Anda di halaman 1dari 52

ANALISIS KASUS ENRON COORPORATION LENGKAP

PROFIL ENRON COORPORATION

Enron Coorporation didirikan pada tahun 1985. Enron Corporation adalah sebuah perusahaan
energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Enron merupakan hasil merger antara
perusahaan Houston Natural Gas dan InterNorth, sebuah perusahaan pipa di Nebraska. Pada saat itu,
Enron dipimpin oleh Kenneth Lay sebagai CEO dan hanya berkecimpung dalam industri pipa gas.

Enron Coorporation yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi tersebut
melakukan penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar pada awal tahun 1990. Adanya hasil
Kongres Amerika Serikat yang memutuskan untuk melakukan deregulasi penjualan gas alam telah
menyebabkan Enron mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Enron merupakan penjual gas
alam terbesar pada tahun 1992 di Amerika Utara, kontrak penjualan gas Enron menghasilkan laba
sebelum pajak sebesar $122 juta, dan merupakan penyumbang kedua terbesar dalam laba usaha
perusahaan.

Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron menerapkan strategi
bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan mengoperasikan berbagai aset meliputi gas
pipelines, electricity plants, pulp and paper plants, water plants, dan broadband services.

Perkembangan pesat Enron telah menyebabkan harga saham perusahaan tersebut mengalami
kenaikan sebesar 311% dari awal tahun 1990 sampai akhir tahun 1998. Pada tahun 1999 harga saham
mengalami kenaikan sebesar 56% dan pada tahun 2000 sebesar 87%. Harga saham per lembar
perusahaan adalah sebesar $83.13. Dari hasil survey majalah Fortune tentang “Most Admired Company”,
Enron dinobatkan sebagai “the Most Innovative Company” di Amerika.

PROFIL KAP ARTHUR ANDERSEN

KAP Arthur Andersen adalah perusahaan jasa akuntansi yang berbasis di Chicago,
Illinois, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan oleh Arthur Andersen pada tahun 1913. Kantor Akuntan
Publik tersebut termasuk dalam “The Big Five”bersama dengan Pricewaterhouse Coopers, Deloitte, Ernst
& Young, dan KPMG. Arthur Andersen menjadi auditor eksternal Enron sekaligus konsultan
manajemennya dengan bayaran $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi. Hal inilah
yang menyebabkan konflik kepentingan ditubuh Arthur Andersen sendiri, karena pembayaran atas jasa
yang dilakukannya terlampau besar, sehingga memunculkan kurangnya independensi dalam proses
pengauditan laporan keuangan Enron. Sehingga, pada tahun 2002 perusahaan ini secara sukarela
menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor Akuntan Publik setelah dinyatakan bersalah dan terlibat
dalam skandal Enron dan menyebabkan 85.000 orang kehilangan pekerjaannya.

SKANDAL AKUNTANSI ENRON COORPORATION


Selama proses merger antara Houston Natural Gas dan Internorth,
EnronCoorporation mempunyai hutang yang cukup besar. Tahun 1987 Enron memiliki hutang sampai
dengan 75% dari nilai pasar saham.

Pemerintah US menghapuskan beberapa peraturan yang mengarahkan pada harga tetap energi.
Dampaknya harga minyak menjadi berfluktuasi dan membuat pasar gas berisiko tinggi baik dari sisi
pembeli maupun penjual. Produsen minyak yang kecil mengalami kesulitan dalam meningkatkan dana
eksploitasi dan pengeboran karena adanya risiko pasar.

Untuk mengatasi hutang tersebut, Kenneth Lay berkonsultasi padaMc.Kinsey&Co. Mc.Kinsey


pada saat itu menugaskan konsultannya Jeffrey Skilling.Tahun 1989, Kenneth Lay mempekerjakan Jeffrey
Skilling untuk menjadi kepala departemen keuangan Enron.

Enron memiliki ide inovatif dengan memediasi antara pembeli dan penjual yang diharapkan dapat
mengurangi risikonya. Enron menawarkan kontrak pada penjual untuk membeli minyak mereka dengan
harga tetap dalam beberapa tahun dan kontrak pada pembeli dengan harga minyak yang sama ditambah
nilai keuntungan untuk Enron.

Jeffrey Skilling kemudian memutuskan untuk mengaplikasikan ide perdagangan Enron ke


komoditi lainnya. Ia membuat kontrak jangka panjang di bidang perlistrikan, batu bara, pulp kertas,
alumunium, baja, obat-obatan, kayu, air, broadband, dan plastik. Diperhitungkan terdapat 1.800 produk
yang ditangani.

Dengan menjadikan gas sebagai objek jual beli, Enron perlahan-lahan mulai bangkit. Selama
perjalanan ini, Jeff Skilling diangkat sebagai COO Enron dan merekrut berbagai karyawan-karyawan yang
unggul dalam future/derivative. Dalam perekrutan tersebut, Jeff Skilling merekrut Andrew Fastow tahun
1990, Andrew adalah seorang ahli keuangan, untuk membantu dalam menjalankan bisnis. Mereka
meminta ijin pada komisi sekuritas dan perdagangan U.S. untuk menggunakan metode “nilai pasar” atas
kontrak. Sehingga, yang dilaporkan adalah aset berdasarkan nilai pasar.

Enron mengalami permasalahan pada awalnya. Karena untuk memasuki banyak pasar
perdagangan memerlukan sejumlah uang untuk membiayai infrastruktur, transportasi, gudang, dan
pengiriman komiditas. Namun, jika Enron mengambil sejumlah hutang yang besar, kemungkinan akan
membuat pembeli atau penjual menjadi ragu untuk bekerjasama. Tingginya hutang juga dapat
mengakibatkan penurunan investasi dan memicu bank menarik dananya. Untuk mengatasi permasalahan,
Enron mencoba mencari dana pinjaman tanpa melaporkannya dalam laporan keuangan.

Andrew Fastow membuat ide untuk menggunakan nilai kelebihan kontrak sebagai
pendapatan. Andrew dan KAP Arthur Anderson bekerjasama dan menyiapkan serial limited
partnership (perusahaan rekanan terbatas) yang disebut “Special Purpose Entities”.

Aturan akuntansi memungkinkan bahwa perusahaan dapat tidak mencantumkan special purpose
entities pada laporan keuangan, asalkan terdapat suatu pihak yang dapat mengontrol
penyelenggaraannya serta memiliki setidaknya 3 persen nilai special purpose entity.

Pada tahun 1999, Enron mendirikan 3 SPE yaitu Chewco Investment LP, LJM Cayman LP, dan LJM
2 Cp-Investment. Tahun 2000 Enron mengumumkan bahwa perusahaannya berhasil memperoleh
pendapatan bersih setelah pajak sebesar $1.01 Milyar. Selanjutnya Enron menempatkan sahamnya
sebesar $62 juta kedalam 3 SPE tersebut.

Entitas untuk tujuan khusus ini kemudian mengajukan sejumlah besar hutang dengan saham
Enron sebagai penjaminnya. Uang yang dipinjam ini diakui sebagai pembelian nilai lebih kontrak dan
dicatat sebagai uang “pendapatan penjualan” meskipun sebenarnya adalah hutang. Entitas ini juga
mengambil alih sejumah besar hutang Enron. Andrew Fastow juga nama fiktif seperti “Chewco, Jedi,
Talon, Condor, dan Raptor” dan yang lainnya dengan membayarkan milyar-an dolar sebagai gaji dan
pendapatan atas 3 persen kepemilikan entitas.

Karena tidak dilaporkan, maka pemegang saham percaya bahwa Enron tidak mengalami lonjakan
hutang. Mereka juga percaya bahwa Enron menghasilkan lagi yang baik serta mengalami peningkatan tiap
tahunnya.

Sheron Wattkins, wakil presiden yang bekerja di Enron mulai 1993. Dia menyadari bahwa
meskipun harga saham cukup tinggi sehingga nilai lebih dapat digunakan untuk menutupi hutang entitas
khusus, namun ia tahu bahwa ketika harga saham turun akan memicu tidak solvabelnya entitas dan
mengembalikan hutang pada laporan keuangan Enron.

Setelah pertengahan tahun 2001, harga saham Enron menurun dari nilai tertingginya $80 per
saham. Akuntan Enron berusaha menarik kembali hutang dan aset pada entitas khusus. Sheron Watkins
khawatir akan peningkatan risiko.

Pada Juli 2001 harga saham jatuh ke nilai $47 per saham. Jeffrey Skilling secara tiba-tiba
mengundurkan diri sebagai president dan CEO dengan alasan pribadi. Sherron Watikins pada 22 Agustus
secara pribadi menemui Kenneth Lay dan bagian hukum dan mengirimkan enam halaman surat yang
menjelaskan ketidakberesan terkait entitas khusus dan memperingatkan mereka yang kemudian ia sebut
kecurangan akuntansi the worst accounting fraud I had ever seen. Namun demikian Lay dan pengacaranya
hanya diam saja. Ia malah mengumumkan pada pekerja dan investor bahwa pertumbuhan Enron di masa
mendatang baik, dan menganjurkan pada investor untuk terus menanamkan saham di Enron.

Lebih parahnya lagi, Kenneth Lay dan eksekutif lainnya menjual secara diam-diam saham
mereka. Sheron Watkins juga mengontak temannya di Arthur Anderson untuk mendiskusikan
permasalahannya pada kepala auditor, namun tidak dilakukan temannya itu.

Ketika Watkins berusaha agar perusahaan mengambil tindakan, saham Enron terus merosot. Pada
12 Oktober 2001, Enron mengumumkan mengambil alih hutang dan aset entitas khusus, hal ini
menurunkan $544 juta atas laba dan mengurangi nilai ekuitas pemegang saham dengan $1.2 milyar.
Seminggu berikutnya, 22 Oktober, komisi sekuritas mengumumkan akan menginvestigasi entitas tujuan
khusus Enron. Hari berikutnya, Andrew Fastow diberhentikan.

Pada tanggal 8 November 2001, Enron mengumumkan akan melaporkan ulang semua laporan
keuangan sejak tahun 1997. Laporan ulang tersebut diperkirakan menurunkan ekuitas pemegang saham
sebesar $2.1 milyar dan meningkatkan hutang $2.6 juta.

Sehingga terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan yangdisebabkan hutangnya yang
terlalu besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan
ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi
bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat banyak special purpose
entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga
terjadi ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas
perusahaan jatuh.

Dibandingkan dengan harga saham Enron pada bulan Agustus 2000 yang masih berharga US$ 90
per lembar, jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Artinya harga saham Enron terjungkal hingga tinggal
satu per dua ratus, dan perusahaan kolaps atas kebangkrutan.

Simpanan dana pensiun $1 miliar milik 7.500 karyawan amblas karena manajemen Enron
menanamkan dana tabungan karyawan untuk membeli sahamnya sendiri. Pelaku pasar modal kehilangan
US$ 32 miliar. Enron Memanipulasi angka-angka laporan keuangan agar tampak menarik di mata investor
dan dianggap memiliki kinerja yang baik. Tak tanggung-tanggung, manajemen Enron telah
menggelembungkan (mark up) pendapatannya sebesar US$ 600 juta, dan telah menyembunyikan
utangnya sebesar US$ 1,2 miliar dengan teknik off-balance sheet.

KETERLIBATAN KAP ARTHUR ANDERSEN

KAP Arthur Andersen selain mengaudit laporan keuangan Enron, juga sebagai konsultan
manajemen Enron. Ketika Andrew Fastow membuat ide untuk menggunakan nilai kelebihan kontrak
sebagai pendapatan. KAP Arthur Anderson bekerjasama dan menyiapkan serial limited partnership yang
disebut Special Purpose Entities.

Entitas untuk tujuan khusus ini kemudian mengajukan sejumlah besar hutang dengan saham
Enron sebagai penjaminnya. Uang yang dipinjam ini diakui sebagai pembelian nilai lebih kontrak dan
dicatat sebagai uang “pendapatan penjualan” meskipun sebenarnya adalah hutang. Entitas ini juga
mengambil alih sejumah besar hutang Enron.

Para pemegang saham percaya bahwa Enron tidak mengalami lonjakan hutang, karena hal ini
tidak dilaporkan ke publik. Mereka percaya bahwa Enron menghasilkan lagi yang
baik dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini juga dikuatkan dengan pernyataan KAP Arthur
Anderson bahwa laporan Enron adalah akurat.

Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif) membiarkan
kegiatan-kegiatan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya
transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh pihak dalam perusahaan (insider
trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada
publik.

Melakukan mark up pada pendapatan dan menyembunyikan utangnya senilai itu tentu tidak bisa
dilakukan oleh sembarangan orang. Diperlukan keahlian “akrobatik” yang tinggi dari para professional
yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka. Auditor Enron, KAP Arthur
Andersen kantor Huston (Kantor Akuntan Publik kelas dunia), dipersalahkan karena ikut membantu proses
rekayasa keuangan tingkat tinggi itu, sehingga manipulasi ini telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Perlu diketahui, Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang
melakukan outsourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan, hal ini dapat dilihat dari :

1. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP Andersen yang di
tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.

2. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.

3. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.

Lebih jelasnya, pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap
kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang
sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk
tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.

Salah seorang eksekutif Enron (Sherron Watkins) di laporkan telah mempertanyakan praktek
akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal
tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001.

CEO Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas
kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan
pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat
hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan.

Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam
laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta
dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang
pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang
sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta.

Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut,
dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO
Enron.

Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di
laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di
tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.

Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron sehingga terjadi penghambatan
terhadap proses peradilan.
AKHIR DARI KASUS ENRON & KAP ANDERSEN

Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002.
sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron
mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.

CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi masih
dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan
diri dari dewan direktur perusahaan.

Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk
menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.

Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan KAP
Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika. KAP Andersen
terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang
bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP
Andersen dalam kasus Enron.

Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah atas
tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan dokumen-
dokumen yang sedang di selidiki.

Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen mengusulkan
agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh
Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen mengundurkan diri
dari jabatannya.

Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai
penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses peradilan
dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron. Tanggal 9 April
2002 Jeffrey mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang
berlaku efektif 1 Juni 2002. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen
bersalah telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan.

Setelah Kasus Enron terkuak oleh publik, hal ini menyebabkan dicabutnya izin KAP Arthur
Andersen oleh Otoritas Keuangan Amerika Serikat. Dan tidak lama setelah kasus ini, terjadi juga kasus
serupa seperti Tyco, Global Crossing, WorldCom, Xerox Corp, dll. Yang mana semua kejadian tersebut
mencemarkan nama baik profesi akuntan public yang seharusnya independen. Atas dasar tersebut,
Parlemen Amerika Serikat pada tanggal 23 Januari 2001 mengeluarkan ketentuan di bidang jasa akuntan
publik yang terkenal sebagai Sarbanes Oxley Act.

Created By : MEITY ISANTY


Diposting oleh Master Akuntansi di 05.59.00
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: AKUNTANSI INTERNASIONAL, KASUS EKONOMI AKUNTANSI

1 komentar:
1.

Gilang Ramadhani16 Februari 2018 04.59

komentar
Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Follow by e-mail
Submit

MATERI AKUNTANSI
 AKUNTANSI BIAYA
 AKUNTANSI INTERNASIONAL
 AKUNTANSI KEUANGAN
 AKUNTANSI MANAJEMEN
 AKUNTANSI PAJAK
 KASUS EKONOMI AKUNTANSI
 KONTAK
 TEORI AKUNTANSI
Penulis Statistik
23,557

Master
Akuntansi
Lihat profil
lengkapku

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.


Bukan Seorang Master Akuntansi, hanya seseorang yang sedang belajar mengenai
ilmu akuntansi dan berusaha membagikannya. Semoga kita semua bisa menjadi
Master Akuntansi.

 HOME

 HUBUNGI KAMI

 AKUNTANSI KEUANGAN

 AKUNTANSI INTERNASIONAL

 AKUNTANSI MANAJEMEN

 AKUNTANSI BIAYA

 AKUNTANSI PAJAK

 TEORI AKUNTANSI

 KASUS EKONOMI AKUNTANSI


Sabtu, 04 Juni 2016

ANALISIS KASUS ENRON COORPORATION LENGKAP


PROFIL ENRON COORPORATION

Enron Coorporation didirikan pada tahun 1985. Enron Corporation adalah sebuah perusahaan
energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Enron merupakan hasil merger antara
perusahaan Houston Natural Gas dan InterNorth, sebuah perusahaan pipa di Nebraska. Pada saat itu,
Enron dipimpin oleh Kenneth Lay sebagai CEO dan hanya berkecimpung dalam industri pipa gas.

Enron Coorporation yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi tersebut
melakukan penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar pada awal tahun 1990. Adanya hasil
Kongres Amerika Serikat yang memutuskan untuk melakukan deregulasi penjualan gas alam telah
menyebabkan Enron mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Enron merupakan penjual gas
alam terbesar pada tahun 1992 di Amerika Utara, kontrak penjualan gas Enron menghasilkan laba
sebelum pajak sebesar $122 juta, dan merupakan penyumbang kedua terbesar dalam laba usaha
perusahaan.

Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron menerapkan strategi
bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan mengoperasikan berbagai aset meliputi gas
pipelines, electricity plants, pulp and paper plants, water plants, dan broadband services.

Perkembangan pesat Enron telah menyebabkan harga saham perusahaan tersebut mengalami
kenaikan sebesar 311% dari awal tahun 1990 sampai akhir tahun 1998. Pada tahun 1999 harga saham
mengalami kenaikan sebesar 56% dan pada tahun 2000 sebesar 87%. Harga saham per lembar
perusahaan adalah sebesar $83.13. Dari hasil survey majalah Fortune tentang “Most Admired Company”,
Enron dinobatkan sebagai “the Most Innovative Company” di Amerika.

PROFIL KAP ARTHUR ANDERSEN

KAP Arthur Andersen adalah perusahaan jasa akuntansi yang berbasis di Chicago,
Illinois, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan oleh Arthur Andersen pada tahun 1913. Kantor Akuntan
Publik tersebut termasuk dalam “The Big Five”bersama dengan Pricewaterhouse Coopers, Deloitte, Ernst
& Young, dan KPMG. Arthur Andersen menjadi auditor eksternal Enron sekaligus konsultan
manajemennya dengan bayaran $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi. Hal inilah
yang menyebabkan konflik kepentingan ditubuh Arthur Andersen sendiri, karena pembayaran atas jasa
yang dilakukannya terlampau besar, sehingga memunculkan kurangnya independensi dalam proses
pengauditan laporan keuangan Enron. Sehingga, pada tahun 2002 perusahaan ini secara sukarela
menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor Akuntan Publik setelah dinyatakan bersalah dan terlibat
dalam skandal Enron dan menyebabkan 85.000 orang kehilangan pekerjaannya.

SKANDAL AKUNTANSI ENRON COORPORATION

Selama proses merger antara Houston Natural Gas dan Internorth,


EnronCoorporation mempunyai hutang yang cukup besar. Tahun 1987 Enron memiliki hutang sampai
dengan 75% dari nilai pasar saham.

Pemerintah US menghapuskan beberapa peraturan yang mengarahkan pada harga tetap energi.
Dampaknya harga minyak menjadi berfluktuasi dan membuat pasar gas berisiko tinggi baik dari sisi
pembeli maupun penjual. Produsen minyak yang kecil mengalami kesulitan dalam meningkatkan dana
eksploitasi dan pengeboran karena adanya risiko pasar.

Untuk mengatasi hutang tersebut, Kenneth Lay berkonsultasi padaMc.Kinsey&Co. Mc.Kinsey


pada saat itu menugaskan konsultannya Jeffrey Skilling.Tahun 1989, Kenneth Lay mempekerjakan Jeffrey
Skilling untuk menjadi kepala departemen keuangan Enron.

Enron memiliki ide inovatif dengan memediasi antara pembeli dan penjual yang diharapkan dapat
mengurangi risikonya. Enron menawarkan kontrak pada penjual untuk membeli minyak mereka dengan
harga tetap dalam beberapa tahun dan kontrak pada pembeli dengan harga minyak yang sama ditambah
nilai keuntungan untuk Enron.

Jeffrey Skilling kemudian memutuskan untuk mengaplikasikan ide perdagangan Enron ke


komoditi lainnya. Ia membuat kontrak jangka panjang di bidang perlistrikan, batu bara, pulp kertas,
alumunium, baja, obat-obatan, kayu, air, broadband, dan plastik. Diperhitungkan terdapat 1.800 produk
yang ditangani.
Dengan menjadikan gas sebagai objek jual beli, Enron perlahan-lahan mulai bangkit. Selama
perjalanan ini, Jeff Skilling diangkat sebagai COO Enron dan merekrut berbagai karyawan-karyawan yang
unggul dalam future/derivative. Dalam perekrutan tersebut, Jeff Skilling merekrut Andrew Fastow tahun
1990, Andrew adalah seorang ahli keuangan, untuk membantu dalam menjalankan bisnis. Mereka
meminta ijin pada komisi sekuritas dan perdagangan U.S. untuk menggunakan metode “nilai pasar” atas
kontrak. Sehingga, yang dilaporkan adalah aset berdasarkan nilai pasar.

Enron mengalami permasalahan pada awalnya. Karena untuk memasuki banyak pasar
perdagangan memerlukan sejumlah uang untuk membiayai infrastruktur, transportasi, gudang, dan
pengiriman komiditas. Namun, jika Enron mengambil sejumlah hutang yang besar, kemungkinan akan
membuat pembeli atau penjual menjadi ragu untuk bekerjasama. Tingginya hutang juga dapat
mengakibatkan penurunan investasi dan memicu bank menarik dananya. Untuk mengatasi permasalahan,
Enron mencoba mencari dana pinjaman tanpa melaporkannya dalam laporan keuangan.

Andrew Fastow membuat ide untuk menggunakan nilai kelebihan kontrak sebagai
pendapatan. Andrew dan KAP Arthur Anderson bekerjasama dan menyiapkan serial limited
partnership (perusahaan rekanan terbatas) yang disebut “Special Purpose Entities”.

Aturan akuntansi memungkinkan bahwa perusahaan dapat tidak mencantumkan special purpose
entities pada laporan keuangan, asalkan terdapat suatu pihak yang dapat mengontrol
penyelenggaraannya serta memiliki setidaknya 3 persen nilai special purpose entity.

Pada tahun 1999, Enron mendirikan 3 SPE yaitu Chewco Investment LP, LJM Cayman LP, dan LJM
2 Cp-Investment. Tahun 2000 Enron mengumumkan bahwa perusahaannya berhasil memperoleh
pendapatan bersih setelah pajak sebesar $1.01 Milyar. Selanjutnya Enron menempatkan sahamnya
sebesar $62 juta kedalam 3 SPE tersebut.

Entitas untuk tujuan khusus ini kemudian mengajukan sejumlah besar hutang dengan saham
Enron sebagai penjaminnya. Uang yang dipinjam ini diakui sebagai pembelian nilai lebih kontrak dan
dicatat sebagai uang “pendapatan penjualan” meskipun sebenarnya adalah hutang. Entitas ini juga
mengambil alih sejumah besar hutang Enron. Andrew Fastow juga nama fiktif seperti “Chewco, Jedi,
Talon, Condor, dan Raptor” dan yang lainnya dengan membayarkan milyar-an dolar sebagai gaji dan
pendapatan atas 3 persen kepemilikan entitas.

Karena tidak dilaporkan, maka pemegang saham percaya bahwa Enron tidak mengalami lonjakan
hutang. Mereka juga percaya bahwa Enron menghasilkan lagi yang baik serta mengalami peningkatan tiap
tahunnya.

Sheron Wattkins, wakil presiden yang bekerja di Enron mulai 1993. Dia menyadari bahwa
meskipun harga saham cukup tinggi sehingga nilai lebih dapat digunakan untuk menutupi hutang entitas
khusus, namun ia tahu bahwa ketika harga saham turun akan memicu tidak solvabelnya entitas dan
mengembalikan hutang pada laporan keuangan Enron.

Setelah pertengahan tahun 2001, harga saham Enron menurun dari nilai tertingginya $80 per
saham. Akuntan Enron berusaha menarik kembali hutang dan aset pada entitas khusus. Sheron Watkins
khawatir akan peningkatan risiko.
Pada Juli 2001 harga saham jatuh ke nilai $47 per saham. Jeffrey Skilling secara tiba-tiba
mengundurkan diri sebagai president dan CEO dengan alasan pribadi. Sherron Watikins pada 22 Agustus
secara pribadi menemui Kenneth Lay dan bagian hukum dan mengirimkan enam halaman surat yang
menjelaskan ketidakberesan terkait entitas khusus dan memperingatkan mereka yang kemudian ia sebut
kecurangan akuntansi the worst accounting fraud I had ever seen. Namun demikian Lay dan pengacaranya
hanya diam saja. Ia malah mengumumkan pada pekerja dan investor bahwa pertumbuhan Enron di masa
mendatang baik, dan menganjurkan pada investor untuk terus menanamkan saham di Enron.

Lebih parahnya lagi, Kenneth Lay dan eksekutif lainnya menjual secara diam-diam saham
mereka. Sheron Watkins juga mengontak temannya di Arthur Anderson untuk mendiskusikan
permasalahannya pada kepala auditor, namun tidak dilakukan temannya itu.

Ketika Watkins berusaha agar perusahaan mengambil tindakan, saham Enron terus merosot. Pada
12 Oktober 2001, Enron mengumumkan mengambil alih hutang dan aset entitas khusus, hal ini
menurunkan $544 juta atas laba dan mengurangi nilai ekuitas pemegang saham dengan $1.2 milyar.
Seminggu berikutnya, 22 Oktober, komisi sekuritas mengumumkan akan menginvestigasi entitas tujuan
khusus Enron. Hari berikutnya, Andrew Fastow diberhentikan.

Pada tanggal 8 November 2001, Enron mengumumkan akan melaporkan ulang semua laporan
keuangan sejak tahun 1997. Laporan ulang tersebut diperkirakan menurunkan ekuitas pemegang saham
sebesar $2.1 milyar dan meningkatkan hutang $2.6 juta.

Sehingga terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan yangdisebabkan hutangnya yang
terlalu besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan
ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi
bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat banyak special purpose
entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga
terjadi ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas
perusahaan jatuh.

Dibandingkan dengan harga saham Enron pada bulan Agustus 2000 yang masih berharga US$ 90
per lembar, jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Artinya harga saham Enron terjungkal hingga tinggal
satu per dua ratus, dan perusahaan kolaps atas kebangkrutan.

Simpanan dana pensiun $1 miliar milik 7.500 karyawan amblas karena manajemen Enron
menanamkan dana tabungan karyawan untuk membeli sahamnya sendiri. Pelaku pasar modal kehilangan
US$ 32 miliar. Enron Memanipulasi angka-angka laporan keuangan agar tampak menarik di mata investor
dan dianggap memiliki kinerja yang baik. Tak tanggung-tanggung, manajemen Enron telah
menggelembungkan (mark up) pendapatannya sebesar US$ 600 juta, dan telah menyembunyikan
utangnya sebesar US$ 1,2 miliar dengan teknik off-balance sheet.

KETERLIBATAN KAP ARTHUR ANDERSEN


KAP Arthur Andersen selain mengaudit laporan keuangan Enron, juga sebagai konsultan
manajemen Enron. Ketika Andrew Fastow membuat ide untuk menggunakan nilai kelebihan kontrak
sebagai pendapatan. KAP Arthur Anderson bekerjasama dan menyiapkan serial limited partnership yang
disebut Special Purpose Entities.

Entitas untuk tujuan khusus ini kemudian mengajukan sejumlah besar hutang dengan saham
Enron sebagai penjaminnya. Uang yang dipinjam ini diakui sebagai pembelian nilai lebih kontrak dan
dicatat sebagai uang “pendapatan penjualan” meskipun sebenarnya adalah hutang. Entitas ini juga
mengambil alih sejumah besar hutang Enron.

Para pemegang saham percaya bahwa Enron tidak mengalami lonjakan hutang, karena hal ini
tidak dilaporkan ke publik. Mereka percaya bahwa Enron menghasilkan lagi yang
baik dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini juga dikuatkan dengan pernyataan KAP Arthur
Anderson bahwa laporan Enron adalah akurat.

Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif) membiarkan
kegiatan-kegiatan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya
transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh pihak dalam perusahaan (insider
trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada
publik.

Melakukan mark up pada pendapatan dan menyembunyikan utangnya senilai itu tentu tidak bisa
dilakukan oleh sembarangan orang. Diperlukan keahlian “akrobatik” yang tinggi dari para professional
yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka. Auditor Enron, KAP Arthur
Andersen kantor Huston (Kantor Akuntan Publik kelas dunia), dipersalahkan karena ikut membantu proses
rekayasa keuangan tingkat tinggi itu, sehingga manipulasi ini telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Perlu diketahui, Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang
melakukan outsourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan, hal ini dapat dilihat dari :

1. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP Andersen yang di
tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.

2. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.

3. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.

Lebih jelasnya, pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap
kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang
sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk
tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.

Salah seorang eksekutif Enron (Sherron Watkins) di laporkan telah mempertanyakan praktek
akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal
tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001.
CEO Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas
kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan
pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat
hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan.

Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam
laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta
dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang
pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang
sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta.

Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut,
dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO
Enron.

Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di
laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di
tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.

Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron sehingga terjadi penghambatan
terhadap proses peradilan.

AKHIR DARI KASUS ENRON & KAP ANDERSEN

Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002.
sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron
mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.

CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi masih
dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan
diri dari dewan direktur perusahaan.

Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk
menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.

Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan KAP
Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika. KAP Andersen
terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang
bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP
Andersen dalam kasus Enron.
Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah atas
tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan dokumen-
dokumen yang sedang di selidiki.

Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen mengusulkan
agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh
Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen mengundurkan diri
dari jabatannya.

Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai
penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses peradilan
dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron. Tanggal 9 April
2002 Jeffrey mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang
berlaku efektif 1 Juni 2002. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen
bersalah telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan.

Setelah Kasus Enron terkuak oleh publik, hal ini menyebabkan dicabutnya izin KAP Arthur
Andersen oleh Otoritas Keuangan Amerika Serikat. Dan tidak lama setelah kasus ini, terjadi juga kasus
serupa seperti Tyco, Global Crossing, WorldCom, Xerox Corp, dll. Yang mana semua kejadian tersebut
mencemarkan nama baik profesi akuntan public yang seharusnya independen. Atas dasar tersebut,
Parlemen Amerika Serikat pada tanggal 23 Januari 2001 mengeluarkan ketentuan di bidang jasa akuntan
publik yang terkenal sebagai Sarbanes Oxley Act.

Created By : MEITY ISANTY

Diposting oleh Master Akuntansi di 05.59.00


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: AKUNTANSI INTERNASIONAL, KASUS EKONOMI AKUNTANSI

1 komentar:
1.

Gilang Ramadhani16 Februari 2018 04.59

komentar
Balas

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Follow by e-mail
Submit

MATERI AKUNTANSI
 AKUNTANSI BIAYA
 AKUNTANSI INTERNASIONAL
 AKUNTANSI KEUANGAN
 AKUNTANSI MANAJEMEN
 AKUNTANSI PAJAK
 KASUS EKONOMI AKUNTANSI
 KONTAK
 TEORI AKUNTANSI
Penulis Statistik
23,557

Master
Akuntansi
Lihat profil
lengkapku

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Bukan Seorang Master Akuntansi, hanya seseorang yang sedang belajar mengenai
ilmu akuntansi dan berusaha membagikannya. Semoga kita semua bisa menjadi
Master Akuntansi.

 HOME

 HUBUNGI KAMI

 AKUNTANSI KEUANGAN

 AKUNTANSI INTERNASIONAL

 AKUNTANSI MANAJEMEN

 AKUNTANSI BIAYA

 AKUNTANSI PAJAK
 TEORI AKUNTANSI

 KASUS EKONOMI AKUNTANSI


Sabtu, 04 Juni 2016

http://akuntansimaster.blogspot.co.id/2016/06/analisis-kasus-enron-coorporation.html

Ughytov's Blog
Just another WordPress.com site

Skip to content

 Home
 About
← KASUS PELANGGARAN ETIKA (KASUS INDOMIE DI TAIWAN)

Modifikasi Mobil Xenia →

PEMBAHASAN PELANGGARAN ETIKA BISNIS DENGAN


MENGGUKAN STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN ENRON
Posted on February 5, 2013by ughytov

Kronologis Kasus

Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap
kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan,
mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis
enron.
Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP
Andersen dan Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah memepertanyakan
praktek akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan
kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen
pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk
melakukan investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan
penasehat hukum untuk mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi
akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut
menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan.

Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393
juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay,
menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang
sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi
khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya
menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis
dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan
ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang
didirikan oleh CFO Enron.

Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke


pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang
perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan
pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang
dalam jumlah yang sama. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal
dalam bentuk penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas
kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap proses peradilan ). Dana pensiun Enron
sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara itu harga saham
Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002.
sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah
berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi
masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari
Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.

Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar
untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan
KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di
Amerika. tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP
Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan
karena telah menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki. KAP
Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan
klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan
yang meningakat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.

Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut
untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP
Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan
membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen
baru. tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari
jabatannya.

Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak
sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan
hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi
kasus KAP Andersen dan Enron . tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon
mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden dan Chief Opereting Officer Enron
yang berlaku efektif 1 Juni 2002.

Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah
melakukan hambatan terhadap proses peradilan.

Pembahasan masalah

Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan
kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu
opportunity; pressure; dan rationalization. Ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari
melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita
meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap
kepercayaan publik (public trust).

Studi empirik Weisen Born, Noris tahun 1997, (dalam Zabihollah : 2002), terhadap 30
perusahaan di Amerika Serikat yang memiliki indikasi sering melakukan kecurangan,
dari hasil penelitian teridentifikasi faktor penyebab kecurangan tersebut diantaranya
dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter moral yang rendah, dominasi
kepercayaan, dan lemahnya pengendalian. Faktor tersebut adalah merupakan prilaku
tidak etis yang sangat bertentangan dengan good corporate governance philosofy yang
membahayakan terhadap business going cocern. Begitu pula praktik bisnis Enron yang
menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi
banyak pihak.Pihakyang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi
terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham
perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran
dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai
perusahaaan di bursa efek.
Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan
dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information
mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari
principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional
untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika
bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah
ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis? adalah hutang dan
sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses
peradilan dan tuntutan hukum. Artinya secara kasat mata kasus Enron (baik
manajemen Enron maupun KAP Andersen) telah melakukan mal practice jika dilihat
dari etika bisnis dan profesi akuntan antara lain :

1. Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, melalui


suburnya praktik insider trading, dimana hal ini sangat diketahui oleh Board of Director
Enron, dengan demikian dalam praktik bisnis di Enron sarat dengan collusion. Kondisi
ini diperkuat oleh Bussines Round Table (BRT), pada tanggal 16 Pebruari 2002
menyatakan bahwa : (a). Tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen
Enron berperan besar dari kebangkrutan perusahaan; (b). Telah terjadi pelanggaran
terhadap norma etika corporate governance dan corporate responsibility oleh
manajemen perusahaan; (c). Perilaku manajemen Enron merupakan pelanggaran
besar-besaran terhadap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.

2. Adanya Deception Information, yang dilakukan pihak manajemen Enron maupun


KAP Arthur Andersen, mereka mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang
tidak sehat. Tetapi demi trust dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa
laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur
berantakan.Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap
melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan
memberikan prospek yang sangat baik. KAP Andersen tidak mau mengungkapkan apa
sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi
Enron tetap dipertahankan, hal ini dimungkinkan adanya coercion atau bribery, karena
pihak Gedung Putih termasuk Wakil Presiden Amerika Serikat juga di indikasikan
terlibat dalam kasus Enron ini.
3. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik- The big six- yang melakukan
Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. tidak hanya melakukan manipulasi
laporan keuangan Enron, KAP Andersen telah melakuklan tindakan yang tidak etis
dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus
Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai
mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun
penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini
dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur.
Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan independen
dengan melakukan tindakan knowingly and recklessly yaitu menerbitkan laporan audit
yang salah dan meyesatkan (deception of information).

Kesimpulan

Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagaimacam pelanggaran praktik bisnis


yang sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion, bribery) dan
keluar dari prinsif good corporate governance. Akhirnya Enron harus menuai suatu
kehancuran yang tragis dengan meninggalkan hutang milyaran dolar.

KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi independensi, dan
profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari
tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui Deception,
discrimination of information, coercion, bribery. Akhirnya KAP Andersen di tutup
disamping harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum.

Sumber : http://www.scribd.com/doc/40228705/KASUS-ENRON
ADVERTISEMENT
Advertisements
Report this ad

Report this ad

Tia Lora Nuroshobah


HIDUP ITU PILIHAN..!
 http://studentsite.gunadarma.ac.id
 http://www.gunadarma.ac.id
Rabu, 05 November 2014

KASUS ENRON : TUGAS ETIKA


PROFESI AKUNTANSI PUBLIK 1C

NAMA : TIA LORA NUROSHOBAH

KELAS : 4EB25

NPM : 27211093

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya saya dapat
menyelesaikan tugas softskill ini. Dengan adanya tugas ini bisa menambah pengetahuan
saya. Dalam tugas softskill yang saya buat ini,mungkin terdapat banyak kesalahaan secara
tidak sengaja. Banyak kelemahan dalam tugas softskill ini. Oleh sebab itu, mengingat akan
tujuan saya membuat tugas softskill ini adalah untuk menambah pengetahuan dan sebagai
tugas mata kuliah softskill Etika Profesi Akuntansi, maka saya mohon maklum atas segala
kesalahan dalam penulisan tugas softskill ini

KASUS ENRON
Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas,
Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1930 sebagai Northern Natural Gas.

Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston,
Texas, Amerika Serikat. Sebelum bangkrutnya pada akhir 2001, Enron sebelum tahun 2001
mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu Perusahaan terkemuka
di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, serta komunikasi.Enron mengaku
penghasilannya pada tahun 2000 berjumlah $101 milyar.

Tokoh Penting :

Pendiri Enron : Kenneth Lay,

CEO dan CRO Sementara : Stephen F. Cooper,

Ketua : John J. Ray, III

Wakil Komisaris : Clifford Baxter

Fortune menamakan Enron "Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif" selama enam
tahun berturut-turut. Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika
terungkapkan bahwa kondisi keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan
akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Operasinya di Eropa
melaporkan kebangkrutannya pada 30 November 2001, dan dua hari kemudian, pada 2
Desember, di AS Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11. Saat itu, kasus itu
merupakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan menyebabkan 4.000 pegawai
kehilangan pekerjaan mereka.

KAP ARTHUR ANDERSON

salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang berdiri sejak 1913 Kantor Akuntan Publik
yang termasuk dalam “the big four” (PricewaterhouseCoopers, Deloitte, Ernst & Young, KPMG)
lalu pecah menjadi “the big five” Sejak pemisahan bisnis jasa atestasi (fungsi akuntansi dan
konsultasi) Arthur Andersen, (1999)

KERJA SAMA KAP ARTHUR ANDERSON dan ENRON


Arthur andersen Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan keuangan Enron, juga
sebagai konsultan manajemen Enron. KAP tersebut memiliki kebijakan pemusnahan dokumen
yang tidak menjadi bagian dari kertas kerja audit formal.

Kasus Enron dan Kap Arthur Anderson

Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap
proses peradilan).

KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002.
sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada
saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001. Pemerintahan Amerika
(The US General Services Administration) melarang Enron dan KAP Andersen untuk melakukan
kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP
Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk menyelesaikan berbagai gugatan
hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu
komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.

Lembaga - Lembaga Eksternal juga Ikut Bertanggung Jawab Terjadinya Kasus


Enron Auditor.

Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah kantor akuntan
Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah
laporan keuangan Enron memenuhi GAAP (generally accepted accounting practices). Andersen
mengalami konflik kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron, $5 juta untuk
biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi.

Konsultan hukum.

Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins juga disewa oleh Enron. Konsultan
hukum ini bertanggungjawab untuk menyediakan opini hukum atas strategi, struktur, dan legalitas
umum atas semua yang dilakukan oleh Enron.
Regulator.

Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar energi diawasi oleh
Federal Energy Regulatory Commission (FERC), akan tetapi FERC tidak melakukan
pengawasan secara mendalam. Hal ini dikarenakan Enron melakukan aktivitasnya
dalam perdagangan listrik tidak di satu negara, yaitu antar negara.

Pasar ekuitas.

Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti peraturan dari SEC. Akan tetapi
dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan investigasi secara mendalam atau melakukan
konfirmasi ulang terhadap Enron. SEC hanya mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh
lembaga lain seperti auditor perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan
Enron memenuhi peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak hanya
melakukan verifikasi firsthand.

Pasar hutang.

Enron menginginkan dan membutuhkan sebuah nilai rating. Sehingga Enron membayar
Standard & Poors serta Moody’s untuk memberikan nilai rating. Rating ini dibutuhkan untuk
sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar. Yang menjadi
masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan analisis sebatas pada data yang diberikan
kepada mereka oleh Enron, operasional dan aktivitas keuangan Enron.

MUNCULNYA KASUS

MANAJEMEN ENRON MELAKUKAN KECURANGAN

Window dressing (Memanipulasi akun – akun laporan keuangan agar nampak menarik di
mata investor dengan cara menyembunyikan hutang – hutang $12 billion.
Teknik- off balance sheet (mencatat di buku besar sehingga tidak nampak di laporan
keuangan)Special purpose partnership (Mendirikan ± 90 Perusahaan diluar enron untuk
mengalihkan hutang – hutang enron)
KASUS TERUNGKAP

Penyebabnya:

® Masalah kepentingan pemegang saham mayoritas dan manajemen Transaksi dengan


pihak beberapa perusahaan afiliasi

® Pemberian opsi saham (stock option plan) yang masif tidak hanya kepada karyawan kunci,
bahkan komite audit, karyawan bisa, serta program pensiun karyawan dengan memperoleh opsi
saham perusahaan.

® Penjualan saham dalam skala besar oleh pihak orang dalam.

Dampak Keruntuhan Enron

Keruntuhan perusahaan energi Enron cukup banyak berdampak bagi dunia bisnis
internasional. Akibat kebangkrutan Enron pada tahun 2001 sedikitnya 4.000 karyawan
kehilangan pekerjaan. Kolapsnya Enron juga mengguncang neraca keuangan para
kreditornya yang telah mengucurkan milyaran dolar (JP Morgan Chase dan Citigroup adalah
dua kreditor terbesarnya). Para karyawan Enron dan investor kecil-kecilan juga dirugikan
karena simpanan hari tua mereka yang musnah. Sebagian besar dana pensiun dan tabungan
20.000 karyawan Enron terikat dalam saham yang kini tanpa nilai.

Arthur Andersen LLP (member di Amerika Serikat) yang dianggap ikut bersalah dalam
kebangkrutan Enron juga terkena imbasnya. Member Arthur Andersen di beberapa negara
seperti, Jepang dan Thailand, telah membuat kesepakatan merger dengan KPMG, Australia
dan Selandia Baru dengan Ernst & Young, dan Spanyol dengan Deloitte Touche Tohmatsu.
Di Amerika sendiri, aktivitas seluruh member Andersen dibekukan pemerintah. Akibatnya,
menurut Asian Wall Street Journal klien-klien Andersen LLP beralih ke berbagai auditor.
Antara lain Delotte and Touche (10 persen), KPMG (11 persen), PriceWaterhouseCooper (20
persen), dan Ernst & Young (28 persen). Dan yang berpindah ke auditor-auditor kecil lainnya
atau mengaku belum tahu berpindah kemana sebanyak 40 persen. Masih banyak lagi hal-
hal yang dipengaruhi oleh keruntuhan Enron, seperti munculnya trauma dalam bursa saham
terhadap efek domino skandal Enron. Hal ini membuat para investor mengurangi
aktivitasnya di bursa saham sehingga gairah bursa dunia menjadi lesu.

BERAKHIRNYA KASUS ENRON


PERUBAHAN YANG TERJADI SETELAH KASUS

- Disahkan UU baru, Sarbannes Oxley, Act 2002 :

- Larangan melakukan jasa konsultasi bersamaan dengan audit keuangan

- Pembatasan masa partner audit (7thn)

- Keharusan Auditor untuk memberikan opini terhadap keandalan SPI

Kesimpulan

Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi
pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang menyebabkan
kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Editor, Arthur Andersen
(satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) yang merupakan kantor akuntan Enron.
Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan
berbagai pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yang
berasal dari dalam perusahaan enron. Enron telah melanggar etika dalam bisnis dengan tidak
melakukan manipulasi-manipulasi guna menarik investor. Sedangkan Arthur Andersen yang
bertindak sebagai auditor pun telah melanggar etika profesinya sebagai seorang akuntan.
Arthur Andersen telah melakukan “kerjasama” dalam memanipulasi laporan keuangan enron.
Hal ini jelas Arthur Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya
sebagai seorang akuntan.

1C. Kemahiran profesional Arthur Anderson terhadap enron.

Arthur Andersen merupakan KAP yang ahli dan profesional dalam bidangnya sebagai
auditor, tetapi sangat disayangkan ke profesionalisme yang dimilikinya harus salah
digunakan, karena ia tidak memiliki sikap independensi mental dan tidak memiliki sifat
tanggung jawab atas pekerjaan yang dimilikinya, ia lebih memilih untuk melakukan
kecurangan bersama dengan petinggi enron demi mendapatkan keuntungan untuk dirinya
maupun pihak enron.Jelas ini sudah sangat melanggar etika profesi dirinya sebagai seoarang
auditor atau auntan. Karena tindakannya ini maka Arthur Andersen menerima hukuman
memberikan uang $32 milyar untuk para pemegang saham enron, karena sudah melanggar
kode etik profesinya sebagai auditor dalam mengaudit dan menerima tuntutan dari para
karyawan.

Tanggapan :
Menurut saya, dari kasus ini dapat di simpulkan bahwa Enron dan
KAP Arthur Andersen telah melanggar kode etik dan ingkar dari tanggung
jawab yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan
tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Pelanggaran tersebut awalnya
mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat saja
menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur
Andersen. Di dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap
menjunjung tinggi independensi dan profesionalisme tidak dilakukan oleh
KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya
telah menuai kehancuran dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan
hutang milyaran dolar sedangakan KAP Arthur Andersen sendiri
kehilangan ke-independensiannya dan kepercayaan dari masyarakat
terhadap KAP tersebut dan dapat juga berdampak pada karyawan yang
bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk
mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Dimana pentingnya peran
profesi Akuntan khususnya Akuntan Publik di pasar modal guna
melindungi kepentingan publik.Tantangan Akuntan Publik yakni menjaga
kualitas dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat dalam
memberikan informasi mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan.

Narasumber:
http://innenurhamzah.blogspot.com/2012/10/tugas-minggu-ke-4-
kasus-enron.html
http://joblistmu.blogspot.com/2011/08/kasus-enron.html
Diposting oleh tyaa.koee di 04.47
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

 Home

 Berita

 Daerah

 Internasional

 Fokus

 Kolom

 Blak blakan

 Pro Kontra

 Infografis

 Foto

 Video

 Indeks

AdsmartNEW · Most Popular · Hoax or Not · Opini Anda · Suara Pembaca · Pilkada 2018NEW ·

detikNews / Berita / Detail Berita

Follow detikcom

Senin 27 November 2017, 17:49 WIB


Copyright @ 2018 detikcom, All right reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info
Iklan · Privacy Policy · Disclaimer

https://news.detik.com/berita/3745498/kasus-tppu-auditor-bpk-bayar-cicilan-tanah-rp-58-juta-per-
bulan

JAKARTA - Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
mendakwa dua auditor BPK Rochmadi Saptogiri dan Ali Sadli, dengan tiga pidana berlapis
masing-masing dalam empat dan tiga dakwaan berbeda, termasuk TPPU dengan total lebih
Rp15 miliar.

Hal tersebut tertuang dalam surat dakwaan nomor: Dak-60/24/10/2017 atas nama Ali Sadli dan
nomor: Dak-61/24/10/2017 atas nama Rochmadi Saptogiri.

Surat dakwaan Ali dan Rochmadi dibacakan JPU yang diketuai Ali Fikri dan Haerudin dengan
anggota Muh Asri Irwan, Zainal Abidin, Moch Takdir Suhan, Moh Helmi Syarif, Dian Hamisena,
dan Putra Iskandar, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu (18/10/2017).

JPU Ali Fikri membeberkan, Ali Sadi selaku Kepala Sub Auditorat III..B Auditorat Utama
Keuangan Negara (AKN) III merangkap Pelaksana Tugas Kepala Auditorat III.B pada Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) dan Rochmadi Saptogiri selaku Auditor Utama AKN III BPK
telah melakukan tiga perbuatan pidana sekaligus.

Suap diterima Rochmadi dan Ali dari dua terdakwa pemberi suap, Sugito selaku Inspektur
Jenderal (Irjen) Kemendes PDTT dan Jarot Budi Prabowo selaku Kabag TU dan Keuangan
pada Itjen Kemendes PDTT, dalam dua tahap.

"Untuk menggerakkan terdakwa agar menentukan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
terhadap Hasil Pemeriksaan atas LK Kemendes PDTT 2016, padahal masih ada beberapa
temuan dalam pemeriksaan atas pengelolaan dan penanggujawaban belanja tahun 2015 dan
semester 1 tahun 2016 pada Kemendes PDTT yang belum ditindaklanjuti dan semestinya
mempengaruhi penentuan opini tersebut," tegas JPU Ali saat membacakan dakwaan di dalam
ruang sidang Pengadilan Tipikor Jakarta.

Dia mengungkapkan, penerimaan suap Rp240 juta tadi, lebih dulu atau didahului pertemuan
auditor BPK Choirul Anam selaku Ketua SubTim 1 Pemeriksa BPK atas LK Kemendes PDTT
2016 dengan Sugito dan Sekretaris Jenderal Kemendes PDTT Anwar Sanusi, di kantor Sekjen
Kemendes pada akhir April 2017.

Saat pertemuan tersebut, Anam meminta disediakan 'perhatian' sebesar Rp250 juta. Ketika itu
proses audit yang dilakukan BPK sedang berlangsung. Proses perolehan WTP untuk
Kemendes dikodekan dengan mission impossible.

Atas perbuatan penerimaan suap di atas, Rochmadi dijerat dengan Pasal 12 Ayat (1) huruf a
atau huruf b atau Pasal 11 UU Pemberantasan Tipikor jo Pasal 55 Ayat (1) ke-(1) KUHPidana jo
Pasal 64 Ayat (1) KUHPidana.

Sedangkan Ali Sadli dijerat dengan Pasal 11 UU Pemberantasan Tipikor jo Pasal 55 Ayat (1)
ke-(1) KUHPidana jo Pasal 64 Ayat (1) KUHPidana. JPU Moch Takdir Suhan membeberkan
perbuatan pidana kedua yakni penerimaan gratifikasi.

Rochmadi yang memiliki kewenangan sebagai Auditor Utama AKN III dalam memeriksakan
keuangan negara pada bidang lembaga negara, kesejahteraan rakyat, kesekretariatan negara,
aparatur negara serta riset dan teknologi sudah menerima gratifikasi dengan total Rp3,5 miliar.
Penerimaan terjadi kurun Desember 2014 sampai Januari 2015.

Sedangkan Ali Sadli yang memiliki wilayah kerja atau entitas audit Kementerian Pemuda dan
Olahraga, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kementerian Koordinator Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Sosial, Kementerian Pariwisata, Badan Ekonomi
Kreatif, Kementerian Tenaga Kerja, Kemendes PDTT, BNP2TKI, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN, dan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat telah menerima gratifikasi
sebesar Rp10.519.836.000 dan USD80.000 (setara Rp1,068 miliar).

Uang gratifikasi Ali di antaranya berasal dari Apriyadi Malik, Antonius Hengki Nursalim, auditor
BPK Choirul Anam, Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (Sekjen KONI)
Ending Fuad Hamidy,

"Terdakwa Rochmadi Saptogiri sejak menerima uang, terdakwa Ali Sadli sejak menerima uang
dan barang tersebut tidak melaporkannya kepada KPK sampai batas 30 hari kerja terhitung
sejak tanggal gratifikasi diterima, padahal penerimaan itu tidak ada alas hak yang sah menurut
hukum, haruslah dianggap sebagai suap," tegas JPU Takdir

Atas perbuatan tersebut JPU menuturkan, perbuatan Rochmadi dan Ali sebagaimana diatur
dan diancam pidana dalam Pasal 12 B UU Pemberantasan Tipikor serta jo Pasal 65 Ayat (1)
KUHPidana untuk Ali.
https://nasional.sindonews.com/read/1249636/13/kasus-suap-bpk-kemendes-2-auditor-didakwa-3-
pidana-berlapis-1508339515

o REGISTER
o |

o LOGIN

 HOME
 SATU
 POLITIK
 SAUJANA
 SAINS
 FOKUS
 TAJUK
 OPINI
 MULTIMEDIA
 B1.TV
Kasus Pencucian Uang 2 Auditor BPK, KPK
Sita 4 Mobil
Ilustrasi KPK ( Foto: Beritasatu.com/Danung Arifin )

o
o
o
o
Fana Suparman / PCN Rabu, 6 September 2017 | 19:07 WIB
Jakarta- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita empat unit mobil
terkait kasus dugaan pencucian uang yang menjerat Auditor Utama Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) Rochmadi Saptogiri dan Auditor BPK Ali Sadli.
Keempat mobil tersebut disita dari sejumlah lokasi.
"Sejumlah aset telah disita terkait kasus ini yang diduga hasil dari tindak
pidana korupsi," kata Jubir KPK, Febri Diansyah di Gedung KPK, Jakarta, Rabu
(6/9).

Keempat mobil yang disita itu di antaranya, Honda Audessey, dua unit mobil
sedan Mercedez Benz warna putih dan hitam serta Honda CRV. Dijelaskan
Febri, Honda Audessey itu dibeli menggunakan identitas pihak lain dan disita
saat dikembalikan ke sebuah dealer di Jakarta. Sementara dua unit mobil
Mercedez Benz disita dari seorang istri salah seorang tersangka.

"Sedangkan Honda CRV disita dari pihak lain yang namanya digunakan salah
satu tersangka," katanya.

Tak hanya itu, KPK juga menyita uang senilai Rp 1,6 miliar. Uang itu diduga
berasal dari penjualan unit mobil. Selain itu, untuk mengusut kasus ini, KPK
juga sudah memeriksa sembilan saksi.

"Masih diperlukan kegiatan-kegiatan tertutup juga sampai ini diumumkan ke


publik. Penyidik masih terus dalami keberadaan aset-aset lain yang diduga
hasil tindak pidana korupsi," katanya.

Febri menyatakan, penerapan pasal TPPU ini dilakukan penyidik untuk


mengejar kepemilikan aset-aset yang terindikasi hasil kejahatan dengan
pendekatan follow the money. KPK memastikan pasal pencucian uang ini akan
diberlakukan terhadap seluruh kasus korupsi yang ditangani sepanjang
ditemukan adanya aset tidak wajar yang terindikasi untuk menyamarkan aset
hasil dari korupsi.

"Kami berharap dengan TPPU bisa lebih memaksimalkan penanganan tindak


pidana korupsi," katanya.

Diketahui, KPK menetapkan Rochmadi Saptogiri dan Ali Sadli sebagai


tersangka kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Penetapan ini
merupakan pengembangan kasus dugaan suap terkait pemberian opini wajar
tanpa pengecualian (WTP) kepada Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian Desa) yang telah menjerat
Rochmadi dan Ali Sadli.
Kedua tersangka diduga telah melakukan kegiatan menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang
atau surat berharga, atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahui
atau patut diduga hasil tindak pidana korupsi.

Diduga, hal ini dilakukan Rochmadi dan Ali Sadli untuk menyamarkan asal-
usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak atau kepemilikan, yang
sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga hasil tindak
pidana korupsi.

Atas tindak pidana yang dilakukannya, Rochmadi disangkakan melanggar Pasal


3 dan atau Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Sementara itu, Ali dijerat dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Diketahui, Rochmadi dan Ali telah berstatus sebagai tersangka kasus dugaan
suap pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) terhadap Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan Kementerian Desa tahun anggaran
2016. Keduanya diduga menerima uang suap sebesar Rp 240 juta dari
Inspektur Jenderal Kementerian Desa Sugito dan Jarot Budi Prabowo selaku
Kabag Tata Usaha dan Keuangan Kementerian Desa. Sugito dan Jarot kini
sedang diadili di Pengadilan Tipikor Jakarta.

Sumber: Suara Pembaruan

BERITA TERKAIT
o Pengamat: Soal Anti Korupsi, Pejabat Belum Ikuti Teladan Jokowi
o Kasus Bupati Kebumen, KPK Periksa Tujuh Saksi
o KPK Perpanjang Penahanan Politikus PAN
o Abraham Samad: Penyidik KPK Perlu Pengamanan Berlapis
o Novanto Siapkan Rp 20 Miliar Jika Dikejar KPK
o Samad Desak Pimpinan KPK Usulkan Bentuk TGPF Novel ke Presiden
BACA JUGA

Lomba Renang di Danau Sunter, Menteri Susi Pemenangnya!


Video-BeritaMinggu, 25 Februari 2018
Presiden Ingatkan Rakyat Tidak Terpecah karena Pilkada
PolitikMinggu, 25 Februari 2018

Satgas Money Politics Tangkap Ketua Panwaslu dan Komisioner KPU Garut
PolitikMinggu, 25 Februari 2018

Kuasa Hukum Penggugat UU MD3: Kekuatan Politik di DPR Mulai Pecah


PolitikMinggu, 25 Februari 2018

Menteri Susi: Kualitas Air Danau Sunter Cukup Bagus


MegalopolisMinggu, 25 Februari 2018
12 Danau di Jakarta Utara Bakal Dibersihkan
MegalopolisMinggu, 25 Februari 2018

Sandi-Susi Tanding, Anies Tinggalkan Danau Sunter


MegalopolisMinggu, 25 Februari 2018

Ditagih Bayar Utang oleh Jepang, Ini Penjelasan PT MRT Jakarta


MegalopolisMinggu, 25 Februari 2018

Aktris Legendaris Bollywood Sridevi Tutup Usia


DuniaMinggu, 25 Februari 2018

BMKG Sulut Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem


NasionalMinggu, 25 Februari 2018

TERBARU
23:06
Power Bank Terbakar di Kabin, Penerbangan Ditunda

23:04

Sempat Tertinggal, "Setan Merah" Akhirnya Kalahkan Chelsea

22:47

Dukung Industri Kreatif, GIB Land Bangun Pusat Komunitas di Tangsel

22:34

Lingard Cetak Gol, MU Berbalik Unggul

22:30

Aset BPD Seluruh Indonesia Capai Rp 645,97 Triliun

22:11

Kane Antarkan Kemenangan Spurs

21:56

Perludem: Kasus Suap Pilkada Garut Mencoreng Nama KPU dan Bawaslu
Politik


o Satu
o Nasional
o Megalopolis
o Ekonomi

o Dunia
o Olahraga
o Hiburan
o Politik

o Saujana
o Kultur
o Histori
o Figur

o Rehat
o Rasa
o Fokus

o Multimedia
o B1.TV

o Tentang Kami

o Redaksi

o Jurnalisme Positif

o Info Iklan

o Ketentuan Khusus

o Karir

Berita Satu Plaza, Lantai 11 Kav. 35-36, Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jakarta 12950 Telp: +62 21 2995 7500 Fax: +62 21
5277975 BeritaSatu Media Holdings
Copyright @ 2018 BeritaSatu
Allright Reserved

http://www.beritasatu.com/hukum/451163-kasus-pencucian-uang-2-auditor-bpk-kpk-sita-4-mobil.html

SEP

21

TUGAS 1 SOFTSKILL ETIKA PROFESI AKUNTANSI "Kasus


Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi"
“Kasus Suap dari Pejabat Kemendes PDTT ke Auditor BPK ”

Nama : Anissa Hapsari Putri

NPM : 2B216904

Kelas : 4EB31 (Transfer)

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari kebiasaan”. Etika adalah
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai
etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

A. Pengertian Etika Profesi Akuntansi

Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh
yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.

B. Prinsip Etika Profesi Akuntan menurut IAI


Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independent dapat menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk
mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan.

Etika dalam auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai asersi-asersi kegiatan ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut, serta penyampaian hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Tanggung Jawab Auditor

The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices Board, ditahun 1980,
memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab auditor:

• Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat
pekerjannya.

• Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan
menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.

Kepercayaan Publik

Kepercayaan masyarakat umum sebagai pengguna jasa audit atas independen sangat penting bagi
perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa
independensi auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat juga bisa menurun disebabkan oleh
keadaan mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independensi
tersebut. Untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur, bebas dari setiap kewajiban
terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya baik merupakan manajemen
perusahaan atau pemilik perusahaan. Kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor dalam
penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis
tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka
sendiri dimana akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan
obyektivitas mereka.

Tanggung Jawab Auditor kepada Publik

Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan ketergantungan
dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak
hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab
juga terhadap publik. Kepentingan publik adalah kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara
keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya
serta sesuai dengan kode etik professional AKDA.
Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh auditor kepada publik,
antara lain:

1. Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif.

2. Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

3. Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab mereka kepada
public

Tanggung Jawab Dasar Auditor

Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan
kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. Tanggung jawab dasar seorang auditor adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan.

Auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjannya.

2. Sistem Akuntansi.

Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan menilai
kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.

3. Bukti Audit.

Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan kesimpulan rasional.

Independensi Auditor

Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada
orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26). Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
menyatakan hasil pendapatnya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang
praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Dalam SPAP (IAI, 2001: 220.1)
auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Tiga
aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :

A. Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi,
keterkaitan yang erat dengan objektivitas.

B. Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya pandangan pihak lain terhadap diri
auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.

C. Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) : Independensi dari sudut pandang
keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas,
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Contoh Kasus

Suap dari Pejabat Kemendes PDTT ke Auditor BPK

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT)
terkait kasus suap yang melibatkan pejabat Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (PDTT) dan pejabat serta auditor Badan Pemeriksa Keuangan RI.

Kasus dugaan suap yang ditangani KPK tersebut terkait pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh
BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran 2016.

Ketua KPK Agus Rahardjo menuturkan, kronologi OTT dalam kasus suap ini berawal dari penyelidikan KPK atas
laporan masyarakat atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi.

Pada sekitar Maret 2017, KPK memeriksa laporan keuangan Kemendes PDTT Tahun Anggaran 2016. KPK yang
melakukan penyelidikan kemudian melakukan operasi OTT di kantor BPK RI di Jalan Jenderal Gatot Subroto,
Jakarta, pada Jumat (26/5/2017) sekitar pukul 15.00 WIB.

Dari kantor BPK, lanjut Agus, KPK sempat mengamankan enam orang, yakni pejabat Eselon I BPK Rochmadi
Saptogiri (RS), Auditor BPK Ali Sadli (ALS), pejabat eselon III Kemendes PDTT Jarot Budi Prabowo (JBP),
sekretaris RS, sopir JBP, dan satu orang satpam. KPK kemudian melakukan penggeledahan di sejumlah ruangan
di kantor BPK.

"Untuk kepentingan pengamanan barang bukti dilakukan penyegelan di sejumlah ruangan di BPK, disegel dua
ruangan, yakni ruangan ALS dan RS," kata Agus, dalam jumpa pers di gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Sabtu
(27/5/2017).

Di ruang Ali Sadli, KPK menemukan uang Rp 40 juta yang diduga merupakan bagian dari total commitment
fee Rp 240 juta untuk suap bagi pejabat BPK. Uang Rp 40 juta ini merupakan pemberian tahap kedua ketika
tahap pertama Rp 200 juta diduga telah diserahkan pada awal Mei 2017.

KPK kemudian menggeledah ruangan milik Rochmadi Saptogiri, dan ditemukan uang Rp 1,145 miliar dan 3.000
dollar AS atau setara dengan 39,8 juta di dalan brankas.

KPK sedang mempelajari uang di ruangan Rochmadi Saptogiri tersebut terkait kasus dugaan suap yang sedang
ditangani ini atau bukan.

Setelah mengamankan enam orang dan melakukan penggeledahan di kantor BPK RI, KPK pada hari yang sama
sekitar pukul 16.20 WIB, mendatangi kantor Kemendes PDTT di Jalan TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
"Di sini KPK mengamankan satu orang (inisial) SUG, yaitu Irjen Kemendes PDTT," ujar Agus.

Di Kemendes PDTT, lanjut Agus, KPK menyegel empat ruangan, di antaranya ruangan Sugito dan ruangan Jarot
Budi Prabowo.

Setelah melakukan rangkaian penangkapan dan penggeledahan, dari hasil gelar perkara KPK meningkatkan
status perkara kasus ini menjadi penyidikan.

Dari total tujuh orang yang diamankan, empat di antaranya menjadi tersangka. Mereka yang menjadi
tersangka, yakni Sugito, Jarot Budi Prabowo, Rochmadi Saptogiri dan Ali Sadli.

Sementara sekretaris Rochmadi Saptogiri, sopir Jarot Budi Prabowo, dan satu orang satpam berstatus saksi.

KPK menyimpulkan adanya dugaan tidak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji terkait dengan
pemeriksaan BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran 2016.

KPK menemukan dugaan korupsi dalam bentuk suap terkait pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP)
oleh BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tersebut.

Sebagai pihak pemberi suap, Sugito dan Jarot dijerat Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau
pasal 13 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 64 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1
KUHP.

Sementara Rochmadi dan Ali, sebagai pihak penerima suap disangkakan dengan Pasal 12 huruf a atau b atau
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 64 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke
1 KUHP.

Analisis Pelanggaran Kode Etik Auditor atas Kasus di atas:

Auditor BPKP merupakan auditor pemerintah yang merupakan akuntan, anggota Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), yang dalam keadaan tertentu melakukan audit atas entitas yang menerbitkan laporan keuangan yang
disusun berdasarkan prinsip auntansi yang berlaku umum (BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Karena itu auditor pemerintah tersebut wajib pula
mengetahui dan menaati Kode Etik Akuntan Indonesia dan Standar Audit sebagai mana diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI.
Kasus diatas menunjukan adanya pelanggaran kode etik oleh seorang auditor dalam kasus suap kepada auditor
dalam pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes
PDTT tahun anggaran 2016. Adapun prinsip etika profesional auditor:

1. Tanggung jawab Profesi : Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilaksanakannya.

2. Kepentingan Publik : Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atau profesionalisme.

3. Integritas : Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

4. Objektivitas : Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional : Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
kehati – hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
legislasi dan teknik yang palng mutakhir.

6. Kerahasiaan : Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali
bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

7. Perilaku Profesional : Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8. Standar Teknis : Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan.

Dari uraian penjelasan kode etik diatas kasus tersebut tergolong dalam pelanggaran kode etik prinsip
Tanggungjawab Profesi, integritas, objektivitas, perilaku profesional. Hal ini menunjukan bahwa auditor
tersebut tidak bekerja secara prinsip kode etik seorang auditor, sehingga terjadinya penyimpangan yang
melanggar hukum.

Penegakan disiplin atas pelanggaran kode etik profesi adalah suatu tindakan positif agar ketentuan tersebut
dipatuhi secara konsisten. Itulah sebabnya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor
PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 meneapkan kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP (Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah) ini, antara lain:

Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi toleransi, meskipun dengan alasan tindakan
tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi atau diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi. Auditor
tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa karyawan lain melakukan tindakan melawan hukum atau
tidak etis. Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran kode etik oleh auditor kepada pimpinan organisasi.
Pemeriksaan, investigasi, dan pelaporan pelanggaran kode etik ditangani oleh Badan Kehormatan Profesiyang
terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota yang berjumlah ganjil dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota
Badan Kehormatan profesi diangkat dan diberhentikan oleh APIP.

Auditor APIP yang terbukti melanggar kode etik akan dikenakan sanksi oleh pimpinan APIP atas rekomendasi
dari Badan Kehormatan Profesi. Bentuk – bentuk sanksi yang direkomendasikan oleh badab kehormatan
profesi, yakni:

1. Teguran tertulis

2. Usulan pemberhentian dari tim audit

3. Tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu

4. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran kode etik oleh pimpinan APIP dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.

Sumber :

http://nasional.kompas.com/read/2017/05/28/02000071/kronologi.kasus.dugaan.suap.pejabat.keme
ndes.pdtt.dan.auditor.bpk

http://denaester1.blogspot.co.id/2015/12/etika-dalam-auditing-contoh-kasus.html
Diposting 21st September 2017 oleh Anissa Hapsari Putri

Tambahkan komentar

Anissa Hapsari Putri

Magazine






 Beranda

NOV
25

Etika Profesi Akuntansi - Tugas 3 'Analisis Likuiditas


Laporan Keuangan'
Etika Profesi Akuntansi - Tugas 3

Nama : Annisa Hapsari Putri

NPM : 2B216904

Kelas : 4EB31/ Transfer

PT. ANTAM, Tbk

Likuiditas

Istilah likuiditas merupakan salah satu istilah ekonomi yang sering digunakan untuk menunjukkan posisi
keuangan ataupun kekayaan sebuah organisasi perusahaan. Tingkat likuiditas sebuah organisasi
perusahaan biasanya dijadikan sebagai salah satu tolok ukur untuk pengambilan keputusan orang-orang
yang berkaitan dengan perusahaan. Beberapa pihak yang biasanya terkait dengan tingkat likuiditas suatu
perusahaan yaitu pemegang saham, penyuplai bahan baku, manajemen perusahaan, kreditor,
konsumen, pemerintah, lembaga asuransi dan lembaga keuangan.

Semakin tinggi tingkat likuiditas sebuah organisasi perusahaan, maka semakin baik pula kinerja
perusahaan tersebut.

OCT
25

Tugas 2 Etika Profesi Akuntansi ''Analisis Laporan Keuangan"


Nama : Annisa Hapsari Putri

NPM : 2B216904

Kelas : 4EB31(Transfer)

Tugas : Etika Profesi Akuntansi # (TUGAS 2)

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. ANTAM Tbk

A. Profil PT. ANTAM Tbk


ANTAM merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan terintegrasi secara vertikal yang
berorientasi ekspor.

SEP
21

TUGAS 1 SOFTSKILL ETIKA PROFESI AKUNTANSI "Kasus Pelanggaran Etika


Profesi Akuntansi"
“Kasus Suap dari Pejabat Kemendes PDTT ke Auditor BPK ”

Nama : Anissa Hapsari Putri

NPM : 2B216904

Kelas : 4EB31 (Transfer)

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari kebiasaan”. Etika
adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar
dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab.

APR
26

Perdagangan Luar Negeri


A. Teori Perdagangan Luar Internasional

Teori perdangan internasional dapat di golongkan ke dalam dua kelompok, yakni teori klasik dan teori
modern. Teori klasik yang umum dikenal adalah teori keunggunal absolut dari Adam Smith, teori
keunggulan relative atau keunggulan komparatif dari John Stuart Mill, dan biaya relative dari David
Ricardo.Teori faktor proporsi dah Hecksher dan Ohlin dalam buku-buku teks ekonomi internasional
disebut sebagai teori modern.

1. Teori Klasik

a.

MAR
29

PEREKONOMIAN INDONESIA “PDB, PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN


STRUKTUR EKONOMI”
Produk Domestik Bruto

Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk
menghitung pendapatan nasional.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi.








Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Gambar tema oleh compassandcamera. Diberdayakan oleh Blogger.

http://anissahapsariputri.blogspot.co.id/2017/09/tugas-1-softskill-etika-profesi.html

Anda mungkin juga menyukai