Anda di halaman 1dari 9

Nama : Hasna Mujahidah

NIM : 04011381320025
Kelompok Tutorial 2

LEARNING ISSUE
I. Hormone (insulin, glucagon, ephinephrine, RAA, vasopressin)
a. Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta
mendorong penyimpanan zat-zat gizi tersebut. Hormon insulin digunakan secara nyata
untuk mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan protein pada otot rangka. Hormon ini
memudahkan penyerapan glukosa dan asam amino ke dalam otot rangka dan hati, dengan
demikian berperan dalam proses glycogenesis. Secara bersamaan, insulin menghalangi
pelepasan glukosa hati (glycogenolysis) dan produksi glukosa baru dari nutrien
nonkarbohidrat (gluconeogenesis).
Hormon insulin juga memainkan peran yang krusial dalam metabolisme lemak, yakni
dalam mengatur lipolysis dan lipogenesis. Lipolysis, hidrolisis dari triglycerida, adalah
salah satu langkah syarat dari oksidasi lemak, dimana dengan melepaskan ikatan asam
lemak untuk ditranspor ke mitokhondria untuk oksidasi. Banyak kajian yang menunjukkan
bahwa hormon insulin dengan jelas berperan dalam lipolysis pada posisi istirahat.
Demikian juga ketika memfasilitasi serapan glukosa di hati dan jaringan adipose jaringan,
hormon insulin merangsang lipogenesis juga. Konversi glikolitik dari glukosa ke acetyl
CoA merupakan pendahuluan ke sintese asam lemak.
Dalam kaitan dengan metabolisme protein, peran utama hormon insulin adalah
mengurangi dari menguraikan protein (katabolisme). Walau hormon ini juga berperan di
dalam meningkatkan sintese protein (anabolisme), akibatnya sebagian besar bergantung
pada kemampuan asam amino. Beberapa studi telah mencatat bahwa elevasi hormon
insulin tanpa diikuti dengan peningkatan pada kemampuan asam amino sebenarnya
menurunkan sintese protein sebagai hasil rendahnya konsentrasi asam amino plasma.
Peranan hormon insulin pada sel sebagai berikut:
(1) Mentranslokasi dari GLUT-4 transporter ke membran plasma dan mengalirkan atau
memasukkan glukosa, sintese glikogen, glikolisis dan sintesis asam lemak.
(2) Mengontrol substrat masukan selular , secara jelas mencolok adalah glukosa di otot
dan jaringan adipose.
(3) Meningkatkan replikasi DNA dan sintesa protein melalui kontrol dari serapan asam
amino.
(4) Memodifikasi aktivitas dari banyak enzim ( pengaruh allosterik ).
(5) Meningkatkan sintesis glikogen – hormon insulin memfasilitasi masuknya glukosa
ke sel hati dan sel otot; kadar hormon insulin yang lebih rendah menyebabkan sel hati
mengkonversi glikogen menjadi glukosa dan mengeluarkannya ke dalam darah.
(6) Meningkatkan sintesis asam lemak – hormon insulin memfasilitasi masuknya lemak
dalam darah ke jaringan adipose yang kemudian dapat dikonversi menjadi triglycerida;
akan terjadi sebaliknya jika kekurangan dari hormon insulin.
(7) Menurunkan proteinolisis – mengurangi kekuatan dari pemecahan protein;
kekurangan dari hormon insulin menyebabkan pemecahan protein.
(8) Menurunkan lipolisis – mengurangi kekuatan dari konversi dari simpanan sel lemak
lipid ke dalam asam lemak plasma; kekurangan dari hormon insulin menyebabkan
sebaliknya.
(9) Menurunkan gluconeogenesis – menurunkan produksi glukosa dari berbagai
substrates di hati; kekurangan insulin menyebabkan produksi glukosa dari variasi substrat
pada hati dan di tempat lain.
(10)Meningkatkan ambilan/serapan amino asam – memfasilitasi penyerapan dari
sirkulasi asam amino; kekurangan insulin akan menghambat penyerapan.
Masuknya glukosa ke dalam sel otot rangka dan ke jaringan adiposa hanya melalui
pembawa di membran plasma yang dikenal sebagai glucose transporter. Glukosa
transporter ini adalah glucose transporter 4 atau yang lebih dikenal dengan istilah GLUT 4.
Glut 4 ini ditemukan pada jaringan adiposa dan otot serang lintang (otot rangka dan
jantung). Insulin meningkatkan mekanisme difusi terfasilitasi (dengan perantara pembawa)
glukosa ke dalam sel-sel tergantung insulin tersebut melalui fenomena transporter
recruitment. Pengangkut-pengangkut tersebut diinsersikan ke dalam membran plasma
sebagai respon terhadap peningkatan sekresi insulin, sehingga terjadi peningkatan
pengangkutan glukosa ke dalam sel. Apabila sekresi insulin berkurang, GLUT4 tersebut
sebagian ditarik dari membran sel dan dikembalikan ke simpanan intrasel.
Akan tetapi pada beberapa jaringan masuknya glukosa tidak tergantung pada insulin—
yaitu otak, otot yang aktif, dan hati. Pada otot yang aktif seperti ketika digunakan dalam
latihan olahraga memang tidak tergantung pada insulin tetapi pada kondisi istirahat sel-sel
tersebut tetap bergantung pada insulin.
Faktor yang Mengontrol Sekresi Insulin:
Kontrol utama atas sekresi insulin adalah sistem umpan balik negatif langsung antara
sel β pankreas yang menghasilkan insulin dengan konsentrasi glukosa dalam darah.
Peningkatan kadar glukosa darah, sepeti yang terjadi setelah proses pencernaan makanan
secara langsung akan merangsang sintesa dan sekresi insulin oleh sel β pankreas. Dengan
adanya kadar insulin yang meningkat, maka akan menurunkan kadar glukosa darah ke
tingkat yang normal karena terjadi peningkatan pemakaian dan penyimpanan glukosa.
Sebaliknya penurunan kadar glukosa darah akan secara langsung menghambat sekresi
insulin. Penurunan kecepatan sekresi insulin ini menyebabkan perubahan metabolisme
dari keadaan absorptif ke keadaan pasca absorptif. Dengan demikian sistem umpan balik
negatif sederhana ini mampu mempertahankan pasokan glukosa ke jaringan secara
konstan tanpa memerlukan fungsi hormon insulin.
Faktor lain yang mengontrol sekresi hormon insulin adalah:
(1) Peningkatan kadar asam amino plasma.
(2) Hormon pencernaan utama yang disekresikan oleh saluran pencernaan sebagai
respon adanya makanan.
(3) Sistem saraf otonom

b. Glucagon
Banyak ahli fisiologi memandang sel-sel β pankreas penghasil insulin dan sel-sel α
pankreas penghasil glukagon sebagai pasangan sistem endokrin yang sekresinya
kombinasinya merupakan faktor utama dalam mengatur metabolisme bahan bakar.
Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolisme yang juga dipengaruhi oleh insulin
dan berlawanan dengan efek insulin. Glukagon bekerja terutama di hati, tempat hormon
ini menimbulkan berbagai efek pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yaitu:
(1) Efek pada karbohidrat, mengakibatkan peningkatan pembentukan dan pengeluaran
glukosa oleh hati sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Glukagon
menimbulkan efek hiperglikemik dengan menurunkan sintesis glikogen, meningkatkan
glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis.
(2) Efek pada lemak, mendorong penguraian lemak dan menghambat sintesa
trigliserida. Glukagon meningkatkan pembentukan keton (ketogenesis) di hati dengan
mendorong perubahan asam lemak menjadi badan keton.
(3) Efek pada protein, glukagon menghambat sintesa protein dan meningkatkan
penguraian protein di hati. Stimulasi glukoneogenesis juga memperkuat efek katabolik
glukagon pada metabolisme protein di hati. Walaupun meningkatkan katabolisme protein
di hati, glukagon tidak memiliki efek bermakna pada kadar asam amino darah karena
hormon initidak mempengaruhi protein otot, simpanan protein yang utama di tubuh.
Seperti sekresi insulin, faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek
langsung konsentrasi glukosa darah pada pankreas endokrin. Ketika glukosa darah
mengalami penurunan maka sel α pankreas meningkatkan sekresi glukagon. Efek
hiperglikemik hormon ini cenderung memulihkan konsentrasi glukosa darah ke tingkat
normal. Sebaliknya peningkatan glukosa darah seperti yang terjadi setelah makan akan
menghambat sekresi glukagon yang juga cenderung memulihkan kadar glukosa ke kadar
normal.

c. Epinephrine
Hormon epinefrin disekresi oleh medula adrenal sebagai akibat dari rangsangan yang
menimbulkan stres (ketakutan, kegembiraan, pendarahan, hipoksia, hipoglikemia, dll) dan
menimbulkan glikogenolisis di hati serta otot (Murray 2003).
Hormon epinefrin adalah hormon yang responsif terhadap penurunan konsentrasi
glukosa darah, menghambat glikolisis dan merangsang glukoneogenesis di hati (Marks,
dkk, 1995)

d. RAA
Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu suatu globulin yang
disebut bahan renin (atau angiotensinogen), untuk melepaskan peptida asam amino-10,
yaitu angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan tetapi tidak
cukup untuk menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna dalam fungsi sirkulasi.
Renin menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1 jam dan terus menyebabkan
pembentukan angiotensin I selama sepanjang waktu tersebut (Guyton dan Hall, 1997).
Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, terdapat dua asam amino
tambahan yang memecah dari angiotensin untuk membentuk angiotensin II peptida asam
amino-8. Perubahan ini hampir seluruhnya terjadi selama beberapa detik sementara darah
mengalir melalui pembuluh kecil pada paru-paru, yang dikatalisis oleh suatu enzim, yaitu
enzim pengubah, yang terdapat di endotelium pembuluh paru yang disebut Angiotensin
Converting Enzyme (ACE). Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat, dan
memiliki efek-efek lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam
darah hanya selama 1 atau 2 menit karena angiotensin II secara cepat akan diinaktivasi
oleh berbagai enzim darah dan jaringan yang secara bersama-sama disebut angiotensinase
(Guyton dan Hall, 1997).
Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh
utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh yang pertama, yaitu
vasokontriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan
sedikit lebih lemah pada vena. Konstriksi pada arteriol akan meningkatkan tahanan perifer,
akibatnya akan meningkatkan tekanan arteri. Konstriksi ringan pada vena-vena juga akan
meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung, sehingga membantu pompa jantung
untuk melawan kenaikan tekanan (Guyton dan Hall, 1997).
Cara utama kedua dimana angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah dengan
bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan darah atau
volume darah dalam arteriola eferen turun ( kadang-kadang sebagai akibat dari penurunan
asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang mengubah protein plasma yang
disebut angiotensinogen menjadi peptida yang disebut angiotensin II. Angiotensin II
berfungsi sebagai hormon yang meningkatkan tekanan darah dan volume darah dalam
beberapa cara. Sebagai contoh, angiotensin II menaikan tekanan dengan cara
menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke banyak kapiler, termasuk kapiler
ginjal. Angiotensin II merangsang tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali NaCl
dan air. Hal tersebut akan jumlah mengurangi garam dan air yang diekskresikan dalam
urin dan akibatnya adalah peningkatan volume darah dan tekanan darah (Campbell, et al.
2004).
Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu organ yang
terletak diatas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron. Hormon aldosteron bekerja
pada tubula distal nefron, yang membuat tubula tersebut menyerap kembali lebih banyak
ion natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan tekanan darah (Campbell, et al.
2004). Hal tersebut akan memperlambat kenaikan voume cairan ekstraseluler yang
kemudian meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan berhari-hari. Efek jangka
panjang ini bekerja melalui mekanisme volume cairan ekstraseluler, bahkan lebih kuat
daripada mekanisme vasokonstriksi akut yang akhirnya mengembalikan tekanan arteri ke
nilai normal.

e. Vasopressin
Vasopresin (bahasa Inggris: Arginine Vasopressin, AVP, VP, Argipressin, Antidiuretic
Hormone, ADH) adalah hormon yang dapat ditemui hampir di
semua mamalia, termasuk manusia. VP adalah sebuah hormon peptida yang mengatur
penyerapan kembali molekul yang berada pada ginjal dengan
memengaruhi permeabilitas jaringan dinding tubulus ginjal, sehingga berfungsi untuk
mengatur pengeluaran urin.
VP maupun oksitosin/OT disintesis oleh magnocellular neurons dari hypothalamic
supraoptic nuclei (SON) dan paraventricular nuclei (PVN) hipotalamus dan disimpan di
dalam vesikel hipofisis posterior sebagai bagian dari precursor (substrat bahan baku)
bagi preprohormone. Setiap bagian dipisahkan untuk diedarkan dalam
bentuk nonapeptida, neurophysin, dan dari VP sebuah glikopeptida jenis kopeptin, ke
dalam sirkulasi darah atau langsung menuju ke dalam otak.
Pada sirkulasi darah, VP akan mengatur homeostasis antara Natrium dan air, sementara
OT mengatur parturition dan lactation.
VP bersama dengan OT merupakan hormon neurohipofisis (bahasa
Inggris: neurohypophysial) yang ditemukan pertama kali oleh Oliver and Schafer pada
tahun 1895 dengan pengamatan ekstrak hipofisis yang memengaruhi tekanan darah.
Beberapa dekade kemudian, ekstrak hipofisis posterior ditengarai mempunyai efek yang
lain yaitu kontraksi uterus pada tahun 1906, sekresi kelenjar susu pada tahun 1910,
efek antidiuretik pada tahun 1913. Hingga pada tahun 1952, du Vigneaud dan koleganya
menemukan dua jenis peptida dalam hormon ini, sehingga deret dan struktur asam
amino untuk VP dan OT beserta fungsi dan sintesisnya dapat dijelaskan.
OT dan VP merupakan neuropeptida purba yang merupakan keluarga peptida dengan
konservasi tinggi meliputi berbagai phylum yang timbul dari duplikasi
gen vasotosin purba. Pada organisme primitif seperti freshwater hydra ditemukan senyawa
yang mirip dengan OT/VP pada mamalia, tetrapod memakai mesotosin dan vasotosin, ikan
mempunyaiisotosin dan vasotosin. Kedua nonapeptida mempunyai rumus bangun yang
tersusun oleh disulfida. Hanya residu asam amino ketiga dan kedelapan yang membedakan
kedua jenis peptida ini.
ANALISIS MASALAH
1. Apa hormone yang meningkat saat gelisah dan jelaskan mekanismenya !
Jawab:
Hormon serotonin diproduksi di saluran pencernaan. Hormon ini berfungsi mengontrol
mood atau suasana hati, nafsu makan dan tidur. Kelebihan hormon serotonin (Hyper
Serotonergic) menyebabkan keadaan yang disebut Toksisitas serotonin yaitu ditandai oleh
kelainan neuromuskuler, perubahan status mental, dan hiperaktivitas sistem saraf yang
menyebabkan kegelisahan, kebingungan, peningkatan denyut jantung, pupil melebar,
kehilangan koordinasi otot, berkeringat, diare, sakit kepala, menggigil, mual, muntah,
kejang, demam tinggi, detak jantung tak teratur, gerakan tidak terkendali dan hilangnya
kesadaran. Kekurangan hormon serotonin dapat diperlihatkan antara lain berupa:
kecemasan, tertekan, fobia, pesimistis, gelisah, tidak percaya diri, mudah marah, gangguan
tidur, PMS, sakit kepala dan sakit punggung.

2. Apa penyebab nyeri perut, muntah-muntah, nafas terlihat cepat ? dan bagaimana
mekanismenya ?
Jawab:
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan
hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan
kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah)
menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria
akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit
seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrsi terjadi bila
terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh
peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul).
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan
elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari
siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan
metabolisme karbohidrat dan lipid normal.
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan:
1. Poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus)
2. Penglihatan yang kabur
3. Kelemahan
4. Sakit kepala
5. Pasien dengan penurunan volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita
hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada
saat berdiri).
6. Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai denyut nadi
lemah dan cepat.
7. Anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
8. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis
guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
9. Mengantuk (letargi) atau koma.
10. Glukosuria berat.
11. Asidosis metabolik.
12. Diuresis osmotik, dengan hasil akhir dehidrasi dan penurunan elektrolit.
13. Hipotensi dan syok.
14. Koma atau penurunan kesadaran.

3. Bagaimana mekanisme BB yang turun secara drastis ?


Jawab:
Pada penderita Diabetes Melitus Tipe 1 terjadi kekurangan absolut insulin endogen akibat
destruksi autoimun pada sel beta pankreas dalam pulau Langerhans, atau mungkin bersifat
idiopatik. Hormon insulin memudahkan penyerapan glukosa dan asam amino ke dalam
otot rangka dan hati, dengan demikian berperan dalam proses glycogenesis. Hormon ini
juga berperan dalam metabolisme lemak yaitu dapat menurunkan lipolisis – mengurangi
kekuatan dari konversi dari simpanan sel lemak lipid ke dalam asam lemak plasma;
kekurangan dari hormon insulin menyebabkan sebaliknya. Gangguan metabolic lainnya
terjadi karena insulin tidak memungkin glukosa untuk masuk kedalam sel sehingga sel
memecah lemak dan protein yang digunakan sebagai bahan bakar. Hal inilah yang
menyebabkan berat badan turun secara drastis.

4. Bagaimana etiologi dari penyakit tersebut ?


Jawab:
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada
pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus.
Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis
berulang.
Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah pankreatitis akut,
penggunaan obat golongan steroid, serta menghentikan atau mengurangi dosis insulin.
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
- Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
- Keadaan sakit atau infeksi.
- Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.

Anda mungkin juga menyukai