Anda di halaman 1dari 4

Daur Hidup Cacing Pita dan Keterangannya

Sponsors Link

Cacing pita (Taenia sp) adalah salah satu spesies parasit yang ada dalam klasifikasi
animalia. Cacing ini masuk dalam filum platyhelminthes. Ciri ciri platyhelminthes adalah
tubuhnya yang pipih dan tidak bersegmen. Cacing pita sebagian besar hidup sebagai parasit di
organisme lain, khususnya manusia dan hewan ternak. Tercatat lebih dari 100 spesies dari genus
Taenia telah ditemukan. Genus Taenia adalah penyebab utama terjadinya penyakit taeniasis dan
sistiserkosis pada manusia. Sebagian besar kasus berada pada daerah tropis dan dekat dengan
peternakan.

ads

Tahap Kehidupan

Perkembangbiakan hewan cacing pita tidak lepas


dari kualitas lingkungan disekitarnya. Telah dijelaskan sebelumnya, cacing pita termasuk hewan
parasit. Oleh karena itu hewan ini memerlukan tubuh inang agar dapat berkembangbiak. Daur
hidup cacing pita secara umum adalah:

1. Telur cacing lepas ke lingkungan – Cacing pita dewasa hidup dan berkembangbiak dalam
bagian bagian usus halus manusia. Cara berkembangbiak hewan ini adalah dengan
bertelur. Telur cacing mengalami perkembangan menjadi larva onchosphere.
Perkembangan hingga tahap itu terjadi dalam uterus dari gravid proglottid (bagian tubuh
yang banyak mengandung telur). Gravid proglottid kemudian terlepas dari tubuh cacing
pita dewasa dan keluar dari anus.
2. Infeksi hewan ternak – Saat telur telur cacing pita keluar dari tubuh manusia, ada
kemungkinan telur cacing ini dapat berpindah ke inang lain. Salah satunya adalah babi
dan sapi. Kedua hewan vertebrata ini adalah hewan yang sering menjadi inang dari
cacing pita (Baca juga artikel terkait: hewan vertebrata dan invertebrata).
3. Embrio cacing menginfeksi otot hewan ternak – saat telur cacing pita masuk ke tubuh
hewan ternak, maka larva cacing pita akan menembus dinding usus halus dan masuk
dalam sistem peredaran darah pada hewan tersebut. Melalui jantung, larva kemudian
menyebar ke bagian bagian tubuh hewan yang lain, seperti pada otot lidah, jantung, hati,
dan bahu.
4. Infeksi manusia – Saat manusia mengonsumsi daging yang belum matang dari hewan
yang terinfeksi, maka ada kemungkinan manusia itu juga akan terinfeksi. Oleh karena itu
sebaiknya hindari daging sapi atau babi yang dimasak setengah matang.
5. Menempel pada usus halus – setelah larva cacing masuk ke dalam sistem pencernaan
pada manusia, kepala (scolex) cacing pita akan menempel kuat pada dinding usus halus.
6. Larva cacing tumbuh menjadi cacing dewasa. Kemudian daur hidup ini akan berulang
kembali

Daur hidup beberapa jenis cacing pita dapat dibaca secara lengkap pada artikel daur hidup cacing
perut, daur hidup cacing tambang, daur hidup cacing kremi, daur hidup cacing hati, dan daur
hidup Taenia saginata.

Jenis Cacing Pita


Seperti yang telah dijelaskan diatas, cacing pita memiliki lebih dari 100 jenis cacing. Namun ada
3 jenis cacing pita yang dikenal sebagai parasit bagi manusia. Ketiga jenis cacing itu yaitu
Taenia saginata, Taenia solium dan Taenia asiatica

1. Taenia saginata

T. saginata dikenal sebagai cacing pita sapi. Hewan parasit ini hidup di dalam tubuh dan
mengganggu fungsi usus halus manusia. Pada manusia, cacing ini dapat menyebabkan penyakit
taeniasis, sedangkan pada hewan ternak menyebabkan sistiserkosis.

T. saginata merupakan jenis cacing terbesar dalam genus Taenia. Ukuran panjang tubuhnya
dapat mencapai 4-10 meter. Meskipun demikian cacing ini dapat tumbuh hingga 22 meter.
Bagian tubuhnya terdiri dari kepala (scolex), leher, dan srobila. Bagian kepala Taenia saginata
memiliki 4 penghisap namun tidak memiliki kait. Inilah yang membedakannya dengan cacing
pita lain. Bagian strobila sebenarnya adalah serangkaian segmen yang disebut proglottid. Cacing
pita T. Saginata adalah hewan hemaphrodit, sehingga dapat membuahi sel telurnya sendiri. Satu
individu cacing T. saginata dapat mengeluarkan telur sebanyak lebih dari 100 juta buah. Inang
dari ini cacing ini adalah manusia, sapi, dan kambing.

2. Taenia solium

Taenia solium sering juga disebut dengan cacing pita babi. Disebut demikian karena cacing ini
biasanya menginfeksi babi. Sama halnya dengan T. solium, tubuh cacing pita babi terdiri dari
kepala, leher, dan strobila. Perbedaannya, kepala cacing ini selain memiliki penghisap juga
memiliki sepasang kait dari bahan kitin. Warna cacing pita babi adalah putih dengan ukuran
panjang 2 – 3 meter.
Cacing pita babi dapat pula mencapai 8 meter. Strobila tersusun atas segmen segmen sebanyak
700 hingga 1000 buah. Dalam setiap segmen, ada sekitar 50.000 telur cacing. Seperti namanya,
inang kedua setelah manusia adalah babi. Babi termasuk hewan omnivora yang rakus (baca
artikel terkait: hewan karnivora, herbivora, dan omnivora). Babi juga hidup ditempat yang kotor.
Maka wajar apabila babi menjadi salah satu hewan yang paling mudah diinfeksi oleh cacing pita.
Saat terinfeksi, larva dalam tubuh manusia dapat ditemukan dalam 3 bentuk yang berbeda.

3. Taenia asiatica

Taenia asiatica merupakan satu dari 3 jenis cacing pita yang bersifat parasit pada manusia. Baru
ditemukan pada awal 1980, cacing ini memiliki banyak kemiripan dengan cacing pita sapi.
Meskipun demikian inang dari cacing ini adalah manusia dan babi. Cacing ini pertama kali
dianggap sebagai T. saginata, namun penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ada perbedaan
pada kedua jenis cacing ini.

Penyebaran cacing ini sebagian besar ada di Asia timur. Khususnya di negara cacing ini pertama
diketemukan. Pada awalnya keberadaan cacing ini karena konsumsi daging. Namun ditemukan
bahwa sapi jarang dikonsumsi didaerah tersebut. Oleh karena itu diputuskan bahwa jenis ini
bukan cacing pita sapi. Warna tubuhnya putih kekuningan dengan panjang 3,5 meter. Kepalanya
dilengkapi dengan 4 penghisap. Strobila dan kepalanya dihubungkan dengan leher pendek. Lebar
tubuhnya hampir sebesar 1 cm.

Ketiga jenis cacing pita inilah yang sering dikenal. Penyebaran telur dan larva dari cacing pita
dapat melalui:

 Memakan makanan dan minuman yang layak – pada daerah perang atau bencana, tingkat
higienitas menurun. Ada kemungkinan bahwa telur cacing dapat masuk lewat makanan
yang telah tercemar
 Memakan makanan yang dimasak kurang matang atau mentah – hewan yang telah
terinfeksi cacing dapat menjadi sumber penyebaran larva cacing. Alangkah baiknya jika
daging sapi atau babi dimasak sampai matang untuk menghindari hal ini.

Sedangkan hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran cacing pita antara lain:

 Menjaga kebersihan alat makan


 Membiasakan cuci tangan sebelum makan
 Menghindari memakan makanan olahan daging yang belum matang
 Tidak menempatkan peternakan babi atau sapi didekat rumah

Demikian uraian daur hidup cacing pita. Baca juga artikel lainnya pelestarian biota laut –
klasifikasi makhluk hidup

Sponsored Links

*Ji

Anda mungkin juga menyukai