BSB TVT Surgery 1
BSB TVT Surgery 1
GELOMBANG V KELOMPOK Z
Oleh :
Bayu Setiabudi, S. KH
1009005107
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
Lembar Persetujuan Kasus
Dosen Penguji
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan
laporan ini.
Denpasar, 18 Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Tujuan ........................................................................................
1.3 Manfaat .....................................................................................
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Gambar 1. Insisi bagian dorsal comissure vulva (A).
Pengangkatan dan pembersihan masa TVT
(transmissible venereal tumor) pada vulva (B).
Hilangnya masa tumor setelah dilakukan
pengangkatan dan pembersihan pada vulva (C).
Daerah insisi setelah dijahit (D) ..............................
Gambar 2. Kondisi anjing hari ke-3 post-operasi transmissible
venereal tumor (TVT) pada anjing pecking betina
(A). Kondisi anjing setelah pelepasan jaritan silk
dan vulva terlihat normal tidak terlihat kemunculan
masa tumor (B) ........................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Etiologi
Beberapa ahli menggangap tumor ini disebabkan oleh agen virus,
akan tetapi tumor tidak secara konsisten bisa ditrasmisikan oleh sel bebas.
Pada anjing TVT dapat terjadi karena tumor terimplantasi pada mukosa
kelamin saat koitus (Purohit, 2008). Transmisi tumor kelamin terjadi hanya
dengan transplantasi sel tumor yang layak dan bukan oleh virus yang
mengubah sel-sel yang rentan (Rust, 1949). Partikel virus onkogenik belum
pernah terlihat dalam sel-sel tumor dengan mikroskop elektron (Murray et
al., 1969; Moulton, 1990).
2.5 Prognosa
Pada prinsipnya penanganan tumor adalah mengangkat atau
menghilangkan tumor secara komplit. Pada kejadian tumor ganas seperti
TVT pengangkatan harus dilakukan sebaik mungkin tanpa menyisakan masa
tumor sekecil apapun. Pada beberapa kasus biasanya selalu diikuti dengan
tindakan radioterapi ataupun kemoterapi. Pada anjing dewasa sel tumor
regresi secara spontan setelah mengalami perkembangan imunitas tumor
mencegah pertumbuhan tumor secara baik. Sebaliknya, sel tumor tumbuh
menjadi ulserasi dan metastasis pada induk semang yang tidak kompeten
secara imunologis sehingga prognosa dari penyakit TVT ini dari fausta
hingga infausta. Hal yang paling baik dilakukan untuk mendapatkan
prognosa yang baik jika pada kasus ini diimbangi dengan radiasi tambahan
atau kemoterapi yang digunakan (Kutzler, 2013).
2.6 Treatment
Penanganan beberapa kasus tumor ganas seperti TVT dapat
dilakukan dengan pengangkatan secara total (Sudisma et al., 2006).
Penanganan dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan
kemungkinan sel tumor bermetastasis ke tempat lain dapat dilakukan
dengan tindakan pembedahan dan pengobatan disertai dengan kemoterapi.
Pengobatan TVT yang paling efektif ialah dengan kemoterapi setelah
dilakukan pengankatan masa tumor pada jaringan. Pada studi sebelumnya,
menunjukan pengobatan dengan vincristine hasilnya sangat baik. Vincristine
diberikan setiap minggu dengan dosis 0,5-0,7 mg/m 2 dari area tubuh atau
0,025 mg/kg secara intra vena. Lama pengobatan juga bervariasi 2-7 kali
(Marcos et al., 2006; Nak et al., 2005; Papazoglou et al., 2001). Vincristine
merupakan kelompok vinca alkaloid yg merupakan obat kemoterapi.
Vincristine ialah ekstrak dari tanaman vinca rosea yang merupakan racun
microtubule (Brooks, 2008).
Perawatan TVT tidak terlalu mudah pada beberapa pengobatan
termasuk pembedahan. Pembedahan ekstensif dilakukan untuk TVT kecil,
dengan angka keberhasilan 56-68% tumor akan menyebar secara invasi.
Kontaminasi melalui jalur bedah dengan sel-sel TVT merupakan salah satu
bentuk penularan.
Pemulihan lesi berlangsung secara perlahan walaupun kadang-
kadang tidak disadari dan signifikan pada permulaan pengobatan.
Pengobatan komplit biasanya 2-7 kali injeksi dan terjadi lebih dari 90%
kasus yang di obati. Penyembuhan mencapai 100% pada kasus pengobatan
pada tahap regresi terutama untuk kasus yang kurang dari 1 tahun dan kasus
independent atau tanpa metastasis.
Jika kasusnya sudah lebih lama, terapi yang dibutuhkan juga lebih
lama dan rata-rata angka kesembuhan lebih rendah. Efek samping juga
harus diperhitungkan. Gen cystostatis seperti vincristine bisa menyebabkan
myelosupresi dan gastrointestinal efek. Leucopenia peripheral neuropati
juga dapat terjadi. Agen kemoterapi lain yang diindikasikan untuk
pengobatan TVT termasuk cyclophosphamide (5mg/kg, peroral untuk 10
hari sebagai obat tunggal atau diberikan bersamaan dengan prednisolon
3mg/kg selama 5 hari) selain itu obat mingguan vinblastine (0,1 mg/kg IV
selama 4-6 minggu) methotrexate (0,1 mg/kg per oral tiap hari lainnya) atau
kombinasi ke-3 obat diatas. Untuk kasus resistensi bisa diobati dengan
doxorobian, 30 mg/m2 dengan 3 kali pemberian setiap 21 hari. Ketika
keseluruhan tumor tidak dapat dicapai dengan kemoterapi, electro-
cauterisasi atau cryo-cauterisasi bisa digunakan setelah terapi lesi kecil dari
tumor bisa menghilang secara spontan setelah 4 hari. Pada kasus yang gagal
dengan kemoterapi, radioterapi dilaporkan memiliki efek yang bagus.
Imunitas tumor memainkan peranan dalam regresi tumor setelah kemoterapi
(Choi et al., 2014).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Hewan
Hewan kasus adalah anjing pecking berumur 1 tahun, dengan jenis
kelamin betina berwarna hitam dan coklat. Anjing memiliki berat badan 13
Kg. Anjing memiliki nafsu makan yang baik. Tanda klinis yang ditemukan
adalah adanya bentukan massa pada bagian daerah di sekitar vulva. Saat
dipalpasi terdapat terasa benjolan keras dan keluar darah.
3.1.2 Alat-alat
Alat yang digunakan dalam pembedahan ini adalah scalpel, mata
pisau (blade), allice forcep, artery clamp, drape clamp, gunting operasi
lurus dan bengkok, pinset bergigi, pinset fisiologis, needle holder, jarum
ujung segitiga, forcep tampon, dan tempat teampon, drape cloth,
intravebous catheter, infus set, dan jarum suntik 3 ml.
3.1.3 Bahan-bahan
Bahan-bahan dan obat yang dipersiapkan adalah tampon, kapas
plester, alkohol 70%, ringer lactate, gloves, NaCl 0.9%, antiseptik (betadin),
benang absorable (chromic cat gut), benang non-absorable (silk), gloves,
dan masker. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu atropine
sulphate, serta anesthesi umum yaitu dengan kombinasi ketamine dan
xylazine. Serta vitamin K, ephineprin, antibiotik penicilin-streptomycin,
antibiotik amoxicilin, asam mefenamat dan kemoterapi dengan vincristine.
3.2 Metode
3.2.1 Pre-operasi
Persiapan ruang operasi, ruang operasi dibersihkan dari kotoran
dengan disapu (dibersihkan dari debu), kemudian meja operasi disterilisasi
dengan alkohor 70%.
Persiapan hewan, anjing yang akan dioperasi dilakukan pemeriksaan
signalemen, status praesent, anamnesa dan pemeriksaan darah. Adapun
catatan pemeriksaan hewan tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Catatan pemeriksaan hewan
Nama Pemilik : Regina Wenno
Alamat : Jln. Gunung Sari Blok D. No. 20 Denpasar
Telp : 08199981254
Signalements Anamnesa
Nama Hewan : Popo Benjolan di bagian alat kelamin, alat
Jenis Hewan : Anjing kelamin terlihat bengkak, terlihat
Breed/Ras : Pecking adanya keluar atau leleran darah.
Jenis Kelamin ; Betina Terlihat bengkak sudah tiga bulan yang
Umur : 1 Tahun
lalu. Nafsu makan dan minum normal.
BB (Kg) ; 13 Kg
Status Present Anggota gerak : Normal
Jantung (x/menit) : 124 Kulit : Normal
Pulsus (x/menit) : 120 Feses : Normal
CRT (detik) : 1 Urine : Normal
Respirasi (x/menit) : 20 Sistem Respirasi : Normal
Suhu (0C) : 38,6 Sistem Sirkulasi : Normal
6 3
RBC : 4,71x10 mm Sistem Syaraf : Normol
PCV : 31 % Sistem Reproduksi : AdaTumor
Hb : 13,8 mg % Jenis/Prosedur Penanganan
WBC : 23,8x106 mm3 Kasus : Transmissible venereal tumor
Keterangan : Dilakukan episiotomi
3.2.2 Operasi
Setelah tahapan pre-operasi selesai dilakukan dan hewan telah
teranesthesi. Hewan diletakkan pada posisi dorsal recumbency. Kasus TVT
pada anjing betina dapat dilakukan pembedahan dengan metode episiotomy
terlihat pada Gambar 1.
A B
C D
Gambar 1. Insisi bagian dorsal comissure vulva (A). Pengangkatan dan
pembersihan masa TVT (transmissible venereal tumor) pada vulva (B).
Hilangnya masa tumor setelah dilakukan pengangkatan dan pembersihan
pada vulva (C). Daerah insisi setelah dijahit (D).
Episiotomy adalah insisi pada bibir vulva atau insisi pada vulva yang
dilakukan dengan membuat irisan ke atas dari bagian dorsal comissure
vulva. Doyen intestinal forcep (clamp tidak merusak jaringan) yang lurus
ditempatkan masing-masing disisi bibir vulva pada daerah perineal midline.
Irisan dibuat ke dorsal ke arah anus, untuk menghindari kontaminasi kiri
dan kanan. Lanjutkan irisan lebih dalam dengan gunting sampai pada
muskulus dan dinding vagina atau sampai daerah metastasis tumor (Gambar
1.A). Pengankatan tumor dilakukan secara hati-hati sehingga tidak
menimbulkan trauma pada urethra dan dapat mengangkat masa tumor
semaksimal mungkin (Gambar 1.A.B). Diamati dan dihentikan jika
terjadinya perdarahan dengan diberikan epineprin dengan cara diteteskan.
Setelah prosedurnya selesai, dilakukan penutupan pada daerah yang diinsisi
dengan tiga lapis jahitan. Mukosa vagina dijahit dengan 3/0 chromic catgut
dengan jahitan simple continous atau interrupted. Jaringan subkutan dan
muskulus dijahit serupa dan kulit dijahit dengan benang non-absorrable
(Gambar 1.D). Daerah operasi dibersihkan, lalu bekas luka insisi diolesi
antiseptik (betadine).
3.2.3 Post-operasi
Setelah tindakan operasi pengankatan masa tumor selesai dilakukan,
pasien diberikan antibiotik penicillin-streptomycin secara intramuskular
sebanyak 1 ml untuk mencegah adanya infeksi sekunder. Selanjutnya
diberikan antibiotik amoxixillin 500 mg dengan pemberian 3 kali sehari satu
tablet selama lima hari. Antibiotik diberikan guna untuk mencegah infeksi
bakteri. Analgesik asam mefenamat 500 mg dengan pemberian 2 kali sehari
1
/2 tablet secara per-oral selama lima hari. Asam mefenamat diberikan
sebagai anti-inflamasi. Kemudian dilakukan kemoterapi dengan
menyuntikkan vincristine 0,3 ml secara intravena dengan interval satu
minggu dan diberikan selama dua minggu. Selain dilakukan treatment
dengan pemberian obat, dilakukan juga treatment lainya. Adapun treatmen
yang dilakukan adalah dengan mengurangi gerak dan perlindungan terhadap
luka dengan cara dikandangkan mengingat anjing kasus sangat agresif dan
galak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Peneguhan diagnosa dilakukan dengan jaringan tumor dikirim ke
Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar untuk dilakukan
pengujian laboratorium. Hasil dari pengujian laboratorium menyatakan
bahwa anjing yang bernama Popo menderita transmissible venereal tumor
atau venereal sarcoma (Hasil terlampir). Dengan adanya sel-sel tumor dari
sel-sel limfoblast, ukuranya homogen, berbentuk poyhedral, disertasi
bentukan mitosis yang cukup banyak disertasi adanya stroma. Hasil
perkembangan kesembuhan post-operasi anjing kasus dari hari ke hari
mengalami peningkatan. Perkembangan kesembuhan luka disajikan dalam
Gambar 2 dan Tabel 2.
A B
Gambar 2. Kondisi anjing hari ke-3 post-operasi transmissible venereal
tumor (TVT) pada anjing pecking betina (A). Kondisi anjing setelah
pelepasan jaritan silk dan vulva terlihat normal tidak terlihat kemunculan
masa tumor (B).
4.2 Pembahasan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Berata, I.K; Winaya, I.B; Mirah, A.A.; Windia, I.B. 2011. Patologi Veteriner
Umum. Sawasta Nulus. Denpasar.
Koch. 2003. Small animal surgery special course: Feline surgery, cruciate
ligament rupture, problem solving 4th Continuing Education Course
for Japan Small Animal Surgeons at the Small Animal Surgery
Clinic.
Underwood, J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik Edisi ke-2. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Atropin Sulfat
Sediaan : 0,25 mg/ml
Dosis : 0,02 – 0,04 mg/Kg berat badan
Berat badan : 2,5 Kg
Jumlah pemberian : Berat badan x Dosis
Sediaan
Jumlah pemberian : 2,5 Kg x (0,02 – 0,04) mg/Kg
0,25 mg/ml
Jumlah pemberian : 0,2 – 0,4 ml
Jumlah yang diberikan : 0,3 ml
Xylazine
Sediaan : 20 mg/ml
Dosis : 1 - 3 mg/Kg berat badan
Berat badan : 2,5 Kg
Jumlah pemberian : Berat badan x Dosis
Sediaan
Jumlah pemberian : 2,5 Kg x (1 - 3) mg/Kg
20 mg/ml
Jumlah pemberian : 0,12 – 0,37 ml
Jumlah yang diberikan : 0,2 ml
Ketamine
Sediaan : 100 mg/ml
Dosis : 11 - 33 mg/Kg berat badan
Berat badan : 2,5 Kg
Jumlah pemberian : Berat badan x Dosis
Sediaan
Jumlah pemberian : 2,5 Kg x (11 - 33) mg/Kg
100 mg/ml
Jumlah pemberian : 0,27 – 0,82 ml
Jumlah yang diberikan : 0,4 ml
Betamox :
Sediaan : 150mg/ml
Dosis : 40-80mg/kg bb
Berat badan : 2,5 kg
Jumlah pemberian : DosisX Berat badan
Sediaan
Jumlah pemberian : (40-80mg/kg bb) X 2,5 kg
150mg/ml
Jumlah pemberian : 0,6-1,3 ml
Jumlah yang diberikan : 1 ml
S3 dd cth 1/2 #