BAB 1
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR
DAN AGREGAT HALUS
1.1 Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.
BAB 2
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN
PENYERAPAN AGREGAT KASAR
2.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk apecific gravity), berat
jenis kering permukaan jenuh (saturator surface dry), berat jenis semua (apparent) dari
agregat kasar.
1) Berat jenis (bulk apecific grafity) yaitu, perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
tertentu.
2) Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu, perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
3) Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering.
Data hasil dari menimbang agregar pada masing-masing resep yang ditjukan pada
Tabel 2.1 berikut :
Penyarapan (%)
𝐵𝑗 − 𝐵𝑘 2087 − 2000 4,35
× 100% = × 100%
𝐵𝑘 2000
Sumber : Hasil Praktikum Bahan Jalan
Syarat
Jenis Perkerasan Min Max
Agregat Kasar
1. Kelekatan 95 % -
2. Keausan - 40 %
Agregat Halus
Filler
1. Berat jenis - -
Sumber : Hasil Praktikum Bahan Jalan
2.6 Kesimpulan
1. Dalam percobaan ini air memiliki pernanan penting dalam penentuan nilai berat jenis
benda yang ditimbang. Hal ini dikarenakan ketika benda ditimbang di dalam air maka
massa air akan mempengaruhi massa benda yang ditimbang, sehingga berat benda
yang ditimbang akan menjadi lebih kecil ketika di dalam air.
2. Dari pemeriksaan di laboratorium didapatkan hasil berat jenis semu sebesar 2,59
gram, dalam hal ini benda uji memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan
Tabel 2.3 sebesar 2,5 gr/cc.
BAB 3
PEMERIKSAAN PENETRASI BAHAN-
BAHAN BITUMEN
3.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembut
(solid atau semi-solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban tertentu
dan waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu pula.
= 70,4 mm
BAB 4
PEMERIKSAAN TITIK NYALA BAKAR
DENGAN CLEVELAND OPEN CUP
4.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari semua
jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang mempunyai titik nyala
open cup kurang dari 79C.
1) Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan aspal.
2) Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada
suatu titik diatas pemukaan aspal.
4.6 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Titik nyala terjadi pada suhu 245°C dalam waktu 20 menit.
2. Titik bakar terjadi pada suhu 280ºC dalam waktu 28 menit.
3. Titik nyala apda open cup kurang dari 79ºC.
4. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dari pengujian titik nyala dan titik bakar aspal
telah memenuhi persyaratan SNI 06 -2433-1991.
BAB 5
PEMERIKSAAN CAMPURAN ASPAL
DENGAN ALAT MARSHALL
5.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadapkelelehan plastis (flow) dari campuran aspal.
1. Ketahanan (stabilias) ialah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban
sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
2. Kelelehan plastis(flow) ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang
terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau inch.
Dari hasil pengujian didapatkan data dan hasil analisis sebagai berikut :
70
A. Percobaan 1 : % Berat Terhadap Total Agregat = 1130 × 100 % = 6,19 %
60
A. Percobaan 2 : % Berat Terhadap Total Agregat = 1140 × 100 % = 5,26 %
50
A. Percobaan 3 : % Berat Terhadap Total Agregat = 1150 × 100 % = 4,34 %
Berat Aspal
B. % Berat Terhadap Total Campuran = Total Berat Aspal × 100%
70
B. Percobaan 1 : % Berat Terhadap Total Campuran = 180 × 100 % = 38,9 %
60
B. Percobaan 2 : % Berat Terhadap Total Campuran = 180 × 100 % = 33,3 %
50
B. Percobaan 3 : % Berat Terhadap Total Campuran = 180 × 100 % = 27,8 %
Berat Kering
D. Berat Jenis = Berat Kering – Berat di dalam Air
1220
D. Percobaan 1 : (Gse) = 1220−717 = 2,42 gram
1266
D. Percobaan 2 : (Gse) = 1266−744 = 2,43 gram
1218
D. Percobaan 3 : (Gse) = 1218−721 = 2,45 gram
F.
F. Berat
Berat di
di dalam
dalam Air
Air =: Hasil
Hasil Pengujian
Pengujian di
di Laboratorium
Laboratorium
Berat di Udara
I. Berat Isi Benda Uji : Volume Bulk
2000
I. Percobaan 3 : Berat Isi Benda Uji = = 2,32
861
2000
I. Percobaan 3 : Berat Isi Benda Uji = = 2,22
900
2000
I. Percobaan 3 : Berat Isi Benda Uji = = 2,29
871
100
L. Percobaan 3 : Berat Maksimum = 94,2 5,8 = 2,47
+
2,7 1,036
100
L. Percobaan 3 : Berat Maksimum = 95 5 = 2,5
+
2,7 1,036
100
L. Percobaan 3 : Berat Maksimum = 95,8 4,2 = 2,53
+
2,7 1,036
38,9 × 2,32
M. Percobaan 3 : Volume % Total Aspal = = 15,56
5,8
33,3 ×2,22
M. Percobaan 3 : Volume % Total Aspal = = 14,79
5
27,8 ×2,24
M. Percobaan 3 : Volume % Total Aspal = = 14,83
4,2
(100 – 38,9)×2,32
N. Percobaan 3 : Volume % Total Agregat = 94,2
= 1,50
(100−33,3)×2,22
N. Percobaan 3 : Volume % Total Agregat = = 1,55
95
(100−27,8)×2,24
N. Percobaan 3 : Volume % Total Agregat = = 1,68
95,8
O. Jumlah Kandungan Rongga : 100 – Volume % Total Aspal – Volume % Total Agregat
1,50
Q. Percobaan 3 : % Rongga Terhadap Aspal = 98,50 × 100% = 1,5%
1,55
Q. Percobaan 3 : % Rongga Terhadap Aspal = 98,45 × 100% = 1,57%
1,68
Q. Percobaan 3 : % Rongga Terhadap Aspal = 98,32 × 100% = 1,7%
100
R. % Rongga Terhadap Campuran : 100 − Berat Maksimum × Berat Isi Benda Uji
100
R. Percobaan 3 : % Rongga Terhadap Campuran = 100 − 2,47 × 2,32 = 6,07
100
R. Percobaan 3 : % Rongga Terhadap Campuran = 100 − 2,50 × 2,22 = 11,2
100
R. Percobaan 3 : % Rongga Terhadap Campuran =100 − 2,53 × 2,29 = 9,48