Anda di halaman 1dari 14

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia


Simposium Nasional IATMI 2009
Bandung, 2-5 Desember 2009

Makalah Profesional

IATMI 09-003

Mencari Hubungan Storativity Ratio dan Interporosity Flow


Coefficient dengan Recovery Factor Saat Periode Plateau Rate
pada Reservoir Rekah Alami

Oleh Leonardus Gilang Ginting, ST dan Sobani, ST


Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D.
OGRINDO

semakin besar. Sedangkan untuk sensitivitas


1. Sari interporosity flow coefficient didapatkan hasil
yang tidak berpengaruh secara signifikan
Reservoir rekah alami adalah terhadap harga recovery factor untuk reservoir
reservoir yang disertai dengan adanya minyak. Sebaliknya hasil sensitivitas pada
rekahan yang terbentuk secara alami dan reservoir gas memberikan pengaruh yang
memberikan pengaruh pada aliran fluida yang signifikan, dimana semakin besar harga
terjadi pada reservoir. Rekahan tersebut interporosity flow coefficient maka recovery
mempengaruhi mekanisme produksi minyak factor pada saat plateau rate akan semakin
dan gas yang terdapat di reservoir. Reservoir kecil. Dengan demikian telah di hasilkan
rekah alami memiliki parameter yang sangat sebuah persamaan recovery factor saat
penting untuk dapat memperkirakan kinerja periode plateau rate sebagai fungsi dari harga
dari reservoir tersebut yaitu storativity ratio storativity ratio dan interporosity flow
dan interporosity flow coefficient. Karya tulis coefficient untuk reservoir rekah alami.
ilmiah ini menjelaskan hubungan antara
storativity ratio dan interporosity flow
coefficient untuk recovery factor saat periode Kata kunci: storativity ratio, interporosity flow
plateau rate pada reservoir minyak dengan coefficient, reservoir rekah alami.
sumur vertikal dan reservoir gas dengan
sumur horizontal.
2. Pendahuluan
Dalam melakukan studi ini, penulis 2.1 Latar Belakang
melakukan Pressure Transient Analysis (PTA)
dan pemodelan reservoir rekah alami Reservoir rekah alami adalah reservoir
sehingga kita bisa melihat kelakuan dari yang memiliki karakterisitik sistem batuan
reservoir tersebut, kemudian dari model ini matriks dan rekahan yang ada di dalamnya.
penulis melakukan sensitivitas terhadap harga Matriks dan rekahan tersebut mempunyai sifat
storativity ratio dan interporosity flow batuan yang berbeda, sehingga reservoir
coefficient untuk mengamati apa pengaruhnya rekah alami sering disebut dengan reservoir
terhadap recovery factor saat periode plateau dual porosity. Hal inilah yang membedakan
rate pada reservoir rekah alami tersebut. reservoir rekah alami dengan reservoir biasa
Hasil analisa sensitivitas pada pada umumnya (reservoir single porosity).
reservoir minyak dan gas, didapatkan bahwa Perbedaan tersebut memberikan perbedaan
semakin besar harga storativiy ratio maka pula dalam kelakuan produksi fluida
recovery factor pada saat plateau rate reservoirnya. Penyebaran jenis lapangan ini

IATMI 09-003 1
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
hampir bisa ditemukan di seluruh dunia 2.2 Tujuan
termasuk di Indonesia. Ketertarikan pada
reservoir rekah alami mulai meningkat pada Tujuan dari penulisan paper ini adalah
beberapa tahun terakhir ini, hal ini disebabkan mencari hubungan storativity ratio dan
karena pengaruh rekahan yang terdapat pada interporosity flow coefficient dengan recovery
reservoir memegang peranan penting dalam factor saat periode plateau rate pada reservoir
faktor perolehan minyak dan gas yang rekah alami.
diproduksi. Pada tahun 1956 Knebel dan
Rodriques – Eraso1 melaporkan bahwa 41 % 3. Teori Dasar
dari ultimate recovery yang diketemukan
sampai saat itu dikandung pada reservoir jenis
ini. Kemudian McNaughton dan Garb2 3.1 Interporosity Flow Coefficient
memperkirakan bahwa pada tahun 1975
ultimate recovery dari sebuah reservoir ini Interporosity flow coefficient adalah
dapat berproduksi minyak melebihi 40 milyar parameter yang menggambarkan kemampuan
STB, tentunya sekarang hal tersebut mungkin suatu fluida untuk mengalir dari matriks ke
telah melampui angka tersebut. rekahan4. Warren dan Root mendefinisikan
interporosity flow coefficient, λ, dalam
Studi tentang reservoir rekah alami persamaan berikut5:
menyangkut tentang dua parameter penting, km
yaitu strorativity ratio dan interporosity flow λ = α rw2 ………………………………….(1)
coefficient. Storativity ratio adalah kapasitas kf
penyimpanan fluida baik gas dan minyak di Interporosity flow coefficient juga
dalam rekahan sedangkan interporosity flow menunjukkan ukuran kemudahan fluida
coefficient adalah ukuran kemudahan fluida mengalir dari matriks menuju fracture.
mengalir dari sistem batuan matriks menuju
rekahan/fracture. Hal pertama yang melatar Untuk model reservoir rekah alami yang
belakangi studi pada paper ini adalah hipotesa berbeda – beda persamaan interporosity flow
awal bahwa nilai storativity ratio sebanding coefficient dapat di bagi menjadi empat model6
dengan recovery factor produksi reservoir yaitu sebagi berikut:
minyak saat akhir periode plateau rate-nya,
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1 a. Cubic matrix blocks
(Lapangan Klamono, Reservoir Rekah Alami)3.
Hipotesa awal inilah yang akan dikaji lebih 60 ⎛⎜ k m ⎞⎟ 2
λ= rw …..……...……..…...(2)
lanjut dalam paper ini. lm 2 ⎜⎝ k f ⎟⎠
Studi dalam paper ini akan dikaji dua b. Spherical matrix blocks
model yaitu menggunakan model fasa gas
dengan sumur horizontal dan fasa oil dengan 15 ⎛⎜ k m ⎞ 2
⎟rw
λ= .…….............…….....(3)
sumur vertikal. rm2 ⎜⎝ k f ⎟

Berdasarkan alasan diatas, ruang c. Horizontal strata (rectangular slab) matrix
lingkup penelitian ini menekankan kepada blocks
pencarian persamaan baru yang dapat
12 ⎛⎜ k m ⎞ 2
⎟rw
digunakan untuk menentukan recovery factor λ= ………..……........…(4)
saat akhir periode plateau rate dalam reservoir h 2f ⎜⎝ k f ⎟

rekah alam. Persamaan tersebut tentunya
harus memiliki kaitan erat dengan dua d. Vertical cylinder matrix blocks
parameter rekah alam, yaitu storativity ratio 8 ⎛⎜ k m ⎞ 2
⎟rw ………………..……...(5)
dan interporosity flow coefficient, juga λ=
diharapkan mampu memberikan hasil yang rm2 ⎜⎝ k f ⎟

akurat untuk memprediksi laju alir gas dan
minyak yang ingin digunakan. Oleh
karenanya, persamaan yang akan dibahas 3.2 Storativity Ratio
dalam paper ini diharapkan dapat membantu
studi pengembangan lapangan gas dan Storativity ratio adalah ukuran dari
minyak rekah alami untuk kedepannya. kapasitas penyimpanan fluida di dalam
rekahan/fracture. Warren dan Root
mendefinisikan storativity ratio, ω, dalam
persamaan berikut7:

IATMI 09-003 2
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

φf Cf fracture. Persamaan yang dipakai dalam


ω= ……………………...(6) 5
periode tiga adalah :
(φ C ) + (φ C )
f f m m
1
Pdf = [ ln t D + 0.80908 ] ……...…………..…(9)
Dari persamaan diatas, dapat dianalisa 2
bahwa semakin kecil nilai ω, maka semakin
kecil kapasitas penyimpanan fluida (minyak Jika dihitung lebih lanjut, persamaan diatas
dan gas) dalam fracture, namun di dalam akan memberikan nilai kedua slope sebesar
matriks, kapasitas penyimpanan fluidanya 1,15/cycle. Dalam bentuk kurva log – log,
tergolong baik. Sebaliknya semakin besar ω reservoir dual porosity memiliki ciri khas
maka penyimpanan fluida reservoir rekah terdapat suatu bentuk valley (curaman) pada
alam terdapat lebih banyak di dalam rekahan. akhir periode transisi. Cepat lambatnya
terjadinya saat ini dipengaruhi oleh nilai
3 tipe reservoir rekah alami berdasarkan interporosity flow coefficient, sedangkan
nilai storativity ratio dapat kita kelompokan kecuraman garisnya dipengaruhi oleh nilai
2
dalam tiga tipe , yaitu: storativity ratio-nya.

a. Tipe A : Storage capacity pada matriks


4. Metodologi Penelitian
yang tinggi jika di bandingkan dengan
storage capacity pada rekahan
b. Tipe B : Storage capacity pada matriks Langkah pertama untuk mencari
dan rekahan hampir sama besarnya persamaan recovery factor saat periode
c. Tipe C : Storage capacity lebih banyak plateurate adalah dengan melakukan
terdapat pada rekahan. pemodelan reservoir menggunakan software.
Software yang digunakan adalah CMG
3.3 Pressure Transien Analysis (Computer Modelling Group) 2005 dengan
simulator IMEX™. Data – data yang
Warren dan Root memberikan solusi digunakan dalam memodelkan reservoir
persamaan aliran dalam reservoir rekah alami adalah menggunakan data lapangan dan
sebagai berikut5: hipotetik.

Langkah selanjutnya adalah


1⎡ ⎛ − λt D ⎞ ⎛ − λt D ⎞ ⎤ ….(7) memvalidasi model yang digunakan dengan
Pdf = ⎢ln t D + 0.80908 + Ei ⎜⎜ ⎟⎟ − ⎜⎜ ⎟⎟ ⎥
2⎣ ⎝ ω (1 − ω ) ⎠ ⎝ ω (1 − ω ) ⎠ ⎦ studi pengujian sumur (well testing analysis).
Prosedur ini diperlukan agar model (base
Dapat dianalisa bahwa ada tiga region case) yang digunakan untuk melakukan studi
aliran dalam reservoir rekah alami. Dalam sensitivitas adalah model yang valid dan dapat
region pertama, atau terjadi saat tahapan awal merepresentasikan keadaan sebenarnya dari
produksi, produksi aliran fluida berasal dari reservoir rekah alam.
dalam sistem fracture. Saat region ini, nilai Ei
function sangat kecil, sehingga persamaan 7 Langkah terakhir adalah melakukan
dapat diubah menjadi5: studi sensitivitas, yaitu melakukan perubahan
dalam parameter – parameter fracture yaitu
Storativity Ratio dan Interporosity Flow
1 ⎡ 1 ⎤ …………….(8)
Pdf = ⎢⎣ ln t D + 0.80908 + ln ω ⎥⎦ Coefficient serta laju alir sehingga akan
2 didapatkan kelakuan yang bervariasi dari
recovery factor saat akhir periode plateau rate.
Dalam region kedua, atau sering disebut Hasil sensitivitas inilah yang digunakan untuk
saat transisi, dimana kurva tekanan terhadap membuat persamaan atau korelasi yang
waktu di dalam fracture cenderung konstan. diinginkan.
Hal ini menunjukkan tahapan awal dari suplai
fluida dari sistem matriks menuju sistem 4.1 Simulasi Reservoir
fracture. Keberadaan dan lamanya periode ini
ditunjukkan dengan parameter ω dan λ 4.1.1 Reservoir Gas
tersebut.
Dalam region tiga, dimana waktu
Model reservoir gas memiliki arah x,y,
produksi sudah sangat lama, maka periode
dan z dimana jumlah grid total sebanyak 9000
quasi-steady state flow tercapai, yaitu produksi
(50*30*6). Data properti fisik batuan dan fluida
fluida berasal dari matriks dan juga dari
reservoir untuk base case ini ditampilkan
dalam Tabel 1. Initial Gas In Place (IGIP)

IATMI 09-003 3
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
dalam model ini adalah sebesar 98 BSCF.
Berdasarkan data tersebut juga, dapat 4.2.2 Reservoir Minyak
dihitung nilai ω = 0,5 dan λ = 5,4 E-7. Nilai –
nilai tersebut dianggap sebagai ω dan λ base Validasi terhadap model yang di
case. Model reservoir yang dominan gunakan dilakukan dengan history matching
digunakan adalah tenaga pendorong gas cap grafik harga tekanan pada dasar sumur (Pwf)
drive saja. Pada bagian model sumur dan terhadap waktu dari data Drill Steam test
perforasi, pemodelan dilakukan dengan (DST) dan hasilnya dapat di lihat pada
menggunakan sumur horizontal sepanjang Gambar 3.
2000 ft dengan perforasi dilakukan pada
puncak reservoir.
Dari hasil validasi ini dapat dinyatakan
bahwa model reservoir yang telah dibuat
4.1.2 Reservoir Minyak adalah reliable sehingga bisa dilanjutkan
dengan analisa terhadap kelakuan reservoir
Studi ini menggunakan model reservoir rekah alami untuk berbagai analisa sensitivitas
berbentuk radial dua dimensi dan sistem variable reservoir rekah alam.
koordinat silinder (r, ߠ z). Skala blok grid
model adalah 20*1*20 = 400 blok. Data yang 4.3 Analisa Sensitivitas
digunakan untuk membuat model ini adalah
data-data dari Sumur-X yang merupakan
Analisa sensitivitas dalam kasus ini
sumur pada reservoir minyak rekah alami. dari
adalah analisa pengamatan terhadap hasil
hasil analisa pressure analysis sumur-X
recovery factor pada reservoir rekah alami
didapatkan Initial Oil in Place (IOIP)
dengan beberapa parameter yang diubah –
diperkirakan sebesar 4.02x106 STB dan harga
ubah. Parameter yang berperan dalam
storativity ratio didapatkan sebesar 17.7% dan
penentuan recovery factor saat akhir plateau
interporisty flow coefficient sebesar 3.284x10-7
rate adalah parameter fisik reservoir rekah
harga parameter. Nilai – nilai ini sebagai ω
alami itu sendiri, yaitu storativity ratio dan
dan λ base case. Adapun data-data lengkap
interporosity flow coefficient dan parameter
yang akan di gunakan terlihat pada Tabel 2.
constrain laju alir sumur. Analisa sensitivitas
lebih lanjut dilakukan dengan mengubah
4.2 Validasi Model parameter constrain laju alir sumur terhadap
nilai interporosity flow coefficient dan
4.2.1 Reservoir Gas storativity ratio yang bervariasi pula. Ketiga
parameter tersebut diharapkan dapat
Validasi model dilakukan dengan cara memberikan prediksi yang akurat dalam
analisa pengujian sumur (well testing) yang penentuan recovery factor saat akhir plateau
hasilnya ditampilkan dalam Gambar 2. Hasil rate di reservoir rekah alami ini.
uji pressure build up yang ditampilkan dalam Asumsi utama yang digunakan dalam
Gambar 2 memberikan hasil yang tidak jauh analisa sensitivitas ini adalah penyebaran
berbeda dengan parameter reservoir rekah rekahan dalam reservoir merata. Asumsi lain
alami yang diinput dalam simulator, yaitu ω = yang digunakan adalah ketika melakukan
0,18 dan λ = 1,080 E-7. Hasil tersebut sensitivitas storativity ratio, maka parameter
menunjukkan perbandingan permeabilitas interporosity flow coefficient dianggap konstan,
matriks terhadap fracture yang sama dengan dan begitu juga sebaliknya.
input data dalam simulator. Dalam gambar
tersebut terlihat pula karakteristik sumur 5. Hasil dan Pembahasan
horizontal yang ditunjukkan dengan garis
panjang pada pressure derivative setelah 5.1 Reservoir Gas
waktu wellbore storage diperkirakan telah
selesai. Alasan lain yang mendukung bahwa
5.1.1 Sensitivitas Storativity Ratio
faktor sumur horizontal dominan dalam model
ini adalah nilai skin (S) yang negatif, karena
sumur horizontal cenderung memberikan efek Dalam studi ini, dilakukan sebelas
merekahkan reservoir. perubahan terhadap nilai porositas fracture
dan kompresibilitas rekahan sedangkan nilai
Dengan mempertimbangkan alasan parameter lain dianggap tetap. Hasil
diatas, maka model base case dianggap valid sensitivitas storativity ratio terhadap recovery
untuk dilakukan studi lebih lanjut. factor saat akhir plateau rate ditunjukkan
dalam Gambar 4. Berdasarkan korelasi ini

IATMI 09-003 4
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
maka didapat pengamatan sementara bahwa 5.1.3 Sensitivitas Constrain Laju Alir
nilai recovery factor saat akhir plateau rate Gas
berbanding sebesar ± 1,5 nilai storativity ratio-
nya. Hal yang perlu dikaji lebih lanjut bahwa Untuk membuat suatu persamaan yang
semakin besar nilai storativity ratio-nya maka dapat berlaku pada lebih banyak kondisi dan
kapasitas penampungan fluida dalam fracture mengurangi asumsi – asumsi yang digunakan
akan semakin besar, sehingga kemampuan maka parameter pembentuk persamaan itu
reservoir memberikan plateau rate akan lebih haruslah semakin banyak dan mewakili lebih
lama dibandingkan dengan reservoir yang banyak kondisi. Oleh karena itu, sensitivitas
memiliki kapasitas penampungan fluida di constrain laju alir gas juga harus
fracture yang lebih sedikit. Hubungan diperhitungkan terhadap faktor yang akan
storativity ratio dengan recovery factor saat mempengaruhi nilai recovery factor saat akhir
akhir plateau rate dapat dibagi menjadi dua periode plateau rate. Alasan lain yang
region storativity ratio seperti pada gambar 5 memperkuat hal itu adalah bahwa tujuan dari
adapun persamaannya sebagai berikut : studi ini adalah membantu prediksi laju alir
yang tepat untuk pengembangan suatu
• Region I (0 < ω < 0,5) lapangan gas rekah alami, terutama untuk
lapangan baru yang akan diproduksikan.
(
RFplateu rate = 71.814 − 59.297 exp ( −170.159ω 3.434 ) ) Asumsi yang digunakan dalam
melakukan sensitivitas terhadap laju alir gas
...................................................................(10)
adalah berlaku untuk selang harga laju alir 10
– 50 MMScfd dengan nilai interporosity flow
• Region II (0,5 ≤ ω < 1)
coefficient yang tetap.
Hasil sensitivitas untuk kedua region
(
RFplateu rate = 118.904 − 48.109 exp ( −0.955ω 2.417 ) ) storativity ratio ditunjukkan dalam Gambar 8, 9
...................................................................(11) dan 10. Gambar ini menunjukkan hasil bahwa
semakin besar nilai constrain laju alir gas
5.1.2 Sensitivitas Interporosity Flow maksimum yang diberikan, maka semakin
singkat plateau rate-nya berlangsung. Hal itu
Coefficient
berpengaruh pula terhadap harga recovery
factor saat akhir periode plateau rate yang
Untuk melihat pengaruh sensitivitas semakin kecil. Hubungan constrain laju alir
faktor interporosity flow coefficient terhadap gas dengan recovery factor saat akhir plateau
recovery factor saat akhir periode plateau rate, rate adalah sebagai berikut:
dilakukan perubahan terhadap nilai
permeabilitas fracture, karena faktor ini lebih
• Region I (0 < ω < 0,5)
memiliki ketidakpastian tinggi dibandingkan
permeabilitas matriks. Hasil sensitivitas
interporosity flow coefficient terhadap nilai RFplateu = 73.3 − (0.813Q) − (0.0108Q 2 ) + (0.0002Q3 )
recovery factor gas saat akhir periode plateau ...................................................................(13)
rate ditunjukkan dalam Gambar 6. Gambar • Region II (0,5 ≤ ω < 1)
tersebut menjelaskan bahwa semakin besar
nilai interporosity flow coefficient, yang berarti RFplateu = 90.18* (0.9968Q ) ..........................(14)
semakin kecil perbandingan permeabilitas
antara matriks dan fracture, maka waktu
plateau rate akan semakin singkat. Hal ini 5.1 Reservoir Minyak
sesuai dengan pengertian semula bahwa
suplai laju alir pada saat plateau rate berasal 5.1.1 Sensitivitas Storativity Ratio
dari fracture. Berdasarkan hasil simulasi,
bahwa faktor interporosity flow coefficient Analisa sensitivitas storativity ratio ini
untuk kedua region storativity ratio memiliki melihat pengaruh harga recovery factor pada
harga regresi yang sama. Hasil regresi saat plateau rate. Parameter yang berubah
sensitivitas interporosity flow coefficient hanya parameter kompresibilitas rekahan,
ditampilkan dalam Gambar 7. Hubungan sedangkan parameter yang lain dianggap
interporosity flow coefficient dengan recovery tetap. Hal ini karenakan dari parameter-
factor saat akhir plateau rate adalah sebagai parameter pada storativity ratio yang memiliki
berikut : angka ketidak pastian yang tinggi adalah
1 .....(12) harga kompresibilitas rekahan. Gambar 11
R F plateu =
(
0.0103 + ( 0.0091λ 0.09148 ) ) adalah hasil dari analisa sensitivitas storativity
ratio.

IATMI 09-003 5
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Dari hasil analisa ini kita bisa lihat pada 6. Persamaan Recovery Factor saat
pada Gambar 12 bahwa dengan semakin Akhir Plateu Rate
besar harga sorativity ratio maka semakin
besar juga harga dari recovery factor pada Untuk membuat persamaan recovery
saat plateau rate. Hal ini dikarenakan dengan factor pada reservoir rekah alami saat akhir
semakin besar harga storativity ratio maka periode plateau rate, adalah dengan
penampungan akan fluida semakin besar menggabungkan hasil ketiga sensitivitas
pada rekahannya sehingga dengan kondisi tersebut dengan menggunakan pi theorm
seperti ini sistem dari reservoir ini akan (teorema pi), yaitu persamaan recovery factor
mempunyai kemampuan laju alir lebih besar saat akhir plateau rate mengikuti hubungan di
dari rekahannya sehingga harga saturasi bawah ini:
minyak yang tertinggal semakin sedikit. Untuk
hubungan antara harga storativity ratio dengan
recovery factor pada periode plateau rate RF plateu = C ω a λ b Q c ...............................(17)
mengikuti persamaan di bawah ini:
Untuk mendapatkan nilai a,b,c, dan C
RFplateau rate = 0.929ω 3 − 1.113ω 2 + 0.494ω + 0.239 ...(15) (konstanta), diperlukan pendekatan logaritmik
sesuai dengan teorema pi itu sendiri. Sebagai
contoh, untuk mendapatkan nilai koefisien “a”
5.1.2 Sensitivitas Interporosity Flow maka nilai λ, Q, dan C dianggap konstan.
Coefficient
Hasil perhitungan dari keempat koefisien
Sensitivitas interporosity flow coefficient tersebut memberikan persamaan usulan untuk
ini sama yang kita lakukan pada saat kita mengestimasi recovery factor saat akhir
melakukan sensitivitas terhadap storativity plateau rate pada reservoir gas dengan sumur
ratio yaitu kita ingin melihat pengaruh dari horizontal dan minyak rekah alami dengan
harga interporosity flow coefficient terhadap sumur vertikalkan, adapun persamaannya
periode plateau rate, dan recovery factor pada adalah sebagai berikut :
saat plateau rate. Pada saat kita melakukan
sensitivitas ini diasumsikan bahwa parameter Untuk reservoir gas:
selain parameter interporosity flow coefficient
adalah tetap. • Region I (0 < ω < 0,5)

Dari hasil analisa ini ditunjukan pada RFplateu = 9.394ω1.077 λ −0.0165Q −0.494 ...........(18)
Gambar 13, dari gambar ini menunjukan
• Region II (0,5 ≤ ω < 1)
bahwa dengan bertambahnya harga
interporosity flow coefficient maka harga dari
recovery factor pada saat plateau rate tidak RFplateu = 1.056ω 0.318λ −0.0165Q −0.0932 ..........(19)
memberikan pengaruh yang signifikan. Hal
ini dikarenakan interporosity flow coefficient
tidak merubah bentuk dari geometri Untuk reservoir minyak
penyimpanan fluidanya sehingga parameter ini
tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi RFplateau rate = 0.531ω 0.0974Q −0.0675
harga periode plateau rate dan harga recovery ...........................(20)
factor-nya.
7. Validasi dan Batasan Korelasi
5.1.3 Sensitivitas Constrain Laju Alir
Minyak 7.1 Reservoir Gas

Hasil dari sensitivitas contrain laju alir Untuk menguji apakah persamaan
minyak menunjukan dengan semakin besar usulan tersebut valid untuk diterapkan lebih
contrain laju alir minyak menunjukan semakin lanjut adalah dengan mem-validasi persamaan
kecil harga recovery factor saat akhir periode usulan tersebut dengan analisa error antara
plate seperti terlihat pada Gambar 14 dan 15. hasil persamaan dengan hasil simulasi
dari hasil analisa sensitivitas ini didapatkan reservoirnya. Contoh validasi persamaan
persamaan sebagai berikut : adalah sebagai berikut:

RFplateau rate = −5.4 x10−13 Q3 + 5.35x10−9 Q 2 − 2.65x10−5 Q + 0.28


....................................................................(16)

IATMI 09-003 6
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Contoh I: Adapun batasan-batasan agar persamaan ini
Lapangan-X dengan parameter : berlaku adalah sebagai berikut :
ω = 0.35
λ = 5.4 E-7 1. Penyebaran rekahan homogen diseluruh
Constrain Q maks = 30 MMScfd reservoir.
(RF plateu rate) korelasi = 71.69 % 2. Fluida reservoir merupakan Black Oil
(RF plateu rate) simulasi = 70.55 %
3. Driving Mechanism yang berlaku adalah
Error = 1.58 %
Solution gas drive saja.
Contoh II:
Lapangan-Y dengan parameter : 8. Kesimpulan
ω = 0.7
λ = 5.4 E-7 1. Nilai storativity ratio untuk reservoir gas dan
Constrain Q maks = 25 MMScfd minyak sebanding dengan nilai recovery
(RF plateu rate) korelasi = 88.64 % factor saat akhir periode plateu rate.
(RF plateu rate) simulasi = 87.84 % 2. Hasil sensitivitas interporosity flow
Error = 0.9 % coefficient untuk reservoir gas memberikan
pengaruh yang cukup signifikan dengan
Hasil lengkap validasi persamaan berbanding terbalik dengan recovery factor
recovery factor saat akhir periode plateau rate saat akhir periode plateu rate sedangkan
pada gas rekah alami yang diproduksikan untuk reservoir minyak tidak signifikan.
dengan sumur horizontal, dapat ditampilkan 3. Hasil constrain laju alir gas dan minyak
dalam Tabel 3. Berdasarkan nilai yang memberikan pengaruh yang berbanding
tercantum dalam Tabel 3 tersebut, maka dapat terbalik dengan recovery factor saat akhir
dibuktikan bahwa persamaan 18 dan periode plateu rate.
persamaan 19 memiliki keakuratan yang 4. Persamaan usulan untuk estimasi reservoir
cukup tinggi. Agar persamaan ini berlaku gas dengan sumur horizontal dan reservoir
dengan keakuratan yang tinggi maka perlu minyak dengan sumur vertikal memberikan
diperhatikan batasan – batasan sebagai keakuratan yang tinggi dalam menentukan
berikut: recovery factor saat akhir periode plateau
rate pada reservoir rekah alami.
1. Harga porositas rekahan dalam sensitvitas
storativity ratio tidak boleh lebih dari nilai 9. Saran
0,1.
2. Fluida reservoir berbentuk fasa gas kering 1. Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang
(dry gas). pengaruh fracture spacing dan perubahan
3. Tekanan dasar sumur minimum dalam permeabilitas matriks terhadap nilai recovery
simulasi adalah 250 psi. factor saat akhir periode plateau rate.
4. Letak sumur horizontal berada pada puncak 2. Perlu dilakukan analisa terhadap laju alir gas
reservoir. maksimum diluar selang pengujian
5. Driving Mechanism yang berlaku adalah gas persamaan.
cap drive saja. 3. Belum dapat diketahui apakah model
Warren dan Root dengan model reservoir
7.2 Reservoir Minyak rekah alami lainnya (Gilman dan Kazemi,
Baker, De Swaan) memiliki hasil recovery
Persamaan (20) kita validasi dengan kondisi factor yang sama saat akhir periode plateau
pada sumur-X dengan parameter: rate, oleh karena itu perlu dilakukan studi
lebih lanjut akan hal ini.
ω = 0.177 4. Perlu dilakukan pengembangan persamaan
λ = 3.284x10-7 recovery factor gas rekah alami saat akhir
Constrain Laju alir minyak = 858 Stb/day periode plateau rate dengan parameter –
(RF plateu rate) sumur-X = 28.4% parameter gas lainnya.
(RF plateu rate) korelasi = 28.43 % 5. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai
Error = 0.105 % analisa sensitivitas interporosity flow
Hasil lengkap validasi persamaan recovery coefficient untuk reservoir minyak.
factor saat akhir periode plateau rate pada 6. Perlu dilakukan pengembangan analisa
reservoir minyak rekah alami yang untuk reservoir minyak antara parameter
diproduksikan dengan sumur vertikal, dapat rekahan yaitu storativity ratio dan
ditampilkan dalam Tabel 4. interporosity flow coefficient dengan

IATMI 09-003 7
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
recovery factor pada kondisi sumur 12. Daftar Pustaka
horizontal.
1. Yasutra, Amega: Inflow Performance
10. Acknowledgements Relationship Pada Reservoir Rekah
Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut,
Terimakasih kepada OGRINDO yang Tesis, Departemen Teknik Perminyakan-
telah memberikan dukungannya sehingga ITB, Bandung, 2006
penulisan ini dapat diselesaikan dan pihak- 2. Aguilera, Robert: Naturally Fractured
pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu Reservoir. Pennwell Publishing
persatu. Company, Tulsa, Oklahoma, 1995.
3. Ariadji, Tutuka: Pembuatan
11. Daftar Simbol Pengembangan Lanjut (POFD) Lapangan
Minyak DOH dengan Metode Injeksi Air
(Klamono Field, Carbonate, Naturally
Bg = Faktor volume formasi gas, bbl/stb Fractures Reservoir).
Bo = Faktor volume formasi minyak, bbl/stb 4. Ahmed, Tarek: Advanced Reservoir
C = Wellbore Storage Engineering, Elsiever Inc, Texas, 2005.
Cf = kompresibilitas rekahan, Psi-1 5. Van Golf-Racht, T.D.: Fundamentals of
Cm = kompresibilitas matriks, Psi-1 Fractured Reservoir Engineering. Elsevier
Cg = kompresibilitas gas, Psi-1 Scientific Publishing Company,
Co = kompresibilitas minyak, Psi-1 Amsterdam, 1982.
Cw = kompresibilitas air, Psi-1 6. Tiab, Djebbar and Erle C. Donaldson:
kf = Permeabilitas rekahan, md Petrophysic: Theory and Practice of
km = Permeabiltas matriks, md Measuring Reservoir Rock and Fluid
GOR = Gas Oil Ratio, scf/stb Transport. Gulf Professional Publishing,
hf = Height of the fractured matrix slab, ft Houston, 2004.
L = Panjang sumur horizontal, ft 7. Warren, J.E. Root, P.J: The Behavior of
lm = Length of a block side, ft Naturally Fractured Reservoir, SPE
PD = Dimensionless pressure Journal. September, 1963, pp. 245 – 255.
Pr = Tekanan reservoir, psi
ΔPS = Delta Pskin, psi.
Pwf = Tekanan dasar sumur, psi
Qg = laju alir gas, MMScfd
Qo = laju alair minyak, stb/hari
RF = Recovery Factor, fraksi
rD = Dimensionless radius
rm = Radius of the sphere matrix block, ft
rw = radius sumur, ft
S = Total skin
Sg = Saturasi gas, fraksi
So = Saturasi minyak
Sw = Saturasi air, fraksi
tD = Dimensionless time
µg = Viskositas gas, cp
µo = Viskositas minyak, cp
α = specific surface coefficient, ft-2
λ = Interporosity flow coefficient
φf = Porositas rekahan
φm = Porositas matriks
ω = Storativity ratio
Zw = Jarak bawah lapisan dengan sumur , ft

IATMI 09-003 8
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
13. Lampiran

FIELD PRODUCTION

6000

5000

4000
Oil Rate (bbl/d)

3000

Produksi Matriks

2000

Produksi Rekahan
1000
Np = +18 juta bbl

0
Jan-1948 Sep-1961 Jun-1975 Feb-1989 Oct-2002
Time

Gambar-1 Lapangan Klamono, Reservoir Gambar-2 Log-Log Plot Pressure Build Up


Rekah Alami3 Test Reservoir Gas

PRESSURE MATCHING
4800
Well  Bottom‐hole Pressure (Psi)

Pressure 
4750
Model
4700
4650
4600
4550
4500
4450
0 50 100 150 200 250
Time (hour)

Gambar-3 History Matching Tekanan (Validasi Gambar-4 Plateu Rate untuk Sensitivitas
Model Reservoir Minyak) Storativity Ratio (Reservoir Gas)

Gambar-5. Faktor Perolehan Gas terhadap Gambar-6 Plateu Rate time untuk Sensitivitas
Storativity Ratio saat Akhir Periode Plateau Interporosity Flow Coefficient (Reservoir Gas)
Rate

IATMI 09-003 9
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Gambar-7 Faktor Perolehan Gas terhadap Gambar-8. Plateu Rate untuk Sensitivitas
Interporosity Flow Coefficient saat Akhir Constrain Laju Alir Gas pada Base Case
Periode Plateau Rate Model

Gambar-9. Faktor Perolehan Gas saat Plateu Gambar-10 Faktor Perolehan Gas saat Plateu
Rate terhadap Constrain Laju Alir Gas pada Rate terhadap Constrain Laju Alir Gas pada
Region I. Region II

RF Plateau Rate Vs Storativity
0.5
0.45
RF Plateau Rate

0.4
0.35
0.3
0.25 y = 0.929x3 ‐ 1.113x2 + 0.494x + 0.239
R² = 0.983
0.2
0 0.5 1
Storativity Ratio

Gambar-11. Plateau Rate untuk Sensitivitas Gambar-12. Recovery Factor Saat Periode
Storativity Ratio (Reservoir Minyak) Plateau Rate terhadap Storativity Ratio
(Reservoir Minyak)

IATMI 09-003 10
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Gambar-13. Plateau Rate untuk Sensitivitas Gambar-14. Plateu Rate untuk Sensitivitas
Interporosity Flow Coefficient (Reservoir Constrain Laju Alir Minyak
Minyak)

RF Plateau Rate Vs Contarin Laju Alir Minyak

0.30
0.25
RF Plateau Rate

0.20
0.15 y = ‐5E‐13x3 + 5E‐09x2 ‐ 3E‐05x + 0.279
0.10 R² = 0.999

0.05
0.00
0 2000 4000 6000
Laju Alir Minyak (Stb/day)

Gambar-14. Plateu Rate untuk Sensitivitas


Constrain Laju Alir Minyak

IATMI 09-003 11
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Tabel-1 Data Properti Fisik Batuan Dan Fluida Reservoir untuk Reservoir Gas

Properti Satuan Nilai


Zona Interval ft 7500 -7560
o
Temperatur F 180
Tekanan Psia 3500
Laju Alir Gas MMScfd 30
Spesific Grafity Gas 0.6
Fracture Spasing, lm ft 100
Faktor Volume Formasi Gas
bbl/cuft 0.00076
(Bg)
Viscositas Gas (µg) cp 0.02625
Kompressibilitas Gas (Cg) 1/psi 2.38E-04
Kompressibilitas Air (Cw) 1/Psia 2.97E-06
Kompressibilitas Matriks (Cm) 1/Psia 3.00E-06
Kompressibilitas Rekahan (Cf) 1/Psia 1.50E-05
Radius Sumur (rw) ft 0.255
Ketebalan ft 60
Porositas Rekahan % 5
Porositas Matriks % 25
Permeabilitas Matriks (km) md 10
Permeabilitas Rekahan (kf) md 10000
Panjang Sumur Horizontal, L ft 2000
Sw % 70
Sg % 30

Tabel-2. Data-Data Reservoir Sumur-X untuk Reservoir Minyak


Properti Satuan Nilai
Tebal Perforasi ft 1017
o
Temperatur F 321
Tekanan Psia 4745
Laju Alir Minyak STB/D 858
Pwf Psia 4552
API 38.6
Spesific Grafity Gas 0.8104
GOR scf/STB 1297
o
Temperatur Kepala Sumur F 120
Tekanan Kepala Sumur Psia 2500
o
Tempertur Separator F 99
Tekanan Separator Psia 190
Minyak FVF (Bo) RB/STB 1.682
Viscositas Minyak (µo) cp 0.2216
Kompressibilitas Minyak (Co) 1/psi 1.77e-05
Kompressibilitas Air (Cw) 1/Psia 3.98e-06
Kompressibilitas Batuan (Cr) 1/Psia 4.862e-06
Kompressibilitas Total (Ct) 1/Psia 1.296e-5
Radius Sumur (rw) ft 0.255
ID Tubing in 2.875
Ketebalan ft 1017
Porositas % 10
Sw % 70
So % 30

IATMI 09-003 12
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Tabel-3 Hasil Validasi Persamaan Usulan (Reservoir Gas)

Storativity Interporosity Flow Laju Alir Gas


RF Usulan RF Simulasi Error (%)
Ratio Coefficient (MMScfd)

0.35 0.00000054 25 0.784 0.710 9.488


0.25 0.00000054 30 0.499 0.577 15.644
0.1 0.00000054 30 0.186 0.150 19.347
0.15 0.00000054 30 0.288 0.230 20.159
0.2 0.00000054 30 0.392 0.447 13.876
0.25 0.00000054 30 0.499 0.578 15.784
0.3 0.00000054 30 0.607 0.659 8.514
0.35 0.00000054 30 0.717 0.706 1.585
0.4 0.00000054 30 0.828 0.737 10.986
0.2 0.00000054 20 0.479 0.544 13.459
0.2 0.00000054 40 0.340 0.366 7.441
0.2 0.00000054 15 0.553 0.593 7.366
0.2 0.00000054 10 0.675 0.643 4.764
0.2 0.00000054 25 0.429 0.495 15.293
0.5 0.00000054 30 0.783 0.786 0.340
0.6 0.00000054 30 0.830 0.828 0.269
0.7 0.00000054 30 0.871 0.865 0.754
0.8 0.00000054 30 0.909 0.915 0.591
0.7 0.00000054 15 0.930 0.929 0.066
0.7 0.00000054 20 0.905 0.899 0.699
0.7 0.00000054 25 0.886 0.878 0.903
0.7 0.00000054 40 0.848 0.852 0.421
0.5 0.00000054 50 0.747 0.758 1.508
0.5 0.00000054 25 0.797 0.792 0.534
0.5 0.00000054 35 0.772 0.780 0.979
0.5 0.00000054 10 0.868 0.839 3.256
0.5 0.00000054 20 0.813 0.802 1.362
0.5 0.00000054 15 0.835 0.814 2.534
0.5 0.00000054 40 0.762 0.771 1.144
0.5 0.00000054 45 0.754 0.763 1.203
0.5 0.0000054 30 0.754 0.752 0.258
0.5 0.00000216 30 0.765 0.764 0.226
0.5 0.00000108 30 0.774 0.775 0.073
0.5 0.00000072 30 0.779 0.782 0.355
0.5 0.000000216 30 0.795 0.795 0.009
0.5 0.000000108 30 0.804 0.806 0.160
0.5 0.000000072 30 0.810 0.812 0.283
0.5 0.000000054 30 0.813 0.815 0.186

IATMI 09-003 13
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Tabel-4 Hasil Validasi Persamaan Usulan (Reservoir Minyak)

Interporosity Flow Laju Alir Minyak RF


Storativity Ratio RF Usulan Error (%)
Coefficient (stbd) Simulasi
0.177 3.28E-07 500 0.295 0.27 10.002
0.177 3.28E-07 858 0.284 0.26 9.219
0.177 3.28E-07 1000 0.281 0.26 9.235
0.177 3.28E-07 1500 0.274 0.25 9.350
0.177 3.28E-07 2000 0.268 0.24 10.093
0.177 3.28E-07 2500 0.264 0.24 10.706
0.177 3.28E-07 3000 0.261 0.23 12.156
0.177 3.28E-07 3500 0.258 0.23 12.650
0.177 3.28E-07 4500 0.254 0.22 15.810
0.0715 3.28E-07 858 0.260 0.278 6.422
0.1764 3.28E-07 858 0.284 0.284 0.023
0.1367 3.28E-07 858 0.277 0.287 3.450
0.2405 3.28E-07 858 0.293 0.305 4.008
0.3221 3.28E-07 858 0.301 0.313 3.762
0.3878 3.28E-07 858 0.307 0.318 3.547
0.4419 3.28E-07 858 0.311 0.32 2.922
0.4872 3.28E-07 858 0.314 0.327 4.093
0.5258 3.28E-07 858 0.316 0.329 3.965
0.5589 3.28E-07 858 0.318 0.333 4.553
0.613 3.28E-07 858 0.321 0.344 6.770
0.6731 3.28E-07 858 0.324 0.351 7.793
0.76 3.28E-07 858 0.327 0.368 11.006
0.8261 3.28E-07 858 0.330 0.405 18.477

IATMI 09-003 14

Anda mungkin juga menyukai