PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
mahasiswa/ mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al- Azhar
mengenai kasus luuka bakar dan penanganannya.
PEMBAHASAN
2.2 Skenario
DOKTER SIAGA
2.3.3 Brainstorming
1. Interpretasi Pemeriksaan Fisik Pada Skenario
Ny. Niky GCS E4V5M6 dalam kesadaran penuh, tensi :
90/50mmHg mengalami hipotensi karena adanya luka bakar yang
yang menyebabkan perpindahan cairan dari intravascular ke
interstitial , nadi : 96x/menit normal, temp : 36 0C mengalami
penurunan sedikit.
An. Isro GCS E4V5M6 dalam kesadaran penuh, nadi :
112x/menit mengalami peningkatan sebagai kompensasi dari
kurangnya volume darah sehingga akan meningkat untuk
mengalirkan darah keseluruh tubuh , RR : 22x/menit mengalami
peningkatan sebagai kompensasi dari kurangnya oksigen didalam
tubuh, temp 38 0C mengalami peningkatan sebagai mekanisme
pertahan tubuh terhadap infeksi.
Tn. Ican. GCS E1V1M2 dalam keadaan stupor, tensi :
50/palpasi, nadi : 20x/menit lemah mengalami penurunan karena
kurangnnya volume darah akibat dari luka bakar , RR : 6x/menit
mengalami peningkatan sebagai kompensasi kurangnya pasokan
oksigen yang disebabkan oleh kurangnya cairan dalam tubuh yang
2. Triage
1. Definisi
Sistem Triase adalah upaya pemilahan prioritas pasien
berdasarkan urgensi dilakukannya tatalaksana dan pertimbangan
sumber daya yang tersedia untuk tatalaksana tersebut. Hal ini
didasarkan pada prioritas ABC (Airway dengan proteksi cervical
spine, Breathing, Circulation dengan control perdarahan). Dalam
triase perlu dilakukan pencatatan usia, tanda vital, mekanisme
cedera, urutan kejadian, dan perjalanan penyakit pada fase pra
Rumah Sakit. Peningkatan pelayanan kesehatan diperlukan pada
kasus ketidakstabilan tanda vital, kelainan jantung paru, cedera
karena
+ -
ujung saraf
tidak
terganggu
Luas luka
Dalam dunia kedokteran perkiraan luas luka bakar yang
banyak digunakan adalah dengan menggunakan metoda rule
of Nine dari wallace dengan membagi tubuh seseorang yang
terkena luka bakar menjadi beberapa area, yaitu 1) kepala dan
leher = 9% ; 2) lengan kiri = 9% , lengan kanan = 9% ; 3)
badan bagian depan = 18% , badan bagian belakang = 18% ;
4) Tungkai kiri = 18% , tungkai kanan = 18% ; 5) genitalia =
1%. total = 100% Artikel ini dibuat sakainget.
1. Bagan
Kegawadaruratan
Secondery
Primery Survey Luka Bakar
Survey
Derajat Luka
Triage CABDE
Bakar
RPM
2.3.6 Referensi
1. Advanced Trauma Life Support (ATLS) : Student Course Manual
9ed
a. Primery Survey
Derajat kesadaran :
a. Compos mentis (sadar) : 14-15 kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang
keadaan sekeliling
b. Apatis : 13-12 keadaan segan untuk berhubungan
dengan lingkungan sekitar, acuh tak acuh
e. Exposure
Seluruh pakaian pasien dibuka dengan cara mengguntingnya
untuk memfasilitasi pemeriksaan dan evaluasi keseluruhan
pasien. Setelah dibukanya pakaian pasien, perlu penghangatan
tubuh pasien untuk menghindari terjadinya hipotermia.
Penghangatan dicapai dengan cara menyelimuti tubuh pasien
dengan selimut hangat, administrasi cairan intravena yang telah
dihangatkan, dan menjaga suhu lingkungan (contohnya ruangan
tatalaksana) tetap cukup hangat.
2. Primery Survey
Survey sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik
lanjutan yang dilakukan setelah survey primer (ABCDE), dimana
2. Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam
pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari
kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada
hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
c. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral
sebaiknya dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan.
Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui
naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya
mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30%
lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan
demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu
mencegah terjadinya SIRS dan MODS.
d. Trauma Listrik
Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage
tinggi akibat arus listrik dapat terjadi karena arus listrik
mengaliri tubuh karena adanya loncatan arus listrik atau karena
ledakan tegangan tinggi antara lain akibat petir. Arus listrik
menimbulkan gangguan karena rangsangsan terhadap saraf dan
otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang
dilalui arus menyebabkan luka bakar pada jaringan tersebut.
Energi panas dari loncatan arus listrik tegangan tinggi yang
mengenai tubuh akan menimbulkan luka bakar yang dalam
karena suhu bunga api listrik dapat mencapai 2500oC, arus
bolak – balik menimbulkan rangsangan otot yang hebat berupa
kejang – kejang.
Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah
yaitu saraf, pembuluh darah, otot, kulit, tendo dan tulang. Pada
jaringan yang tahanannya tinggi akan lebih banyak arus yang
melewatinya, maka panas yang timbul akan lebih tinggi. Karena
epidermisnya lebih tebal, telapak tangan dan kaki mempunyai
tahanan listrik lebih tinggi sehingga luka bakar yang terjadi juga
lebih berat bila daerah ini terkena arus
Luka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi.
Kerusakan jaringan tubuh disebabkan karena beberapa hal
berikut :
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Jadi, berdasarkan hasil diskusi kelompok kami dapat disimpulkan
bahwa ke-5 pasien pada skenario yang mendapatkan penanganan pertama
yaitu pasien yang berlabel merah dan berturut-turut meurut label triage
dengan melakukan primary survey. Selanjutnya dinerikan penanganan
tergantung tingkat keparahanpasien pada skenario yang diawali dengan
menstabilkan keadaan umum pasien.