Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Setiap perusahaan selalu menginginkan keberhasilan baik itu hasil yang


berupa produksi maupun jasa dalam setiap aktivitasnya. Maka daripada itu
diperlukanlan tempat kerja yang sehat dan aman sehingga tidak terjadi kecelakaan
akibat kerja (KAK) atau penyakit akibat kerja (PAK) dengan membuat aturan
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Ribuan kecelakaan kerja terjadi di tempat kerja setiap tahunnya yang
menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, bahkan terganggunya produksi.
Menurut data yang dilakukan badan dunia International Labour Organization
(ILO) bahwa sekitar 2,02 juta orang meninggal setiap tahun atau setara dengan satu
orang setiap 15 detik akibat kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Yang dimana
317 juta orang menderita penyakit akibat kerja, dan 337 juta kecelakaan kerja fatal
dan non-fatal pertahun.
Menurut data Bureau of Labor Statistics tahun 2011, menunjukan bahwa
kemungkinan cedera atau penyakit terhadap kerja lebih tinggi terjadi di rumah sakit
daripada di industri lain. Tenaga kerja non medis yang bekerja di rumah sakit,
seperti pekerja pada unit laundry ataupun housekeeping tidak luput dari risiko
bahaya infeksi maupun kecelakaan kerja. Pada tahun 1997 CDC (Center For
Desease Control) melaporkan ada 52 kasus petugas kesehatan nonmedis terkena
HIV akibat kecelakaan di tempat kerja, sedangkan 114 orang petugas kesehatan lain
diduga terinfeksi di tempat kerja. InternationalCouncilofNurses (ICN) (2005)
melaporkan bahwa estimasi sekitar 19-35% semua kematian pegawai kesehatan
pemerintah di Afrika disebabkan oleh HIV/AIDS. Pada tahun 2011, Rumah Sakit
di Amerika Serikat mencatat 253.700 cedera dan penyakit terkait pekerjaan.
Di Indonesia Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi dalam
presentasinya pada acara sosialisasi revitalisasi pengawasan ketenagakerjaan pada
tangga l 1 April 2008 mengatakan kecelakaan kerja di Indonesia menduduki urutan
ke-52 dari 53 negara di dunia. Selama 5 tahun terakhir jumlah kasus yang
meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% (Renstra,
2015). Akhir tahun 2015 tercatat oleh BPJS Ketenagakerjaan, telah terjadi
kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus dan kecelakaan berat yang
mengakibatkan kematian sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja.
Menurut Pulungsih (2005) selama tahun 2000 di RSUPN Cipto Mangunkusumo
tercatat 9 kecelakaan kerja beresiko terpajan HIV di kalangan petugas kesehatan
yang dilaporkan. Sementara di RSPI Prof. Dr. Susilianti Saroso tahun 2001 terjadi
1 kali kecelakaan kerja terpajan HIV Pada petugas laboratorium.
Berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
Pasal 86 yang menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi keselamatan tenaga kerjanya.
Rumah Sakit adalah salah satu tempat paling berbahaya untuk bekerja, sehingga
wajib untuk menerapkan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS). K3RS merupakan program baru di Indonesia, sehingga hanya beberapa
rumah sakit yang memiliki panitia K3RS. Oleh sebab itu, data mengenai
kecelakaan, kesakitan, dan kematian akibat kerja di RS belum ada (Bambang,
2000).

Anda mungkin juga menyukai