Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor filoides (dahulu bernama sistosarkoma filoides) merupakan suatu


neoplasma jinak pada payudara yang berasal dari jaringan penyokong nonepitel,
bersifat menyusup secara local dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya
cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran besar. Tumor ini terdapat pada semua
usia, tetapi kebanyakan pada usia sekitar 30 tahun. Penanggulangan terhadap
tumor tersebut adalah eksisi luas. Jika tumor sudah besar, biasanya perlu
dilakukan mastektomi simple. Bila tumor ternyata ganas, harus dilakukan
mastektomi radikal walaupun mungkin bermetastasis secara hematogen seperti
sarcoma.1

Namanya berasal dari kata Yunani sarcoma, yang berarti tumor berdaging,
dan phyllo, yang berarti daun. Disebut demikian oleh karena tumor tersebut
menampilkan karakteristik yang besar, sarkoma ganas, tampilan seperti-daun
ketika dipotong, dan epitel, ruang seperti-kista bila dilihat secara histologis.
Karena sebagian besar tumor itu jinak maka disebut juga sebagai tumor filoides.
Tumor phyllodes dikemukakan pertama kali oleh Johannes Muller dengan nama
cystosarcoma phyllodes pada tahun 1838. Penyebutan sarcoma dianggap kurang
tepat, karena phyllodes tidak selalu bersifat ganas. Saat ini penamaan yang
dipakai adalah menurut WHO (1982) yaitu tumor phyllodes. 2

Merupakan varian yang jarang dari fibroadenoma. Cystosarcoma


phyllodes bertanggung jawab untuk kurang dari 1% dari semua lesi jinak dan
ganas payudara. Lesi ini lebih jarang di bandingkan FAM. Pola pertumbuhan lesi
ini cenderung cepat dan mengekspansi ke area sekitar. Walaupun tidak semua,
beberapa ada yang membentuk cystic sehingga lesi ini sering juga disebut dengan
cystosarcoma phyllodes. Lesi ini relative jinak dan jarang bermestasis dan mitosis
patologis, tapi 15% nya bisa jadi ganas dan menyebar secara hematogen (high
grade). Oleh karena kebanyakan lesinya lokal, maka bisa disembuhkan dengan
eksisi lokal, lesi malignan cendrung tumbuh kembali, tapi juga cenderung lokal. 2,

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Batas payudara


normal:

– Superior : iga II atau III


– Inferior : iga VI atau VII
– Medial : pinggir sternum
– Lateral : garis aksilaris anterior.

Payudara terdiri dari berbagai struktur :


– parenkim epitelial
– lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening
– otot dan fascia

Gambar 1. Anatomi payudara.


Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus,yang masing-
masing mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya,dan bermuara

2
pada putting susu.Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing
terdiri dari 10-100 asini grup.Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari
glandula mammae.3
Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis superfisialis dimana permukaan
anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang berfungsi
sebagai penyangga.3

2.2 FISIOLOGI

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.1

1 Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui


masa pubertas, lalu masa fertilisasi, sampai ke klimakterium
hingga menopouse. Sejak pubertas, pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang di produksi ovarium dan juga hormon hipofisis
telah menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus.
2 Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
Sekitar hari ke-8 menstruasi, payudara membesar, dan pada
beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Kadang, timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi,
sulit dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamogram
menjadi rancu karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
menstruasi mulai, semua hal di atas berkurang.
3 Perubahan yang terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada
kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan
duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi
hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu di
produksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melaui duktus ke puting susu yang dipicu oleh
oksotosin.

3
2.3 INSIDENSI

Tumor phyllodes merupakan jenis tumor payudara yang jarang,


insidensnya 0,3-0,5% dari total tumor payudara. Penelitian pada 8.567 pasien
tumor payudara pada tahun 1969 sampai 1993 hanya menemukan 31 kasus tumor
Phyllodes (0,37%). Secara keseluruhan 2,1 kasus per satu juta wanita, sangat
jarang pada laki-laki. Sebagian besar kasus tumor Phyllodes terjadi pada dekade
ke-4, jarang pada remaja, dapat terjadi pada semua umur. Tumor biasanya jinak
namun dapat terjadi rekurensi lokal dan terkadang dapat menyebar secara
sistemik; jarang bilateral (baik sinkronous atau metakronous). Faktor risikonya
belum jelas, mutasi p53 meningkatkan risiko tumor phyllodes 5

2.4 ETIOLOGI

Etiologi tumor filoides tidak diketahui. Tumor filoides secara nyata


berhubungan dengan fibroadenoma dalam beberapa kasus, karena pasien dapat
memiliki kedua lesi dan gambaran histologis kedua lesi mungkin terlihat pada
tumor yang sama. Namun, apakah tumor filoides berkembang dari fibroadenoma
atau keduanya berkembang bersama-sama, atau apakah tumor filoides dapat
muncul de novo, tidaklah jelas. Noguchi dan kolega telah mempelajari pertanyaan
ini dengan analisis klonal dalam tiga kasus dimana fibroadenoma dan tumor
filoides diperoleh berurutan dari pasien yang sama. Pada masing-masing kasus,
kedua tumor monoklonal dan memperlihatkan alel inaktif yang sama. Mereka
menyatakan bahwa tumor filoides memiliki asal yang sama dengan fibroadenoma,
fibroadenoma tertentu dapat berkembang menjadi tumor filoides.6
Studi menarik oleh Yamashita dkk, mengamati Immunoreactive endothelin 1
(irET-1), yaitu contoh dimana ilmu pengetahuan modern menjelaskan mekanisme
yang akan dengan pasti menjelaskan kedua fungsi normal mammae dan
patologinya, serta memungkinkan pergeseran dalam penekanan dari model studi
rodentia ke studi manusia. Level irET-1 jaringan diukur dengan ekstrak dari 4
tumor filoides dan 14 fibroadenoma. Immunoreactive endothelin 1 dapat
dibuktikan dalam semua kasus, namun levelnya jauh lebih tinggi pada tumor

4
filoides dibandingkan pada fibroadenoma. Endothelin 1 (ET-1) pada prinsipnya
merupakan vasokonstriktor kuat, namun juga memiliki banyak fungsi lainnya. Ia
menyebabkan stimulasi lemah DNA fibroblas mammae, namun dapat
digabungkan dengan insulin-like growth factor 1 (IGF-1) untuk menciptakan
stimulasi kuat. ET-1 tidak terdapat pada sel epitel mammae normal, namun
reseptor ET-1 spesifik terdapat pada permukaan sel stroma normal. Reseptor ET-1
dijumpai pada permukaan sel dari sel-sel stroma tumor filoides namun sel-sel
immunoreactive ditemukan dalam sel-sel epitel tapi bukan sel-sel stroma,
memberi kesan bahwa ET-1 disintesis oleh sel epitel tumor filoides. Dengan
demikian hal tersebut menjelaskan kemungkinan mekanisme parakrin pada
stimulasi pertumbuhan stroma cepat yang selalu terlihat bersama tumor filoides.
Hal yang penting adalah bahwa tumor filoides tidak seharusnya dibingungkan
dengan sarkoma murni (tanpa elemen epitel sama sekali), untuk memiliki tingkat
lebih besar pada keganasan dan gumpalan keduanya sama-sama bisa
mengaburkan sifat jinak dasar kebanyakan tumor filoides. Imunositokemistri dan
mikroskop elektron memperlihatkan bahwa sel stroma pada kedua tumor filoides
jinak dan ganas merupakan campuran dari fibroblas dan miofibroblas. Teknik-
teknik ini memperjelas perbedaan leiomiosarkoma dan mioepitelioma, dari tumor
filoides yang menunjukkan reaksi yang sama sekali berbeda.3

1,10
Faktor Risiko

 Variasi Geografik
Risiko untuk kanker payudara lebih tinggi di Amerika Utara dan Eropa
Barat dibandingkan Asia dan Afrika.
 Usia
Kejadian tumor payudara lebih sering ditemukan pada usia 40-49 tahun
(dekade kelima) yaitu sekitar 30% untuk kasus-kasus di Indonesia. Satu
dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia
dibawah 45 tahun. Dua pertiga keganasan payudara invasif ditemukan
pada wanita berusia 55 tahun. Insidensi kanker payudara akan berlipat

5
ganda setiap 10 tahun tetapi akan menurun drastis setelah masa
menopause.
 Genetika dan Riwayat Keluarga
Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi
genetik.1 Jika menderita kanker payudara saat usia kurang dari 40 tahun
dengan atau tanpa riwayat keluarga, menderita kanker payudara sebelum
usia 50 tahun dan satu atau lebih kerabat tingkat pertama menderita kanker
payudara atau kanker ovarium, menderita kanker payudara bilateral,
menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua atau lebih
kerabat tingkat pertama menderita kanker payudara ini merupakan faktor
predisposisi genetik sebagai penyebab kanker payudara.2 mutasi gen
BRCA1 (kromosom 17q21.3), mutasi gen BRCA2 (kromosom 13q12-13),
mutasi gen ATM sebagai gen pengatur perbaikan DNA, mutasi gen
CHEK2 dan gen supressor tumor P53 merupakan predisposisi dari kanker
payudara
 Pajanan lama ke estrogen eksogen pascamenopause
Efek samping dari terapi sulih estrogen (ERT, Estrogen Replacement
Therapy) dapat menyebabkan peningkatan insidensi kanker payudara
Penggunaan terapi sulih hormon yang digunakan lebih dari 10 tahun akan
meningkatkan risiko sebesar 1,35 dan penggunaan estrogen penguat
kandungan selama kehamilan juga meningkatkan risiko dua kali lipat.1,2
 Penggunaan kontrasepsi oral
Estrogen sangat mempengaruhi pertumbuhan jaringan payudara, wanita
yang terpapar estrogen dalam waktu yang lama akan memiliki risiko yang
besar terhadap kanker payudara. Penggunaan kontrasepsi oral dalam
jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko kanker payudara
sebesar 1,24 kali.2 Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Moewardi
Surakarta didapatkan bahwa pemakaian kontrasepsi hormonal berisiko
terkena kanker payudara 2,199 kali lebih banyak daripada pemakaian
kontrasepsi non-hormonal namun bukan peningkat risiko kanker payudara
yang signifikan.

6
 Radiasi pengion
Radiasi pengion ke daerah dada dapat meningkatkan risiko kanker
payudara namun risiko tersebut tergantung dari dosis radiasi, waktu sejak
pajanan, dan usia.
 Densitas jaringan payudara
Risiko terkena kanker payudara akan lebih tinggi pada wanita dengan
jaringan kelenjar lebih banyak dan sedikit jaringan lemak.
 Lama menyusui
Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi selama masa
kehamilan akan menurun drastis setelah melahirkan. Kadar hormon
estrogen dan hormon progesteron yang telah menurun dalam darah selama
menyusui akan mengurangi pengaruh hormon tersebut terhadap proses
proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
 Usia menstruasi pertama
Risiko kanker payudara akan lebih besar jika wanita tersebut mengalami
menarche sebelum usia 12 tahun dan disertai dengan menopause yang
lebih lambat yaitu pada usia lebih dari 55 tahun. Menarche pada usia
kurang dari 12 tahun memberikan risiko 1,7-2,4 kali lebih tinggi dibanding
dengan wanita yang mengalami menstruasi pada usia lebih dari 12 tahun,
hal ini berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan
progesteron yang berpengaruh terhadap proliferasi jaringan payudara.
 Gaya hidup
Obesitas yang terjadi pada pasca menopause akan meningkatkan risiko
kanker payudara sedangkan obesitas premenopause dapat menurunkan
risiko kanker payudara. Hal ini dapat disebabkan oleh efek tiap obesitas
yang berbeda terhadap kadar hormon endogen.
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30%.
Olahraga rutin pasca menopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%.
American Cancer Society merekomendasikan olahraga selama 45-60
menit setiap hari. Konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker
payudara karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen endogen

7
sehingga mempengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon.

2.5 PATOFISIOLOGI

Tumor ini bisa berasal dari fibroadenoma selular yang telah ada dan
sekarang telah mengandung satu atau lebih komponen asal mesenkim.
Diferensiasi dari fibroadenoma didasarkan atas lebih besarnya derajat selularitas
stroma, pleomorfisme selular, inti hiperkromatik dan gambaran mitosis dalam
jumlah yang bermakna. Protrusio khas massa polopoid stroma hiperplastik ke
dalam kanalikuli yang tertekan menghasilkan penampilan seperti daun yang
menggambarkan istilah filoides.2

2.6 GAMBARAN KLINIS

Manifestasi klinis tumor phyllodes umumnya unilateral, tunggal, tidak


nyeri, dengan benjolan yang dapat teraba. Tumor tiba- tiba muncul dan terus
membesar, atau berupa benjolan yang awalnya menetap lalu bertambah besar
dalam beberapa bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik payudara, tumor phyllodes
berupa benjolan lunak dan bulat, mirip broadenoma, namun berukuran besar (>2-3
cm). Tumor dapat terlihat jelas jika cepat membesar. Pembesaran cepat tidak
selalu mengindikasikan sifat ganas. Terlihat mengilat dengan permukaan kulit
seperti teregang disertai pelebaran vena permukaan kulit. Pada kasus-kasus yang
tidak tertangani baik, dapat terjadi luka borok kulit akibat iskemi jaringan.
Walaupun perubahan kulit seperti layaknya pada tumor payudara selalu
menunjukkan tanda-tanda keganasan (lesi T4), namun tidak pada tumor
phyllodes; borok pada kulit dapat terjadi pada jenis lesi jinak, borderline ataupun
ganas. Retraksi puting tidak umum terjadi. Ulserasi mengindikasikan nekrosis
jaringan akibat penekanan tumor yang besar.7

Metastasis dapat ditemukan bersamaan atau hingga 12 tahun kemudian.


Metastasis dapat menyebar secara hematogen, ke paru- paru (66%), tulang (28%),
otak (9%) dan lebih jarang ke hati dan jantung. Dapat disertai pembesaran
limfonodi regional, walaupun tanpa sel tumor. Tidak banyak literatur yang

8
melaporkan metastasis limfonodi. Treves hanya melaporkan 1 kasus metastasis ke
limfonodi aksila dari 33 kasus; dari 94 pasien yang diteliti Norris dan Taylor, 16
pasien mengalami pembesaran limfonodi, namun hanya 1 kasus yang terbukti
secara histologi mengalami metastasis. Reinfus menemukan 11 kasus pembesaran
limfonodi dari 55 kasus, namun hanya 1 kasus yang menunjukkan metastasis.
Minkowitz juga melaporkan satu kasus dengan metastasis kelenjar aksila.7

Mamografi abnormal dijumpai pada 75% kasus, sering menyerupai


gambaran broadenoma. Ultrasonografi menunjukkan massa homogen solid
disertai internal echo dan berdinding tipis.8

2.7 PEMERIKSAAN FISIK

Disadari adanya massa payudara keras, bergerak, berbatas-jelas,


tidak lunak 4

9
10
 Secara ganjil, cystosarcoma phylloides cenderung melibatkan payudara
kiri lebih sering dibandingkan payudara kanan
 Diatas kulit mungkin terlihat tampilan licin dan cukup translusen untuk
memperlihatkan vena payudara yang mendasarinya
 Temuan fisik (misal, adanya massa bergerak dengan batas jelas) mirip
dengan yang ada pada fibroadenoma
 Tumor filoides umumnya bermanifestasi sebagai massa lebih besar dan
memperlihatkan pertumbuhan yang cepat
 Temuan mamografi (misal, tampilan kepadatan bundar dengan batas halus)
juga serupa dengan yang terdapat fibroadenoma
 Tumor maligna rekuren terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal
 Paru merupakan tempat metastase paling sering, diikuti oleh tulang,
jantung dan hati
 Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera
beberapa bulan sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
 Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari terapi
awal
 Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi
 Hitungan kasar 30% pasien dengan tumor filoides maligna meninggal
karena penyakit ini

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang bisa
digunakan untuk mendiagnosa cystosarcoma.3

- Studi Pencitraan
Pada mammogram, tumor Phyllodes akan memiliki tepi yang berbatas
jelas. Baik mammogram ataupun USG payudara dapat membedakan
secara jelas antara fibroadenoma dan Phyllodes jinak atau tumor ganas.
Jenis tumor payudara ini biasanya tidak ditemukan di dekat

11
microcalcifications. Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di laboratorium
tapi jarang memberikan diagnosis yang jelas, karena sel-sel dapat
menyerupai karsinoma dan fibroadenoma. Pada Biopsi bedah akan
menghasilkan potongan jaringan yang akan memberikan sampel sel lebih
baik dan akan menghasilkan diagnosa yang tepat untuk sebuah tumor
Phyllodes.3

Gambar 3. Gambaran mamografi cystosarcoma


MRI payudara dapat membantu tindakan operasi dalam pengangkatan
jaringan tumor phyllodes. Sebuah studi membandingkan mammogram di
Italia, USG dan MRI payudara dari tumor Phyllodes melaporkan bahwa
MRI memberikan gambaran yang paling akurat dan ini membantu ahli
bedah tumor dalam menjalankan rencana operasi mereka. Bahkan jika
tumor itu cukup dekat dengan otot-otot dinding dada, payudara MRI bisa
memberikan gambaran yang lebih baik dari tumor phyllodes daripada
mammogram atau USG.3

12
Gambar 4. Gambaran USG

Prosedur
- FNA untuk pemeriksaan sitologi biasanya tidak memadai untuk
diagnosis tumor filoides. Biopsi jarum lebih dapat dipercaya, namun

13
masih bisa terdapat kesalahan pengambilan sampel dan kesulitan
dalam membedakan lesi dari sebuah fibroadenoma3
- Biopsi payudara eksisi terbuka untuk lesi lebih kecil atau biopsi
insisional untuk lesi lebih besar adalah metode pasti untuk
mendiagnosis tumor filoides3

Temuan histologis
Semua tumor filoides mengandung komponen stroma yang dapat bervariasi dalam
tampilan histologis dari satu lesi ke lesi lainnya. Umumnya, tumor filoides jinak
memperlihatkan peningkatan jumlah mencolok pada fibroblas fusiformis reguler
dalam stroma.2

Adakalanya, sel-sel sangat anaplastik dengan perubahan miksoid yang diamati.


Atipia seluler tingkat tinggi, dengan peningkatan selularitas stroma dan
peningkatan jumlah mitosis, hampir selalu diamati pada bentuk maligna
cystosarcoma phylloides. Secara ultra-struktural, pada tumor filoides bentuk jinak

14
dan ganas, nukleolus dapat mengungkapkan nukleolonema yang bertautan kasar
dan sisterna berlimpah dalam retikulum endoplasma.2

2.9 DIAGNOSIS DEFINITIF


Hasil histopatologi dari biopsi core, insisi atau eksisi. Berdasarkan
gambararan histologi tumor phyllodes dibagi menjadi 3 subtipe. Menurut
klasifikasi WHO subtipe tersebut adalah benign phyllodes, borderline
phyllodes (juga dikenal sebagai low grade malignant) dan malignant phylodes
(high grade malignant). Klasifikasi ini ditentukan parameter histologi yaitu
stromal cellular atypia, mitotic activity, stromal overgrowth dan tumor
margin.9

Pada tahun 1981, WHO mengadopsi penamaan tumor phyllodes dan


membaginya menjadi tipe benign, borderline, dan malignant berdasarkan
karakteristik stroma. Karakteristik tersebut berupa derajat atipikal selular
stroma, aktivitas mitosis per-10 lapang pandang besar, ada tidaknya
overgrowth stroma, dan batas tumor yang infiltratif atau batas tumor yang
tegas. Tumor phyllodes tipe benign memiliki atipikal seluler ringan sampai
sedang, dengan peningkatan sel-sel stroma. Rasio mitosis tinggi (10 atau lebih

15
mitosis dalam 10 lapang pandang besar), adanya infiltrasi, dan overgrowth
stroma. Overgrowth stroma telah dihubungkan dengan aktivitas metastasis,
yang tidak terdapat pada tipe benign dan borderline. 8

2.10 DIAGNOSIS BANDING 2

 Angiosarcoma
 FAM
 Kanker payudara

2
2.11 KOMPLIKASI

Seperti kebanyakan operasi payudara, komplikasi paska operasi dari


penatalaksanaan bedah tumor filoides termasuk berikut ini:
 Infeksi
 Pembentukan seroma
 Rekurensi lokal dan/atau jauh

2.12 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tumor phyllodes masih diperdebatkan dan tidak sama


pada semua kasus. Terapi utama adalah pembedahan komplet dengan batas
adekuat. Banyak peneliti menganjurkan batas eksisi 1 cm sebagai reseksi yang
baik. Rekurensi berkaitan dengan margin eksisi dan tidak berkaitan dengan grade
dan ukuran tumor. Eksisi luas pada tumor kecil atau mastektomi simpel umumnya
menunjukkan hasil memuaskan. Eksisi otot-otot pektoral perlu dipertimbangkan
jika telah terjadi infiltrasi. Mastektomi dengan rekonstruksi payudara dapat
7
menjadi pilihan pada tumor berukuran besar.

Tumor phyllodes, sama halnya dengan sarkoma jaringan lunak, jarang


menyebabkan metastasis ke kelenjar getah bening (KGB). Sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa diseksi KGB aksila tidak rutin dilakukan,

16
mengingat jarangnya in ltrasi ke KGB aksila. Norris dan Taylor menganjurkan
mastektomi dengan diseksi KGB aksila bagian bawah jika terdapat pembesaran
KGB, tumor ukuran >4 cm, biopsi menunjukkan jenis tumor agresif (in ltrasi
kapsul, kecepatan mitosis tinggi, dan derajat selular atipikal tinggi). Jika
terindikasi ada keterlibatan KGB secara klinis atau pada pemeriksaan imaging,
dapat dilakukan biopsi jarum dengan panduan USG. Jika hasilnya negatif, dapat
8
dipertimbangkan biopsi sentinel limfonodi.

Peran radioterapi dan kemoterapi adjuvan masih kontroversial, namun


penggunaan radioterapi dan kemoterapi pada sarkoma mengindikasikan bahwa
keduanya dapat digunakan pada tumor phyllodes. Radioterapi adjuvan dapat
bermanfaat pada tipe maligna. Kemoterapi golongan antrasiklin, ifosfamid,
sisplatin, dan etoposid jarang digunakan. Belum banyak penelitian mengenai
penggunaan terapi hormonal, seperti tamoksifen. Sensitivitas hormonal pada
tumor phyllodes juga belum teridenti kasi dengan baik. Secara garis besar, terapi
sistemik tumor phyllodes tidak berbeda dengan terapi pada sarcoma.8

17
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. H.N

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Senggi

Pekerjaan : IRT

Suku : Keerom

Status : Menikah

Agama : Kristen Protetan

No.CM : 319711

Masuk RS : 20 Oktober 2017

3.2 Anamnesis

Autoanamnesis

Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Os datang dengan keluhan muncul benjolan pada payudara kanan sejak kurang
lebih 1 bulan yang lalu. Os mengatakan benjolan makin hari makin membesar,

18
dan terasa sangat nyeri juga mengeluarkan darah. Os mengaku benjolan tersebut
timbul pada bekas operasi pada bulan agustus 2017.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Kondiloma Akuminata pada saat pasien berumur 19 tahun.

Malignant Phyloides mammae dextra (29 Agustus 2017)

Riwayat Hipertensi, DM, alergi di sangkal

Riwayat Menarce : Pada usia 9 tahun

Riwayat Haid : Teratur

Riwayat Paritas : 3 anak ( anak pertama meninggal pada usia 2


bulan, anak kedua berumur 8 tahun, anak ketiga
berumur 2 tahun).

Riwayat operasi sebelumnya : Riwayat Mastektomi di RS Dian Harapan pada


bulan Agustus 2017

Riwayat Penyakit Keluarga :Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien merupakan ibu rumah tangga dan tinggal
bersama suami dan orang tua

Riwayat Kebiasaaan : Kebiasaan merokok sejak umur 18 tahun (9 tahun)

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Keasadaran : compos mentis

Tanda Vital :

19
Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 94x/menit, regular dan kuat angkat.

Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 39,4oC
SpO2 : 98% tanpa O2 masker.

Kepala/leher
Mata : Konjungtiva Anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung : Deformitas (-), secret (-)
Telinga : Deformitas (-), secret (-)
Mulut : Deformitas (-), Bibir sianosis (-/-), Oral Candidiasis (-/-),
ulserasi (-), hipertrofi gusi (-), atrofi papil lidah (-/-),
mukosa bibir lembab (+/+)
Leher : Trakea di tengah, Pembesaran KGB (-/-)

Thorax
Pulmo : Inspeksi : Simetris, Ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vocal Fremitus D=S
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara Napas Vesikuler (+/+), Rhonki (+/+),
Wheezing (-/-)
Cor: Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavikula
sinistra
Perkusi :Batas kanan jantung ICS IV linea parasternal
dextra Batas kiri jantung ICS V linea midclavicula
sinistra
Auskultasi : BJ I–II regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

20
Inspeksi : Tampak datar, warna sama dengan sekitar,
jejas (- ), hematoma (-).
Auskultasi : Bising Usus (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan mc Burney (-), Nyeri lepas (-),
defans muscular (-), Rovsing sign (-), Psoas sign (-),
hepar (2 jari BAC), lien (TTB)
Perkusi : Tymphani
Ekstremitas
Atas : Akral teraba hangat, Edema (-/-), CRT < 2”
Bawah : Akral teraba hangat, Edema (-/-), CRT < 2”

Vegetatif
Makan/Minum: (+/+), BAB/BAK lancar/ seminggu hanya 2 kali.

Status Lokalis
Terdapat massa diregio mammae dextra berukuran 22x18x14cm, nyeri
tekan (-), mobile (+), rembes(+)

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Histopatologi
Hasil Pemeriksaan (31 agustus 2017)
Organ Massa di mammae dextra
Diagnosa Klinis Tumor mammae dextra
Makroskopis (identitas sesuai, tanpa keterangan)
2 buah jaringan bentuk tidak teratur, masing-masing
ukuran 4x4x3 cm dan 4x3.5x2 cm, warna putih
kecoklatan, kenyal. Pembelahan penampang warna putih
disertai bercak seperti kapur, masing-masing 1 kupe.
Mikroskopis Sediaan menunjukkan jaringan tumor dengan bagian
hiperplasi epitel duktus bentuk memanjang dan tubular,

21
kesan terdesak bagian hiperplasi stroma seluler, sel-sel
atipia dan polimorf, bulat dan oval sampai spindle,
beberapa dengan inti lebih dari satu, inti berukuran besar
hiperkromatis sebagian anak inti jelas, mitosis cukup
banyak, diantara stroma dengan kista-kista berisi massa
keratin, dibatasi epitel skuamosa kompleks. Relatif
monomorf.
Kesimpulan Massa di mammae dextra : Malignant phyloides
tumor dengan metaplasia skuamosa dan kista keratin.
Saran/NB -

Pemeriksaan darah lengkap dan kimia lengkap 20 November 2017

Jenis Nilai
Sampel Hasil Satuan
pemeriksaan Rujukan

HGB 5,1 12-16 g/dl


RBC 2,59 4,0-5,0 106/mm3
HCT 17,4 36-48 %
PLT 295 150-400 103/mm3
Darah
MCV 67,2 84-96 fL
Lengkap
MCH 19,7 28-34 Pg
MCHC 29,3 32-36 g/dL
WBC 5,8 5-10 103/mm3
LED - 1-10 mm/jam
GDS 85 mg/dL
Ureum 5,3 7,0-18,0 mg/dL
Kimia Kreatinin 0,23 0-0,95 mg/dL
Lengkap Kalium 3,89 3,5-5,3 mEq/L
Natrium 138,6 135-148 mEq/L
Klorida 105,7 98-106 mEq/L

22
Pemeriksaan darah lengkap 24 November 2017

Jenis Nilai
Sampel Hasil Satuan
pemeriksaan Rujukan

HGB 15,8 12-16 g/dl


RBC 5,57 4,0-5,0 106/mm3
HCT 46,1 36-48 %
PLT 179 150-400 103/mm3
Darah
MCV 82,8 84-96 fL
Lengkap
MCH 28,4 28-34 Pg
MCHC 34,3 32-36 g/dL
WBC 8,91 5-10 103/mm3
LED - 1-10 mm/jam

Pemeriksaan PT dan aPTT 27 November 2017

Jenis
Hasil Metode Nilai
pemeriksaan
PT 9,4 detik Foto Optik 10,2 – 12,1
aPTT 25,9 Foto Optik 24,8- 34,4

Pemeriksaan darah lengkap 3 Desember 2017

Jenis Nilai
Sampel Hasil Satuan
pemeriksaan Rujukan

HGB 8,1 12-16 g/dl


Darah
RBC 3,31 4,0-5,0 106/mm3
Lengkap
HCT 25,5 36-48 %

23
PLT 444 150-400 103/mm3
MCV 77,0 84-96 fL
MCH 24,5 28-34 Pg
MCHC 31,8 32-36 g/dL
WBC 6,20 5-10 103/mm3
LED - 1-10 mm/jam

3.5 Resume:
Pasien perempuan datang dengan keluhan benjolan pada payudara
sebelah kanan. Benjolan terasa makin hari makin, pasien juga mengaku
pernah menjalani operasi pengangkatan benjolan di rumah sakit Dian
Harapan pada agustus 2017.
Pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD 110/70
mmHg, HR 94 x/m, RR 24 x/m, SB 39,4o C, SpO2 98%. Pada pemeriksaan
fisik:
Status Lokalis
Terdapat massa diregio mammae dextra berukuran 22x18x14cm, nyeri
tekan (-), mobile (+), rembes(+)

3.6 Diagnosis Kerja


Malignant phyloides mammae dextra

3.7 Diagnosis Banding

 Angiosarcoma
 FAM
 Kanker payudara

3.8 Penatalaksanaan

Mastektomi

24
3.8 Prognosis
Quo ad vitam : ad dubia
Quo ad functionam : ad dubia
Quo ad sanationam : ad malam

3.9 Laporan Operasi

Diagnosis Pre Operatif : Malignant phyloides mammae dextra

Diagnosis Post Operatif : Malignant phyloides mammae dextra

Nama /Macam Operasi : Mastektomi

Waktu Operasi : 29 November 2017. Jam : 11.00 – 14.30

Laporan Operasi :

a. Pasien di posisikan supine dalam General Anesthesi


b. Dilakukan Aseptik dan Antiseptik
c. Dilakukan irisan melintang arah timur, perdalam lapis demi lapis
d. Dilakukan pembuatan flap
e. Dilakukan mastektomi mamae dextra
f. Kontrol Perdarahan
g. Pasang Drain 2 buah
h. Tutup luka operasi lapis demi lapis
i. Operasi Selesai

25
Instruksi Post Operasi :

- Awasi KU/VS/perdarahan
- Diet bertahap bila peristaltic (+)
- IVFD RL 30 tpm
- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr (iv)
- Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
- Inj. Asam tranexamat 3 x 500 mg (iv)
- Inj. Ketorolac 3 x 30mg (iv)

Hari / Follow Up
Tanggal
S Nyeri dan terasa panas pada payudara

26
24 O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
November Kesadaran : Compos Mentis
2017 TD : 110/70 mmHg ; Nadi : 115 x/m
RR : 21 x/m, SB : 37,4 ˚C
Kepala/Leher
CA (+/+), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : (+)
A Malignant Phyloides mamma dextra
P - Transfusi PRC 2 kolf/hari s/d Hb  10gr/dl
- IVFD RL/NaCl 30 tpm
- Inj. Antrain 500mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Paracetamol 3 x 500mg (k/p)

27
S Nyeri dan terasa panas pada payudara kanan
25
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg ; Nadi : 100 x/m
RR : 24 x/m, SB : 37,1 ˚C
Kepala/Leher
CA (+/+), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)

A Malignant Phyloides mamma dextra + anemia


P - IVFD RL/NaCl 20 tpm
- Inj. Antrain 500mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Paracetamol 3 x 500mg (k/p)
- Diet bebas TKTP

28
- Pro mastektomi
26 S Nyeri dan terasa panas pada payudara kanan
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg ; Nadi : 78 x/m
RR : 21 x/m, SB : 36,8 ˚C
Kepala/Leher
CA (+/+), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)

A Malignant Phyloides mamma dextra


P - IVFD RL/NaCl 20 tpm
- Inj. Antrain 500mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Paracetamol 3 x 500mg (k/p)
- Diet bebas TKTP

29
- Pro mastektomi
27 S Nyeri pada payudara kanan
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/60 mmHg ; Nadi : 114 x/m
RR : 24 x/m, SB : 36,9 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)

A Malignant Phyloides mamma dextra


P - IVFD RL/NaCl 20 tpm
- Inj. Antrain 500mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Paracetamol tablet 500mg (k/p)
- Diet bebas TKTP

30
- Pro mastektomi
28 S Nyeri dan terasa panas pada payudara kanan
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg ; Nadi : 84 x/m
RR : 20 x/m, SB : 36,5 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)

A Malignant Phyloides mamma dextra


P - IVFD RL/NaCl 20 tpm
- Inj. Antrain 500mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam
- Paracetamol tablet 500mg (k/p)
- Diet bebas TKTP

31
- Pro mastektomi
29 S Nyeri dan terasa panas pada payudara kanan
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/60 mmHg ; Nadi : 85 x/m
RR : 22 x/m, SB : 36,6 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)

A Malignant Phyloides mamma dextra


P - IVFD RL/NaCl 20 tpm
- Inj. Antrain 500mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam
- Paracetamol tablet 500mg (k/p)
- Diet bebas TKTP

32
- Pro mastektomi
- Sedia darah PRC 3 kolf
30 S Nyeri pada bekas operasi
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/60 mmHg ; Nadi : 100 x/m
RR : 22 x/m, SB : 37,3 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)

A Malignant Phyloides mamma dextra post mastektomi (H1)


P - IVFD RL/NaCl 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
- Inj. As. Traneksamat 500mg/ 8 jam

33
- Inj. Ketolorac 30mg/ 8 jam
- Diet biasa
S Nyeri pada bekas operasi berkurang
2 Desember O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/80 mmHg ; Nadi : 84 x/m
RR : 20 x/m, SB : 37,0 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)

A Malignant Phyloides mamma dextra post mastektomi (H3)


P - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
- Inj. As. Traneksamat 500mg/ 8 jam  Stop

34
- Inj. Ketolorac 30mg/ 8 jam
- Diet biasa
- Aff drain (1)
S Nyeri pada bekas operasi berkurang
3 Desember O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg ; Nadi : 88 x/m
RR : 20 x/m, SB : 36,9 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)

A Malignant Phyloides mamma dextra post mastektomi (H4)


P - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ketolorac 30mg/ 8 jam

35
- Diet biasa
S Nyeri pada bekas operasi berkurang
4 Desember O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg ; Nadi : 80 x/m
RR : 19 x/m, SB : 36,6 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)

A Malignant Phyloides mamma dextra post mastektomi (H5)


P - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ketolorac 30mg/ 8 jam
- Diet biasa
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam

36
- GV luka hari ini
- Aff drain
S Nyeri pada bekas operasi berkurang
5 Desember O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg ; Nadi : 80 x/m
RR : 20 x/m, SB : 36,0 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)

A Malignant Phyloides mamma dextra post mastektomi (H6) +


anemia (Hb 8)
P - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ketolorac 30mg/ 8 jam

37
- Diet biasa TKTP
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
- Mobilisasi duduk-jalan
- Transfusi PRC 4 kolf
S Nyeri pada bekas operasi berkurang
6 Desember O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg ; Nadi : 90 x/m
RR : 20 x/m, SB : 37,1 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
A Malignant Phyloides mamma dextra post mastektomi (H7)
P - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ketolorac 30mg/ 8 jam

38
- Diet biasa TKTP
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
- Mobilisasi duduk-jalan
- Boleh rawat jalan
- Terapi Oral

Riwayat Transfusi (20 November – 6 Desember 2017)


No. Tanggal/waktu pemberian Jenis darah Volume (cc) Keterangan
1. 21/11/2017 (Pukul 05.00WIT) PRC 250 cc IGD (Hb 5,1)
2. 21/11/2017 (Pukul 23.00 WIT) PRC 170 cc IGD
3. 22/11/2017 (Pukul 23.15 WIT) PRC 250 cc IGD
4. 23/11/2017 PRC 220 cc IGD
5. 29/11/2017 (Durante op) WB 350 cc OK (Hb 15,8)
6. 29/11/2017 (Durante op) WB 350 cc OK
7. 29/11/2017 (Durante op) WB 350 cc OK
8. 29/11/2017 (Durante op) WB 350 cc OK (Hb 8,1)
9 5/12/2017 PRC 200 cc RBW

39
BAB IV

PEMBAHASAN

Tumor filoides (dahulu bernama sistosarkoma filoides) merupakan suatu


neoplasma jinak pada payudara yang berasal dari jaringan penyokong nonepitel,
bersifat menyusup secara local dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya
cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran besar. Pada pasien ini ditemukan massa
berukuran besar pada payudara sebelah kanan dan massa tersebut berkembang
hanya dalam waktu 3 bulan setelah dilakukan operasi pengangkatan sebelumnya.

Faktor resiko terjadinya tumor secara umum ialah variasi geografik, usia,
genetika dan riwayat keluarga, pajanan lama ke estrogen eksogen
pascamenopause, penggunaan kontrasepsi oral, radiasi pengion, densitas jaringan
payudara, lama menyusui, usia menstruasi pertama, dan gaya hidup. Pada pasien
ini ditemukan memiliki 2 faktor resiko yaitu usia menstruasi pertama risiko akan
lebih besar jika wanita tersebut mengalami menarche sebelum usia 12 tahun dan
disertai dengan menopause yang lebih lambat yaitu pada usia lebih dari 55 tahun.
Menarche pada usia kurang dari 12 tahun memberikan risiko 1,7-2,4 kali lebih
tinggi dibanding dengan wanita yang mengalami menstruasi pada usia lebih dari
12 tahun, hal ini berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan
progesteron yang berpengaruh terhadap proliferasi jaringan payudara, yang pada
pasien mengalami menarche pada usia 9 tahun. Dan faktor resiko kedua gaya
hidup yaitu konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara karena
alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga mempengaruhi
responsivitas tumor terhadap hormon. Pasien merupakan perokok aktif sejak umur
18 tahun dan juga pasien mempunyai riwayat mengkonsumsi alcohol.
Manifestasi klinis tumor phyllodes umumnya unilateral, tunggal, tidak
nyeri, dengan benjolan yang dapat teraba. Tumor tiba- tiba muncul dan terus
membesar, atau berupa benjolan yang awalnya menetap lalu bertambah besar
dalam beberapa bulan terakhir. Pada status lokalis ditemukan massa yang
unilateral (mammae dextra), dan tidak nyeri tekan, massa muncul dan membesar

40
dengan progresif hanya dalam waktu beberapa bulan.
Diagnosa definitive tumor phyloides ditegakkan berdasarkan Hasil
histopatologi dari biopsi core, insisi atau eksisi. Berdasarkan gambararan histologi
tumor phyllodes dibagi menjadi 3 subtipe. Menurut klasifikasi WHO subtipe
tersebut adalah benign phyllodes, borderline phyllodes (juga dikenal sebagai low
grade malignant) dan malignant phylodes (high grade malignant).Pada pasien dari
hasil pemeriksaan histopatologi dengan mengirimkan massa dan tindakan eksisi
didapatkan hasil ; massa di mammae dextra : Malignant phyloides tumor dengan
metaplasia skuamosa dan kista keratin.

Penatalaksanaan tumor phyllodes masih diperdebatkan dan tidak sama


pada semua kasus. Terapi utama adalah pembedahan komplet dengan batas
adekuat. Banyak peneliti menganjurkan batas eksisi 1 cm sebagai reseksi yang
baik. Rekurensi berkaitan dengan margin eksisi dan tidak berkaitan dengan grade
dan ukuran tumor. Eksisi luas pada tumor kecil atau mastektomi simpel umumnya
menunjukkan hasil memuaskan. Eksisi otot-otot pektoral perlu dipertimbangkan
jika telah terjadi infiltrasi. Mastektomi dengan rekonstruksi payudara dapat
menjadi pilihan pada tumor berukuran besar. Pada pasien penatalaksanaan yang
dipilih ialah mastektomi dikarena ukuran tumor yang besar.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, Sjamsuhidajat. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta.


EGC
2. Schwartz. INTISARI PRINSIP-PRINSIP ILMU BEDAH EDISI 6. 2000.
Jakarta : EGC. Halaman 233
3. Jong de wim. BUKU AJAR ILMU BEDAH EDISI 2.2004. Jakarta : EGC.
Halaman 391-393
4. id.wikipedia.org/wiki/Kanker_payudara
5. Juanita, Sungowati NK. Malignant phyllodes tumour of the breast. Indon J
Med Sci. 2008;1:101-4.
6. Flynn LW, Borgen PI. Phyllodes tumor: About this rare cancer.
Community Oncology. 2006;3:46-8.
7. Calhoun KE, et al. Phyllodes tumors. In: Harris JR, Lippman ME, Morrow
M, Osborne CK, editors. Diseases of the breast. 4thed. Lipincott Williams
& Wilkins; 2009. p. 781-92.
8. Bal A, Gunggor B, Polat AK, Simsek T. Recurrent phyllodes tumor of the
breast with malignant transformation during pregnancy. J Breast Health.
2012;8:45-7.
9. Majalah Kedokteran Andalas, Vol. 38, No. Supl. 1, Agustus 2015
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
10. Kumar V, Abbas KA, Fausto N, Aster JC. The female breast. In: Schmitt
W, editor. Robbins and cotran pathologic basis of disease. 7th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2005. p.270-80, 1120-140.

42

Anda mungkin juga menyukai