Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.I Pengertian Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang
berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis
(bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan
secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan
tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun.
Penandaan pada produk Jamu Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah
dibaca, dicetak dengan warna hitam diatas dasar warna putih atau warna lain
yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU” catatan : pada produk jamu
dilarang mencampurkan atau terkandung bahan kimia obat apapun. jamu
adalah tingkat terendah dari strata obat herbal lainnya tingkatan selanjutnya
adalah Herbal Terstandar (Maryani, 2003).
II.2 Kromatografi Lapis Tipis
Pada kromatografi lapis tipis,zat penyerap merupakan lapisan tipis
serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca.plastik atau logam secara
merata umumnya digunakan lempeng kaca. Lempeng kaca yang dilapisi
dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang
tercapai dapat didasarkan pada adsorbsi,partisi atau kombinasi kedua efek,
tergantung dari jenis zat penyangga (Maryani, 2003).
Cara pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan,alat-alat dan bahan
untuk kromatografi lapis tipis adalah:
- Lempeng kaca dengan tebal serba rata dan ukuran yang sesuai umumnya
20cm X 20cm.
- Baki lempeng, dengan permukaan yang datar, digunakan untuk
meletakkan dan mengatur lempeng kaca pada waktu membuatb lapisan
zat penyerap.
- Rak penyimpanan digunakan untuk menempatkan lempeng yang telah
dilapisi zat penyerap selama pengeringan atau untuk membawa lempeng.
- Zat penyerap, terdiri dari bahan penyerap yang halus umumnya
berdiameter 5 Um hingga 40 Um yang sesuai untuk kromatografi.
- Alat pembuat lapisan, yang jika digerakkan diatas lempeng kaca,akan
menghasilkan zat penyerap serba rata, dengan ketebalan yang
dikehendaki, pada seluruh permukaan lempeng.
- Bejana kromatografi, yang dapat memuai satu atau lebih lempeng kaca
dan dapat ditutup kedap.
- Alat sablon, umumnya terbuat dari plastik, digunakan sebagai alat bantu
untuk menemptkan bercak uji pada jarak seperti yang dibutuhkan, serta
untuk membantu penandaan lempeng.
- Pipet mikro berskala, yang dapat mengeluarkan cairan sejumlah 10UL
jumlah total larutan uji dan larutan baku yang harus ditotolkan tertera
pada masing-masing monografi.
- Alat penyemprot pereaksi yang dapat menyemprotkan butir-butir halus
serta tahan terhadap pereaksi.
- Lampu ultraviolet, yang sesuai untuk pengamatan dengan panjang
gelombang pendek (254nm) dan dengan panjang gelombang (366nm).
Kromtografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmarloff dan
Schaiber pada tahun 1938, KLT merupakan bentuk kromatografi planar,
selain kromatografi kertas dan elektroforesis berbeda dengan kromatografi
kolom yang mana fase dalamnya diisikan dan dikemas didalamnya. Pada
kromatografi lapis tipis ,fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform)
pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, palat
aluminium dan plat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini
dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari
suatu sampel yang ingin didektesikan dengan memisahkan komponen-
komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip dari KLT
adalah memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antar sampel
dengan pelarut yang digunakan.
II.2.1 Keuntungan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Beberapa keuntungan dari KLT adalah : (Maryani, 2003).
1. KLT banyak digunakan untuk tujuan analisis.
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, fluoresensi waktu dengan radiasi menggunakan sinar UV.
3. Waktu pemisahan lebih cepat sensitif dan daya resolusinya tinggi.
4. Dapat dilakukan elusi secar menaik (escending),menurun (descending)
atau elusi dua dimensi.
5. Ketetapan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang
ditentukan merupakan bercak yang tidak dapat bergerak.
6. KLT dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan
dengan kromatografi kolom.
Teknik KLT biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat
silika yang bersifat polar dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis
sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang
digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel
dengan eluen, semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka
sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Senyawa yang
dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada gel silika lebih kuat
dibandingkan senyawa lainnya.
Teknik KLT menggunakan suatu adsorben yang disalurkan pada
lempeng kaca sebagai fase stasionernya dan pengembangan kromatografi
terjadi ketika fase mobil terlapis melewati adsorben itu. Kromatografi lapis
tipis mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan kromatografi kertas
karena nyaman dan cepatnya ketajaman pemisahan yang lebih besar dan
kepekaannya yang tinggi.
II.2.2. Komponen-Komponen KLT (Muchtadi, D. 1992)
1. Fase Diam / Penyerap
Penyerap yang paling sering digunakan pada klt adalah silika dan
serbuk selulosa, sementara mekanisme adsorbsi dan desorbsi (suatu
mekanisme dan perpindahan slut dari fase diam ke fase gerak atau
sebalimnya) yang utama KLT adalah prtisi dan adsorbsi. Silika gel
adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon fihubungkan
oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar.
2. Fase Gerak
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu dan beberapa
pelarut. Ia bergerak didalam fase diam yaitu suatu lapisan berpori
karena ada gaya kapiler, yang hanya digunakan pelarut bertingakat
mutu analitik dan bila diperlukan sstem pelarut multi komponen harus
berupa suatu campuran sederhana mungkin yang terjadi atas
maksimum 3 komponen, angka banding campuran dinyatakan dalam
bagian volume total 100.
II.3 Aplikasi ( Penotolan Sampel)
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal hanya akan
diperoleh jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil atau
sesempit mungkin, sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain
jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan
resolusi.
Bercak pemisahan pada KLT merupakan bercak yang tidak
berwarna. Untuk penentuannya dapa dilakukan secara fisika kimai maupun
biologi (Muchtadi, D. 1992)
II.4 Perhitungan Rf
Ukuran dan intensitas bercak dapat digunakanuntuk
memperkirakan kadar. Pengukuran diperoleh dari lempengan untuk
memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini
berdasarkan jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang ditmpuh oleh
bercak warna masing-masing, ketika pelarut mendekati bagian atas
lempeng, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut
ditandai dengan sebuah garis sebelum mengalami proses penguapan. Bila
selanjutnya ingin melihat kadar adalah dengan cara disintrometri. Dalam
kromatogrfi cair dan kromatografi lapis tipis fase gerak yang digunakan
selalu cair (Mursito, B. 2000)

Maryani, H. 2003, Tanaman Obat Untuk Mengatasi Penyakit Pada Usila, Agro
Media, Jakarta,.
Muchtadi, D. 1992, Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan. PAU
Pangan dan Gizi, IPB. Bogor. halaman 565

Mursito, B. 2000. Ramuan Tradisional Untuk Kesehatan Anak. Penebar Swadaya,


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai