Oleh:
Kelompok A 18
Mengetahui
Dr. Ns. Meri Neherta, S.kep. M.Biomed Ns. Florida Hayati, S.Kep
PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan
atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Sakit dan dirawat di
rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Anak yang dirawat di
rumah sakit akan mudah mengalami krisis dan masalah seperti anak mengalami stress,
dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping. Reaksi anak
dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia,
pengalaman sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, system dukungan (support
system) yang tersedia, serta ketrampilan koping dalam menangani stress (Wong, 2009).
Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang
mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
yang dapat menyebabkan beberapa perubahan pada psikis anak (Winarsih, 2012).
Hospitalisasi juga menimbulkan beberapa dampak pada anak di antaranya seperti
dampak perpisahan, kehilangan control, sakit/nyeri, dan beberapa akibat dari dampak
hospitalisasi tersebut ialah anak merasa putus asa, menimbulkan reaksi protes, tidak
kooperatif, depresi (Wong, 2004).
The National Centre for Health Statistic memperkirakan bahwa 3-5 juta anak dibawah
usia 15 tahun menjalani hospitalisasi setiap tahun. Saat anak-anak dirawat di rumah sakit,
mereka cenderung merasa ditinggalkan oleh keluarganya dan merasa dalam lingkungan
yang asing (Kyle T & Susan C, 2014). Di Indonesia jumlah anak usia prasekolah (3-5
tahun) berdasarkan Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2010 sebesar 72% dari
jumlah total penduduk Indonesia. Angka kesakitan anak di Indonesia yang dirawat di
rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100 anak, yang ditunjukkan dengan selalu
penuhnya ruangan anak baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta.
Di rumah sakit anak akan menghadapi lingkungan yang asing, petugas (dokter dan
perawat) yang tidak dikenal dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Mereka
terkadang harus menjalani prosedur yang tidak menyenangkan dan menimbulkan rasa
nyeri ketika (disuntik, diinfus dan sebagainya). Bagi seorang anak, keadaan sakit dan
hospitalisasi menimbulkan stress bagi kehidupannya. Anak sering menjadi tidak
kooperatif terhadap perawatan dan pengobatan di rumah sakit, anak menjadi sulit /
menolak untuk didekati oleh petugas apalagi berinteraksi. Mereka akan menunjukkan
sikap marah, menolak makan, menangis, berteriak-teriak, bahkan berontak saat melihat
perawat atau dokter datang menghampirinya. Mereka beranggapan bahwa kedatangan
petugas hanya akan menyakiti mereka. Keadaan ini akan dapat menghambat dan dapat
menyulitkan proses pengobatan dan perawatan terhadap anak yang sakit (Adriana, D,
2013).
Sesuai dengan usia, tingkat kognitif dan tingkat perkembangan anak akan
mempengaruhi persepsi mereka tentang peristiwa yang aktual, hal ini pada akhirnya akan
mempengaruhi reaksinya terhadap penyakit dan hospitalisasi (Terri K & Susan C, 2015).
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah adalah pada praoperasional dimana anak
mulai memahami dari pengalaman yang dialami. Perkembangan psikososial pada fase
inisiatif, anak mempunyai inisiatif untuk melakukan suatu kegiatan yang memuaskan
bagi mereka. Apabila anak dirawat perkembangan ini tidak bisa dilalui secara baik, anak
merasa bahwa sakit dan dirawat merupakan bentuk hukuman bagi anak karena
perkembangan moral diorientasikan pada hukuman dan kepatuhan (Wong dkk, 2009).
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit audience mampu mengetahui dan
memahami tentangstress hospitalisasi dan cara mengatasinya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama ± 30 menit di Ruang Pertemuan Irna
Anak Rsup dr M Djamil kelurga di harapkan mampu:
1. Pengertian hospitalisasi
2. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
3. Tanda dan gejala stress hospitalisasi
4. Cara mengatasi stress hospitalisasi
E. METODA
1. Ceramah
2. Diskusi atau tanya jawab
G. PENGORGANISASIAN
H. URAIAN TUGAS
a. Penanggung jawab / pembimbing
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.
b. Moderator / pembawa acara
1. Membuka acara.
2. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.
3. Menjelaskan tujuan dan topik.
4. Mengadakan kontrak waktu.
5. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada presenter.
6. Menutup acara.
c. Presentator
Memberikan penjelasan / penyuluhan mengenai Nutrisi pada Ibu Hamil.
d. Fasilitator
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
2. Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta.
e. Observer
I. Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai
akhir.SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Moderator : Peserta
: Pembimbing
: Fasilitator
: Presentator
: Observer
J. MATERI (Terlampir)
K. KEGIATAN PENYULUHAN
3 Penutup 5 M
Melakukan evaluasi Menjawab
enit
Menyimpulkan hasil
pertanyaan
diskusi Ikut
Mengucapkan salam
menyimpulkan materi
Menjawab salam
L. EVALUASI PROSES
1. Evaluasi Struktural
Mahasiswa dan peserta sudah berada pada posisi yang telah
direncanakan
Tempat dan alat sesuai dengan perencanaan
2. Evalusi Proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan
Peserta aktif dalam penyuluhan
Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan
50% peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan
75% peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjelaskan pengertian hospitalisasi
Peserta mampu menyebutkan reaksi anak terhadap hospitalisasi
Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala stress
hospitalisasi pada anak
Peserta mampu menyebutkan cara mengatasi stress
hospitalisasi pada
A. Pengertian
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit
dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak mengalami
perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan serta mekanisme
koping yang terbatas dalam menghadapi stressor. Stressor utama dalam
hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri
(Wong, 2009).
Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun
darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan pada
psikis anak (Winarsih, 2013).
B. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
Anak menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman
hospitalisasi. Reaksi bersifat individu, berbeda tiap anak dan dipengaruhi oleh
usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem
pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimiliki. Reaksi yang
umumnya terjadi pada saat hospitalisasi pada anak adalah kecemasan,
kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri
Macam-macam reaksi hospitalisasi yang terjadi:
1) Masa bayi (0-1 tahun)
Masalah utama adalah perpisahan dengan orang tua
sehingga yang timbul adalah gangguan pembentukan rasa
percaya dan kasih sayang.
Usia 6 bulan keatas anak mulai cemas dengan orang
yang tidak dikenal dan karena berpisah dari ibunya
Reaksi yang sering muncul adalah:
o Menangis, marah dan banyak melakukan
gerakan
o Cemas bila ditinggalkan ibunya sehingga
menangis keras
2) Anak 2-3 tahun
Reaksi anak akan sesuai dengan sumber stress yang
dihadapinya, terutama adalah perpisahan
Terdapat 3 tahapan respon perilaku:
o Protes: menangis kuat, menjerit memanggil
orang tua, menolak perhatian yang diberikan orang
lain
o Putus asa: menangis berkurang, anak menjadi
tidak aktif, kurang minat untuk bermain dan makan,
sedih dan acuh tak acuh
o Pengingkaran: mulai menerima perpisahan,
membina hubungan dangkal dengan orang lain,
mulai beradaptasi dengan lingkungan
3) Anak 3-5 tahun
Reaksi yang muncul:
o Menolak makan
o Menangis pelan
o Sering bertanya
o Sering mimpi buruk
o Tidak mau bekerja sama
Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman
untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih
mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka.
Takut terjadi perlukaan, sehingga menganggap semua
tindakan yang dilakukan akan menyebankan sakit, reaksi
yang muncul adalah:
o Agresif
o Tidak ingin terlepas dari orang tua
o Berbicara yang tidak terkontrol (marah)
4) Usia 6-12 tahun
a) Pengertian:
Anak mulai mulai memahami penyebab
Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah
b) Perpisahan
Perpisahan dengan orang tua bukan merupakan suatu
masalah
Perpisahan dengan teman sebaya dapat mengakibatkan
stress
Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman
c) Kehilangan fungsi control
Anak takut pada penyakit dan rasa nyeri yang
dialaminya.
C. Tanda dan Gejala Stress Hospitalisasi pada Anak
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami stress
hospitalisasi antara lain:
1. Gemetar
2. Keringat dingin
3. Sering buang air kecil
4. Menangis
5. Gelisah
6. Susah tidur
7. Menolak makan
8. Tidak mau ditinggalkan orang tua
9. Ngompol
10. Mengamuk
11. Diam
12. Tidak mau bermain
D. Tindakan untuk Menurunkan Stress Hopitalisasi pada Anak
a) Membuat suasanya menjadi nyaman:
Membawa mainan yang disukai anak
Menemani anak saat tindakan yang menyakitkan
b) Mempertahannkan kontak dengan sekolah dan teman sebaya
anak
c) Mengajak anak bermain sebelum dilakukan tinddakan yang
menyakitkan
d) Mengenalkan anak dan mendorong anak untuk bermain dengan
teman sekamarnya
e) Menjelaskan kepada anak sebelum dilakukan tindakan tertentu
f) Membawa hewan peliharaan anak (kura-kura kecil, ikan)
apabila diijinkan pihak RS
g) Putarkan musik kesukaan anak
h) Ajak anak bercanda
DAFTAR PUSTAKA
Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. . Jakarta :
EGC.
Winarsih, Jamal. H., asiah, A.,dkk. (2013) Panduan penanganan anak berkebutuhan
khusus bagi pendamping (orangtua, keluarga, & masyarakat). Kementerian
Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak Republik \