Paper 1 PDF
Paper 1 PDF
Makalah Profesional
IATMI 09-003
IATMI 09-003 1
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
hampir bisa ditemukan di seluruh dunia 2.2 Tujuan
termasuk di Indonesia. Ketertarikan pada
reservoir rekah alami mulai meningkat pada Tujuan dari penulisan paper ini adalah
beberapa tahun terakhir ini, hal ini disebabkan mencari hubungan storativity ratio dan
karena pengaruh rekahan yang terdapat pada interporosity flow coefficient dengan recovery
reservoir memegang peranan penting dalam factor saat periode plateau rate pada reservoir
faktor perolehan minyak dan gas yang rekah alami.
diproduksi. Pada tahun 1956 Knebel dan
Rodriques – Eraso1 melaporkan bahwa 41 % 3. Teori Dasar
dari ultimate recovery yang diketemukan
sampai saat itu dikandung pada reservoir jenis
ini. Kemudian McNaughton dan Garb2 3.1 Interporosity Flow Coefficient
memperkirakan bahwa pada tahun 1975
ultimate recovery dari sebuah reservoir ini Interporosity flow coefficient adalah
dapat berproduksi minyak melebihi 40 milyar parameter yang menggambarkan kemampuan
STB, tentunya sekarang hal tersebut mungkin suatu fluida untuk mengalir dari matriks ke
telah melampui angka tersebut. rekahan4. Warren dan Root mendefinisikan
interporosity flow coefficient, λ, dalam
Studi tentang reservoir rekah alami persamaan berikut5:
menyangkut tentang dua parameter penting, km
yaitu strorativity ratio dan interporosity flow λ = α rw2 ………………………………….(1)
coefficient. Storativity ratio adalah kapasitas kf
penyimpanan fluida baik gas dan minyak di Interporosity flow coefficient juga
dalam rekahan sedangkan interporosity flow menunjukkan ukuran kemudahan fluida
coefficient adalah ukuran kemudahan fluida mengalir dari matriks menuju fracture.
mengalir dari sistem batuan matriks menuju
rekahan/fracture. Hal pertama yang melatar Untuk model reservoir rekah alami yang
belakangi studi pada paper ini adalah hipotesa berbeda – beda persamaan interporosity flow
awal bahwa nilai storativity ratio sebanding coefficient dapat di bagi menjadi empat model6
dengan recovery factor produksi reservoir yaitu sebagi berikut:
minyak saat akhir periode plateau rate-nya,
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1 a. Cubic matrix blocks
(Lapangan Klamono, Reservoir Rekah Alami)3.
Hipotesa awal inilah yang akan dikaji lebih 60 ⎛⎜ k m ⎞⎟ 2
λ= rw …..……...……..…...(2)
lanjut dalam paper ini. lm 2 ⎜⎝ k f ⎟⎠
Studi dalam paper ini akan dikaji dua b. Spherical matrix blocks
model yaitu menggunakan model fasa gas
dengan sumur horizontal dan fasa oil dengan 15 ⎛⎜ k m ⎞ 2
⎟rw
λ= .…….............…….....(3)
sumur vertikal. rm2 ⎜⎝ k f ⎟
⎠
Berdasarkan alasan diatas, ruang c. Horizontal strata (rectangular slab) matrix
lingkup penelitian ini menekankan kepada blocks
pencarian persamaan baru yang dapat
12 ⎛⎜ k m ⎞ 2
⎟rw
digunakan untuk menentukan recovery factor λ= ………..……........…(4)
saat akhir periode plateau rate dalam reservoir h 2f ⎜⎝ k f ⎟
⎠
rekah alam. Persamaan tersebut tentunya
harus memiliki kaitan erat dengan dua d. Vertical cylinder matrix blocks
parameter rekah alam, yaitu storativity ratio 8 ⎛⎜ k m ⎞ 2
⎟rw ………………..……...(5)
dan interporosity flow coefficient, juga λ=
diharapkan mampu memberikan hasil yang rm2 ⎜⎝ k f ⎟
⎠
akurat untuk memprediksi laju alir gas dan
minyak yang ingin digunakan. Oleh
karenanya, persamaan yang akan dibahas 3.2 Storativity Ratio
dalam paper ini diharapkan dapat membantu
studi pengembangan lapangan gas dan Storativity ratio adalah ukuran dari
minyak rekah alami untuk kedepannya. kapasitas penyimpanan fluida di dalam
rekahan/fracture. Warren dan Root
mendefinisikan storativity ratio, ω, dalam
persamaan berikut7:
IATMI 09-003 2
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
IATMI 09-003 3
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
dalam model ini adalah sebesar 98 BSCF.
Berdasarkan data tersebut juga, dapat 4.2.2 Reservoir Minyak
dihitung nilai ω = 0,5 dan λ = 5,4 E-7. Nilai –
nilai tersebut dianggap sebagai ω dan λ base Validasi terhadap model yang di
case. Model reservoir yang dominan gunakan dilakukan dengan history matching
digunakan adalah tenaga pendorong gas cap grafik harga tekanan pada dasar sumur (Pwf)
drive saja. Pada bagian model sumur dan terhadap waktu dari data Drill Steam test
perforasi, pemodelan dilakukan dengan (DST) dan hasilnya dapat di lihat pada
menggunakan sumur horizontal sepanjang Gambar 3.
2000 ft dengan perforasi dilakukan pada
puncak reservoir.
Dari hasil validasi ini dapat dinyatakan
bahwa model reservoir yang telah dibuat
4.1.2 Reservoir Minyak adalah reliable sehingga bisa dilanjutkan
dengan analisa terhadap kelakuan reservoir
Studi ini menggunakan model reservoir rekah alami untuk berbagai analisa sensitivitas
berbentuk radial dua dimensi dan sistem variable reservoir rekah alam.
koordinat silinder (r, ߠ z). Skala blok grid
model adalah 20*1*20 = 400 blok. Data yang 4.3 Analisa Sensitivitas
digunakan untuk membuat model ini adalah
data-data dari Sumur-X yang merupakan
Analisa sensitivitas dalam kasus ini
sumur pada reservoir minyak rekah alami. dari
adalah analisa pengamatan terhadap hasil
hasil analisa pressure analysis sumur-X
recovery factor pada reservoir rekah alami
didapatkan Initial Oil in Place (IOIP)
dengan beberapa parameter yang diubah –
diperkirakan sebesar 4.02x106 STB dan harga
ubah. Parameter yang berperan dalam
storativity ratio didapatkan sebesar 17.7% dan
penentuan recovery factor saat akhir plateau
interporisty flow coefficient sebesar 3.284x10-7
rate adalah parameter fisik reservoir rekah
harga parameter. Nilai – nilai ini sebagai ω
alami itu sendiri, yaitu storativity ratio dan
dan λ base case. Adapun data-data lengkap
interporosity flow coefficient dan parameter
yang akan di gunakan terlihat pada Tabel 2.
constrain laju alir sumur. Analisa sensitivitas
lebih lanjut dilakukan dengan mengubah
4.2 Validasi Model parameter constrain laju alir sumur terhadap
nilai interporosity flow coefficient dan
4.2.1 Reservoir Gas storativity ratio yang bervariasi pula. Ketiga
parameter tersebut diharapkan dapat
Validasi model dilakukan dengan cara memberikan prediksi yang akurat dalam
analisa pengujian sumur (well testing) yang penentuan recovery factor saat akhir plateau
hasilnya ditampilkan dalam Gambar 2. Hasil rate di reservoir rekah alami ini.
uji pressure build up yang ditampilkan dalam Asumsi utama yang digunakan dalam
Gambar 2 memberikan hasil yang tidak jauh analisa sensitivitas ini adalah penyebaran
berbeda dengan parameter reservoir rekah rekahan dalam reservoir merata. Asumsi lain
alami yang diinput dalam simulator, yaitu ω = yang digunakan adalah ketika melakukan
0,18 dan λ = 1,080 E-7. Hasil tersebut sensitivitas storativity ratio, maka parameter
menunjukkan perbandingan permeabilitas interporosity flow coefficient dianggap konstan,
matriks terhadap fracture yang sama dengan dan begitu juga sebaliknya.
input data dalam simulator. Dalam gambar
tersebut terlihat pula karakteristik sumur 5. Hasil dan Pembahasan
horizontal yang ditunjukkan dengan garis
panjang pada pressure derivative setelah 5.1 Reservoir Gas
waktu wellbore storage diperkirakan telah
selesai. Alasan lain yang mendukung bahwa
5.1.1 Sensitivitas Storativity Ratio
faktor sumur horizontal dominan dalam model
ini adalah nilai skin (S) yang negatif, karena
sumur horizontal cenderung memberikan efek Dalam studi ini, dilakukan sebelas
merekahkan reservoir. perubahan terhadap nilai porositas fracture
dan kompresibilitas rekahan sedangkan nilai
Dengan mempertimbangkan alasan parameter lain dianggap tetap. Hasil
diatas, maka model base case dianggap valid sensitivitas storativity ratio terhadap recovery
untuk dilakukan studi lebih lanjut. factor saat akhir plateau rate ditunjukkan
dalam Gambar 4. Berdasarkan korelasi ini
IATMI 09-003 4
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
maka didapat pengamatan sementara bahwa 5.1.3 Sensitivitas Constrain Laju Alir
nilai recovery factor saat akhir plateau rate Gas
berbanding sebesar ± 1,5 nilai storativity ratio-
nya. Hal yang perlu dikaji lebih lanjut bahwa Untuk membuat suatu persamaan yang
semakin besar nilai storativity ratio-nya maka dapat berlaku pada lebih banyak kondisi dan
kapasitas penampungan fluida dalam fracture mengurangi asumsi – asumsi yang digunakan
akan semakin besar, sehingga kemampuan maka parameter pembentuk persamaan itu
reservoir memberikan plateau rate akan lebih haruslah semakin banyak dan mewakili lebih
lama dibandingkan dengan reservoir yang banyak kondisi. Oleh karena itu, sensitivitas
memiliki kapasitas penampungan fluida di constrain laju alir gas juga harus
fracture yang lebih sedikit. Hubungan diperhitungkan terhadap faktor yang akan
storativity ratio dengan recovery factor saat mempengaruhi nilai recovery factor saat akhir
akhir plateau rate dapat dibagi menjadi dua periode plateau rate. Alasan lain yang
region storativity ratio seperti pada gambar 5 memperkuat hal itu adalah bahwa tujuan dari
adapun persamaannya sebagai berikut : studi ini adalah membantu prediksi laju alir
yang tepat untuk pengembangan suatu
• Region I (0 < ω < 0,5) lapangan gas rekah alami, terutama untuk
lapangan baru yang akan diproduksikan.
(
RFplateu rate = 71.814 − 59.297 exp ( −170.159ω 3.434 ) ) Asumsi yang digunakan dalam
melakukan sensitivitas terhadap laju alir gas
...................................................................(10)
adalah berlaku untuk selang harga laju alir 10
– 50 MMScfd dengan nilai interporosity flow
• Region II (0,5 ≤ ω < 1)
coefficient yang tetap.
Hasil sensitivitas untuk kedua region
(
RFplateu rate = 118.904 − 48.109 exp ( −0.955ω 2.417 ) ) storativity ratio ditunjukkan dalam Gambar 8, 9
...................................................................(11) dan 10. Gambar ini menunjukkan hasil bahwa
semakin besar nilai constrain laju alir gas
5.1.2 Sensitivitas Interporosity Flow maksimum yang diberikan, maka semakin
singkat plateau rate-nya berlangsung. Hal itu
Coefficient
berpengaruh pula terhadap harga recovery
factor saat akhir periode plateau rate yang
Untuk melihat pengaruh sensitivitas semakin kecil. Hubungan constrain laju alir
faktor interporosity flow coefficient terhadap gas dengan recovery factor saat akhir plateau
recovery factor saat akhir periode plateau rate, rate adalah sebagai berikut:
dilakukan perubahan terhadap nilai
permeabilitas fracture, karena faktor ini lebih
• Region I (0 < ω < 0,5)
memiliki ketidakpastian tinggi dibandingkan
permeabilitas matriks. Hasil sensitivitas
interporosity flow coefficient terhadap nilai RFplateu = 73.3 − (0.813Q) − (0.0108Q 2 ) + (0.0002Q3 )
recovery factor gas saat akhir periode plateau ...................................................................(13)
rate ditunjukkan dalam Gambar 6. Gambar • Region II (0,5 ≤ ω < 1)
tersebut menjelaskan bahwa semakin besar
nilai interporosity flow coefficient, yang berarti RFplateu = 90.18* (0.9968Q ) ..........................(14)
semakin kecil perbandingan permeabilitas
antara matriks dan fracture, maka waktu
plateau rate akan semakin singkat. Hal ini 5.1 Reservoir Minyak
sesuai dengan pengertian semula bahwa
suplai laju alir pada saat plateau rate berasal 5.1.1 Sensitivitas Storativity Ratio
dari fracture. Berdasarkan hasil simulasi,
bahwa faktor interporosity flow coefficient Analisa sensitivitas storativity ratio ini
untuk kedua region storativity ratio memiliki melihat pengaruh harga recovery factor pada
harga regresi yang sama. Hasil regresi saat plateau rate. Parameter yang berubah
sensitivitas interporosity flow coefficient hanya parameter kompresibilitas rekahan,
ditampilkan dalam Gambar 7. Hubungan sedangkan parameter yang lain dianggap
interporosity flow coefficient dengan recovery tetap. Hal ini karenakan dari parameter-
factor saat akhir plateau rate adalah sebagai parameter pada storativity ratio yang memiliki
berikut : angka ketidak pastian yang tinggi adalah
1 .....(12) harga kompresibilitas rekahan. Gambar 11
R F plateu =
(
0.0103 + ( 0.0091λ 0.09148 ) ) adalah hasil dari analisa sensitivitas storativity
ratio.
IATMI 09-003 5
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Dari hasil analisa ini kita bisa lihat pada 6. Persamaan Recovery Factor saat
pada Gambar 12 bahwa dengan semakin Akhir Plateu Rate
besar harga sorativity ratio maka semakin
besar juga harga dari recovery factor pada Untuk membuat persamaan recovery
saat plateau rate. Hal ini dikarenakan dengan factor pada reservoir rekah alami saat akhir
semakin besar harga storativity ratio maka periode plateau rate, adalah dengan
penampungan akan fluida semakin besar menggabungkan hasil ketiga sensitivitas
pada rekahannya sehingga dengan kondisi tersebut dengan menggunakan pi theorm
seperti ini sistem dari reservoir ini akan (teorema pi), yaitu persamaan recovery factor
mempunyai kemampuan laju alir lebih besar saat akhir plateau rate mengikuti hubungan di
dari rekahannya sehingga harga saturasi bawah ini:
minyak yang tertinggal semakin sedikit. Untuk
hubungan antara harga storativity ratio dengan
recovery factor pada periode plateau rate RF plateu = C ω a λ b Q c ...............................(17)
mengikuti persamaan di bawah ini:
Untuk mendapatkan nilai a,b,c, dan C
RFplateau rate = 0.929ω 3 − 1.113ω 2 + 0.494ω + 0.239 ...(15) (konstanta), diperlukan pendekatan logaritmik
sesuai dengan teorema pi itu sendiri. Sebagai
contoh, untuk mendapatkan nilai koefisien “a”
5.1.2 Sensitivitas Interporosity Flow maka nilai λ, Q, dan C dianggap konstan.
Coefficient
Hasil perhitungan dari keempat koefisien
Sensitivitas interporosity flow coefficient tersebut memberikan persamaan usulan untuk
ini sama yang kita lakukan pada saat kita mengestimasi recovery factor saat akhir
melakukan sensitivitas terhadap storativity plateau rate pada reservoir gas dengan sumur
ratio yaitu kita ingin melihat pengaruh dari horizontal dan minyak rekah alami dengan
harga interporosity flow coefficient terhadap sumur vertikalkan, adapun persamaannya
periode plateau rate, dan recovery factor pada adalah sebagai berikut :
saat plateau rate. Pada saat kita melakukan
sensitivitas ini diasumsikan bahwa parameter Untuk reservoir gas:
selain parameter interporosity flow coefficient
adalah tetap. • Region I (0 < ω < 0,5)
Dari hasil analisa ini ditunjukan pada RFplateu = 9.394ω1.077 λ −0.0165Q −0.494 ...........(18)
Gambar 13, dari gambar ini menunjukan
• Region II (0,5 ≤ ω < 1)
bahwa dengan bertambahnya harga
interporosity flow coefficient maka harga dari
recovery factor pada saat plateau rate tidak RFplateu = 1.056ω 0.318λ −0.0165Q −0.0932 ..........(19)
memberikan pengaruh yang signifikan. Hal
ini dikarenakan interporosity flow coefficient
tidak merubah bentuk dari geometri Untuk reservoir minyak
penyimpanan fluidanya sehingga parameter ini
tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi RFplateau rate = 0.531ω 0.0974Q −0.0675
harga periode plateau rate dan harga recovery ...........................(20)
factor-nya.
7. Validasi dan Batasan Korelasi
5.1.3 Sensitivitas Constrain Laju Alir
Minyak 7.1 Reservoir Gas
Hasil dari sensitivitas contrain laju alir Untuk menguji apakah persamaan
minyak menunjukan dengan semakin besar usulan tersebut valid untuk diterapkan lebih
contrain laju alir minyak menunjukan semakin lanjut adalah dengan mem-validasi persamaan
kecil harga recovery factor saat akhir periode usulan tersebut dengan analisa error antara
plate seperti terlihat pada Gambar 14 dan 15. hasil persamaan dengan hasil simulasi
dari hasil analisa sensitivitas ini didapatkan reservoirnya. Contoh validasi persamaan
persamaan sebagai berikut : adalah sebagai berikut:
IATMI 09-003 6
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Contoh I: Adapun batasan-batasan agar persamaan ini
Lapangan-X dengan parameter : berlaku adalah sebagai berikut :
ω = 0.35
λ = 5.4 E-7 1. Penyebaran rekahan homogen diseluruh
Constrain Q maks = 30 MMScfd reservoir.
(RF plateu rate) korelasi = 71.69 % 2. Fluida reservoir merupakan Black Oil
(RF plateu rate) simulasi = 70.55 %
3. Driving Mechanism yang berlaku adalah
Error = 1.58 %
Solution gas drive saja.
Contoh II:
Lapangan-Y dengan parameter : 8. Kesimpulan
ω = 0.7
λ = 5.4 E-7 1. Nilai storativity ratio untuk reservoir gas dan
Constrain Q maks = 25 MMScfd minyak sebanding dengan nilai recovery
(RF plateu rate) korelasi = 88.64 % factor saat akhir periode plateu rate.
(RF plateu rate) simulasi = 87.84 % 2. Hasil sensitivitas interporosity flow
Error = 0.9 % coefficient untuk reservoir gas memberikan
pengaruh yang cukup signifikan dengan
Hasil lengkap validasi persamaan berbanding terbalik dengan recovery factor
recovery factor saat akhir periode plateau rate saat akhir periode plateu rate sedangkan
pada gas rekah alami yang diproduksikan untuk reservoir minyak tidak signifikan.
dengan sumur horizontal, dapat ditampilkan 3. Hasil constrain laju alir gas dan minyak
dalam Tabel 3. Berdasarkan nilai yang memberikan pengaruh yang berbanding
tercantum dalam Tabel 3 tersebut, maka dapat terbalik dengan recovery factor saat akhir
dibuktikan bahwa persamaan 18 dan periode plateu rate.
persamaan 19 memiliki keakuratan yang 4. Persamaan usulan untuk estimasi reservoir
cukup tinggi. Agar persamaan ini berlaku gas dengan sumur horizontal dan reservoir
dengan keakuratan yang tinggi maka perlu minyak dengan sumur vertikal memberikan
diperhatikan batasan – batasan sebagai keakuratan yang tinggi dalam menentukan
berikut: recovery factor saat akhir periode plateau
rate pada reservoir rekah alami.
1. Harga porositas rekahan dalam sensitvitas
storativity ratio tidak boleh lebih dari nilai 9. Saran
0,1.
2. Fluida reservoir berbentuk fasa gas kering 1. Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang
(dry gas). pengaruh fracture spacing dan perubahan
3. Tekanan dasar sumur minimum dalam permeabilitas matriks terhadap nilai recovery
simulasi adalah 250 psi. factor saat akhir periode plateau rate.
4. Letak sumur horizontal berada pada puncak 2. Perlu dilakukan analisa terhadap laju alir gas
reservoir. maksimum diluar selang pengujian
5. Driving Mechanism yang berlaku adalah gas persamaan.
cap drive saja. 3. Belum dapat diketahui apakah model
Warren dan Root dengan model reservoir
7.2 Reservoir Minyak rekah alami lainnya (Gilman dan Kazemi,
Baker, De Swaan) memiliki hasil recovery
Persamaan (20) kita validasi dengan kondisi factor yang sama saat akhir periode plateau
pada sumur-X dengan parameter: rate, oleh karena itu perlu dilakukan studi
lebih lanjut akan hal ini.
ω = 0.177 4. Perlu dilakukan pengembangan persamaan
λ = 3.284x10-7 recovery factor gas rekah alami saat akhir
Constrain Laju alir minyak = 858 Stb/day periode plateau rate dengan parameter –
(RF plateu rate) sumur-X = 28.4% parameter gas lainnya.
(RF plateu rate) korelasi = 28.43 % 5. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai
Error = 0.105 % analisa sensitivitas interporosity flow
Hasil lengkap validasi persamaan recovery coefficient untuk reservoir minyak.
factor saat akhir periode plateau rate pada 6. Perlu dilakukan pengembangan analisa
reservoir minyak rekah alami yang untuk reservoir minyak antara parameter
diproduksikan dengan sumur vertikal, dapat rekahan yaitu storativity ratio dan
ditampilkan dalam Tabel 4. interporosity flow coefficient dengan
IATMI 09-003 7
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
recovery factor pada kondisi sumur 12. Daftar Pustaka
horizontal.
1. Yasutra, Amega: Inflow Performance
10. Acknowledgements Relationship Pada Reservoir Rekah
Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut,
Terimakasih kepada OGRINDO yang Tesis, Departemen Teknik Perminyakan-
telah memberikan dukungannya sehingga ITB, Bandung, 2006
penulisan ini dapat diselesaikan dan pihak- 2. Aguilera, Robert: Naturally Fractured
pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu Reservoir. Pennwell Publishing
persatu. Company, Tulsa, Oklahoma, 1995.
3. Ariadji, Tutuka: Pembuatan
11. Daftar Simbol Pengembangan Lanjut (POFD) Lapangan
Minyak DOH dengan Metode Injeksi Air
(Klamono Field, Carbonate, Naturally
Bg = Faktor volume formasi gas, bbl/stb Fractures Reservoir).
Bo = Faktor volume formasi minyak, bbl/stb 4. Ahmed, Tarek: Advanced Reservoir
C = Wellbore Storage Engineering, Elsiever Inc, Texas, 2005.
Cf = kompresibilitas rekahan, Psi-1 5. Van Golf-Racht, T.D.: Fundamentals of
Cm = kompresibilitas matriks, Psi-1 Fractured Reservoir Engineering. Elsevier
Cg = kompresibilitas gas, Psi-1 Scientific Publishing Company,
Co = kompresibilitas minyak, Psi-1 Amsterdam, 1982.
Cw = kompresibilitas air, Psi-1 6. Tiab, Djebbar and Erle C. Donaldson:
kf = Permeabilitas rekahan, md Petrophysic: Theory and Practice of
km = Permeabiltas matriks, md Measuring Reservoir Rock and Fluid
GOR = Gas Oil Ratio, scf/stb Transport. Gulf Professional Publishing,
hf = Height of the fractured matrix slab, ft Houston, 2004.
L = Panjang sumur horizontal, ft 7. Warren, J.E. Root, P.J: The Behavior of
lm = Length of a block side, ft Naturally Fractured Reservoir, SPE
PD = Dimensionless pressure Journal. September, 1963, pp. 245 – 255.
Pr = Tekanan reservoir, psi
ΔPS = Delta Pskin, psi.
Pwf = Tekanan dasar sumur, psi
Qg = laju alir gas, MMScfd
Qo = laju alair minyak, stb/hari
RF = Recovery Factor, fraksi
rD = Dimensionless radius
rm = Radius of the sphere matrix block, ft
rw = radius sumur, ft
S = Total skin
Sg = Saturasi gas, fraksi
So = Saturasi minyak
Sw = Saturasi air, fraksi
tD = Dimensionless time
µg = Viskositas gas, cp
µo = Viskositas minyak, cp
α = specific surface coefficient, ft-2
λ = Interporosity flow coefficient
φf = Porositas rekahan
φm = Porositas matriks
ω = Storativity ratio
Zw = Jarak bawah lapisan dengan sumur , ft
IATMI 09-003 8
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
13. Lampiran
FIELD PRODUCTION
6000
5000
4000
Oil Rate (bbl/d)
3000
Produksi Matriks
2000
Produksi Rekahan
1000
Np = +18 juta bbl
0
Jan-1948 Sep-1961 Jun-1975 Feb-1989 Oct-2002
Time
PRESSURE MATCHING
4800
Well Bottom‐hole Pressure (Psi)
Pressure
4750
Model
4700
4650
4600
4550
4500
4450
0 50 100 150 200 250
Time (hour)
Gambar-3 History Matching Tekanan (Validasi Gambar-4 Plateu Rate untuk Sensitivitas
Model Reservoir Minyak) Storativity Ratio (Reservoir Gas)
Gambar-5. Faktor Perolehan Gas terhadap Gambar-6 Plateu Rate time untuk Sensitivitas
Storativity Ratio saat Akhir Periode Plateau Interporosity Flow Coefficient (Reservoir Gas)
Rate
IATMI 09-003 9
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Gambar-7 Faktor Perolehan Gas terhadap Gambar-8. Plateu Rate untuk Sensitivitas
Interporosity Flow Coefficient saat Akhir Constrain Laju Alir Gas pada Base Case
Periode Plateau Rate Model
Gambar-9. Faktor Perolehan Gas saat Plateu Gambar-10 Faktor Perolehan Gas saat Plateu
Rate terhadap Constrain Laju Alir Gas pada Rate terhadap Constrain Laju Alir Gas pada
Region I. Region II
RF Plateau Rate Vs Storativity
0.5
0.45
RF Plateau Rate
0.4
0.35
0.3
0.25 y = 0.929x3 ‐ 1.113x2 + 0.494x + 0.239
R² = 0.983
0.2
0 0.5 1
Storativity Ratio
Gambar-11. Plateau Rate untuk Sensitivitas Gambar-12. Recovery Factor Saat Periode
Storativity Ratio (Reservoir Minyak) Plateau Rate terhadap Storativity Ratio
(Reservoir Minyak)
IATMI 09-003 10
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Gambar-13. Plateau Rate untuk Sensitivitas Gambar-14. Plateu Rate untuk Sensitivitas
Interporosity Flow Coefficient (Reservoir Constrain Laju Alir Minyak
Minyak)
RF Plateau Rate Vs Contarin Laju Alir Minyak
0.30
0.25
RF Plateau Rate
0.20
0.15 y = ‐5E‐13x3 + 5E‐09x2 ‐ 3E‐05x + 0.279
0.10 R² = 0.999
0.05
0.00
0 2000 4000 6000
Laju Alir Minyak (Stb/day)
IATMI 09-003 11
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Tabel-1 Data Properti Fisik Batuan Dan Fluida Reservoir untuk Reservoir Gas
IATMI 09-003 12
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Tabel-3 Hasil Validasi Persamaan Usulan (Reservoir Gas)
IATMI 09-003 13
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Tabel-4 Hasil Validasi Persamaan Usulan (Reservoir Minyak)
IATMI 09-003 14