8 33 1 PB PDF
8 33 1 PB PDF
1
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
PERTANIAN-UMMI
Jurnal Ilmiah Pertanian dan Perikanan
2
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
SUSUNAN PENGURUS
Pelindung:
Rektor Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Penanggung Jawab:
Dekan Fakultas Pertanian
Pemimpin Redaksi:
Pelita Octorina, S.Pi., M.Si.
Mitra Bestari :
Prof. Dr. Ir. Yogi. W.S
Prof. Dr. Ir. Sudrajati Ratnaningtyas, M.P.
Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi, M.Si.
Dr. Ir Yulfiperius, M.Si.
Dewan Redaksi:
Reni Sukmawani,SP., M.P.
Emma Hilma, SP., M.P.
Amalia Nurmilla, SP., M.P.
Ujang Dindin, S.Pi., M.Si.
Sekretariat:
Fakultas Pertanian-Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Alamat Redaksi: Jl.R.Syamsyudin, S.H No.50 Kota Sukabumi 43113 Jawa Barat
Telp. (0266) 218 345, Fax : (0266) 218 342. Email: jpertanian.ummi@yahoo.com
Desain Sampul:
Pelita Octorina, S.Pi., M.Si.
Edisi ke-1
Jurnal Ilmiah PERTANIAN-UMMI merupakan wadah komunikasi untuk civitas
akademika dan masyarakat ilmiah Fakultas Pertanian yang membuat hasil penelitian
kampus, tulisan tentang konsep/proposal orisinal dan belum pernah dimuat pada
jurnal lain. Redaksi menerima sumbangan tulisan dari pihak lain. Jurnal ini
diterbitkan setahun dua kali pada agustus dan februari
3
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
KATA PENGANTAR
Bismillaahirohmanirrohiim
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Redaksi
4
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................................... iv
1. Analisa Usaha Tani Mawar Potong: Studi Kasus Di Desa Cibodas Kabupaten
Cianjur
Oleh : Ina Herlina Kurniawati ........................................................................ 1
5
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
1. Pemasukan Naskah : naskah yang diterima adalah naskah dengan topik sesuai
dengan latar belakang keilmuan yakni pertanian dan perikanan. Naskah berisikan
hal penelitian/kajian rekayasa/uraian ilmiah yang bercirikan pemikiran inovatif,
efisisen, dan efektif sesuai dengan bidang ilmu.
2. Naskah dikirim dalam bentuk soft copy, dengan menggunakan program microsoft
word, dialamatkan ke : Sekretariat Jurnal Ilmiah PERTANIAN-UMMI, Jl. R,
Syamsudin S.H No 50, Kota. Sukabumi 43113, Jawa Barat., Telp (0266) 218345,
Fax : (0266) 218342, atau dikirim melalui e-mail dalam format microsoft word ke
alamat: jpertanian.ummi@yahoo.co.id
3. Naskah :
a. Bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.
Untuk penulisan abstrak mengunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris.
b. Format penulisan : judul (12 pt) dan abstrak pada satu kolom, spasi 1 baris.
Jumlah kata-kata abstrak maksimum 200 kata dilengkapi kata kunci
c. Format penulisan naskah : Isi naskah mengunakan huruf Times New
Romans 12 pt spasi 1 dalam kolom. Isi naskah minimal 8 s.d 10 halaman.
Ukuran halaman A4 dengan margin 3 3 2 2 cm (kiri atas kanan bawah)
d. Naskah belum dipublikasikan
e. Bagian akhir naskah dituliskan daftar riwayat hidup penulis, alamat
lengkapi, email dan nomor telepon.
f. Naskah yang dimuat setelah melalui review dari komisi penyunting dan
mitra bestari.
g. Ketikan/cetakan hanya pada satu sisi kertas, tidak timbal-balik. Ketikan
berisi urutan : halaman Judul, abstrak, teks/naskah (untuk laporan hasil
penelitian : Pendahuluan, Metoda/Teori, diskusi, kesimpulan/hasil, catatan
dan daftar pustaka. Gambar dan Tabel diberi keterangan serta
mencantumkan sumbernya)
h. Naskah yang dikirim dan tidak dimuat menjadi hak redaksi
i. Pengiriman naskah dari sidang pembaca selambat-lambatnya harus diterima
dewan redaksi 2 (dua) bulan sebelum terbitan bekerja
4. Kontak Person
Untuk memudahkan kontak dalam Jurnal Ilmiah PERTANIAN-UMMI inni :
6
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
Abstract : The research analyzes the system of rose-cut farm in the research area. The purpose
is in order to know the steps to be taken to increase the system of rose-cut farm in the research
2
area. The results is taken from the analyzes of rose-cut farm in the land of area 5.000 m with
the plant spacing 20 cm x 50 cm. it manages in the green house and it shows the income value.
The amount is Rp. 12.308.125,00, for one period in plant season. In the other side, the results is
taken from the parameter calculation of proper effort that consist of the Revenue Cost Ratio, Net
Present Value and Benefit Cost Ratio. Those are shown, the value is bigger than one or positive
value. It means that the production activity of rose-cut farm is run by the farmers, for instance is in
the research area as financial it still gives a lot of advantages.
7
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
pendapatan usahatani dihitung dari selisih Desa Cibodas yang merupakan sentra
antara penerimaan tunai usahatani dengan produksi mawar potong di dataran tinggi
pengeluaran tunai usahatani. Penerimaan Jawa Barat .
usahatani didefinisikan sebagai nilai uang Metode Pengambilan Contoh
yang diterima dari penjualan produk Pengambilan contoh
usahatani. Pengeluaran usahatani potani/responden dilakukan secara acak
didefinisikan sebagai jumlah biaya yang sederhana pada lokasi penelitian terpilih.
dikeluarkan untuk pembelian dan jasa Metode Pengumpulan Data
usahatani. Data yang digunakan adalah data
Suharjo dan Patong (1973) primer dan data sekunder. Data primer
menyatakan pendapatan selain diukur dikumpulkan melalui wawancara terhadap
dengan nilai mutlak juga dianalisa responden/petani dan “key informans”
efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi dengan sejumlah pertanyaan yang
adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dipersiapkan dalam bentuk kuesioner
dikeluarkan (Revenue Cost Ratio). terstruktur dan terbuka, dan
Perbedaan antara analisa keuntungan pengamatan/peninjauan di lapangan.
dengan analisa R/C ratio yaitu analisa Data sekunder diperoleh dari
keuntungan digunakan untuk mengetahui monografi desa/kecamatan,kantor statistic
pendapatan yang diperoleh masing-masing dan lembaga/instansi terkait lainnya dan
petani dari hasil usahataninya, sedangkan berbagai hasil kepustakaanj/ hasil penelitian
R/C ratio digunakan untuk melihat yang tersedia.
keuntungan relatif dari suatu cabang Metode Analisa
ushatani dengan usahatani lain berdasarkan Suatu sistem usahatani yang optimal
perhitungan finansial. Dalam analisa R/C akan memberikan keuntungan yang layak
ratio akan diuji seberapa besar nilai rupiah bagi petaninya. Untuk menkaji tingkat
yang dipakai dalam kegiatan cabang kelayakan ushatani digunakan anal tingkat
usahatani bersangkutan dapat memberikan kelayakan ushatani digunakan analisa
sejumlah nilai penerimaan sebagai financial yang mencakup perhitungan
manfaatnya. pendapatan, Return Cost Ratio (RCR), Net
Analisa Manfaat Tambahan Biaya Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio
(Benefit Cost Ratio atau B/C Ratio) (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR)
digunakan untuk membandingkan berapa Untuk melihat tingkat pendapatan
besar tambahan manfaat (dalam bentuk usahatani mawar potong di desa penelitian,
penerimaan rupiah) yang dapat diperoleh dalam penelitian ini didekati dengan
dari setiap tambahan penggunaan satu berbagai konsep dan pengukuran:
rupiah biaya. Falsafah dari analisa ini a) Konsep Pendapatan yang
adalah menguji kemungkinan penggunaan digunakan adalah Return to Owned
kesempatan ekonomi yang paling baik bagi Resources dimana biaya yang ber-
investasi modal. Sehingga dapat diperoleh asal dari resource yang dimillki
kesimpulan kegiatan usaha yang mana yang petani tidak diperhitungkan
dapat memberikan keuntungann yang yang
paling besar (Tjakrawiralaksana, 1983). b) Untuk menghitung pendapatan
Menurut Soekartawi (1986), Net usahatani mawar potong diperoleh
Present Value (NPV) atau nilai bersih dari perhitungan (1) hasil fisik yang
sekarang suatu ushatani merupakan ukuran dicapai, (2) input yang digunakan,
yang menggambarkan kemampuan suatu (3) harga per unit produk, (4) harga
ushatani tersebut. Bila NVP bernilai positif, per unit input. Secara matematik
maka ushatani tersebut dapat dikatakan perhitungan tersebut ditulis sebagai
menguntungkan. Sebaliknya kalau negative, berikut:
dapat diartikan bahwa usahatani tersebut n
tidak menguntungkan. Dengan kata lain nilai I = Hy . Y - ∑ Hxi . Xi ………..
NPV bernilai positif maka usahatani tersebut (1) i=1
dikatakan layak secara finansial. dimana:
I = Pendapatan usahatani
METODOLOGI PENELITIAN Y = Jumlah produksi (output)
Lokasi Penelitian yang
dihasilkan
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan Hxi = Harga faktor produksi xi per
dengan metode purposive. Daerah yang unit
terpilih adalah Kecamatan Pacet Cipanas,
8
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
9
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
untuk sarana produksi (bibit, pupuk dan Tabel 1. Biaya Usahatani Mawar Potong
obat-obatan), biaya tenaga kerja luar Petani Bunga di Desa Cibodas, Kecamatan
keluarga (nilai tenaga kerja yang diupah) Pacet-Cipanas, 2005.
serta biaya sewa alat-alat pertanian. No. Uraian Nilai (Rp)
Kemudian biaya untuk pajak tanah,
iuran air, iuran desa dan iuran lainnya yang A Biaya Tidak Tetap
berkaitan dengan kegiatan produksi 1 (Biaya Variabel) :
usahatani mawar potong. Selanjutnya biaya Biaya produksi
Biaya saran produksi
penyusutan dari alat-alat pertanian yang a. Bibit 75.000 batang
tidak habis dalam sekali pemakaian, dalam @ Rp. 1.000,00 75.000.000,00
hal ini tidak diperhitungkan tersendiri b. Pupuk :
melainkan dimasukkan kepada biaya sewa 1) Pupuk kandang
alat-alat pertanian. Karena pada umumnya 5 ton @ Rp.
para petani contoh menggunakan sewa alat- 75.0000,00 375.000,00
alat yang tidak sekali pakai tersebut traktor, 2) Urea 415 kg @
cangkul, sabit dan alat sejenis lainnya, Rp. 1.500,00 622.500,00
bukan merupakan milik pribadi melainkan 3) ZA 460 kg @
Rp. 1.800,00 828.000,00
milik bersama kelompok tani untuk alat 4) TSP 52,5 kg @
aeperti cangkul, sabit dan sejenisnya, Rp. 1.800,00 94.500,00
sedangkan untuk traktor biasanya mereka 5) KCl 12,5 kg @
nyewa kepada KUD. Dengan deikian biaya- Rp. 1.950,00 24.375,00
biaya tersebut lebih tepat bila dimasukkan 6) KNO3 237,5 kg
kepada biaya sewa alat-alat yang biasa @ Rp. 3.000,00 712.500,00
petani keluarkan dalam setiap satu periode c. Pestisida dan ZPT 750.000,00
produksi mawar potong. Pada efisiensi d. Kapur pertanian 1
financial penilaian didasarkan pada harga ton 600.000,00
79.006.875,00
aktual yang dibayarkan maupun yang 2 Biaya tenaga kerja
diterima petani. 1) Penyiapan lahan 50
Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa HKP @ Rp.
jumlah biaya variabel yang dikerluarkan 15.000,00 750.000,00
petani mawar potong sebesar Rp. 2) Pemasangan pupuk
5.250.000,00. Sehingga total biaya yang 10 HKP + 20 HKW 360.000,00
harus dikeluarkan petani mawar potong 3) Penanaman 5 HKP +
sebesar Rp. 82.441.875,00 sedangkan 50 HKW 600.000,00
jumlah biaya tetap sebesar Rp. 4) Pemeliharaan
tanaman 5 HKP +
5.250.000,00. Sehingga total biaya yang 100 HKW 1.125.000,00
harus dikeluarkan petani untuk usaha tani 5) Panen dan pasca
mawar potong untuk satu periode produksi panen 5 HKP + 50
yaitu sebesar Rp. 87.691.875,00. HKW 600.000,00
Dalam perhitungan biaya ini nilai 3.435.000,00
upah HKP (Hari Kerja Pria) yang digunakan
sebesar Rp. 15.000,00 dan nilai upah HKW B Jumlah Biaya Tidak 82.441.875,00
(Hari Kerja Wanita) sebesar Rp. 10.500,00. Tetap (Biaya Variabel)
Sedangkan nilai investasi bangunan rumah C Biaya Tetap :
3 Nilai sewa tanah
plastik (green house) tidak diperhitungkan. (1 tahun) 4.500.000,00
4 Biaya lain-lain (pajak,
Penerimaan Usahatani iuran peralatan) 750.000,00
Penerimaan usahatani yang D Jumlah biaya tetap 5.250.000,00
diamaksud dalam pembahasan ini adalah E Biaya Total (Input Total) 87.691.875,00
jumlah tangkai bunga yang dihasilkan Sumber: Pembukuan Petani Bunga Desa
dikalikan dengan harga yang berlaku di Cibodas
tingkat petani. Dari hasil perhitungan
diperoleh besar penerimaan total usahatani Pendapatan Usahatani
mawar potong di Desa Cibodas adalah Rp. Dengan menggunakan formulasi
100.000.000,00 seperti disajikan pada Tabel pada persamaan (1) maka dapat diperoleh
1. nilai pendapatan usahatani mawar potong di
lokasi penelitian seperti yang disajikan pada
Tabel 2.
10
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
11
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
Abstrak: Budidaya ikan pada keramba jaring apung di perairan danau atau waduk umumnya
dapat menyebabkan permasalahan kualitas air. Permasalahan kualitas air yang sering terjadi
adalah berkurangnya oksigen terlarut dan timbulnya gas-gas beracun pada lapisan dasar perairan
yang dapat mematikan ikan pada saat terjadi umbalan di musim-musim tertentu. Penelitian ini
bertujuan ini untuk mengetahui dampak perlakuan “aerasi hipolimnion” seperti peningkatan dan
penyebaran oksigen terlarut (DO), efisiensi alat aerasi serta pengurangan kandungan gas
ammonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S) pada air di sekitar lokasi keramba jaring apung. Data
yang didapat dianalisa secara deskriptif dan statistik dengan program SPSS 13. Hasil yang
didapat dari penelitian ini adalah alat aerasi hipolimnion dapat meningkatkan kandungan oksigen
terlarut (DO) di daerah keramba jaring apung dengan besaran yang berbeda-beda secara spatial
dan temporal. Nilai persen saturasi oksigen tertinggi yang diamati adalah sebesar 50,19%, dengan
nilai efisiensi alat aerasi 0,014-0,022 kgO2/kW-jam. Secara umum alat aerasi hipolimnion yang
dibuat mampu meningkatkan kualitas air sehingga bisa lebih sesuai dengan baku mutu air untuk
budidaya perikanan
Kata kunci: Oksigen terlarut (DO), keramba jaring apung, “aerasi hipolimnion”, efisiensi aerasi.
terutama berkurangnya lapisan oksik pada
PENDAHULUAN perairan.
Oksigen terlarut mempunyai Penelitian ini bertujuan ini untuk
peranan penting bagi kehidupan organisme mengetahui dampak perlakuan aerasi yang
yang berada di air. Keberadaannya di air dibuat, seperti: peningkatan dan penyebaran
secara alami dipengaruhi oleh fotosintesis DO serta pengurangan kandungan gas
fitoplankton dan tumbuhan air, kecerahan, amonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S)
arus, suhu serta respirasi organisme pada air di sekitar lokasi keramba jaring
perairan (Boyd 1998). Semakin tinggi apung yang diberi alat aerasi.
oksigen yang terlarut dalam air berarti Hasil penelitian ini diharapkan dapat
semakin banyak ketersediaan oksigen yang memberikan informasi dan solusi terhadap
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup masalah ketersediaan oksigen telarut di
organisme air. perairan untuk kelangsungan hidup ikan
Budidaya ikan pada keramba jaring apung alami dan ikan dalam KJA.
(KJA), merupakan teknologi budidaya ikan METODOLOGI
yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan
Alat dan Bahan
sumberdaya perairan danau dan waduk.
Alat-alat dan bahan yang digunakan
Namun sistem budidaya yang mengandalkan
dalam penelitian ini adalah seperangkat alat
pakan buatan berupa pelet sebagai
aerasi (Gambar 1), Vandorn water sampler,
makanan utamanya ini, dapat menyebabkan
serta peralatan dan bahan untuk mengukur
terjadinya penumpukan limbah bahan
oksigen terlarut, H2S dan NH3 serta pH.
organik dari sisa metabolisme dan sisa
pakan pada dasar perairan. Sulitnya Pembuatan Alat Aerasi
pengaturan pembatasan jumlah keramba Skema gambar alat yang dibuat
jaring apung di perairan menyebabkan dapat dilihat pada Gambar 1.
masalah ketersediaan oksigen terlarut
semakin memburuk dan penting diperhatikan
untuk kelestarian ikan alami dan ikan
budidaya. Simarmata (2007) menyatakan
bahwa aktifitas budidaya ikan dalam KJA
telah menyebabkan penurunan kualitas air,
12
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
13
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
14
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
15
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
16
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
Saguling menurut Satria (2007) pada yang diaerasi dengan udara, serta dapat
kedalaman 2 meter adalah 15-38% dan juga menambah jumlah outlet aerasi pada
kedalaman 4 meter adalah sebesar 5-28%. kedalaman yang diinginkan.
Berdasarkan nilai persen saturasi
oksigen pada Tabel 4 yang diperoleh dari Efisiensi alat aerasi hipolimnion
hasil pengamatan, tidak didapatkan kadar Alat aerasi hipolimnion yang dibuat
oksigen yang melebihi nilai jenuh oksigen mempunyai kemampuan menghisap dan
atau supersaturasi. Alat “aerasi hipolimnion” mengalirkan air dari dalam perairan
mampu meningkatkan persen saturasi -1
sebanyak 30 Lmenit , namun dalam uji coba
oksigen sebesar 47,68-66,50% di kedalaman hanya diatur sebesar 15
-1
Lmenit .
2 meter, 48,43-54,48% di kedalaman 4 Sedangkan daya yang dibutuhkan untuk
meter, dan 48,43-61,65% di kedalaman 6 menjalankan alat ini adalah 125 watt.
meter. Pada kedalaman inlet 2 meter, laju
Hasil pengamatan pada saat air pelarutan oksigennya sebesar 1,98 (mgL
-
17
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
18
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
19
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
Abstrak : Penelitian telah dilakukan di Teluk Lada Perairan Selat Sunda Pandeglang Banten,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui morfometrik sebagai salah satu aspek
pertumbuhan kerang darah (Anadara granosa) dan Kerang bulu (Anadara antiquta), serta
parameter lingkungan yang mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa A, granosa
mempunyai selang klas ukuran yang lebih banyak dibandingkan A. antiquate,. hubungan panjang
berat pada A. granosa dan , A. antiquata, pada seluruh zona mengikuti pola pertumbuhan
1.459 2.214
allometrik negatif, dengan model persamaan beturut-turut W=0.060L , , W=0.006L , ,. yaitu
pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat dan berdasarkan nilai faktor
kondisi, maka kerang tergolong kurus Parameter lingkungan A.granosa penciri utama yang dapat
- 3-
mempengaruhi komposisi adalah kecepatan arus, TSS, NO 2 dan NH . Untuk A. antiquate adalah
oksigen terlarut, suhu air, kedalaman dan TOM
KATA KUNCI : Anadara granosa, Anadara antiquata, Morfometrik, Moluska, Teluk Lada
Adanya penangkapan yang intensif serta
PENDAHULUAN banyaknya aktifitas penduduk disekitar Teluk
Bivalvia dikenal sebagai kelompok Lada diduga dapat menyebabkan
kerang yang merupakan. salah satu kelas perubahan sifat fisika-kimia maupun biologi
dari filum Mollusca yang mempunyai perairan, sehinggga akan mempengaruhi
beberapa peranan penting. Secara ekologis pertumbuhan kerang. . Oleh karena itu
bivalvia berperan dalam siklus rantai perlu dilakukan studi morfometrik terhadap
makanan, mempengaruhi struktur komunitas kerang khususnya kerang darah (Anadara
makrozoobentos dan sebagai bioindikator granosa) dan kerang bulu (Anadara
(Meadows dan Campbell, 1990 dalam antiquate) tersebut. Untuk mengetahui pola
Jamabo et al 2009)) . Secara ekonomi pertumbuhan kerang, distribusi frekuensi dan
beberapa spesies mempunyai kandungan faktor kondisi yang berada di alam dan
gizi yang cukup tinggi dan merupakan faktor-faktor lingkungan apa saja yang
sumberdaya perairan yang dapat dijadikan mempengaruhinya, sebagai dasar upaya
sebagai sumber mata pencaharian nelayan, pengelolaan sumberdaya kerang tersebut.
contohnya adalah jenis kerang darah
(Anadara granosa), kerang bulu (Anadara Metode Penelitian
antiquata) dan kerang hijau (Perna viridis). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-
Keberadaan kerang sangat September 2010 di perairan Teluk Lada
dipengaruhi oleh parameter fisika- kimia Selat Sunda, Pandeglang Banten. Metode
maupun biologis perairan. Substrat penelitian yang digunakan adalah deskriptif
mempunyai peranan penting bagi kerang dengan teknik survey, penentuan Zona
karena selain sebagai tempat hidup dan pengambilan sampel dengan purposive
membenamkan diri juga sebagai tempat sampling.
penyedia sumber makanan. Beberapa Lokasi penelitian terdiri dari 3 Zona,
kerang hidup pada laut dangkal yang berdasarkan lokasi tempat penangkapan
berlumpur dan berpasir. kerang, yaitu zona I (Pantai Bama), zona II
Salah satu perairan yang cocok untuk ( Pantai Cibungur) dan zona III (Pantai
habitat kerang adalah di Teluk Lada yang Panimbang) Pada tiap zona terdiri dari 3
merupakan bagian wilayah Selat Sunda stasiun pengamatan, sehingga total terdapat
terletak di antara Pulau Sumatera dan Pulau 9 stasiun.
Jawa. Selat ini merupakan selat yang
dinamis, dimana massa air Laut Jawa Sampel kerang diambil pada setiap
bercampur dengan massa air yang berasal stasiun pengamatan selama 3 bulan dengan
dari Samudera Hindia (Hendiarti et al., interval waktu setiap satu bulan. dengan
2004). Wilayah ini merupakan sentra kerang metode sapuan (Swept Area) menggunakan
di Indonesia, dengan beberapa jenis kerang alat tangkap kerang (garok) yang ditarik
yang potensial antara lain Anadara dengan kapal motor. Penentuan titik stasiun
antiquata, Anadara granosa, Barbatia dengan bantuan alat GPS (Global
decussata dan Scapharca pilula. Positioning System).
.Sampel yang diperoleh diambil secara
acak dimasukan dalam wadah, dipilah-pilah,
20
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
21
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
b
a
22
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
23
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
24
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
Pelita Octorina
Program Studi MSP Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Abstrak : Penelitian mengenai kondisi Biolimnologi dan Status Trofik Kolong Bekas Galian Pasir
Cimangkok Kabupaten Sukabumi dan Kesesuaiannya Bagi Budidaya Perikanan telah dilakukan
pada bulan Maret – November 2009. Tujuan dari penelitian adalah menelaah parameter fisika,
kimia dan biologi dari perairan kolong bekas galian pasir. Sedangkan kondisi status trofik dari
kolong galian pasir digunakan untuk dapat mengetahui tingkat kesuburan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa berdasarkan parameter fisika kondisi perairan kolong galian pasir memenuhi
kriteria air yang diperlukan untuk kegiatan perikanan. Berdasarkan keberadaan fitoplankton
stasiun 1 didominasi cyanophyceae dan stasiun 2 didominasi oleh chlorophyceae. Kelimpahan
plankton di stasiun 1 lebih tinggi dari stasiun 2. Produktivitas primer stasiun 1 lebih tinggi dari
stasiun 2. Berdasarkan parameter total P, total N , produktivitas primer, PO4 dan kecerahan maka
status trofik kedua stasiun adalah mesotrofik- eutrofik dimana stasiun 1 lebih subur dari stasiun 2.
Kata Kunci : Parameter fisika-kimia, Produktivitas Primer, Status Trofik, Budidaya Ikan.
25
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
sampling (Nielson dan Johnson dalam daratan. Selain itu penutupan eceng gondok
Mariyam, 2007) yaitu : yang nyaring 60% juga menghalang
1. Stratifikasi secara horizontal, penentuan kesempatan tumbuhnya fitoplankton yang
stasiun pengamatan mulai dari inlet, juga dapat mempengaruhi tingkat kecerahan
bagian tengah sampai outlet sebanyak suatu perairan.
tiga stasiun yang dianggap mewakili.
Nilai kecerahan 30 – 60 pada
2. Stratifikasi secara horizantal, yaitu
pengamatan strata kedalaman umumnya masih baik untuk produksi
3. Stratifikasi musim yaitu pengambilan perikanan (Kordi dan Tancung, 2007). Rata-
sampel dan pengamatan di setiap lokasi rata situ bekas galian pasir memiliki tingkat
pada musim hujan, musim peralihan dan kecerahan yang cukup baik untuk kegiatan
musim kering. budidaya yaitu lebih dari 40 cm.
Setiap stasiun penelitian dilakukan Hasil pengukuran mengenai padatan
pengambilan contoh air pada setiap tersuspensi (total suspended solids/ TSS) di
kedalaman dengan menggunakan water stasiun 1 berkisar antara 10 – 18 mg/l dan
sampler , kemudian analisa kualitas air pada stasiun 2 antara 1,4-12 mg/l, pada
dilakukan secara insitu dan di laboratorium. bagian dasar nilai TSS cukup tinggi karena
Pengambilan contoh plankton mengandung sediment dasar. Sedangkan
dilakukan dengan plankton net. Penentuan nilai padatan terlarut (total dissolved solids)
status trofik perairan menggunakan pada stasiun 1 berkisar antara 86-260 mg/l
parameter O2, total N, P-PO4, total P, dan di stasiun 2 berkisar antara 116 – 840
Produktivitas primer dan kecerahan. mg/l. Nilai TSS di stasiun 1 lebih tinggi jika
dibandingkan dengan stasiun 2, jika
HASIL DAN PEMBAHASAN dihubungkan dengan tingkat kecerahan
Parameter Fisika dan Kimia maka kedua nilai ini berhubungan.
Suhu perairan bekas galian pasir Alabaster dan Llyod (1980) dalam
pada stasiun 1 selama penelitian berkisar Wardianto, dkk (2003) menyebutkan bahwa
o
antara 24 – 26 C, sedangkan pada stasiun 2 muatan tersuspensi sebesar 25-80 mg/l
o
berkisar antara 22 – 23 C. Suhu pada menunjukan pengaruh sedang hingga baik
stasiun 1 relatif lebih tinggi jika dibandingkan (sedikit berpengaruh) untuk kegiatan
dengan suhu di stasiun 2, hal ini disebabkan perikanan, sedangkan muatan padatan
pada stasiun 2 hampir seluruh permukaan tersuspensi antara 80-400 mg/l kurang
tertutupi oleh eceng gondok sehingga menunjang usaha perikanan. Nilai TDS yang
penetrasi cahaya matahari terhalang dan disarankan untuk perairan golongan tiga
tidak dapat memanaskan perairan. Selain itu adalah 1000 mg/l (PP No 82 tahun 2001).
pun jumlah inlet yang lebih banyak dan Secara umum pada permukaan
berukuran besar dan outlet yang juga cukup stasiun 1 memiliki pH antara 7 hingga 9
besar membawa air masuk dan air keluar berarti perairan tersebut cenderung alkalis,
yang cukup banyak air cukup cepat sehingga sedangkan Stasiun 2 memiliki pH sekitar 6
cahaya matahari tidak sempat memanaskan hingga 7 yang berarti normal cenderung
secara maksimal. Kecerahan perairan asam. Distribusi vertikal pH berdasarkan
di stasiun 1 pada saat penelitian berkisar kedalaman pada Stasiun 1 menunjukan
antara 44-80 cm. Pada daerah inlet dan penurunan yaitu bernilai 7 hal ini disebabkan
outlet yang dangkal kecerahan mencapai sisa basa yang berasal dari limbah kegiatan
100%. Sedangkan pada substasiun tengah penduduk tidak mencapai dalam perairan
memiliki rata-rata kecerahan sekitar 68,8 cm. terutama bagian hipolimnion, sedangkan
Pada stasiun 2 tingkat kecerahan lebih tinggi pada Stasiun 2 tetap yaitu 6 hingga 7.
jika dibandingkan dengan stasiun 1. Pada Fluktuasi nilai pH pada masing-masing
substasiun tengah kecerahan dapat stasiun pada setiap waktu pengamatan tidak
mencapai 220 cm. Tingginya kecerahan di menampakan perbedaan yang mencolok.
stasiun dua dapat disebabkan oleh tingginya Tingginya nilai pH pada Stasiun 1
populasi eceng gondok baik di derah inlet, disebabkan oleh minimnya konsentrasi CO 2
outlet maupun tengah yang dapat menyaring dan dipergunakannya perairan tersebut
prtikel-partikel yang masuk ke perairan dari
26
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
sebagai lokasi tempat pencucian kendaraan pengamatan selanjutnya ketika musim hujan.
sehingga bagian permukaan banyak Hal ini disebabkan saat musim hujan terjadi
mendapat masukan ion-ion OH- yang pengenceran air sehingga kadar bahan
bersifat basa. organic berkurang dengan demikian
Nilai DO di stasiun 1 berkisar antara kebutuhan oksigen untuk penguraian sedikit
1,17-13,27 mg/ldan di stasiun 2 berkisar berkurang.
antara 0-9,83 mg/l. Pada stasiun 1 rata- rata Hasil analisis di lapangan pada saat
memiliki nilai DO yang lebih tinggi di stasiun penelitian menunjukan bahwa perairan
2 hal ini berkaitan dengan jumlah fitoplankton stasiun 1 pada bagian permukaan umumnya
yang melakukan fotosintesis sebagai sumber memiliki kadar CO2 bebas 0 mg/l namun
O2 di stasiun 1 lebih banyak dari pada di pada kedalaman 5 meter kebawah mulai
stasiun 2. Umumnya konsentrasi DO terdeteksi kandungan CO2 yang cukup tinggi,
dipermukaan relatif lebih besar dari pada konsentrasi yang tertinggi ditemukan pada
lapisan yang lebih dalam. Penurunan dasar perairan. Pada stasiun dua
konsentrasi DO berdasarkan kedalaman konsentrasi CO2 terdeteksi pada permukaan
berkaitan dengan semakin kedasar maka baik inlet, outlet maupun di daerah tengah.
kandungan bahan-bahan organik semakin Pada stasiun 1 kelimpahan fitoplankton yang
meningkat sehingga diperlukan lebih banyak tinggi pada kolom epilimnion menyebabkan
okigen untuk mengurai bahan-bahan organik konsentrasi CO2 tidak terdeteksi. Pada
tersebut. stasiun 2 tingginya konsentrasi CO2
Effendi (2003) melaporkan bahwa disebabkan sediitnya fitoplankton yang dapat
perairan dengan kelarutan oksigen antara memanfaatkan CO2 di perairan dan
4,5-6,4 mg/l merupakan perairan dengan banyaknya sisa-sisa eceng gondok yang
kondisi tercemar sangat ringan, berdasarkan membusuk dan menjadi bahan organic yang
hal tersebut kolong galian pasir merupakan penguraiannya menghasilkan CO2.
perairan dengan tingkat pencemaran yang Tingginya konsentrasi CO2 di
sangat ringan. Beberapa ikan mampu perairan dapat mengganggu kehidupan biota
bertahan hidup pada perairan dengan air. Konsentrasi CO2 lebih dari 12 mg/l dapat
konsentrasi oksigen terlarut sekitar 3 ppm, menyebabkan tekanan pada ikan karena
namun sebagian besar organisme air menghambat pernafasan dan pertukaran
budidaya hidup optimal pada konsentrasi gas. Kandungan CO2 ayang aman dalam air
oksigen 5- 7 ppm. tidak boleh melebihi 25 mg/l sedangkan
Nilai BOD yang didapat dari stasiun konsentrasi diatas 100 mg/l dapat
1 berkisar antara 0,9- 5,01 mg/l, sedangkan menyebabkan kematian pada seluruh biota.
di stasiun 2 berkisar antara 0 – 3,24 mg/l. Nilai CO2 yang tinggi di stasiun 2 umumnya
Nilai BOD di kedua perairan cenderung kecil melebihi ambang batas konsentrasi yang
diduga berhubungan dengan nilai TOM yang disarankan, namun pada permukaan kadar
juga kecil sehingga tidak banyak oksigen CO2 masih dapat ditolelir ikan sehingga
yang diperlukan untuk merombak bahan perairan ini masih dapat dijadikan lokasi
organic menjadi nutrient. Umumnya nilai budidaya ikan.
BOD di dasar perairan lebih tinggi dari pada Nilai COD yang terukur di stasiun 1
di daerah lainnya hal ini disebabkan berkisar antara 6,32 – 13,43 mg/l sedangkan
konsentrasi bahan organic cukup tinggi di stasiun 2 sekitar 0,2 – 7,90 mg/l. Nilai
sehingga diperlukan oksigen yang lebih COD di kedua stasiun pengamatan termasuk
banyak untuk mengurainya. kecil yaitu dan berada dibawah ambang
Lee et al, (1978) dalam Widhiasari batas nilai COD yang diperuntukan bagi
(2003) menyatakan bahwa perairan dengan kegiatan perikanan yaitu 50 mg/l (Effendi,
nilai BOD 3-5 mg/l memiliki status tercemar 2003).
ringan sedangkan nilai di bawah 2,9 mg/l Kisaran kadar nitrit perairan adalah
memiliki status tidak tercemar. Pada sekitar 0,019-0.330 mg/l dan stasiun 2
pengamatan pertama saat musim kemarau sekitar 0,01 – 0,098 mg/l. Tingginya
nilai BOD lebih tinggi jika dibandingkan konsentrasi nitrit disebabkan oleh tingginya
27
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
kandungan bahan organik dengan unsur ortofosfat yan tinggi di daerah inlet
nitrogen yang masuk ke perairan. disebabkan beban masukan dari limbah
Pada umumnya konsentrasi nitrit di pertanian dan limbah pemukiman yang
alam sangat kecil berkisar antara 0,0 – 0,01 masuk terbawa saluran irigasi dan aliran
mg/l dan dapat mencapai 1 mg/l pada batas sungai Cisalopa. Lebih rendahnya
air – sedimen. Nitrit bersifat sangat toksik kandungan ortofosfat di daerah tengah dan
bagi hewan perairan yang sangat sensitif jika outlet stasiun 2 disebabkan tingginya
kandunganya lebih dari 0,05 mg/l dimana populasi eceng gondok yang langsung dapat
jenis toksisitasnya dipengaruhi oleh stadia memanfaatkan ortofosfat dalam perairan.
organisme, suhu perairan dan bahan toksik Nilai ortofosfat dalam kisaran tersebut
lainnya yang dapat bersifat sinergis maupun menurut Wetzel (2001) digolongkan ke
antagonis (Boyd, 1990). Prescod (1973) juga dalam perairan mesotrofik sampai eutrofik.
menyatakan bahwa kandungan nitrit dan Besarnya total bahan organik yang
amonia perairan di bawah 1 mg/l tidak masuk ke situ bekas galian pasir baik
membahayakan untuk kegiatan perikanan. Stasiun 1 maupun Stasiun 2 berasal dari
Berdasarkan kandungan nitrit aktivitas masyarakat sekitar situ. Inlet di
perairan kolong galian pasir terutama stasiun Stasiun 1 meskipun cukup kecil namun
1 dapat dikatagorikan tercemar yaitu lebih menyumbang bahan organic yang cukup
dari 0,014 mg/l (Wardoyo, 1998) namun banyak sebab inlet merupakan saluran
masih memungkinkan untuk kegiatan pembuangan limbah rumah tangga. Pada
budidaya ikan dengan intensitas yang cukup Stasiun 2 bahan organic yang masuk ke
terbatas. perairan melalui inlet 1 cukup banyak karena
Nilai nitrat yang terukur di stasiun 1 inlet satu merupakan saluran irigasi yang
pada saat pengamatan adalah sebesar juga merupakan cabang sungai Cisalopa
0,034 – 0,175 mg/l sedangkan pada stasiun yang telah melewati pemukiman sehingga
2 sekitar 0,041 – 0,453 mg/l. Kandungan nilai membawa cukup banyak bahan organik
nitrat yang bervariasi tergantung dari limbah yang berasal dari kegiatan penduduk. Nilai
buangan organic yang mengandung unsur TOM yang berkisar antara 8 – 29,07 mg/l
nitrogen. pada kedua stasiun menggambarkan
Nilai total nitrogen yang terukur di kecilnya bahan organic dari luar yang masuk
stasiun 1 berkisar antara 0 – 3,02 mg/l ke perairan (1-30 mg/l) (Wetzel, 2001).
sedangkan pada stasiun2 berkisar antara 0 – Berdasarkan nilai kesadahan yang
2,43 mg/l. di perairan alami kadungan terukur pada stasiun 1 yang berkisar antara
nitrogen organic diperairan berkisar antara 45,05-51,05 mg/l dan nilai pada stasiun 2
0,1 – 5 mg/l, sedangkan di perairan tercemar yang berkisar antara 33,03 – 57,06
dapat mencapai 100 mg/l (Dojlido dan Best, menggambarkan bahwa kedua perairan
1992). Berdasarkan nilai tersebut maka termasuk memiliki air yang lunak. Dengan
kandungan nitrogen di kedua perairan masih demikian dapat disebutkan bahwa kedua
berada dalam batasan yang normal. perairan tersebut mengandung garam-garam
Nilai kandungan ortofosfat perairan Ca dan Mg yang relative sedikit.
di stasiun 1 berkisar antara 0,019 – 0,271 Alkalinitas yang terukur merupakan
mg/l dimana kandungan ortofosfat di daerah alkalinitas total dari persenyawaan antara
inlet dan dasar lebih tinggi jika dibandingkan kation Ca2+ dan Mg 2+ dengan karbonat
dengan di daerah outlet. Tingginya atau bikarbonat. Hasil penggukuran di
kandungan ortofosfat di daerah inlet stasiun 1 mendapatkan kisaran alkalinitas
disebabkan beban masukan ke dalam antara 35-71 mg/l dan di stasiun 2
perairan yang berasal dari limbah mendapatkan kisaran antara 43 – 52 mg/l.
pemukiman sedangkan nilai tinggi di dasar Kisaran alkalinitas ini cukup tinggi sehingga
perairan sesuai dengan salah satu sumber perairan dapat dikatakan cenderung alkali,
ortofosfat di alam yaitu tanah. Nilai sebab Boyd (1990) menyatakan bahwa
kandungan ortofosfat pada stasiun 2 perairan alami memiliki nilai alkalinitas
berkisar antara 0,01 – 0,039 mg/l. nilai
28
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
sekitar 40 mg/l. tingginya nilai alkalinitas primer dari zat organik dalam jaringan
menggambarkan besarnya kadar CaCO3. tumbuhan termasuk yang digunakan untuk
Kadar besi yang terukur pada respirasi. NPP adalah laju produktivitas
masing-masing stasiun adalah pada primer zat organik dikurangi dengan yang
permukaan berkisar antara 0,042 – 0,069 digunakan untuk proses respirasi.
mg/l sedangkan pada bagian dasar Nilai rata-rata produktivitas primer di
kandungan Fe lebih tinggi yaitu 0,32 – 0,485 stasiun 1 adalah sebesar 1440 – 5760
2
mg/l. tingginya kandungan Fe pada bagian mgC/m /hari dan di stasiun 2 adalah 480 –
2
dasar perairan disebabkan sumber Fe 960 mgC/m /hari. Nilai produktivitas primer
berasal dari sediment pasir. Pada bagian stasiun1 lebih tinggi jika dibandingkan
permukaan nilai Fe masih berada di bawah dengan stasiun 2 sehingga dapat dikatakan
ambang batas yaitu 0,3 mg/l (PP No 84 bahwa stasiun 1 lebih subur dari pada
tahun 2001). stasiun 2. Hal ini disebabkan kelimpahan
fitoplankton pada stasiun 1 lebih tinggi jika
Parameter Biologi dibandingkan stasiun 2. Pada stasiun 2
Fitoplankton yang ditemukan pada padatnya populasi eceng gondok
kolong bekas galian pasir kebanyakan mengurangi kesempatan munculnya
merupakan anggota filum chlorophyceae, biomassa fitoplankton karena menutupi
cyanophyceae dan diatom. Pada Stasiun 1 penetrasi cahaya matahari dan mengambil
ditemukan lebih banyak (kelimpahan) nutrient yang tersedia di perairan sehingga
fitoplankton jika dibandingkan dengan pertumbuhan fitoplankton terhambat.
Stasiun 2. Hal ini disebabkan ketersediaan
nutrien dan cahaya matahari pada Stasiun 2 Status Trofik
tidak mendukung kehidupan fioplankton Kesuburan perairan tergenang
karena terhalang oleh eceng gondok yang umumnya disebabkan oleh pengkayaan
menutupi hampir 70% permukaan perairan. unsur hara.Status trofik atau status nutrient
Microcistis sp dan Anabaena sp dapat dijadikan indikasi kesuburan suatu
merupakan fitoplankton dengan kelimpahan badan air. Kondisi stastus trofik suatu
sangat tinggi di stasiun 1. Pratiwi (2003) perairan tergantung pada ketersediaan
menyebutkan jika suatu perairan telah nitrogen dan fosfat sebab kedua unsur
didominasi oleh filum Cyanofita (Microcistis tersebut akan mempengaruhi biomassa
sp dan Anabaena sp) maka perairan tersebut fitoplankton dan sturasi oksigen. Status
memiliki status eutrofik. Selain itu Cyanofita trofik atau tingkat kesuburan dapat
pun mampu beradaftasi dengan perairan dinyatakan berdasarkan kandungan total
yang memiliki penetrasi cahaya rendah nitrogen, total fosfat, khlorofil a dan
seperti di stasiun 1 (Widhiasari, 2003). biomassa fitoplankton (Jorgensen, 1990).
Anabaena sp merupakan fitoplakton yang Jika dilihat dari kandungan P-PO4
banyak ditemukan di perairan agak basa dan tingkat kecerahan, total P dan total N
sehingga menjelaskan kehadirannya dalam dari kedua stasiun maka dapat ditentukan
jumlah banyak di stasiun 1.Stasiun 2 bahwa status trofik kedua stasiun itu adalah
fitoplankton dari filum Chlorofita yang banyak eutrofik Sedangkan berdasarkan
ditemukan yaitu Oodogonium dan produktivitas primer kedua perairan tersebut
Ankistrodesmus sehingga dapat disebutkan bersifat mesotrofik (Wetzel, 2001).
perairan berada dalam status oligotrofik - Tabel 1. Status Trofik Stasiun Pengamatan
mesotrofik (Pratiwi, 2003) Parameter Stasiun 1 Stasiun 2
P-PO4 (mg/l) 0,019 – 0,271 0,01 – 0,039
Total P (mg/l) 0,023 – 0,082 0,05 – 0,142
Produktivitas Primer Perairan Total N (mg/l) 0,45 – 3,02 0,0 – 2,43
Dalam konsep produktivitas primer Produktivitas Primer 1440 – 5760 480 – 960
dikenal istilah Produktivitas Primer Kotor (mgC/m2/hr)
atau Gross Primery Productivity (GPP) dan Kecerahan Secchidisk 70 220
(m)
Produktivitas Primer Bersih atau Net Primery Status trofik Mesotrofik- Mesotrofik-
Productivity (NPP). GPP adalah laju produksi eutrofik Eutrofik
29
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
30
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
31
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
Abstrak :Rasbora tawarensis merupakan ikan endemik yang ditemukan di Danau Laut Tawar
Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan distribusi spatial dan konsisi
lingkungan perairan ikan R. tawarensis. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan
Mei 2010 di 5 stasiun yang mewakili seluruh zona di Danau Laut Tawar. Ikan ditangkap
menggunakan jaring insang eksperimental (stasiun I, II, III, dan IV) dan perangkap (didisen)
(stasiun V). Ukuran mata jaring yang digunakan 3/8, 5/9, 5/8 dan 3/4 inchi. Analisis yang
digunakan yaitu distribusi spasial menggunakan uji non parametric Kruskal-Wallis program Minitab
14 dan kondisi lingkungan perairan menggunakan PCA program Statistica 6.0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ikan R. tawarensis jantan maupun betina menyebar luas di seluruh Danau
Laut Tawar (α=0.05) dan menunjukkan tidak adanya perbedaan kelimpahan ikan R. tawarensis
baik jantan maupun betina antar stasiun (α=0.05). Nilai rata-rata kualitas air di semua stasiun di
Danau Laut Tawar selama penelitian berfluktuasi relatif sempit dan antar stasiun tidak berbeda
nyata (α=0.05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ikan endemik R. tawarensis
memiliki karateristik lingkungan perairan yaitu : alkalinitas, kecerahan, oksigen terlarut dan pH
yang tinggi serta suhu yang rendah.
Kata kunci : distribusi spasial, kondisi lingkungan perairan, Rasbora tawarensis, Danau Laut
Tawar
32
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
kawasan keramba jaring apung, II (Mepar) Tabel 1. Parameter, metode, dan alat
merupakan kawasan yang menerima limbah pengukuran contoh kualitas air
dari kota Takengon, III (Gegarang) Parameter Sat Metode dan Alat Lokasi
merupakan fishing ground, IV (Bewang) uan
Fiska
merupakan kawasan yang aktivitas Suhu ◦C Pembacaan skala (water in situ
manusianya sedikit dan V (didisen) checker)
merupakan salah satu inlet yang dipasang Kedalaman M Visual, tongkat berskala in situ
alat tangkap didisen. Kecerahan m Visual, keping secchi in situ
Kimia
pH Unit Sensorik, pH meter in situ
DO ppm Sensorik, DO meter in situ
ST I
ST IV Alkalinitas mg/l Titrimetri, titrasi Lab.
ST II
ST III N-Nitrat mg/l Spektrofotometer/Brucine Lab.
ST V
N-Nitrit mg/l Spektrofotometer/ Lab.
Colorimetric
N-Amonium mg/l Spektrofotometer/ Phenate Lab.
Orthoposfat mg/l Spektrofotometer/amonium Lab.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Danau molybdate
Laut Tawar
HASIL
Pengambilan ikan contoh dilakukan Distribusi Spasial
dengan tinggi 4 m, panjang jaring 200 m Jumlah ikan R. tawarensis yang
menggunakan jaring insang eksperimental tertangkap di Danau Laut Tawar selama
dengan ukuran mata jaring ¾, 5/8, 5/9 dan penelitian 1 211 ekor yang terdiri dari 581
3/8 inchi. Jaring dipasang pada sore hari dan ekor ikan jantan dan 630 ekor ikan betina.
kemudian diangkat pada pagi hari. Sampel Ikan yang tertangkap disusun berdasarkan
ikan juga dikumpulkan dari alat tangkap kelimpahan terendah hingga tertinggi yaitu
didisen (trap) di salah satu inlet danau pada stasiun I (ikan jantan = 41 ekor, ikan
karena diduga ikan R. tawarensis memijah di betina = 82 ekor), stasiun II (ikan jantan = 94
daerah ini. Ikan yang ditangkap segera ekor, ikan betina = 140 ekor), stasiun V (ikan
diawetkan dengan formalin 10% dan jantan = 173 ekor, ikan betina = 98 ekor),
dikelompokkan berdasarkan daerah stasiun IV (ikan jantan = 108 ekor, ikan
penangkapannya. Panjang ikan total ikan betina = 120 ekor), dan stasiun III (ikan
contoh diukur dari ujung kepala terdepan jantan = 167 ekor, ikan betina = 154 ekor).
sampai ujung sirip ekor paling belakang Uji non parametrik Kruskal-Wallis
menggunakan penggaris. terhadap kelimpahan ikan R. tawarensis
Sebagai data penunjang dilakukan masing-masing antar stasiun menunjukan
pengukuran terhadap karateristik habitat. bahwa, kelimpahan ikan R. tawarensis baik
2
Pengamatan dan pengukuran dilakukan jantan (H=2.54 dan X hitung= 9.4877 dengan
bersamaan dengan pengambilan contoh α=0.05) maupun ikan R. tawarensis betina
2
ikan. Pegamatan dan pengukuran (H=1.87 dan X hitung= 9.4877 dengan α=0.05)
parameter kualitas air yang diamati beserta tidak berbeda nyata (Lampiran 4). Dapat
metode dan alat yang digunakan dalam disimpulkan bahwa ikan R. tawarensis jantan
penelitian disajikan pada Table 1. maupun betina menyebar luas diseluruh
Analisis Data Danau Laut Tawar. Uji non parametrik
Data hasil tangkapan contoh ikan Kruskal-Wallis juga menunjukkan tidak
Rasbora tawarensis tiap stasiun dianalisis adanya perbedaan kelimpahan ikan R.
secara diskriptif analitik bardasarkan tawarensis baik jantan maupun betina antar
tabulasi data dan histogram kemudian stasiun.
dilakukan uji menggunakan uji non Kelimpahan ikan di stasiun III
parametrik Kruskal-Wallis Program Minitab merupakan yang tertinggi dibanding stasiun
14. Data kondisi lingkungan perairan yang lain dengan ukuran panjang ikan yang
dianalisis menggunakan Principal Camponen didapatkan lebih lebar. Ukuran ikan yang
Analysis (PCA) dengan menggunakan tertangkap di stasiun III mulai dari ukuran 54
program Statistica 6.0. hingga 110 mm untuk betina dan 61 hingga
103 mm untuk jantan. Kelimpahan terkecil
terdapat pada stasiun I dengan ukuran
33
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
panjang ikan yang didapatkan sedikit sempit untuk betina 75 hingga 124 mm dan 75
hingga 103 mm untuk jantan.
Hubungan Kualitas Air dengan antar stasiun tidak berbeda nyata (H=1.18
2
Kelimpahan Ikan dan X hitung= 9.4877 dengan α=0.05). ini
Nilai rata-rata kualitas air di semua menunjukkan bahwa secara spasial bahwa
stasiun di Danau Laut Tawar selama parameter yang diukur bukan merupakan
penelitian berfluktuasi relatif sempit. faktor yang mempengaruhi perbedaan
Berdasarkan uji Kruskal-Wallis terhadap kelimpahan ikan R. tawarensis yang tidak
perameter kualitas air menunjukkan nilai merata di Danau Laut Tawar.
perbandingan masing-masing parameter
34
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2) Projection of the cases on the factor-plane ( 1 x 2)
Cases with sum of cosine square >= 0.00
3,0
1,0
2,5
Kelimpahan 2,0 3
1,5
0,5
1,0
4
Factor 2 : 21.11%
0,5 5
Factor 2: 21.11%
Kecerahan
pH 0,0
Alkalinitas
0,0 Suhu
DO 1
N-Amonia -0,5
N-Nitrit
-1,0
-1,5
-0,5
-2,0 2
-2,5
Ortofosfat N-Nitrat
-3,0
-1,0
-3,5
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
-1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 Active
Active Factor 1: 66.72%
Factor 1 : 66.72%
Distribusi ikan di suatu perairan (0.991) dan alkalinitas (-0.98). Faktor dua
dipengaruhi oleh interaksi dengan faktor komponen yang berpengaruh adalah N-Nitrat
lingkungan (Bhukaswan 1980). Untuk (0.89) dan ortofospat (-0.87). Hubungan
mengetahui kondisi lingkungan perairan korelasi dapat dilihat dari gambar 3.
pada habitat ikan R. tawarensis dilakukan
pengamatan masing-masing stasiun selama
PEMBAHASAN
pengamatan kecuali stasiun V. Nilai rata-rata
Penyebaran ikan Rasbora
kualitas air masing-masing stasiun dari bulan
tawarensis di masing-masing stasiun diduga
Maret hingga Mei 2010 (Tabel 2).
bahwa habitat yang ada masih baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan ikan ini.
Hasil komponen utama karateristik
Bhukaswan (1980) menyatakan bahwa
fisika kimia lingkungan menunjukan bahwa
distribusi spasial ikan dipengaruhi oleh
sebagian berpusat pada dua sumbu utama,
berbagai faktor antara lain seperti tingkah
dengan kontribusi masing-masing sumbu
laku dalam memilih habitat. Tingkah laku
sebesar 66,72% untuk faktor satu; 21,11%
pemilihan habitat menyebabkan adanya
untuk faktor dua. Faktor yang berpengaruh
perbedaan kelimpahan ikan R. tawarensis di
pada faktor satu adalah DO (0.992), suhu
Danau Laut Tawar. Tingkah laku pemilihan
29
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
habitat menurut Hartoto (1998) ditentukan mempengaruhi suhu air di perairan sungai
oleh aktivitas ikan yang dikelompokkan dan rawa banjiran adalah derajat penyinaran,
antara lain dalam aktivitas mencari makan komposisi substrat, kekeruhan, aliran air
(feeding) dan pemijahan (spawning). bawah tanah dan air hujan, angin serta
Berdasarkan Hasri (2010) ikan R. tawarensis penutupan oleh vegetasi. Suhu perairan
yang tertangkap di daerah inlet bagian utara dalam penelitian ini masih mendukung
ukurannya relatif lebih besar dan merupakan proses biologis organisme khusunya ikan R.
ikan yang siap untuk memijah. tawarensis.
Ikan R. tawarensis yang ditemukan Kecerahan merupakan suatu
pada stasiun II dan III memiliki penyebaran parameter yang sangat menentukan tingkat
yang lebih merata karena pada stasiun ini produktivitas fitoplankton di suatu perairan.
ditemukan ukuran Kecerahan rata-rata perairan Danau Laut
Panjang maksimum ikan R. Tawar selama penelitian yaitu 73.33±2.89
tawarensis yang tertangkap (125 mm) lebih sampai dengan 546.67±88.08 cm (Tabel 3).
besar dengan yang ditemukan oleh Kottelat Tingkat kecerahan tertinggi terdapat pada
et al. (1993) sebesar 120 mm dan Brojo et stasiun III dan IV. Stasiun V memiliki nilai
al. (2001) 110 mm. Besarnya ukuran ikan R. kecerahan yang rendah disebabkan oleh
tawarensis yang ditemukan mencerminkan kedalaman yang relatif rendah sehingga nilai
bahwa perairan Danau Laut Tawar kecarahan sama dengan kedalaman. Pada
mengalami perubahan status tropik stasiun I relatif rendah disebabkan karena
(Kartamihardja et al. 1995) dari oligotropik pada stasiun ini merupakan daerah keramba
menjadi mesotropik dan berubah menjadi apung. Berdasarkan nilai kecerahan yang
eutrofik (Nurfadilla 2010). Perubahan status didapat perairan Danau Laut Tawar
perairan disebabkan meningkatnya limbah tergolong dalam perairan yang memiliki
antropogenik yang masuk kedalam perairan, tingkat kesuburan sedang (mesotrofik) (Lowe
hal ini meningkatkan produktivitas primer dan Cowel 1966 diacu dalam Effendi 2003).
fitoplankton sehingga ketersediaan pakan Hasil pengukuran pH selama
alami tinggi. Menurut Winnemiller dan penelitian berkisar 7.82±0.19 hingga
Jeppsen (1998) perubahan lingkungan 8.42±0.20 (Tabel 3). Tingkat keasaman
perairan yang baik bagi ikan, masih Danau Laut Tawar tergolong basa hal ini
menyediakan kondisi yang baik untuk disebabkan oleh pembentukan danau
pertumbuhan ikan seperti ketersediaan melalui proses vulkanik. Kondisi perairan
sumberdaya makanan alami dan tingginya basa juga disebabkan oleh masukan aliran
heterogenitas habitat. Berdasarkan Edwards air permukaan yang bersifat basa yang
et al. (2010) perbedaan ukuran ikan pada masuk kedalam danau. Nilai pH hasil
danau disebabkan oleh perbedaan musim. pengukuran merupakan kisaran optimum
Kondisi ukuran tubuh relatif menurun dari bagi ikan khusunya ikan R. tawarensis.
musim panas hingga musim dingin dan Berdasarkan Boyd dan Licthkopper (1982)
meningkat kembali pada saat musim semi. nilai pH yang optimum bagi kehidupan ikan
Suhu perairan yang diperoleh dalam adalah 6.5 sampai dengan 9.
penelitian berkisar antara 17.30±0.46 hingga Kelarutan oksigen merupakan salah
25.63±0.67 °C (Tabel 3). Berdasarkan Boyd satu faktor kualitas air yang paling kritis
dan Licthkopper (1982) suhu perairan yang untuk kehidupan ikan. Hasil pengukuran
sesuai untuk kehidupan ikan dan biota air oksigen terlarut selama penelitian memiliki
lainnya di daerah tropis rata-rata 25-30 °C. kisaran yang sempit yaitu antara 6.06±0.05
Perbedaan suhu antar stasiun tidak terlalu sampai dengan 6.61±0.18 (Tabel 3).
bervariasi, perbedaan nilai suhu ditemukan Kebutuhan oksigen bagi ikan bervariasi
pada stasiun V hal ini disebabkan oleh di tergantung kepada jenis ikan, umur, ukuran
stasiun ini merupakan daerah inlet danau. ikan dan faktor lingkungan seperti temperatur
Stasiun V banyak ditemukan ikan yang (Beveridge 1996). Berdasarkan hasil
bergerombol dan matang gonad diduga penelitian bahwa kelarutan oksigen di Danau
bawa ikan R. tawarensis membutuhkan suhu Laut Tawar mendukung untuk kehidupan
yang relatif rendah untuk siklus hidupnya. ikan karena kadarnya lebih besar dari 5 mg/l.
Suhu perairan ini relatif rendah juga Alkalinitas adalah gambaran
disebabkan oleh ketinggian Danau Laut kapasitas air untuk menetralkan asam, atau
Tawar 1 200 di permukaan laut (altitude). kuantitas anion di dalam air yang dapat
Berdasarkan Said dan Triyanto (2010) menetralkan kation hidrogen. Nilai alkalinitas
bahwa ikan R. argyrotaenia tidak mampu tertinggi terdapat pada stasiun V yaitu
hidup pada suhu 32-34 °C. Menurut 131.63±1.38 mg/lCaCO3 dan terendah
Welcomme (1985) faktor yang 79.84±2.10 mg/lCaCO3. Perbedaan nilai
30
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
alkalinitas disebabkan oleh perbedaan dilakukan pada pagi hari jadi ammonia tinggi
kandungan karbonat dari batuan dan tanah akibat ikan terperangkap melakukan eksresi.
oleh air serta sedimen dasar perairan. Pada Berdasarkan Boyd (1982) bahwa konsentrasi
stasiun V sumber inlet berasal dari bebatuan ammonia yang bersifat toksik bagi sebagian
tebing yang ada di tepi danau. Bebatuan ini besar biota perairan berkisar 0.6 sampai
mengalami pelapukan kemudian dilarutkan dengan 2.0 mg/l. Kandungan amonia di
oleh karbondioksida dan air sehingga Danau Laut Tawar masih aman bagi
menambah nilai alkalinitas dalam air. Nilai kehidupan biota perairan.
alkalinitas Danau Laut Tawar masih dalam Hasil rata-rata kisaran konsentrasi
batas yang dapat di tolelir oleh ikan ortofosfat (PO4-P) berkisar antara
Berdasarkan Boyd (1981) nilai alkalinitas 0.0110±0.0029 mg/l sampai dengan
yang baik dalam penyediaan CO2 adalah 20- 0.0215±0.0145 mg/l. Stasiun II memiliki nilai
150 mg/l. yang tinggi akibat stasiun ini dekat dengan
Nitrat (NO3-N) merupakan bentuk pemukiman penduduk. Nilai orthofospat di
nitrogen utama di perairan alami, sangat Danau Laut Tawar tergolong rendah.
mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Kelimpahan ikan memiliki korelasi
Hasil dari pengamatan nitrat diperoleh nilai positif dengan kecerahan. hal ini
nitrat diperoleh bervariasi berkisar antara mengindikasikan semakin tinggi kecerahan
0.04±0.03 mg/l sampai dengan 0.30±0.43 semakin tinggi kelimpahan ikan. kondisi ini
mg/l. Stasiun II nilai nitral relatif tinggi diduga berkaitan dengn intensitas cahaya
disebabkan karena stasiun ini merupakan yang masuk kedalam kolom perairan. Ikan R.
stasiun yang dekat dengan pemukiman tawarensis merupakan ikan yang bersifat
masyarakat. Stasiun I juga relatif tinggi hal ini plankton feeder dan pelagik (Muchlisin et al.
disebabkan karena bahan organik yang 2009), diduga sangat tergantung pada
masuk berasal dari keramba apung. Pada keberadaan plankton sebagai makanannya.
stasiun IV memiliki nilai relatif rendah akibat Studi individu memperlihatkan
pada lokasi ini relatif tertutup dan sedikit (Gambar 3) stasiun IV berkorelasi erat
terdapat aktivitas oleh manusia. Nilai NO3-N dengan sumbu satu positif, maka stasiun ini
di Danau Laut Tawar masih dalam kisaran dicirikan dengan kecerahan yang relatif
yang baik bagi pertumbuhan ikan. tinggi. Kemudian stasiun II berkorelasi positif
Berdasarkan Vollenweider (1974) diacu dengan Nitrat dan stasiun I dicirikan dengan
dalam Effendi (2003) bahwa perairan yang N-Nitrit. Bila dilihat dari sumbu dua positif
memiliki kandungan nitrat 0.0 sampai 1.0 stasiun V dicirikan dengan Alkalinitas yang
mg/l merupakan perairan yang dikategorikan tinggi. Selanjutnya bila dihubungkan dengan
sebagai perairan kurang subur. ciri stasiun stasiun V dicirikan dengan
Kandungan Nitrit (NO2-N) pada Akalinitas yang tinggi hal ini disebabkan
penelitian ini berkisar antara 0.0011±0.00 karena pada stasiun ini merupakan salah
mg/l sampai dengan 0.0024±0.0009 mg/l. satu inlet Danau Laut Tawar yang memiliki
Nilai Nitrit di waduk Kuto Panjang pada substrat batu dan air yang masuk melalui
permukaan lebih rendah dibandingkan tebing tepi danau, diduga aliran air ini
dengan bagian yang lebih dalam hal ini membawa banyak karbonat yang berasal
disebabkan sifat nitrit yang tidak stabil dari pelapukan bebatuan yang ada. Stasiun
sehingga kemungkinannya sebagian NO2-N III tidak memiliki penciri, artinya memiliki
telah teroksidasi menjadi NO3-N (Hatta karakter yang relatif sama.
2007). Kandungan nitrit di Danau Laut Tawar Kondisi lingkungan yang berbeda
masih aman bagi ikan karena nilai nitrit yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
aman bagi kehidupan organisme adalah kecil komunitas dan komponen penyusun suatu
dari 0.5 mg/l. ekosistem. Berdasarkan informasi data
Hasil pengamatan ammonia selama kondisi lingkungan Danau Laut Tawar dapat
penelitian di kelima stasiun diperoleh kisaran diduga bahwa, ikan endemik R. tawarensis
0.0240±0.0046 mg/l sampai dengan memiliki karateristik habitat yaitu : alkalinitas,
0.0669±0.00 mg/l. Boyd (1982) menyatakan kecerahan, oksigen terlarut dan pH yang
keberadaan ammonia di perairan merupakan tinggi serta suhu yang rendah. Terutama di
hasil proses dekomposisi dari bahan organik stasiun V berdasarkan informasi nelayan dan
yang banyak mengandung senyawa nitrogen hasil pengamatan selama penelitian
oleh mikroba, ekskresi organisme, reduksi merupakan tempat memijah ikan R.
nitrit oleh bakteri, dan kegiatan pemupukan. tawarensis ditemukan karateristik lingkungan
Tingginya nilai ammonia di stasiun V diduga yang berbeda walaupun perbedaan tersebut
karena pada stasiun ini merupakan prangkap tidak berbeda nyata berdasarkan uji statistik.
ikan R. tawarensis dan pengukuran
31
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
32
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
33
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
1 2 2
Budiono Senen , Sulistiono , dan Ismudi Muchsin
1
Sekolah Tinggi Perikanan Hatta-Sjahrir, Banda Neira
2
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, FPIK IPB
Abstrac : Shortfin Scad (Decapterus macrosoma) is one of the fish resource found in Banda Neira
waters, which at the moment is being commercially exploited by mini purse seine. This research was
carried out from February to August 2010 to investigate growth and reproduction. Method used in this
research was descriptive analysis. Samples were randomly taken once a week for as many as 50-100
individual of fish (N = 1937, male = 979, female = 958). The result obtained from this study shows that
sex ratio of the fish was of 1:1. The total body length ranged between 75 and 315 mm. In general, the
fish is spawned between February and March. The size of the first male and female mature gonad was
250 mm total body length. The highest gonad somatic index was 2.19% (February) and the lowest one
was 1.7% (June).
Keywords: Gonado maturity, gonado somatic index and sex ratio.
34
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
35
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
sampai Agustus banyak ditemukan ikan-ikan sekitar Perairan Kepulauan Banda Neira setiap
(Decapterus spp.) Muda Hendiarti et al. bulan berfluktuasi seperti yang dicantumkan
(2005). pada Tabel 1. Pola pertumbuhan alometrik
positif yaitu pada ikan layang bulan Februari,
Hubungan panjang berat
Mei, Juli dan Agustus; kemudian pada bulan
Hasil uji-t nilia-nilai b baik ikan jantan Maret, April dan Juni menunjukan pola
maupun betina terhadap nilai 3 menunjukkan alometrik negatif.
bahwa pola pertumbuhan ikan layang deles di
3.435
Februari W = 9E-07L 0.771 3.3282–3.5418 b>3 111 Alometrik Positif
2.693
Maret W = 5E-05L 0.934 2.6305–2.7554 b<3 48 Alometrik Negatif
2.326
April W = 0.00037L 9.949 2.2731–2.3789 b<3 30 Alometrik Negatif
3.097
Mei W = 5E-06L 0.986 3.0858–3.1082 b>3 380 Alometrik Positif
2.618
Juni W = 8E-05L 0.796 2.5679–2.6681 b<3 116 Alometrik Negatif
3.187
Juli W = 4E-06L 0.993 3.1812–3.1928 b>3 1134 Alometrik Positif
3.054
Agustus W = 7E-06L 0.902 2.9953–3.1127 b>3 118 Alometrik Positif
36
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
100
Penyimpangan rasio kelamin dari pola TK G I
(1:1) dapat timbul dari berbagai faktor yang 80
TK G II
mencakup perbedaan distribusi, aktivitas dan 60
TK G III
gerakan ikan (Turkmen et al. 2002);
40
pergantian dan variasi seksual jantan dan TK G IV
betina dalam masa pertumbuhan, mortalitas 20 TK G V
dan lama hidup (Sadovy 1996, in 0
Simanjuntak 2007). F eb Mar Apr Mei J un J ul Ags
37
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
Ukuran pertama kali matang gonad reproduksinya. Ikan yang mengalami tekanan
karena tangkap lebih, cendrung matang gonad
Penelitian ukuran ikan pertama kali
pada ukuran lebih kecil (Trippel et al. 1997).
matang gonad secara berkala dapat dijadikan
sebagai indikator adanya tekanan terhadap Indeks Kematangan Gonad
populasi. Berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan fungsi logistik dalam Berdasarkan hasil penelitian secara
penelitian ini, ditemukan ukuran pertama kali keseluruhan nilai indeks kematangan gonad
matang gonad ikan jantan dan betina pada ikan layang bervariasi pada setiap bulan
ukuran panjang total yang sama yaitu 250 mm. penelitian. Nilai indeks kematangan gonad
Sementara penelitian yang dilakukan di Teluk jantan berkisar antara 0.38-2.19%, nilai banyak
Ambon ditemukan ukuran pertama kali matang dicapai pada bulan Februari (2.19%) dan
gonad pada ukuran panjang total D.macrosoma terendah pada bulan Juni 0.38%. IKG ikan
jantan (163 mm) dan betina (155 mm) layang betina berkisar antara 0.51-1.70%
(Syahailatua 2008). Najamuddin et al. (2004) dengan nilai banyak pada bulan Februari (1.7%)
melaporkan ikan layang deles (D.macrosoma) dan terendah bulan Juni 0.51%. Menurut
jantan pertama kali matang gonad pada kisaran Bagenal (1978), bahwa ikan betina yang
panjang cagak antara 196-201 mm dan untuk mempunyai nilai IKG lebih kecil dari 20%, dapat
ikan betina 198-203 mm. Ukuran melakukan pemijahan beberpa kali sepanjang
D.macrosoma pertama kali matang kelamin tahun (Gambar 6).
148.6-148.9 mm (Widodo 1988). Keadaan
ini terjadi akibat tangkapan yang berlebih
(over fishing). Ukuran pertama kali matang
gonad ikan layang D.macrosoma ditampilkan
pada Gambar 5.
Indeks kematangan gonad (%)
Bulan pengamatan
Gambar 5. Ukuran panjang ikan layang
D. macrosoma pertama kali
matang gonad Gambar 6. Indeks kematangan gonad
(IKG) ikan layang deles
Menurut Sulistiono et al. (2009) ukuran
berdasarkan bulan penelitian
setiap ikan pertama kali matang gonad berbeda,
bahkan spesies yang sama namun berbeda
habitatnya dapat matang gonad pada ukuran Berdasarkan tingkat kematangan
yang berbeda pula. Ukuran pertama kali gonad, nilai IKG layang deles jantan dan
matang gonad memiliki hubungan dengan betina cendrung meningkat sejalan dengan
pertumbuhan dan pengaruh lingkungan bertambahnya TKG, kemudian nilai IKG
terhadap pertumbuhan serta strategi menurun pada saat mencapai TKG V, hal ini
terjadi akibat proses pemijahan yang
38
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
menyebabkan berat gonad berkurang. Kondisi Genisa, AS. 1998. Beberapa catatan tentang
ini terjadi pada setiap stasiun penelitian selama biologi ikan layang marga Deacpterus.
penelitian. Tamsil (2000) menyatakan bahwa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
umumnya gonad ikan akan terus berkembang Pusat penenlitian dan pengembangan
dan akan mencapai nilai maksimum pada TKG osionologi Jakarta. Oseana, Volume
IV, kemudian menurun saat memasuki TKG V, XXIII. No. 2. 1998 : 27-36.
karena ikan telah melakukan pemijahan.
Hendiarti, N.; Suwarso.; Aldrian, E.; Amri, K.;
Andiastuti, R.; Sachoemar, S.I.;
KESIMPULAN
Wahyono, I.B. 2005. Seasonal
Rasio kelamin ikan jantan dan betina variation of pelagic fish catch, around
setiap bulan pengamatan seimbang (1:2). Java. Fishery Oceanography I Vol. 18,
Ukuran ikan layang D.macrosoma pertama No.4, Dec. 2005.
kali matang gonad pada panjang 250 mm, Hukom, FD.; Purnama, DR. dan Rahardjo,
baik ikan jantan maupun ikan betina. Musim MF. 2006. Tingkat kematangan gonad,
pemijahan terjadi antara bulan Februari dan faktor kondisi, dan hubungan panjang
Maret. berat ikan tajuk (Aphareus rutilans
Cuvier, 1830) di perairan laut dalam
Pelabuhanratu, Jawa Barat. Jurnal
Ikhtiologi Indonesia, 6(1): 1-9.
DAFTAR PUSTAKA
Manik, N. 2003. Beberapa parameter
Arocha, F, Barios A. 2009. Sex rations, populasi ikan layang (Decapterus
spawning seasonality, sexual maturity, russelli) di Perairan Maluku Utara.
and fecundity of white marlin Oseanologi dan Limnologi di Indonesia.
(Tetrapturus albidus) from the western No. 35: 65-74.
central Atlantic. WWW J Fish Res
95:98-111. [terhubung berkala]. Merta, IGS. 1993. Hubungan panjang – berat
http://www.elsevier.com/located/fishres. dan faktor kondisi ikan lamuru,
Sardinella lemuru BLEEKER, 1853 dari
Atmaja, SB. dan Haluan, J. 2003. Perubahan perairan Selat Bali. Jur. Pen. Per. Laut
hasil tangkapan lestari Ikan pelagis kecil (73) : 35-44.
Di Laut Jawa dan sekitarnya. Buletin PSP
Volume XII No.2 /10/20. Najamuddin, M.; Achmar.; Budimawan dan
Indar, M. 2004. Pendugaan ukuran
Bagenal, TB. 1978. Aspects of fish fecundity. pertama kali matang gonad ikan layang
Ecology of freshwater fish production. deles (Decapterus macrosoma Bleker)
Blackwell scientific publications. Oxford. J. Sains & Teknologi. No. 1. Vol. 4 : 1-8.
P 77-101.
Ricker, WE. 1975. Comutation and
Betts, BS. 1972. Sexsual maturity, fecundity interpretation of biological statistics of
and Sex ratio of skipjack tuna fish population. Ottawa: Departemen of
(Katsuwonus pelamis, Linn.) in North the environment. Fisheries and marine
Carolina waters trans. Amer.fish.Soc., service. Pacific Biological Station. 382
101 (4) : 626-637. p.
Burhanuddin. 1975. Tali-tali ikan layang Simanjuntak, CPH. 2007. Reproduksi ikan
“Raksasa” dari Pulau Banda. Oseane 2 selais, Ompok hypopthalmus (Bleeker)
(2) : 6-8. berkaitan dengan perubahan
Bustaman, S. dan M. Badaruddin. 1993. hidromorfologi perairan di rawa banjiran
Pengusahaan ikan layang (Decapterus Sungai Ampar Kiri [tesis]. Bogor.
spp.) di Perairan Maluku-Irian Jaya. Program Pascasarjana. Institut
Jurnal Pen. Perik. Laut 76 : 44-49. Pertanian Bogor.
39
Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
40
[Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji habitat dan pola distribusi spasial udang mantis
Harpiosquilla raphidea dan Oratosquillina gravieri sebagai salah satu dasar untuk upaya
pengelolaan udang mantis secara optimal dan berkelanjutan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-
Juli 2010 di Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa udang mantis jenis H. raphidea dan O. gravieri mempunyai habitat dan pola
distribusi spasial yang sama. Habitat kedua jenis udang mantis tersebut adalah dasar perairan
berlumpur dengan tipe substrat lempung berpasir. Daerah pasang surut merupakan habitat dari
udang mantis muda atau ukuran kecil. Adapun pola distribusi kedua jenis udang mantis tersebut
adalah mengelompok sempurna.
Kata Kunci: habitat, distribusi spasial, Harpiosquilla raphidea, Oratosquillina gravieri, Kuala
Tungkal
PENDAHULUAN
Udang mantis, juga dikenal dengan udang
ronggeng, udang nenek dan udang ketak,
merupakan salah satu sumberdaya
perikanan ekonomis penting dan juga
merupakan komoditas ekspor, diantaranya
ke Hongkong dan Taiwan (Kompas 27 Juli
2004). Udang mantis banyak dijumpai di
perairan laut Indonesia, salah satunya di
perairan Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, Jambi. Kuala Tungkal terkenal
sebagai penghasil utama udang mantis,
terutama jenis Harpiosquilla raphidea di
Indonesia dan menyuplai sekitar 60% dari
total volume ekspor udang mantis. Kegiatan
penangkapan udang mantis di Kuala (A) (B)
Tungkal dilakukan setiap saat (tidak Gambar 1. Udang mantis yang ditemukan di
mengenal musim). lokasi penelitian: (A)
Selain jenis H. raphidea, di Kuala Tungkal Harpiosquilla raphidea; (B)
juga ditemukan jenis udang mantis lain Oratosquillina gravieri
dalam jumlah tidak sedikit, yaitu
Oratosquillina gravieri, namun sampai saat
ini belum menjadi target tangkapan (Gambar METODE PENELITIAN
1). Udang mantis cenderung memilih habitat 1. Waktu dan Lokasi Penelitian
yang sesuai untuk kehidupannya. Namun Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
demikian, hingga saat ini belum diketahui hingga Juli 2010 di Kuala Tungkal,
secara pasti sebaran habitat jenis-jenis Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi
udang mantis di Kuala Tungkal. Oleh karena
(Gambar 2). Analisis sampel tanah dilakukan
itu, perlu dikaji distribusi udang mantis
secara spasial agar upaya pemanfaatan di Laboratorium Analisis Tanah, Departemen
udang mantis tersebut dapat efektif dan Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas
optimal dengan tetap menjaga Pertanian, IPB.
kelestariannya.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk
mengkaji jenis habitat dan pola distribusi
udang mantis secara spasial sebagai salah
satu dasar untuk upaya pengelolaan udang
mantis secara optimal dan berkelanjutan.
41
[Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
42
[Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
43
[Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
ini, yaitu 3,75-8,75 cm; 8,75 -13,75 cm; habitat dari jenis udang-udangan yang lain
13,75-18,75; >18,75 cm. Dari seluruh kelompok muda atau ukuran kecil sebagai
kelompok ukuran tersebut, jumlah udang daerah pengasuhan dan mencari makan.
mantis H. raphidea paling banyak ditemukan Setelah dewasa udang-udang tersebut akan
pada kelompok ukuran 8,75-13,75 cm; menuju ke laut untuk mencari perairan
sedangkan paling sedikit ditemukan pada dengan salinitas yang lebih tinggi untuk
kelompok ukuran >18,75 cm. Kemudian dari kebutuhan kehidupannya.
sisi jumlah udang yang tertangkap, udang Kemudian berdasarkan Gambar 5 dapat
mantis H. raphidea paling banyak ditemukan dilihat kelompok ukuran udang mantis jenis
pada stasiun 3, yaitu sejumlah 344 individu. O. gravieri yang didapatkan pada penelitian
Kemudian disusul pada stasiun 2 dan ini, yaitu <5,3 cm; 5,3-7,8 cm; 7,9-10,3 cm;
stasiun 3 masing-masing sejumlah 132 >10,3 cm. Dari seluruh kelompok ukuran
individu dan 91 individu. tersebut, jumlah udang mantis O. gravieri
Dari Gambar 4 terlihat bahwa di stasiun 1 paling banyak ditemukan pada kelompok
udang mantis H. raphidea kelompok ukuran ukuran 7,9-10,3 cm. Hal ini diduga karena
3,75–8,75 cm banyak ditemukan pada jarak kelompok ukuran ini merupakan ukuran yang
970-1170 meter dari pantai, yaitu sekitar sudah mampu beradaptasi terhadap kondisi
muara Sungai Pangabuan, Kuala Tungkal lingkungannya. Adapun udang mantis O.
dan dekat dengan ekosistem mangrove. Hal gravieri paling sedikit ditemukan pada
ini menunjukkan bahwa daerah tersebut kelompok ukuran >10,3 cm. Hal ini dapat
merupakan habitat yang cocok bagi udang disebabkan karena udang mantis kelompok
mantis muda atau ukuran kecil. Pada daerah ukuran besar banyak yang ikut tertangkap
ini diduga banyak pasokan makanan alami oleh nelayan ketika para nelayan
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan berasal menangkap udang mantis H. raphidea,
dari arah daratan, termasuk dari ekosistem walaupun udang mantis O. gravieri ini bukan
mangrove. Setelah dewasa, udang mantis target tangkapan.
akan bermigrasi menuju ke perairan dengan
salinitas yang lebih tinggi. Fakta ini sesuai
dengan pendapat Yusuda in Suwandi (1978)
bahwa secara umum, kelompok udang muda
banyak terdapat di daerah payau dekat
pantai, sedangkan kelompok udang dewasa
banyak terdapat pada perairan laut yang
lebih jauh dari pantai dengan kadar garam
yang lebih tinggi untuk memijah.
Kemudian pada stasiun 2, udang mantis
Stasiun 1 Stasiun 2
kelompok ukuran 3,75–8,75 cm lebih banyak
ditemukan pada jarak 2.860–3.060 m dan
jarak 3.160–3.460 m dibandingkan jarak
2.560–2.760 m. Hal ini dapat diakibatkan
adanya arus yang kuat sehingga udang
mantis yang berukuran kecil terbawa ke arah
laut.
Pada stasiun 3, udang mantis yang
paling banyak ditemukan adalah udang
mantis kelompok ukuran 3,75–8,75 cm dan
8,75–13,75 cm. Jika dilihat dari keberadaan
stasiun tersebut, hal tersebut disebabkan
oleh kondisi habitatnya. Stasiun 3 terletak di
sepanjang muara Sungai Pangabuan. Muara
sungai ini banyak mendapatkan pasokan Gambar 5. Jumlah Oratosquillina gravieri
makanan dari daratan dan merupakan
berdasarkan kelompok ukuran
44
[Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
Sedangkan pada stasiun 1 dan 2 dapat kisaran toleransi yang lebih sempit
dilihat bahwa udang mantis O. gravieri dibandingkan H. raphidea sehingga lebih
kelompok ukuran <5,3 cm banyak ditemukan sulit beradaptasi terhadap lingkungan.
pada jarak yang lebih jauh mengarah ke laut.
Hal ini disebabkan udang mantis ukuran Pola Distribusi Udang Mantis
kecil tersebut terbawa arus Sungai Untuk mengetahui pola distribusi kedua jenis
Pangabuan atau arus pasang surut menuju udang mantis, digunakan Indeks Sebaran
ke arah laut. Morisita (Id) dan kemudian dilanjutkan
Kemudian dari sisi jumlah udang yang dengan Uji Chi-Kuadrat. Hasil perhitungan Id
tertangkap, udang mantis O. gravieri paling tersebut didapatkan hasil bahwa nilai Id
banyak ditemukan juga pada stasiun 3, yaitu untuk H. raphidea adalah 1,2043-1,6678;
sejumlah 112 individu. Kemudian disusul sedangkan nilai Id untuk O. gravieri adalah
pada stasiun 2 dan stasiun 3 masing-masing 1,0561-2,2208. Berdasarkan kriteria pada
sejumlah 46 individu dan 30 individu. Hal ini Indeks Sebaran Morisita, maka udang
disebabkan karena di stasiun 3 merupakan mantis H. raphidea dan O. gravieri
habitat yang sesuai untuk udang mantis ini mempunyai pola distribusi yang sama, yaitu
dan merupakan daerah yang selama ini Mengelompok Sempurna.
jarang dilakukan penangkapan. Pada stasiun Udang mantis hidup mengelompok sesuai
3 tersebut, arusnya kecil sehingga udang dengan jenisnya. Pola sebaran bersifat
mantis lebih dapat beradaptasi. Hal ini mengelompok diduga berkaitan dengan
sesuai dengan pernyataan Moore (1978) in kondisi lingkungan, ketersediaan makanan,
Martanti (2001) bahwa arus yang cepat akan dan tipe substrat. Ketersediaan makanan
membahayakan tempat hidup biota yang yang tinggi pada suatu tempat
biasanya hidup di dalam lumpur dan hewan memungkinkan suatu jenis organisme akan
perayap di dasar perairan. Aziz (1986) mengelompok pada tempat tersebut. Tipe
melaporkan distribusi dan kepadatan substrat berpengaruh terhadap pola sebaran
(jumlah) udang di suatu perairan dipengaruhi karena udang mantis akan berkumpul pada
oleh faktor lingkungan perairan, seperti arus, tipe substrat yang disukainya.
salinitas, pasang surut, serta tindakan Pola sebaran mengelompok berarti kedua
manusia di sekitar perairan tersebut, seperti jenis udang mantis H. raphidea dan O.
pembuangan sisa-sisa industri atau limbah gravieri ditemukan ditempat tertentu sesuai
rumah tangga yang dapat menimbulkan dengan preferensi habitatnya. Faktor fisik
pencemaran perairan. Berdasarkan terpenting yang bereaksi pada komunitas
wawancara terhadap nelayan bahwa stasiun dasar adlah turbulensi atau gerakan ombak
3 belum mengalami penangkapan. Hal ini (Nybakken 1988). Pada perairan yang
dikarenakan stasiun 3 berada pada lokasi dangkal interaksi ombak, arus, up welling
yang sempit sehingga mengakibatkan akan menimbulkan gerakan turbulensi. Pada
nelayan tidak melakukan penangkapan di dasar yang lunak, ombak ini dapat
daerah tersebut. menimbulkan gerakan bergelombang besar
Secara keseluruhan, berdasarkan Gambar 4 di dasar perairan yang sangat berpengaruh
dan Gambar 5, jumlah udang mantis jenis terhadap stabilitas subsrat. Hewan infauna
Harpiosquilla raphidea yang tertangkap yang hidup di dasar substrat sangat
selama penelitian di semua stasiun dipengaruhi oleh partikel substrat yang
pengamatan lebih banyak dibanding jenis teraduk. Selain itu, pergerakan ombak juga
Oratosquillina gravieri. Hal ini diduga karena dapat menentukan tipe partikel yang
H. raphidea bersifat superior atau pemangsa terkandung dan apabila pergerakan ombak
karena ukuran tubuh dan capitnya tersebut kuat maka akan memindahkan
(propundus) lebih besar dari O. gravieri partikel halus sebagai suspensi dan
sehingga O. gravieri kalah bersaing dengan menyisakan pasir.
H. raphidea, baik dalam kompetisi ruang Pola sebaran mengelompok berkaitan erat
maupun makan. Selain itu, juga dapat dengan kemampuan larva hewan bentik
disebabkan karena O. gravieri memiliki untuk memilih daerah yang akan
45
[Jurnal Pertanian-UMMI Volume 1 Nomor 1, Agustus 2011 ISSN : 2088-8848
ditempatinya. Kebanyakan hewan larva lebih Martanti D. 2001. Pola distribusi dan struktur
senang menetap di tempat yang terdapat populasi keong macan (Babylonia
spesies dewasanya. Hal ini menunjukkan spirata L.) di Teluk Pelabuhan Ratu
bahwa daerah tersebut cocok unyuk habitat pada musim timur. [skripsi].
hidupnya. Kemampuan larva memilih daerah Departeman Manajemen Sumberdaya
untuk menetap serta kemampuannya untuk Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
menunda metamorfosis membuat Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
penyebarannya tidak acak. Penyebaran Bogor.
secara acak relatif jarang terjadi di alam Nybakken JW. 1988. Biologi laut: suatu
(Nybakken 1988). pendekatan ekologis. [Terjemahan dari
Marine Biology: An ecological
KESIMPULAN approach, 3 rd edition]. Eidman HM,
Udang mantis jenis Harpiosquilla raphidea Koesoebiono, Bengen DG, Hutomo M,
dan Oratosquillina gravieri yang ditemukan di & Sukardjo S (penerjemah). PT
Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Gramedia. Jakarta. xv + 443 hlm.
Barat, Provinsi Jambi mempunyai habitat Suwandi E.1978. Beberapa aspek bilogi
dan pola distribusi yang sama. Habitat kedua udang penaeid yang tertangkap oleh
jenis udang mantis tersebut adalah dasar trawl di laut Arafura, Irian Jaya, dan
perairan berlumpur dengan tipe substrat Teluk Carpentaria, Australia [tesis].
lempung berpasir. Daerah penelitian, yang Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
merupakan daerah pasang surut, adalah Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70
habitat dari udang mantis muda atau ukuran hlm.
kecil. Adapun pola distribusi kedua jenis Wardiatno Y, A Farajallah, & A Mashar.
udang mantis tersebut adalah mengelompok 2009. Kajian aspek reproduksi dan
sempurna. genetika udang mantis (Harpiosquilla
raphidea Fabricius, 1798) di Kuala
UCAPAN TERIMA KASIH Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Barat, Jambi sebagai upaya lanjutan
Sdr/i Elin Pratiwi, Novi Ariyanti, Adrian domestifikasi udang mantis. Institut
Damora, dan Wahyu Muzammil, alumni Pertanian Bogor. Bogor.
Departemen Manajemen Sumberdaya Wardiatno Y & A Mashar. 2010. Biological
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu information on the mantis shrimp,
Kelautan IPB angkatan 43 yang telah Harpiosquilla raphidea (Fabricius 1798)
membantu Penulis dalam kegiatan penelitian (Stomatopoda, Crustacea) in Indonesia
ini. with a highlight of its reproductive
aspects. Journal of Tropical and
DAFTAR PUSTAKA Conservation, 7: 63-73.
Aziz KA. 1986. Distribusi dan komposisi
udang palaemonidae yang tertangkap
di Perairan Teluk Banten. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Aziz KA, Boer M, Widodo J, Djamali A, Gofar
A, & Rahmawati R. 2001. Perikanan
udang di Perairan Indonesia. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Brower JE, JH Zar, & CN von Ende. 1990.
Field and Laboratory methods for
rd
general ecology. 3 edition. Wm. C.
Brown Publishers.
46