BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1. Anestasi umum
Usaha menekan rasa nyeri pada tindakan operasi dengan menggunakan obat Telah dilakukan
sejak zaman dahulu termasuk pemberian alcohol dan opodium secara oral. Anestesi (pembiusan;
berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk
merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah
anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Anastesi Umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran
dan bersifat irreversible. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan ketidak sadaran,
analgesia, relaxasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan dari pasien. Tujuan dari
anastesi umum ini ialah menjamin hidup pasien yang memungkinan operator melakukan
tindakan bedah dengan leluasa dan menhilangkan rasa nyeri.
Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia
kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol,
Raymundus Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali
disintesis Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang ilmuwan
bernama W.G. Frobenius mengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730.
Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan gas nitrogen-oksida pada tahun [[1777], dan
berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan kegunaan gas nitrogen-oksida dalam
menghilangkan rasa sakit.
Sebelum tahun 1844, gas eter maupun nitrogen-oksida banyak digunakan untuk pesta mabuk-
mabukan. Mereka menamai zat tersebut "gas tertawa", karena efek dari menghirup gas ini
membuat orang tertawa dan lupa segalanya.
Penggunaan eter atau gas nitrogen-oksida sebagai penghilang sakit dalam dunia kedokteran
sebenarnya sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter gigi, ia bereksperimen
dengan nitrogen-oksida sebagai penghilang rasa sakit kepada pasiennya saat dicabut giginya.
Sayangnya usahanya mempertontonkan di depan mahasiswa kedokteran John C. Warren di
Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston gagal, bahkan mendapat cemoohan. Usahanya
diteruskan William Thomas Green Morton.
Morton adalah sesama dokter gigi yang sempat buka praktik bersama Horace Wells pada tahun
1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus 1819. Pada
usia 17 tahun, ia sudah merantau ke Boston untuk berwirausaha. Beberapa tahun kemudian
mengambil kuliah kedokteran gigi di Baltimore College of Dental Surgery. Morton meneruskan
kuliah di Harvard pada tahun 1844 untuk memperoleh gelar dokter. Namun karena kesulitan
biaya, tidak ia teruskan. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Elizabeth Whitman dan
kembali membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan memasang gigi palsu
serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara menghilangkan rasa sakit.
Morton berpikir untuk menggunakan gas nitrogen-oksida dalam praktiknya sebagaimana yang
dilakukan Wells. Kemudian ia meminta gas nitrogen-oksida kepada Charles Jackson, seorang
ahli kimia ternama di sekolah kedokteran Harvard. Namun Jackson justru menyarankan eter
sebagai pengganti gas nitrogen-oksida.
Morton menemukan efek bius eter lebih kuat dibanding gas nitrogen-oksida. Bahkan pada tahun
1846 Morton mendemonstrasikan penggunaan eter dalam pembedahan di rumah sakit umum
Massachusetts. Saat pasien dokter Warren telah siap, Morton mengeluarkan gas eter (atau
disebutnya gas letheon) yang telah dikemas dalam suatu kantong gas yang dipasang suatu alat
seperti masker. Sesaat pasien yang mengidap tumor tersebut hilang kesadaran dan tertidur.
Dokter Warren dengan sigap mengoperasi tumor dan mengeluarkannya dari leher pasien hingga
operasi selesai tanpa hambatan berarti.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton
berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran.
Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang
pertama kali menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia
kedokteran. Wajar jika Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia
dalam buku yang ditulis William H. Hart beberapa tahun yang lalu.
Di balik kesuksesan zat anestesi dalam membius pasien, para penemu dan penggagas zat anestesi
telah terbius ketamakan mereka untuk memiliki dan mendapatkan penghasilan dari paten
anestesi yang telah digunakan seluruh dokter di seluruh bagian dunia.
Terjadilah perseteruan di antara Morton, Wells, dan Jackson. Masing-masing mengklaim zat
anestesi adalah hasil penemuannya. Di tempat berbeda, seorang dokter bernama Crawford W.
Long telah menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun 1842, empat tahun sebelum
Morton memublikasikan ke masyarakat luas. Ia telah mengunakan eter di setiap operasi
bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya, hanya mempraktikkan untuk pasien-pasiennya.
Sementara ketiga dokter dan ilmuwan yang awalnya adalah tiga sahabat itu mulai besar kepala,
dokter Long tetap menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah.
Wells, Morton, dan Jackson menghabiskan hidupnya demi pengakuan dari dunia bahwa zat
anestesi merupakan hasil temuannya. Morton selama dua puluh tahun menghabiskan waktu dan
uangnya untuk mempromosikan hasil temuannya. Ia mengalami masalah meskipun ia telah
mendaftarkan hak patennya di lembaga paten Amerika Serikat (U.S. Patent No. 4848, November
12, 1846). Ketika tahun 1847 dunia kedokteran mengetahui, zat yang digunakan adalah eter yang
telah digunakan sejak abad 16, Morton tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk mendapat
keuntungan dari patennya. Jackson juga mengklaim, dirinya juga berhak atas penemuan tersebut.
.
BAB II
ANESTESI UMUM
Umumnya obat anestesi umum diberikan secara inhalasi atau suntikan intravena.
1. Anestesi inhalasi
Anastesia inhalasi menggunakan gas atau cairan anestetika yang mudah menguap
(volatile agent) sebagai zat anestetika melalui dara pernafasan. Zat anestetika yang
dipergunakan berupa suatu campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetika
tersebut tergantung dari tekanan parsial dalam jaringan otak menentukan kekuatan
daya Anastasia, zat anastetika disebut kuat bila dengan tekanan parsial rendah sudah
mampu memberi anastesia yang adekuat. Anestetik inhalasi berbentuk gas atau cairan
yang menguap berbeda-beda dalam hal potensi, keamanan dan kemampuan untuk
menimbulkan analgesia dan relaksasi otot rangka.Anastesia inhalasi masuk dengan
inhalasi atau inspirasi melalui peredaran darah sampai ke jaringan otak. Inhalasi gas
(N2O etilen siklopropan) anestetika menguap (eter, halotan, fluotan, metoksifluran,
etilklorida, trikloretilen dan fluroksen) , Factor-faktor lain seperti respirasi, sirkulasi
dan sifat-sifat. Fisik zat anestetika mempengaruhi kekuatan manapun kecepatan
anastesia.
2. Anestesi intravena
Beberapa obat anestesi diberikan secara intravena baik tersendiri maupun dalam
bentuk kombinasi dengan anestetik lainnya untuk mempercepat tercapainya stadium
anestesi atau pun sebagai obat penenang pada penderita gawat darurat yang
mendapat pernafasan untuk waktu yang lama, Yang termasuk :
Barbiturat (tiopental, metoheksital)
Benzodiazepine (midazolam, diazepam)
Opioid analgesik dan neuroleptik
Obat-obat lain (profopol, etomidat)
Ketamin, arilsikloheksilamin yang sering disebut disosiatif anestetik.
Teori Membran
Kerja dari anastetika umum atas dasar perubahan struktur molekul membran. Tak
ada reseptor spesifik, tak ada antagonis yg bekerja secara langsung.perubahan
sturktur membran, tak dapat cepat merubah konfigurasi protein untuk transmisi
rangsang (impuls) syarafà perpindahan ion, pelepasan neuro transmiter dengan
reseptor.
Teori Neurofisiologis
Timbulnya teori ini teori membran tak dapat jelaskan perubahan selektif kesadaran,
persepsi nyeri, dan relaksasi otot.Teori ini bicara tentang titik tangkap kerja di jalur
syaraf yg dipengaruhi. Laminadorsalis dari sumsum tulang belakang (substansia
gelatinosa), sistim retikuler, dan nukleus pemancar sensorik talamus merupakan
daerah yang peka terhadap nucleus.
Teori Lipid
Hubungan antara kelarutan zat anestetik dalam lemak dan timbulnya anesthesia.
Makin larut anestetik dalam lemak, makin kuat sifat anestetiknya.
Teori Koloid
Sejak obat anestesi umum di perkenalkan, telah diusahakan mengkorelasikan efek dan
tandanya untuk mengetahui dalamnya anestesi. Gambaran tradisional tanda dan stadium
anestesi (tanda guedel) berasal terutama dari penilitian efek diatil eter, yang mempunyai
mula kerja sentral yang lambat karena kelarutannya yang tinggi didalam darah. Stadium
dan tanda ini mungkin tidak mudah terlihat pada pemakaian anestetik modern dan anestetik
intravena yang bekerja cepat. Karenanya, pemakaian anestetik dipergunakan dalam bentuk
kombinasi antara anestetik inhalasi dengan anestetik intravena. Namun tanda-tanda
anesthesia dietil eter masih memberikan dasar untuk menilai efek anestetik untuk semua
anestetik umum. Banyak tanda-tanda anestetik ini menunjukkan pada efek obat anestetik
pernafasan, aktivitas refleks, dan tonus otot.
Secara tradisional, efek anestetik dapat dibagi 4 stadium peningkatan dalamnya depresi
susunan saraf pusat, yaitu :
I. Stadium analgesi
Pada stadium awal ini, penderita mengalami analgesi tampa disertai kehilangan kesadaran.
Pada akhir stadium 1, baru didapatkan amnesia dan analgesi.
Pada stadium ini, penderita tampak delirium dan gelisah, tetapih kehilangan kesadaran.
Volume dan kecepatan pernafasan tidak teratur, dapat terjadi mual. Inkontinensia urin dan defekasi
sering terjadi. Karena itu, harus diusahakan untuk membatasi lama dan berat stadium ini, yang
ditandai dengan kembalinya pernafasan secara teratur.
Stadium ini ditandai dengan pernafasan yang teratur. Dan berlanjut sampai berhentinya
pernafasan secara total. Ada empat tujuan pada stadium III digambarkan dengan perubahan
pergerakkan mata, dan ukuran pupil, yang dalam keadaan tertentu dapat merupakan tanda
peningktan dalamnya anestesi.
Bila pernafasan spontan berhenti, maka akan masuk kedalam stadium IV. Pada stadium ini
akan terjadi depresi berat pusat pernafasan dimedula oblongata dan pusat vasomotor. Tampa
bantuan respirator dan sirkulasi, penderita akan cepat meninggal.
Pada praktek anestesi modern, perbedaan tanda pada masing-masing stadium sering tidak
jelas. Hal ini karena mula kerja obat anestetik modern relatife lebih cepat dibandingkan dengan
dietil eter disamping peratan penunjang yang dapat mengontrol ventilasi paru secara mekanis
cukup tersedia. Selain itu, adanya obat yang diberikan sebelum dan selama operasi dapat juga
berpengaruh pada tanda-tanda anestesi. Atropin, digunakan untuk mengurangi skresi, sekaligus
mendilatasi pupil; obat-obatnya seperti tubokurarin suksinilkolin yang dapat mempengaruhi tonus
otot; serta obat analgetik narkotik yang dapat menyebabkan efek depresan pada pernafasan.tanda
yang paling dapat diandalkan untuk mencapai stadium operasi adalah hilangnya refleks kelopak
mata dan adanya pernapasan yang dalam dan teratur.
1. Obat Premedikasi
2. Obat Pelumpuh Otot
3. Obat Anestesi Inhalasi
4. Obat Anestesi Intravena
5. Obat Anestesi Regional/Lokal
1. OBAT PREMEDIKASI
Pemberian obat premedikasi bertujuan:
1. Manimbulkan rasa nyaman pada pasien
2. Memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anestesi.
3. Mengurangi timbulnyahipersalivasi, bradikardi, mual, dan muntah pascaanestesi.
4. Mnegurangi jumlah obat-obatan anestesi.
5. Mengurangi stress fisiologis (takikardia, napas cepat dll.
6. Mengurangi keasaman lambung.
Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anestesi sebagai berikut:
a. Anelgetik Narkotik
Morfin
Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg intramuskular diberikan untuk mengurangi kecemasan dan
ketegangan pasien menjelang operasi, menghindari takipnu pada pemberian trikloroetilen, dan
agar anestesi berjalan dengan tenang dan dalam. Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan waktu
pemulihan, timbul spasme serta kolik biliaris dan ureter. Kadang-kadang terjadi konstipasi, retensi
urin, hipotensi, dan depresi napas.
Petidin
Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg intravena diberikan untuk menekan tekanan darah dan
pernapasan serta merangsang otot polos. Dosis induksi 1-2 mg/kgBB intravena.
Barbiturat
Pentobarbital dan Sekobarbital. Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis dewasa 100-200 mg,
pada anak dan bayi 1 mg/kgBB secara oral atau intramuskular. Keuntungannya adalah masa
pemulihan tidak diperpanjang dan kurang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Yang mudah
didapat adalah fenobarbital dengan efen depresan ayng lemah terhadap pernapasan dan sirkulasi
serta jarang menyebabkan mual dan muntah.
b. Antikoligernik
Atropin.
Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-
0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.
Midazolam.
Midazolam mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek daripada diazepam. Midazolam lebih
disukai dibandingkan dengan diazepam. Dosis 50% dari dosis diazepam.
Nondepolarisasi : tidak ada fasikulasi otot, berpotensi dengan (hipokalemia, hipotermia, obat
anestetik inhalasi, eter, halotan, enfluran, isofluran), menunjukkan kelumpuhan yang bertahap
pada perangsangan tunggal atau tetanik, dapat diantagonis oleh antikolin esterase.
a. Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi
Pavulon
Pavulon merupakan steroid sintetis yang banyak digunakan. Mulai kerja pada menit kedua-ketiga
untuk selama 30-40 menit. Memiliki efek akumulasi pada pemberian berulang sehingga dosis
rumatan harus dikurangi dan selamg waktu diperpanjang. Dosis awal untuk relaksasi otot 0,08
mg/kgBB intravena pada dewasa. Dosis rumatan setengah dosis awal. Dosis Intubasi trakea 0,15
mg/kgBB intravena. Kemasan ampul 2 ml berisi 4 mg pavulon.
Trakrium.
Vekuronium
Vekuronium merupakan homolog pankuronium bromida yang berkekuatan lebih besar dan lama
kerjanya singkat Zat anestetik ini tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulang dan
tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna.
Rekuronium
Zat ini merupakan analog vekuronium dengan awal kerja lebih cepat. Keuntungannya adalah tidak
mengganggu fungsi ginjal, sedangkan kerugiannya adalah terjadi gangguan fungsi hati dan efek
kerja yang lebih lama
Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah menguap, tidak
mudah terbakar,tidak bereaksi dengan soda lime, dan mudah diuraikan cahaya. Halotan
merupakan obat anestetik dengan kekuatan 4-5 kali eter atau 2 kali kloroform.Keuntungan
pengguanaan halotan adalah induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas,
bronkodilatassi, pemulihan cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan mual, tidak
mudah. Kerugian adalag sangat poten, relatif mudah terjadi overdosis, analgesi dan relaksasi yang
kurang, harus dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal, menimbulkan
hipotensi, aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial, menggigil pasca anestesi dan hepatotoksik.
Overdosis relatif mudah terjadi dengan gejala gagal napas dan sirkulasi yang dapat menyebabkan
kematian.
Etil klorida.
etil klorida merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan mudah terbakar.
Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun juga cepat hilang. Induksi dapat dicapai dalam
0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit sesudah pemberian anestesi dihentikan. Etil
klorida sudah tidak dianjurkan lagi untuk digunakan sebagai anestesi umum, namun hanya untuk
induksi dengan memberikan 20-30 tetes pada masker selama 30 detik. Pada sistem tetes terbuka
(open drop), etil klorida disemprotkan ke sungkup dengan volume 3-20 ml yang menghasilkan
uap ± 3,5-5% sehingga pasien tidak sadar dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan obat lain
seperti eter. Etil klorida juga digunakan sebagai anestetik local dengan cara menyemprotkannya
pada kulit sampai beku
Enfluran (ethran).
Enfluran merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap, tidak
mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan enfluran cepat dan lancar. Obat
ini jarang menimbulkan mual dan muntah serta masa pemulihannya cepat. Dosis induksi 2-4,5%
dikombinasi dengan O2atay campuran N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3%.
Isofluran (forane)
Isofluran merupakan eter berhalogen, berbau tajam, dan tidak mutdah terbakar. Keuntungan
penggunaan isofluran adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin serta induksi
dan masa pulih anestesi cepat. Namun, harga obat ini mahal. Dosis induksi 3-3,5% dalam O2 atau
campuran N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3%.
Sevofluran
Obat anestetik ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai intuk induksi inhalasi.
Induksinya enak, dan cepat terutama pada anak. Dosis induksi 6-8 vol%. Dosis rumatan 1-2 vol%.
4. OBAT ANESTESI INTRAVENA
Natrium Tiopental (thiopental, pentotal).
Thiopental berupa bubuk kuning yang bila akan digunakan dilarutkan dalam air menjadi larutan
2,5% atau 5%. Indikasi pemberian tiopental adalah induksi anestesi umum, operasi/tindakan yang
singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka, dilatasi serviks, kuretase), sedasi pada anelgesi regional,
dan untuk mengatasi kejang-kejang eklampsia atau epilepsy. Kontra indikasinya adalah status
asmatikus, porfiria, syok, anemia, disfungsi hepar, dispnu berat, asma bronchial, versi ekstraksi,
miastemia gravis, dan riwayat alergi terhadap tiopental. Keuntungan penggunaan tiopental adalah
induksi mudah dan cepat, tidak ada delirium masa pemulihan cepat, tidak ada iritasi mukosa jalan
napas, sedangkan kerugiannya adalah dapat menyebabkan depresi pernapasan, depresi
kardiovaskuler, cenderung menyebebkan spasme laring, relaksasi otot perut kurang, dan bukan
analgetik. Dosis induksi tiopental 2,5% adalah 3-6 mg/kgBB intravena. Dosis sedasi 0,5-1,5
mg/kgBB.
Ketamin.
Ketamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic. Indikasi pemakaian
kentamin adalah prosedur dengan pengendalian jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis,
tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi, tindakan operasi sibuk, dan asma. Kontra indikasinya
adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolic 100 mmHg. Riwayat penyakit serebrovaskular,
dan gagal jantung. Dosis induksi 1-4mg/kgBB intravena dengan dosis rata-rata 2 mg/kgBB untuk
lama kerja 15-20 menit, dosis tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan. Dosis pemberian
intramuscular 6-13 mg/kgBB, rata-rata 10 mg/kgBB untuk lama kerja 10-25 menit.
Lidokain.
Lidokain (lignokain, xylocain) adalah anestetik local kuat yang digumakan secara topkikal atau
suntikan. Efek anestesi terjadi lebih cepat, kuat, dan ekstensif dibandingkan prokain. Larutan
lidokain 0,25-0,5% dengan atau tanpa adrenalin digunakan untuk anestesi infiltrasi sedangkan
larutan 1-2% untuk anestesi blok dan topical. Untuk anestesi permukaan tersedia lidokain gel 2%,
sedangkan pada analgesi/anestesi lumbal digunakan larutan lidokain 5%.
Bupivakain.
Bupivakain adalah anestetik golongan amida dengan mula kerja alambat dan masa kerja panjang.
Untuk anestesi blok digunakan larutan0,25-0,50% sedangkan untuk anestesi spinal dipakai larutan
0,5%.
1. Desfluran (suprane)
Cairan: 240 mL untuk inhalasi
2. Diazepam (generic,valium,dll)
Oral; tablet 2,5, 10 mg ; cairan 5 mg/ 5 mL
Oral lepas lambat; kapsul 15 mg
Parenteral; 5 mg/ mL untuk suntikan
3. Enfluran (ethrane)
Cairan : 125,250 mL untuk inhalasi
4. Etomizad (amidate)
Parenteral ;2 mg/ mL untuk suntikan
6. Isofluran (floren )
Cairan 100mL untuk inhalasi
7. Ketamin (ketalan)
Parenteral; 10,15,100 mg/mL untuk suntikan
c. Intramuskular
Metoda ini sangat populerdalam praktek anestesi,karena teknis mudah,relatif aman karena
kadar plasma tidak mendadak tinggi.Keburukanya ialah absorbsi kadan-kadang diluar
perkiraan,menimbulkan nyeri dibenci anak-anak dan beberapa obat bersifat iritan.
d. Subkutan
Metoda ini jarang digunakan dalam praktek anesthesia
e. Intravena
1.Bolus : Kekurangan cara ini ialah lajak takar(overdosis) sering terjadi terutama pada obat-
obatan dengan indeks terapetik sempit.Setelah pemberian intravena dosis tidak
dapat dikurangi.Rekomendasi penghasil obat dalam hal ini sering
mengejutkan,bahwa obatnya harus diberikan secara intravena dalam waktu 1-2
menit.
2.Infus : Dengan infus obat dapat diberika secara perlahan dengan laju tetap,misalnya
pelumpuh otot,analgetik.a
3.AKP (Analgesia Kendali Pasien) : Cara ini biasanya untuk mengendalikan nyeri pasca
bedah dengan opioid dosis kecil.
f. Rektal
Cara ini sering diberikan pada anak yang sulit secara oral dan takut disuntik.
g. Transdermal
Misalnya krem EMLA (eutetic mixture of local anesthetic),campuran lidokain-prokain
masing-masing 2,5%.Krem ini dioleskan ke kulit intak dan setelah 1-2jam baru dilakukan tusukan
jarum atau tindakan lain.
h. Inhalasi
Obat berupa gas atau uap cairan ,misalnya N2O,O2,bronkodilator,steroid.Pada keadaan
darurat atropin dan adrenalin dapat disemprotkan ke bronkus.
i. Epidural
Obat dimasukkan ke ruang epidural (ekstradural,peridural),yaitu ruang antara duramater dan
ligamentum flavum.Cara ini banyak dilakukan pada anestesia regional.
j. Spinal
Obat dimasukkan ke ruang subaraknoid (intratekal).
Ø Hambat refleks-refleks
Ø Hambat persepsi rangsang sensorik shg timbul analgesia yg cukup unt Tx operasi.
Ø Berikan keadaan pemulihan yg halus cepat dan tak timbulkan ESO yg berlangsung lama
Tergantung efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan, (harus hindarkan
pemaiakaian obat)
Ø Endokrin hindari obat yg meningkatkan kadar gula darah/ hindarkan pemakaian obat yang
merangsang susunan saraf simpatis pada diabetes penyakit basedow, karena bias
menyebabkan peninggian gula darah
Komplikasi
1. Komplikasi Kardiovasklar
a) Hipotensi : tekanan systole kurang dari 70mmHg atau turun 25% dari sebelumnya.
b) Hipertensi : umumnya tekanan darah dapat meningkat pada periode induksi dan
pemulihan anestesia. Komplikasi ini dapat membahayakan khususnya pada
penyakit jantung, karena jantung akan bekerja keras dengan kebutuhan o2 mokard
yang meningkat, bila tak tercukupi dapat timbl iskemia atau infark miokard.
Namun bila hipertensi karena tidak adekuat dapat dihilangkan dengan menambah
dosis anestetika.
c) Aritmia Jantung : anestesi ringan yang disertai maniplasi operasi dapat merangsang
saraf simpatiks, dapat menyebabkan aritmia. Bradikardia yang terjadi dapat
diobati dengan atropin
2. Penyulit Respirasi
b) Batuk
c) Cekukan (Hiccup)
d) Intubasi endobronkial
f) Atelektasis
g) Pnemotoraks
h) Muntah dan Regurgitas
3. Komplikasi Mata
a) Laserasi Kornea
a) Hipovolemia
b) Hipervolemia
5. Komplikasi Neurologi
a) KonvulsiTerlambat sadar
6. Komplikasi Lain-Lain
a) Menggihil
c) Mimpi buruk
f) Hipersensitif
Metode anastesi umum dilihat dari cara pemberian obat
I.Parenteral
Anastesi umum yang diberikan secara parenteral baik intravena maupun intra muscular biasanya
digunakan untuk tindakan yang singkat/ untuk tindakan yang singkat atau untuk indikasi
anesthesia. Keuntungan pemberian anestetik intravena adalah cepat dicapai induksi dan
pemulihan, sedikit komplikasi pasca anestetikjarang terjadi, tetapi efek analgesic dan relaksasi
otot rangka sangat lemah. Obat yang umum dipakai adalah thiopental, barbiturat, ketamin,
droperidol dan fentanil. Kecuali untuk kasus-kasus tertentu dapat digunakan ketamin, diazepam,
dll. Untuk tindakan yang lama biasanya dikombinasi dengan obat anestetika lain.
II.Perektal
Anastesi umum yang diberikan melalui rectal kebanyakan dipakai pada anak, terutama untuk
induksi anesthesia atau tindakan singkat.
Anastesia inhalasi ialah anesthesia dengan menggunakan gas atau cairan anestetika yang mudah
menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui dara pernafasan. Zat anestetika yang
dipergunakan berupa suatu campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetika tersebut
tergantung dari tekanan parsial dalam jaringan otak menentukan kekuatan daya Anastasia, zat
anastetika disebut kuat bila dengan tekanan parsial rendah sudah mampu memberi anastesia yang
adekuat. Anestetik inhalasi berbentuk gas atau cairan yang menguap berbeda-beda dalam hal
potensi, keamanan dan kemampuan untuk menimbulkan analgesia dan relaksasi otot rangka.
Anastesia inhalasi masuk dengan inhalasi atau inspirasi melalui peredaran darah sampai ke
jaringan otak. Inhalasi gas (N2O etilen siklopropan) anestetika menguap (eter, halotan, fluotan,
metoksifluran, etilklorida, trikloretilen dan fluroksen)
Factor-faktor lain seperti respirasi, sirkulasi dan sifat-sifat. Fisik zat anestetika mempengaruhi
kekuatan manapun kecepatan anastesia.
DAFTAR PUSTAKA
- Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology). Alih
Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I. Jakarta
- Gunawan s, dkk. (2007). Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Gon
- Katzung G, Betram. (1997). Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC
- Purwanto H, dkk. (2008). Data Obat Di Indonesia. Edisi 11. jakarta: PT Muliapurna jaya terbit.
Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. 1989. Anestesiologi. Jakarta : CV. Info
Medika
Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology). Alih
Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I. Jakarta
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik (Basic Clinical Pharmacology). Alih
Bahasa: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Salemba
Medika
DAFTAR PUSTAKA
Ebong.Makalah Anestesi Lokal Maksila. 6 Mei
2009.http://www.myspace.com/restiebongschizoprenz/blog/487522508. (24 Maret
2011).
Sunaryo. Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik.Dalam : ed. Ganiswarna SG. Farmakologi dan
Terapi. Jakarta: Gaya Baru, 1995:
234-47.
Gunawan, Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Staf pengajar departemen farmakologi fakultas kedokteran universitas
sriwijaya.2009.Kumpulan Kuliah Farmakologi edisi 2.Jakarta
: EGC
http://www.doktergigionline.com/2011/05/lidokain.html
http://yukiicettea.blogspot.com/2009/09/introduction-local-anaesthesia-in.html
http://email-dentin.blogspot.com/2011/02/anestesi-lokal-dalam-kedokteran-gigi.html
http://farmakologi.files.wordpress.com/2009/09/anestesi-lokal.pdf diakses pukul 23.11 pada
29 April 2012 melalui Mozila firefox
http://www.scribd.com/doc/83931191/Anestesi-Umum-Materi-Obat-Neuromuskulardiakses
pukul 21.34 pada 28 April 2012 melalui
mozila firefox