor. Sementara itu nelayan kecil yang tidak memiliki kapal motor
tidak tersentuh oleh program ini. Akibatnya, telah terjadi kesenjangan
produktivitas yang semakin besar antara nelayan kecil yang memiliki
kapal motor dan yang tidak.
68
5)Kebijakan konversi BBM ke LPG, lebih merupakan program yang
terlahir dari keinginan pemerintah pusat. Implikasinya: (i) masih
ditemukan nelayan kecil yang masih menggunakan BBM walaupun
sudah masuk program konversi; (ii) kurangnya daya dukung pihak-pihak
yang mampu menjamin keberlanjutan program ini (pemerintah provinsi
dan kabupaten); (iii) kurang dibangunnya kemampuan nelayan untuk
mampu menyelesaikan permasalahan teknis pasca implementasi
proyek.
8)Paling tidak ada dua aspek local content yang perlu pendapat
perhatian yaitu: (i) sisi sensitivitas para aktor atas dinamika harga di
daerah; dan (ii) sisi adaptasi kebijakan di tingkat lokal.
69
Rekomendasi:
70
4) Pelibatan, akademisi/peneliti dan bisnis juga penting dilakukan agar
nelayan kecil dapat menggunakan teknologi ini secara efektif
(technology mastery), bahkan dalam tingkatan yang lebih tinggi,
nelayan kecil atau kelompok nelayan mampu untuk melakukan
perbaikan-perbaikan kecil atau bahkan mampu melakukan
modifikasi teknologi disesuaikan dengan kondisi lokal yang mereka
hadapi (technology effort).
71
REFLEKSI DAN REKOMENDASI KONSEPTUAL
72
REFLEKSI:
PROPER GOVERNANCE:
74
Grindle (2004, 2011):
75
KONSEP PROPER GOVERNANCE:
• Developmental
State (Negara) Political Office • Democratic
• Socially Inclusive
Bureucracy • Cultural and
Historycal Contect
(Local Content)
Society Civil Society
(Masyarakat)
Economic Society
76
PERBANDINGAN ANTARA KONSEP GOOD GOVERNANCE DAN
PROPER GOVERNANCE: Persamaan dan Perbedaan
• Akuntabilitas
Good •State •Birokrasi • Transparansi
• Keadilan
Governance •Society •Civil Society • Partisipasi
• Efesiensi
• Efektifitas
• dll
77
PROPER GOVERNANCE, COMPETITIVENESS, AND
INCLUSIVENESS: Perhatian Media
78
TERIMA KASIH