Anda di halaman 1dari 5

Public Service Obligation (PSO)

Kewajiban pelayanan publik (Public Service Obligation atau PSO) adalah subsidi
Pemerintah kepada penumpang kelas ekonomi yang dihitung berdasarkan selisih antara biaya
operasi angkutan kelas ekonomi dengan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah. Perkeretaapian
sebagai salah satu moda transportasi dengan karakteristik massal dan keunggulan lainnya perlu
dikembangkan potensi dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung antarwilayah secara
nasional maupun internasional dalam menunjang, mendorong dan menggerakkan
pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat (UU No 23/2007).
Berdasarkan UU nomor 23 tahun 2007 Tentang Perkeretaapian :

a. Pasal 152 ayat (2) menyatakan bahwa:


Tarif angkutan orang ditetapkan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah,
untuk angkutan pelayanan kelas ekonomi dan angkutan Perintis
b. Pasal 153 ayat (1)
Untuk pelayanan kelas ekonomi, dalam hal tarif angkutan yang ditetapkan oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152 ayat (2)
huruf a lebih rendah daripada tarif yang dihitung oleh Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian berdasarkan pedoman penetapan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah,
selisihnya menjadi tanggung jawab Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam bentuk
kewajiban pelayanan publik.

Sebagaimana yang tercantum dalam UU nomor 23 tahun 2007 Tentang Perkeretaapian


di atas, kompensasi besaran selisih tarif tersebut dituangkan dalam bentuk kontrak perjanjian
dan ditandatangani secara bersama-sama antara Pemerintah dan PT Kereta Api. Dalam
perjanjian tersebut disepakati jumlah tempat duduk yang harus disediakan, frekuensi
perjalanan, tarif yang diberlakukan, kelaikan sarana dan operasi yang harus dipenuhi dalam
satu tahun anggaran.
Pemerintah sejak tahun 2000 sampai tahun 2017 telah memberikan subsidi kepada
pengguna jasa kereta api kelas ekonomi dalam bentuk kewajiban pelayanan publik atau Public
Service Obligation (PSO). PSO yang diberikan Pemerintah dari tahun 2010-2017 antara lain :

Tabel 1
Besaran Dana PSO

%
Tahun Jumlah (Rp)
Kenaikan

2000 255.307.225.725
2001 256.710.000.000 0.55
2002 224.958.100.000 -12.37
2003 148.203.000.000 -34.12
2004 93.067.972.000 -37.20
2005 270.000.000.000 190.11
2006 450.000.000.000 66.67
2007 425.000.000.000 -5.56
2008 544.665.000.000 28.16
2009 535.000.000.000 -1.77
2010 535.000.000.000 0.00
2011 639.625.113.000 19.56
2012 770.117.303.669 20.40
2013 704.784.789.000 -8.48
2014 1.224.306.800.000 73.71
2015 1.523.756.870.000 24.46
2016 1.827.380.508.000 19.93
2017 2.094.100.000.000 14.60
Adapun rincian PSO Bidang Angkutan Kereta Api Tahun 2017, adalah sebagai
berikut :

Frekuensi Tempat Duduk


Nilai PSO (Rp)
No Nama Kereta (kali/tahun) (TD)/Orang(PNP)

2017 2017 2017


A. KA ANTARKOTA
1 KA Jarak Jauh 5.84 4.333.280 135.856.689.492
2 KA Jarak Sedang 8.76 5.416.600 130.291.284.925
3 KA Lebaran 72 53.424 4.552.025.583
TOTAL A 14.672 9.803.304 270.700.000.000
B. KA PERKOTAAN
4 KA Jarak Dekat 45.99 30.776.800 379.890.675.332
5 KRD 22.995 9.321.735 94.793.585.227
6 KRL 287.131.303 1.348.715.739.441
TOTAL B 68.985 327.229.838 1.823.400.000.000
TOTAL PSO TA 2017 (A+B) 2.094.100.000.000

Infrastructure Maintenance and Operations (IMO) dan Infrastructure Maintenance and


Operations (IMO)
Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri
Perhubungan, dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 19 Tahun 1999
tentang Perkeretaapian, definisi IMO dan TAC adalah :

 IMO (Infrastructure Maintenance and Operation) adalah Biaya yang harus ditanggung
oleh pemerintah atas perawatan dan pengoperasian prasarana kereta api yang dimiliki
oleh Pemerintah.
 TAC (Track Access Charge) adalah biaya yang harus dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara kepada Pemerintah atas penggunaan prasarana kereta api yang dimiliki
oleh Pemerintah.PT KAI wajib membayar TAC kepada Pemerintah dalam bentuk
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Sebelum adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) Nomor 19 Tahun 1999, PT. KAI
tidak pernah mendapatkan IMO karena selalu dianggap impas dengan TAC. Padahal logikanya,
IMO yang didapat PT. KAI dari Pemerintah lebih besar daripada pembayaran TAC ke
Pemerintah. Hal itu terutama karena rel merupakan asset Pemerintah.
Dibawah ini merupakan skema pendanaan IMO dan TAC :

Di bawah ini merupakan besaran IMO dan TAC tahun 2000-2010.

IMO TAC
Tahun
(Milyar) (Milyar)
2000 316 512
2001 489 608
2002 589 693
2003 567 609
2004 569 522
2005 624 624
2006 746 746
2007 824 824
2008 859 859
2009 910 910
2010 1175 1175

Adapun besaran anggaran IMO di tahun 2017 sebesar Rp 1.650.000.000.000,- yang


bersumber dari APBN Tahun 2017. Dengan rincian Rp 807.584.930.000,- untuk pekerjaan
perawatan prasarana perkeretaapian dan Rp 842.415.070.000,- untuk pekerjaan pengoperasian
prasarana. Dari besaran biaya perawatan tersebut, terdiri atas : Rp 136.582.492.295 untuk biaya
perawatan jalan rel; Rp 18.502.090.957,- untuk biaya perawatan jembatan dan Rp
63.877513.425,- untuk biaya perawatan sinyal, telekomunikasi dan LAA.

Pemberian dana pelaksanaan IMO itu didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 53
Tahun 2012 tentang Kewajiban Pelayanan Publik Dan Subsidi Angkutan Perintis Bidang
Perkeretaapian, Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara, Serta Perawatan
Dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara. Sesuai Perpres tersebut, untuk
pelaksanaan pekerjaan IMO, Kementerian Perhubungan kemudian menerbitkan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KP 900 Tahun 2016 tanggal 30 Desember 2016 tentang
Penugasan Kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk melaksanakan Perawatan dan
Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara Tahun Anggaran 2017.

Anda mungkin juga menyukai