PENDAHULUAN
Mineral adalah suatu zat ( fasa ) padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia
yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan
fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau
dikenal sebagai struktur Kristal (Evans,1980).
Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung darimana kita
meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. Istilah
mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya
bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik yang
tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai unsur
kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari
rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada
umumnya merupakan zat anorganik (Peters,1987).
Endapan mineral (Ore Deposit) adalah batuan yang mengandung satu atau lebih mineral logam
(metallic mineral) yang akan memiliki nilai ekonomis jika ditambang dinamakan Ore Mineral atau
mineral bijih. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga
pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di
saat lain bukan lagi. Pada saat ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah ( gangue) yang
tidak memiliki nilai ekonomis. Proses ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing).
Suatu endapan mineral akan terbentuk oleh serangkaian proses yang mengubah kondisi suatu batuan
menjadi suatu endapan dengan kandungan mineral bijih yang disebut proses ubahan ( alteration).
Proses tersebut akan menghasilkan mineral logam ( metalic mineral) dan mineral ubahan (alteration
mineral), struktur serta tekstur batuan yang berubah karenanya.
Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu proses internal
atau endogen dan proses eksternal atau eksogen (Guilbert, 1986).
Tenaga Endogen adalah tenaga pengubah muka bumi yg berasal dari dalam bumi, yang bersifat
membangun. Secara geologis, tenaga endogen meliputi tektonisme, vulkanisme, dan seisme (gempa)
Tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifatnya merusak/merombak
permukaan bumi yang sudah terbentuk oleh tenaga endogen. Tenaga eksogen juga
mengakibatkan bentuk-bentuk muka bumi. Contoh seperti bukit atau tebing yang terbentuk hasil
tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi.
Dalam tugas ini saya akan membahas khusus pada endapan mineral yang terbentuk
karena proses endogenik.
BAB II
PEMBAHASAN
dan eksogenik. Endapan endogenik ialah endapan yang terbentuk jauh di dalam kerak bumi, bersamaan dengan
terbentuknya batuan beku atau yang disebut cebakan primer. Endapan endogenik terdiri dari endapan magmatik,
endapan hidrothermal dan endapan metasomatik. Endapan eksogenik : endapan yang terbentuk di permukaan
bumi. Endapan eksogenik antara lain ialah endapan sedimentasi, endapan laterit dan endapan transportasi
permukaan (endapan sekunder/aluvial).
Proses Pembentukan Endapan Mineral
Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu
proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen menurut teori Mead L. Jensen
dan Alan M. Bateman (1981). Endapan mineral yang berasal dari kegiatan magma atau
dipengaruhi oleh faktor endogen disebut dengan endapan mineral primer. Tenaga eksogen yaitu
tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk
permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Secara umum tenaga eksogen berasal dari
3 sumber, yaitu: Atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin. Air yaitu bisa berupa aliran air,
siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser, dan sebagainya. Organisme yaitu berupa jasad
renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
Proses internal atau endogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:
1. Tipe Endapan Magmatik
Proses magmatisme akan membentuk berbagai macam tipe cebakan seperti (early) magmatic, pegmatic,
greissen, skarn, hidrothermal, epitermal dan lain sebagainya dengan membentuk tubuh bijih yang
beraneka ragam dari yang isometris, lapisan, vein (urat), kantong (pocket), atau yang bentuknya
rumit lainnya.
Kristalisasi magma merupakan proses utama dari pembentukan batuan vulkanik dan
plutonik. Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun magma
akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan,
pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur
dirinya menyusun bentuk yang teratur. Proses ini disebut kristalisasi. Pada proses ini yang
merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu dengan yang
lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan
kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya material yang menyusun magma tidak
membeku pada waktu yang bersamaan. Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh
terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma
berlangsung dengan lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya,
sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat,
ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan
membentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan berlangsung sangat cepat maka tidak ada
kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan
atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas (glass). Pada saat
magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling mengikat pertama
kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian tetrahedra- tetrahedra oksigen-
silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal
dari bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin
yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbntuk pada waktu yang bersamaan
atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih
tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung kristal-kristal padat
yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi dari magma dan jumlah kandungan
bahan volatil juga mempengaruhi proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor
tersebut, maka kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi.
N.L.Bowen merupakan seorang ahli yang pertama kali melakukan penyelidikan terhadap proses
kristalisasi magma pada awal abad ke 20 ini. Hasil penyelidikan Bowen di laboratorium
menunjukkan bahwa mineral tertentu akan mengkristal pertama kali. Dengan penurunan
temperatur, mineral lain akan mulai mengkristal. Sejalan dengan proses pengkristalan dari
magma, komposisi dari magma yang tersisa selalu mengalami perubahan juga. Sebagai contoh,
pada saat magma telah mengalami pembekuan kira-kira 50 %, magma yang tersisa akan
mengalami penurunan kandungan unsur-unsur besi, magnesium dan kalsium, karena unsur-unsur
ini dijumpai pada mineral-mineral yang terbentuk pertama kali. Tetapi pasa saat yang bersamaan,
komposisi magma lebih diperkaya oleh kandungan unsur-unsur yang banyak terkandung dalam
mineral-mineral yang terbentuk kemudian, seperti unsur-unsru sodium dan potasium. Demikian
juga kandungan silikon dalam larutan magma semakin bertambah pada proses kristalisasi
berikutnya. Bowen juga menunjukkan bahwa mineral-mineral yang telah mengkristal dan masih
terdapat dalam lingkungan magma yang masih cair, akan bereaksi dengan sisa cairan magma dan
menghasilkan mineral berikutnya. Oleh sebab itu susunan atau urutan proses kristalisasi mineral
dikenal dengan nama Bowen’s reaction series. Pada bagian kiri dari susunan ini olivin yang
merupakan mineral pertama yang terbentuk, akan bereaksi dengan cairan magma dan
membentuk piroksin. Reaksi ini akan terus berlangsung sampai mineral yang terakhir dalam seri
ini yaitu biotit, terbentuk. Susunan sebelah kiri ini disebut sebagai discontinuous reaction series,
karena tiap mineral yang terbentuk mempunyai struktur kristal yang berbeda. Olivin disusun oleh
tetrahera tungal, dan mineral lain pada seri ini disusun oleh rangkaian rantai tunggal, rantai
ganda dan struktur lembaran. Pada umumnya reaksi yang terjadi tidak sempurna, sehingga
mineral-mineral yang bervariasi ini akan hadir pada saat yang bersamaan. Pada susunan bagian
kanan reaksi berlangsung terus menerus. Mineral yang pertama kali terbentuk adalah mineral
feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar) bereaksi dengan ion-ion sodium (Na) yang
semakin meningkat persentasenya di dalam magma. Kadangkala kecepatan pendinginan
berlangsung sangat cepat sehingga menghambat perubahan yang sempurna dari kalsium feldspar
menjadi sodium feldspar. Bila hal ini terjadi zoning pada mineral feldspar, dimana kalsium
feldspar di bagian intinya dikelilingi oleh sodium feldspar. Pada proses kristalisasi, setelah
magma mengalami pembekuan, sisa magma akan membentuk mineral kuarsa, muskovit dan
potas feldspar (ortoklas). Meskipun mineral-mineral yang terakhir disebutkan terdapat dalam
urutan Bowen’s reaction series, tetapi bagian ini tidak benar-benar merupakan reaction series.
Pada suatu tingkat proses kristalisasi magma, bagian yang telah mengkristal lebih dulu (padat)
akan selalu memisahkan diri dari bagian yang cair. Hal semacam ini dapat terjadi, karena
mineral-mineral yang mengkristal lebih dahulu akan lebih berat daripada bagian magma yang
masih cair, sehingga mineral-mineral tersebut akan turun ke bawah dan terkonsentrasi pada
dapur magma. Proses pengendapan ini terjadi secara bertahap mulai dari mineral-mineral gelap
seperti olivin. Proses segregasi mineral oleh pemisahan dan diferensiasi kristalisasi disebut
fractional crystallization (kristalisasi fraksional). Pada tiap tingkatan dari proses kristalisasi,
cairan magma terpisah dari bagian magma yang telah padat. Akibatnya kristalisasi fraksional
akan menghasilkan batuan beku dengan rentang komposisi yang cukup lebar.
Gambar 1. Pembentukan endapan magmatik
Tipe endapan magmatik merupakan endapan mineral yang terbentuk hasil langsung dari fraksinasi
kristalisasi magma baik yang terjadi karena pembekuan magma itu sendiri setelah proses differensiasi
atau segregasi. Endapan segregasi magma : semua endapan yang terbentuk melalui kristaslisasi langsung dari
magma. Pembentukannya relatif pada jauh dikedalaman. Bijih biasanya terdapat pada masa intrusi atau
disepanjang pinggirannya, atau membentuk retas atau offshoot dalam tubuh intrusi itu sendiri dan
mungkin juga extrusive flows
Terbentuknya bahan galian karena adanya diff dari magma. Magma sebagai cairan panas
dan pijar merupakan sumber dari jebakan bijih yang terjadi dari bermacam-macam komponen,
dimana dari masing-masing komponen mempunyai daya larut yang berlainan. Pada waktu
magma naik ke permukaan bumi, maka temperature dan tekanannya akan turun. Akibatnya
terjadi kristalisasi, dimana komponen yang sukar larut akan mengkristal lebih dahulu sebagai
terbentuk endapan bijih.
Proses magmatic concentration dibagi atas:
I. Early magmatic
Early magmatic disebabkan karena terjadi langsung dari proses magmatic mineral yang
terjadi lebih cepat dari membekunya batuan silikat dan dipisahkan oleh kristalisasi diff.
A. Dissemination
Dimana mengkristalnya mineral-mineral terpencar tanpa adanya konsentrasi.
Contoh:
1. Cebakan intan di Africa Selatan didapat pada batuan ultrabasa yang disebut kimberlite. Intan
ini dianggap sebagai Phenocryst yaitu kristal-kristal besar yang mengkrital dalam magma yang
dalam sekali yang kemudian terangkat bersama magma sehingga didapat sebagai kejadian yang
sekarang.
2. Cebakan Corundum dalam batuan nepheline syenit di Ontaria, Canada.
B. Segregation
Terjadi dari hasil gravity diff dan akumulasi dari mineral-mineral.
Ciri-ciri jebakan ini:
hubungan dengan magma jelas
endapan terdapat dalam lingkungan intrusi
karena adanya gravity dif, maka dalam teksturnya menunjukkan pseudootrasigrafi.
Contoh:
1. Cebakan chromite di Transvall, Africa Selatan dalam batuan anorthosite yang mempunyai
lapisan Cr 20-30 inch.
C. Injection
Bijih mineral terkonsentrasi oleh adanya kristalisasoi diff, kemudian massa ini menerobos
masuk ke dalam celah-celah batuan sekelilingnya. Hubungan struktur dari jebakan dengan
batuan yang diterobosnya jelas sekali menunjukkan adanya injection.
Ciri-cirinya:
- adanya fragmen-fragmen batuan di dalamnya.
- Terdapat dike atau badan intrusi yang lain di dalam batuan aslinya.
- Terjadi metamorphose pada dinding batuan.
Contoh:
1. Cebakan Titaniferous magnetite di Cubarland.
2. Cebakan magnetite di faruna Swedia.
II. Late magmatic
Jebakan menghasilkan kristal setelah terbentuk batuan silikat sebagai bentuk sisa magma
yang lebih kompleks dan mempunyai corak dengan variasi yang lebih banyak. Magma dari
endpan late magmatic mempunyai sifat mobilitas tinggi.
Jebakan ore mineral late magmatic terjadi setelah terbentuknya batuan silikat yang
menerobos dan bereaksi dan menghasilkan rangkaian reaksi.
Perubahan ini disebut Deuteric alteration yang terjadi pada akhir kristalisasi dari batuan
beku dan cirri-cirinya hampir mirip dengan efek yang dihasilkan proses pneumatolytic atau
larutan hydrothermal.
Jebakan late magmatic terutama berasosiasi dengan batuan beku yang basic dan disebabkan
oleh bermacam-macam proses differensiasi, kebanyakan jebakan mgmatic termasuk dalam
golongan ini.
A. Residual Liquid Segregation
Dalam proses diff magma, residual magma umumnya lebih kaya akan silikat alkali dan uap
air. Twetapi pada jenis magma yang basic menjadi kaya oleh Fe dan Ti. Ini adalah magma yang
utama yang menghasilkan anorthosite. Plagiocelah mengkristal pertama-tama dan Fe oksida
dengan atau tanpa piroxenne mengkristal belakangan. Resudual liquid tadi mungkun menerobos
keluar atau bisa juga trepisah dari rongga-rongga kristal dari dapur magma dan mengkristal
disitu tanpa perpindahan.
Beberapa badan bijih yang terjadi cukup besar dan kaya untuk membetuk jebakan yang
berharga. Jebakan ini umumnya sejajar dengan struktur primer btuan sekitarnya yang umumnya
terdiri dari anhorthsite, norite, gabro atau batuan lain.
Contoh:
1. Cebakan Titanifereous magnetite di Bushveld complex di Afrika Selatan.
2. Cebakan platinum di Iron Mountain, Wyo.
B. Residual Liquid Injection
Proses ini hampir sama dengan diatas, dimana kumpulan residual liquid yang banyak
mengandung Fe oleh adanya tekanan dari luar menyebabkan :
- Liquid menerobos keluar ke tempat yang tekanannya lebih rendah ke dalam celah atau
perlapisan batuan di atasnya.
- Jika pengumpulan liquid ini tidak terjadi, maka residual liquid yang kaya Fe akan terfilter
keluar membentuk late magmatic injection deposite.
C. Immiscible Liquid Segregation
Dalam sisa magma yang basic dari Fe-Ni-Cu Sulphide berupa saat pendinginan mereka
memisah membentuk bagian yang tidak bisa bercampur mengumpul pada dasar sumber magma
membentuk larutan yang terpisah.
Contoh:
1. Di Sudbury Ontario, Canada terdapat cebakan bijih Ni dalam bentuk lensa yang teratur pipih
disebut Marginal Deposite. Keseluruhan ini terdapat dalam batuan norite brexia dimana mineral-
mineralnya adalh pyrrhotite, Chalcopyrite, Petlandite ( bijih Ca dan Ni ), magnetite, pyrote.
2. Cebakan Ni, Cu Sulphide di Insizwa Afrika Selatan, mineral Pyrrhotite, Chalcopyrite,
Petlandite dalam batuan gabro yang kontak dengan sedimen. Di samping itu terdapat pula au dan
Ag.
D. Immiscible Liquid injection
Proses ini hampir sama dengan proses Immiscible Liquid Segregation di atas. Dimana pada
residu liquid yang kaya akan suphide diselingi gangguan sebelum konsolidasi sehingga
menyebabkan liquid menerobos ke dalam celah-celah batuan. Bentuk jebakan tidak teratur atau
dapat mirip bentuk dike.
Contoh:
1. Cebakan di Vlacfontein, Afrika Selatan.
2. jebakan Nickel di Norwegia.
.
A. Tipe Endapan Pegmatik
Endapan pegmatik merupakan endapan yang terbentuk pada suatu batuan beku yang memiliki
ukuran kristal yang (sangat) kasar, terbentuk selama kristalisasi magma (pada dapur
magma/magma chamber), pada kondisi larutan yang memiliki kandungan air yang tinggi, dan
pertumbuhan kristal yang relatif cepat. Pegmatit muncul pada tahapan akhir kristalisasi magma
dan kadang-kadang mengandung pengkayaan beberapa mineral logam jarang yang mengandung unsur
Boron, Lithium, Uranium dan REE. Pegmatit terbentuk pada bagian atas suatu komplek struktur
dan biasanya berasosiasi secara spasial dengan intrusi plutonik dengan komposisi granitik. Pegmatit
adalah sumber utama dari beryllium, lithium, cesium, tantalum, muscovite dan feldspar. Pegmatit
juga merupakan sumber minor dari Uranium, Yttrium, REE, Tin dan Tungsten. Miarolitik
pegmatite adalah sumber penting dari gemston seperti beryl (emerald), topaz dan tourmaline.
Pegmatit bisa terbentuk dari metamorfisme regional yang menyebabkan batuan menuju fase granitization,
yang menghasilkan produk akhir berupa granit dan pegmatite. Selain itu, pegmatit juga dapat terbentuk
dari aktifitas magma, yaitu ketika magma terbentuk sehingga terjadi diferensiasi yang
mengakibatkan kandungan volatile tinggi dan terinjeksikan pada batuan sekitar sehingga
terbentuk pegmatite. Material yang diinjeksikan pada sistem tertutup (sistem kimia) sehingga
terbentuk pegmatite sederhana yang mengandung albit, kuarsa, mikroklin dan muskovit. Ketika ada
interaksi dengan dapur magma sehingga terjadi pergantian, maka akan terbentuk pegmatite kompleks
yang membawa rare minerals. Umumnya pegmatite muncul berupa dike atau vein. Zonasi
Endapan Pegmatit (berdasarkan mineralogi dan tekstur) berdasarkan Cameron, dkk 1949 dalam Guilbert,
1986.
a) Border zone, tipis, terdiri dari mineral feldspar, kuarsa, muskovit, aksesoris (garnet,
tourmaline, beryl) b) Wall zone, umum hadir dengan mineral yang hampir sama dengan border zone
tetapi lebih intensif dan kasal, muncul mineral logam c) Intermediete zone : dapat
mengandung mineral bijih yang ekonomis (Be, Nb, Ta, Sn, Li, U), variasi mineral cukup
banyak (berylniobite-tentalite-perthite-cessiterite-uranite-gems), ukuran butir kasar d)
Core zone, didominasi kuarsa
TABEL 1
Pengaruh dari Tiap Proses pada Beberapa Batuan
N BATUAN HASIL
O
1. - kapur - silification
- lava - aluminite, chlorite, pyrite, secyrite, clay
2. Ephithermal
- igneous intrusi - cholorite, epidote, calcite, quartz, secirite, clay
mineral
3. Mesothermal
- kapur - silicified to jasperoid, dolomite, siderite.
- shale lava - silification, clay mineral.
- batuan acid - siriciyte, quartz, clay.
- batuan besic - serpentine, epidote, chlorite.
4. Hypothermal
- granitic - gnesses, topaz, mika.
-schist lava - tourmaline, pyroxine, amphibole.
Zona alterasi adalah sekumpulan mineral yang terbentuk pada suatu zona alterasi yang
sama.Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004) membuat klasifikasi alterasi hidrotermal pada
endapan tembaga porfir menjadi empat tipe yaitu propilitik, argilik, potasik, dan himpunan
kuarsa-serisit-pirit. Lowell dan Guilbert(1970, dalam Sutarto, 2004) membuat model alterasi-
mineralisasi juga pada endapan bijih porfir, menambahkan istilah zona filik untuk himpunan
mineral kuarsa, serisit, pirit, klorit, rutil, kalkopirit. Adapun delapan macam tipe alterasi antara
lain :
1. Zona Potassic
Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem hidrotermal
dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus meter. Zona alterasi ini
dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite.
Mineral logam sulfida berupa pirit dan kalkopirit dengan perbandingan 1:1 hingga 3:1, bentuk
endapan dapat juga dijumpai dalam bentuk mikroveinlet serta dalam bentuk menyebar
(“disseminated”). Pembentukkan biotiti sekunder ini dapat terbentuk akibat reaksi antara
mineral mafik terutama hornblende dengan larutan hidrotermal yang kemudian menghasilkan
biotit, feldspar maupun piroksin. Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri
zona ubahan potasik ini. Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksin,
hornblende maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk awal dari mineral piroksin terlihat jelas
mineral piroksin tersebut telah mengalami ubahan menjadi klorit. Pembentukkan mineral klorit
ini karena reaksi antara mineral piroksin dengan larutan hidrotermal yang kemudian membentuk
klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit dan hematit.
Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur pottasium pada proses metasomatis dan disertai
dengan banyak atau sediktnya unsur kalsium dan sodium didalam batuan yang kaya akan mineral
aluminosilikat. Sedangkan klorit, aktinolit, dan garnet kadang dijumpai dalam jumlah yang
sedikit. Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk menyebar
dimana mineral tersebut merupakan mineral – mineral sulfida yang terdiri atas pirit maupun
kalkopirit dengan pertimbangan yang relatif sama. Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet
yang dijumpai pada zona potasik ini disebabkan oleh pengaruh matasomatik atau rekristalisasi
yang terjadi pada batuan induk ataupun adanya intervensi daripada larutan magma sisa (larutan
hidrotermal) melalui pori-pori batuan dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada rekahan
batuan.Potasik Perubahan, khas dari deposito emas lapisan, hasil dalam produksi mengandung
mika, mineral mengandung kalium seperti biotit dalam batuan kaya zat besi, mika muskovit atau
serisit batuan felsik, dan orthoclase (disamping adularia) perubahan, seringkali cukup meresap
dan memproduksi berbeda salmon-pink perubahan vena selvages.
2. Zona Skarn
Skarns adalah dalam arti mereka luas dibentuk oleh transportasi massa dan kimia dan reaksi
antara satuan batuan yang berdekatan. Mereka tidak perlu batuan beku dalam asal; dua lapisan
sedimen yang berdekatan seperti pembentukan terbalut besi dan batu gamping mungkin bereaksi
terhadap logam pertukaran dan cairan selama metamorfosis, menciptakan sebuah forsiterite.
Skarns asal beku diklasifikasikan sebagai exoskarns atau endoskarns. Exoskarns terjadi pada dan
di luar granit yang dihasilkan mereka, dan perubahan batuan dinding. Endoskarns, termasuk
greisens, bentuk dalam massa granit itu sendiri, biasanya terlambat dalam emplacement
mengganggu dan terdiri dari stockwork lintas sektor, sendi pendinginan dan di sekitar margin dan
bagian paling atas granit itu sendiri. Mineral forsiterite umum termasuk piroksen, garnet,
idocrase, wollastonite, aktinolit, magnetit atau hematit, dan epidot. Karena skarns terbentuk dari
kompatibel-unsur yang kaya, cairan air mengandung silika berbagai jenis mineral jarang
ditemukan di lingkungan forsiterite, seperti: turmalin, topaz, beryl, korundum, fluorit, apatit,
barit, strontianite, tantalite, anglesite, dan lain. Seringkali, feldspathoids dan langka calc-silikat
seperti scapolite ditemukan di daerah marjinal lebih.
Alterasi ini terbentukl akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan karbonat, zona ini
sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan kandungan mineral karbonat. Pada
kondisi yang kurang akan air, zona ini dicirikan oleh pembentukan mineral garnet, klinopiroksin
dan wollastonit serta mineral magnetit dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan pada kondisi
yang kaya akan air, zona ini dicirikan oleh mineral klorit.,tremolit – aktinolit dan kalsit dan
larutan hidrotermal. Proses pembentukkan skarn akibat urutan kejadian Isokimia –
metasomatisme – retrogradasi. Dijelaskan sebagai berikut :
Isokimia merupakan transfer panas antara larutan magama dengan batuan samping,
prosesnya H2O dilepas dari intrusi dan CO2 dari batuan samping yang karbonat. Proses
ini sangat dipengaruhi oleh temperatur,komposisi dan tekstur host rocknya (sifat
konduktif).
Metasomatisme, pada tahap ini terjadi eksolusi larutan magma kebatuan samping yang
karbonat sehingga terbentuk kristalisasi pada bukaan – bukaan yang dilewati larutan
magma.
Retrogradasi merupakan tahap dimana larutan magma sisa telah menyebar pada batuan
samping dan mencapai zona kontak dengan water falk sehingga air tanah turun dan
bercampur dengan larutan.
Forsiterite dan jenis batuan skarnoid, biasanya berdekatan dengan intrusi granit dan
pembentukan besi berdekatan dengan satuan batuan reaktif seperti batu gamping, napal
dan
3. Zona Prophyritic
Zona ini merupakan zona terluar dan selalu ada. Klorit adalah mineral yang umum pada zona ini.
Pirit, kalsit, dan epidot berasosiasi dengan mineral mafik (biotit dan homblenda) yang teralterasi
sebagian atau seluruhnya menjadi klorit dan karbonat. Plagloklas adalah mineral yang tidak
terpengaruh. Zona ini terdapat di sekeliling tubuh batuan yang panjangnya mencapai ratusan
meter.
4. Zona Sericitic
Alterasi Sericitic mengubah batuan menjadi mineral sericite, merupakan mika putih yang sangat
halus. Alterasi ini terbentuk oleh dekomposisi feldspars, sehingga menggantikan feldspar. Di
lapangan, kehadirannya pada batuan dapat dideteksi oleh kelembutan batu, seperti yang mudah
digores. Terasa berminyak ketika mineral ini banyak, dan warna putih, kekuningan, coklat
keemasan atau kehijauan. Alterasi Sericitic menunjukkan kondisi low pH (acidic).
Perubahan terdiri dari kuarsa + sericite disebut “phyllic” alterasi. Alterasi ini terkait deposit
phophyry tembaga yang mungkin berisi cukup halus, pyrite yang disebarkan secara langsung
terkait dengan peristiwa perubahan.
5. Zona Argillic
Alterasi Argillic memperkenalkan beberapa variasi dari mineral lempung seperti kaolinite,
smectite and illite. Alterasi Argillic umumnya pada low temperature dan sebagian mungkin
terajadi pada kondisi atmospheric. Tanda-tanda awal alterasi argillic adalah bleaching out
(pemutihan) feldspar.
Subkategory spesial dari alterasi argillic adalah “advanced argillic”. Kategori ini terdiri dari
kaolinite + quartz + hematite + limonite. feldspars tercuci and teralterasi menjadi sericite.
Keberadaan alterasi ini menunjukkan kondisi low pH (highly acidic). Pada highertemperatures,
mineral pyrophyllite (white mica) terbentuk pada dalam kaolinite.
Zona ini terbentuk akibat rusaknya unsur potasium, kalsium dan magnesium menjadi mineral
lempung. Zona ini dicirikan oleh mineral lempung, kuarsa dan karbonat. Unsur potassium,
kalsium dan magnesium dalam batuan berubah menjadi montmorilonit, illit, hidromika dan
klorite. Pada bagian atas dari zona ini terbentuk zona advance argilik pada kondisi fluida yang
lebih asam dibandingkan zona argilik. Zona ini tidak selalu hadir, dicirikan oleh mineral kuarsa,
silica amor seperti andalusit, alunit, dan korundum. Kehadiran mineral sulfida tidak intensif
dijumpai, kandungan pirite sekitar 2%.
Sedangkan untuk sistem epitermasl sulfidasi tinggi (fluida kaya asam sulfat), ditambahkan
istilah advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan mineral:
pirofilit+
diaspor±
andalusit±
kuarsa±
turmalin±
enargit-luzonit
kaolinit+
alunit±
kalsedon±
kuarsa±
pirit
C. Tipe Vulkanogenik
Endapan vulkanogenik terjadi akibat adanya aktivitas gunung api bawah laut. Kegiatan vilkanik bersusunan
riolitik yang menghasilkan breksi tufa asam ini berlangsung di bawah laut. Salah satu karkteristik
cebakan ini adalah adanya perlapisan rijang, endapan sulfida, barit dan gipsum. Endapan sulfida
terdiri dari dari bijih hitam, bijih kuning, dan bijih kuning yang berbentuk stockwork
Contoh endapan ini ialah bijih Pb-Zn di jepang (tipe Kuroko), Kazakhtan, Rusia dan Lerokis Pulau Wetar,
Indonesia.
Cebakan tipe metamorfik terbentuk berhubungan dengan proses metamorfisme yang disebabkan oleh
tekanan dan temperatur yang mengalami perubahan (peningkatan). Pada endapan ini hanya menghasilkan sedikit
endapan mineral karena batuan induknya mengandung sedikit ion-ion metal. Tubuh bijih yang
terbentuk terkadang sederhana, seringkali tidak teratur dengan sebaran bijih di dalamnya teratur
atau tidak teratur. Metamorfisme dapat mengakibatkan re-kristalisasi dari sulfida yang telah ada
menjadi berukuran lebih besar, lebih ekonomi, mineralisasi yang memberikan kadar metal yang
tinggi.
Endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis terbentuk akibat proses malihan pada kondisi temperatur
dan tekanan tinggi, contoh : asbes serpentin, grafit, talk, pyropilit, silimanit, andalusit, kyanit,
garnet dan wollastonit. Pada metamorfisme kontak magma menjadi sumber air, volatil material
dan variasi unsur-unsur, bila material ini kontak dengan
country rock
, maka akan terbentuk skarn, yang prosesnya juga disebut metasomatisme. Endapan metasomatik
terbentuk karena adanya penerobasan batuan beku asam pada formasi batugamping atau batuan
gampingan. Proses ini dirtandai dengan pembentukan skarn, yaitu kumpulan mineral yang terdiri
dari garnet da piroksen dan dapat beragam susunan mineral. Skran dapat terbentuk dalam batuanbeku di
dekat kontaknya, (endoskarn) atau dalam batuan samping (exoskarn). Pemineralan juga dapat
terbentuk pada kedua jalur tersebut. Tubuh bijih yang terbentuk karena proses metasomatik berbentuk
lensa-lensa, tidak teratur, urat, tabung (pipe like), dan perlapisan. Sebaran mineral berharga
masif, terserak tidak merata. Contoh : bijih metasomatik kontak di antaranya adalah bijih Fe di
Cornwall, Kalimantan Selatan dan Sumatera Barat; Au-Cu di Papua (Ertsberg, DOM, DOZ, IOZ,
Big Gossan)
3. Lateral secretion
Merupakan proses dari pembentukan lensa-lensa dan urat kuarsa pada batuan metamorf
pengisian zona regangan atau fractures oleh silika yang migrasi dari batuan sekitarnya, termasuk
komponen-komponen sulfida dan sulfur dari batuan samping. Mineral utama ; kuarsa, karbonat,
serisit, pirit, arsenopirit, stibnite, kalkopirit, sphalerit, sulphosalts, galena dan emas.Ada 2
kemungkinan proses :
-Silika berasal dari larutan magma dan difusi pada batuan samping.
- Silika berasal dari batuan membentuk vein.
BAB IV
Kesimpulan
Dalam endapan mineral asala endogenik terdapat proses internal atau endogen pembentukan
endapan mineral yaitu meliputi: Kristalisasi dan segregrasi magma, hydrothermal, lateral
secretion, Metamorphic Processes , Volcanic exhalative (sedimentary exhalative). Dimana dalam
setiap proses tersebut menghasilkan endapan mineral yang berbeda dan memiliki cirri khas yang
berbeda pula. Endapan endapan mineral ini juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti
emas, perak dan yang sekarang lagi ngetrendn batu akik.
DAFTAR PUSTAKA