Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KOASISTENSI BEDAH KASUS

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

GELOMBANG V KELOMPOK Z

“TRANSMISSIBLE VENEREAL TUMOR (TVT) PADA ANJING


PECKING”

Oleh :

Bayu Setiabudi, S. KH

1009005107

PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2015
Lembar Persetujuan Kasus

“TRANSMISSIBLE VENEREAL TUMOR (TVT)


PADA ANJING PECKING”

Dosen Pembimbing Kelompok Dosen Pembimbing Kasus

drh. A.A. Gede Oka Dharmayudha, MP Dr. drh. I Nengah Wandia, M. Si


NIP. 19771120 200212 1 001 NIP. 19661001 199403 1 001

Dosen Penguji

drh. A.A. Gede Jaya Wardhita, M.Kes


NIP. 19600201 196702 1 002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis mampu menyelesaikan
penyusunan laporan koasistensi klinik hewan Laboratorium Bedah dan
Radiologi yang berjudul “Transmissible Venereal Tumor (TVT) Pada Anjing
Pecking”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas bagi mahasiswa dalam
menyelesaikan kegiatan program profesi dokter hewan (PPDH), bagian
koasistensi Laboratorium Bedah dan Radiologi pada Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada :

1. Bapak Dr. Drh. I Ketut Anom Dada, MS., sebagai Direktur


Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana.
2. Bapak drh. I Gusti Agung Gede Putra Pemayun, MP., sebagai
koordinator bagian koasistensi klinik Laboratorium Bedah dan
Radiologi program PPDH Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana.
3. Staff dosen Bedah dan Radiologi Rumah Sakit Hewan
Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
4. Bapak Dr. drh. I Nengah Wandia, M.Si., sebagai pembimbing
kaus bedah.
5. Rekan-rekan kelompok PPDH VZ yang telah membantu dan
memberikan dukungan sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan
laporan ini.
Denpasar, 18 Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN KASUS..................................................


KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................
DAFTAR TABEL ..................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Tujuan ........................................................................................
1.3 Manfaat .....................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Transmissible Venereal Tumor (TVT) .......................................
2.2 Etiologi ......................................................................................
2.3 Tanda Klinis ..............................................................................
2.4 Diagnosis ...................................................................................
2.5 Prognosis ...................................................................................
2.6 Treatment ...................................................................................

BAB III MATERI DAN METODE


3.1 Materi ........................................................................................
3.1.1 Hewan...............................................................................
3.1.2 Alat-alat.............................................................................
3.1.3 Bahan-bahan .....................................................................
3.2 Metode .......................................................................................
3.2.1 Pre-operasi ........................................................................
3.2.2 Operasi .............................................................................
3.2.3 Post-operasi .....................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ..........................................................................................
4.2 Pembahasam ..............................................................................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.2 Simpulan ...................................................................................
5.2 Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Catatan pemeriksaan hewan .....................................................


Tabel 2. Pengamatan kesmbuhan luka post-operasi ..............................
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Gambar 1. Insisi bagian dorsal comissure vulva (A).
Pengangkatan dan pembersihan masa TVT
(transmissible venereal tumor) pada vulva (B).
Hilangnya masa tumor setelah dilakukan
pengangkatan dan pembersihan pada vulva (C).
Daerah insisi setelah dijahit (D) ..............................
Gambar 2. Kondisi anjing hari ke-3 post-operasi transmissible
venereal tumor (TVT) pada anjing pecking betina
(A). Kondisi anjing setelah pelepasan jaritan silk
dan vulva terlihat normal tidak terlihat kemunculan
masa tumor (B) ........................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang di beberapa
daerah banyak disukai dan dipelihara oleh masyarakat. Anjing dipelihara
oleh masyarakat karena beberapa alasan, misalnya kecerdasanya,
kemampuannya untuk berkomunikasi dengan pemiliknya dan sifatnya yang
setia (Fitriani, 2007). Tidak terlepas dari hal itu, anjing juga rentan terhadap
beberapa penyakit, penyakit yang sering dijumpai adalah penyakit
degenerasi dan gangguan pertumbuhan, salah satunya adalah tumor.
Tumor merupakan suatu pertumbuhan yang tidak terkendali pada
suatu jaringan dalam tubuh individu atau suatu massa jaringan yang
abnormal, dimana pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasi
dengan jaringan normal disekitarnya (Dharma dan Putra, 1997).
Pertumbuhan tumor berlangsung secara terus menerus dan bersaing dengan
sel-sel normal dalam memperoleh nutrisi, sehingga lambat laun dapat
menyebabkan jaringan normal akan mengalami kematian (Fitriani, 2007).
Adapun jenis tumor yang sering dilaporkan menyerang anjing adalah
transmissible venereal tumor (TVT) (Berata et al., 2011).
TVT merupakan tumor ganas yang khas pada hewan, terutama
anjing. Anjing betina lebih peka terhadap tumor ini dan kejadian ini sering
terjadi pada anjing yang sering kontak dengan anjing yang terkena TVT,
atau anjing liar yang aktivitas seksualnya tidak terkontrol (Berata et al.,
2011; Cangul, 2003). TVT pada anjing betina biasanya menyerang genitalia
luar dan kadang-kadang terjadi pada genitalia dalam. TVT pada anjing dapat
dilakukan dengan beberapa tindakan salah satunya yaitu dengan
pembedahan dan kemoterapi. Penanganan TVT dengan dilakukan
pengankatan secara total merupakan pencegahan yang baik akan
kemungkinan munculnya kembali pertumbuhan sekunder ke tempat lain
(Mayer et al., 1959; Martins et al., 2005; Spector, 1993; Sudisma et al.,
2006).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini untuk mengetahui cara penanganan
dengan pembedahan baik prosedur operasi dan rencana terapi dari kasus
TVT pada anjing betina dengan metode episiotomi.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan ini untuk memberikan wawasan dan
meningkatkan keterampilan pada mahasiswa PPDH terkait penanganan
dengan prosedur operasi yang dilakukan pada kasus TVT pada anjing betina
dengan metode episiotomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transmissible Venereal Tumor (TVT)


Transmissible venereal tumor (TVT) pada anjing pertama kali
ditemukan oleh Novinsky tahun 1876 yang menunjukkan bahwa tumor
dapat di transplantasikan dari satu host rentan ke yang lain dengan inokulasi
sel-sel tumor (Richardson, 1981). TVT merupakan jenis tumor ganas yang
khas pada hewan, terutama anjing. Anjing betina lebih peka terhadap tumor
ini (Berata et al., 2011). TVT juga dikenal dengan infectious sarcoma,
venereal sarcoma pada anjing yang mempengaruhi alat kelamin eksternal
ataupun internal yang ditularkan melalui perkawinan (Tella dan Taiwo,
2004). TVT merupakan tumor yang ditularkan oleh transfer fisik sel tumor
yang layak melalui kontak langsung dengan kulit yang terluka atau jaringan
mukosa (Stockmann et al., 2011). Hal ini sering terjadi pada anjing yang
memiliki perilaku seksual yang tidak terkontrol dengan kejadian berkisar
antara 2-43% (Purohit, 2008).
TVT terjadi pada hewan muda yang aktif secara seksual, umumnya
pada usia 1-5 tahun. Selain melalui perkawinan, tumor juga dapat menular
melalui jilatan. Pada anjing betina, kejadian ini ditemukan pada bagian
belakang vagina atau perbatasan antara vestibulmu dan vagina. Sedangkan
pada anjing jantan dapat ditemukan pada gland penis, bagian lain dari penis,
lapisan visceralis dan parietalis dari preputium (Berata et al., 2011).
Kejadian TVT umumnya lebih sering terjadi di lingkungan tropis dengan
temperatur hangat (Rogers, 1997).
Pada studi sebelumnya, bahwa jika dilakukan transplantasi sel tumor
secara subkutan maka dalam 2-3 minggu akan terjadi tumor berukuran 3-6
mm. Bentuk tumor akan mencapai maksimum pada minggu ke-5 hingga
minggu ke-7. Tumor dapat tumbuh 15-60 hari setelah implantasi, dan tidak
terdeteksi selama beberapa tahun (Lombart dan Cabanie., 1968; Moulton,
1978). Pengelupasan dan transplantasi sel tumor selama kontak fisik
memberikan modus utama penularan ke mukosa genital, dan juga ke hidung
atau mukosa mulut, saat kawin atau menjilat alat kelamin yang terkena
anjing yang terkena TVT. Pertumbuhan tumor umumnya dapat terlihat
dalam waktu 2-6 bulan setelah kawin pertama. TVT dapat tumbuh lambat
selama bertahun-tahun atau lebih kemudian menjadi invasif dan akhirnya
menjadi ganas dan bermetastasis. Metastasis dilaporkan kurang dari 5-17%
dari total kasus (Berata et al., 2011; Utpal dan Arup Kumar, 2000).
Metastasis ditemukan pada jaringan subkutan, limponodus, mata,
tonsil, hati, limfa, dan mukosa mulut. Secara patologi anatomi TVT hampir
selalu tampak seperti bunga kol, atau peduncle, noduler, papiler atau
multilobuler, berukuran ± 5 mm, superfisial biasanya bernanah dan
mengalami peradangan. Secara histopatologi TVT terletak dalam lapisan-
lapisan dalam stroma. Serat-serat retikuler mengandung kelompok sel
tumor. TVT terdiri atas limfoblast yang besar dengan sel tumor berbentuk
bulat, polihedral dan bersifat uniform. Inti besar dan bundar dengan inti
yang hiperkromatis dan banyak gambaran mitosis. 6-8 bentuk mitosis dalam
satu daerah pandang dengan perbesaran besar. Sitoplasma sel berwarna
merah jambu pucat dengan sedikit granula. TVT cukup mengandung
vaskularisasi dan mengandung sedikit limfosit, makrofag, eosinofil dan sel
mast (Berata et al., 2011).

2.2 Etiologi
Beberapa ahli menggangap tumor ini disebabkan oleh agen virus,
akan tetapi tumor tidak secara konsisten bisa ditrasmisikan oleh sel bebas.
Pada anjing TVT dapat terjadi karena tumor terimplantasi pada mukosa
kelamin saat koitus (Purohit, 2008). Transmisi tumor kelamin terjadi hanya
dengan transplantasi sel tumor yang layak dan bukan oleh virus yang
mengubah sel-sel yang rentan (Rust, 1949). Partikel virus onkogenik belum
pernah terlihat dalam sel-sel tumor dengan mikroskop elektron (Murray et
al., 1969; Moulton, 1990).

2.3 Tanda Klinis


Penampakan tumor anjing betina biasanya terdapat pada vestibula
atau caudal vagina, melintang sampai ke vulva. Harus diwaspadai adanya
cairan hemoragi pada daerah vulva yang bisa menyebabkan anemia
permanen. cairan ini bisa memancing pejantan dan keadaan betina seperti
ini sering di kelirukan dengan estrus ( Martins et al., 2005; Mahmud, 2012).
Tanda klinis yang tampak merupakan benjolan dan tetesan darah pada
vestibula, jika dilakukan palpasi maka akan terasa pertumbuhan yang tidak
teratur (lobuler) seperti buah anggur atau buah kol (Mayer et al., 1959).
Tumor ini juga dapat ditemukan pada seluruh bagian mukosa vagina,
sering pula menyebar ke vestibula hingga labia. Ukuranya bervariasi dari
nodular kecil hingga menyebar ke lumen vulvovagina atau menjulur hingga
diantara labia. Kelamin sering terjadi perubahan yang regresif hingga mudah
berdarah hingga keluar leleran serous ataupun leleran purulent dari vagina
(Aiello et al., 2000).
2.4 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, sejarah
lingkungan, pemeriksan klinis dan temuan sitologi. Biopsi untuk
pemeriksaan histologi adalah metode yang paling dapat diandalkan untuk
diagnosis. Jika ada keraguan tentang diagnosis histologis, dapat dilakukan
diagnosis definitif dengan analisis kromosom, studi imunohistokimia dan
elektron-mikroskopis juga akan membantu untuk mendeteksi neoplasma
(Utpal dan Arup Kumar, 2000).

2.5 Prognosa
Pada prinsipnya penanganan tumor adalah mengangkat atau
menghilangkan tumor secara komplit. Pada kejadian tumor ganas seperti
TVT pengangkatan harus dilakukan sebaik mungkin tanpa menyisakan masa
tumor sekecil apapun. Pada beberapa kasus biasanya selalu diikuti dengan
tindakan radioterapi ataupun kemoterapi. Pada anjing dewasa sel tumor
regresi secara spontan setelah mengalami perkembangan imunitas tumor
mencegah pertumbuhan tumor secara baik. Sebaliknya, sel tumor tumbuh
menjadi ulserasi dan metastasis pada induk semang yang tidak kompeten
secara imunologis sehingga prognosa dari penyakit TVT ini dari fausta
hingga infausta. Hal yang paling baik dilakukan untuk mendapatkan
prognosa yang baik jika pada kasus ini diimbangi dengan radiasi tambahan
atau kemoterapi yang digunakan (Kutzler, 2013).

2.6 Treatment
Penanganan beberapa kasus tumor ganas seperti TVT dapat
dilakukan dengan pengangkatan secara total (Sudisma et al., 2006).
Penanganan dengan pengangkatan total tumor termasuk pencegahan
kemungkinan sel tumor bermetastasis ke tempat lain dapat dilakukan
dengan tindakan pembedahan dan pengobatan disertai dengan kemoterapi.
Pengobatan TVT yang paling efektif ialah dengan kemoterapi setelah
dilakukan pengankatan masa tumor pada jaringan. Pada studi sebelumnya,
menunjukan pengobatan dengan vincristine hasilnya sangat baik. Vincristine
diberikan setiap minggu dengan dosis 0,5-0,7 mg/m 2 dari area tubuh atau
0,025 mg/kg secara intra vena. Lama pengobatan juga bervariasi 2-7 kali
(Marcos et al., 2006; Nak et al., 2005; Papazoglou et al., 2001). Vincristine
merupakan kelompok vinca alkaloid yg merupakan obat kemoterapi.
Vincristine ialah ekstrak dari tanaman vinca rosea yang merupakan racun
microtubule (Brooks, 2008).
Perawatan TVT tidak terlalu mudah pada beberapa pengobatan
termasuk pembedahan. Pembedahan ekstensif dilakukan untuk TVT kecil,
dengan angka keberhasilan 56-68% tumor akan menyebar secara invasi.
Kontaminasi melalui jalur bedah dengan sel-sel TVT merupakan salah satu
bentuk penularan.
Pemulihan lesi berlangsung secara perlahan walaupun kadang-
kadang tidak disadari dan signifikan pada permulaan pengobatan.
Pengobatan komplit biasanya 2-7 kali injeksi dan terjadi lebih dari 90%
kasus yang di obati. Penyembuhan mencapai 100% pada kasus pengobatan
pada tahap regresi terutama untuk kasus yang kurang dari 1 tahun dan kasus
independent atau tanpa metastasis.
Jika kasusnya sudah lebih lama, terapi yang dibutuhkan juga lebih
lama dan rata-rata angka kesembuhan lebih rendah. Efek samping juga
harus diperhitungkan. Gen cystostatis seperti vincristine bisa menyebabkan
myelosupresi dan gastrointestinal efek. Leucopenia peripheral neuropati
juga dapat terjadi. Agen kemoterapi lain yang diindikasikan untuk
pengobatan TVT termasuk cyclophosphamide (5mg/kg, peroral untuk 10
hari sebagai obat tunggal atau diberikan bersamaan dengan prednisolon
3mg/kg selama 5 hari) selain itu obat mingguan vinblastine (0,1 mg/kg IV
selama 4-6 minggu) methotrexate (0,1 mg/kg per oral tiap hari lainnya) atau
kombinasi ke-3 obat diatas. Untuk kasus resistensi bisa diobati dengan
doxorobian, 30 mg/m2 dengan 3 kali pemberian setiap 21 hari. Ketika
keseluruhan tumor tidak dapat dicapai dengan kemoterapi, electro-
cauterisasi atau cryo-cauterisasi bisa digunakan setelah terapi lesi kecil dari
tumor bisa menghilang secara spontan setelah 4 hari. Pada kasus yang gagal
dengan kemoterapi, radioterapi dilaporkan memiliki efek yang bagus.
Imunitas tumor memainkan peranan dalam regresi tumor setelah kemoterapi
(Choi et al., 2014).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi

3.1.1 Hewan
Hewan kasus adalah anjing pecking berumur 1 tahun, dengan jenis
kelamin betina berwarna hitam dan coklat. Anjing memiliki berat badan 13
Kg. Anjing memiliki nafsu makan yang baik. Tanda klinis yang ditemukan
adalah adanya bentukan massa pada bagian daerah di sekitar vulva. Saat
dipalpasi terdapat terasa benjolan keras dan keluar darah.
3.1.2 Alat-alat
Alat yang digunakan dalam pembedahan ini adalah scalpel, mata
pisau (blade), allice forcep, artery clamp, drape clamp, gunting operasi
lurus dan bengkok, pinset bergigi, pinset fisiologis, needle holder, jarum
ujung segitiga, forcep tampon, dan tempat teampon, drape cloth,
intravebous catheter, infus set, dan jarum suntik 3 ml.
3.1.3 Bahan-bahan
Bahan-bahan dan obat yang dipersiapkan adalah tampon, kapas
plester, alkohol 70%, ringer lactate, gloves, NaCl 0.9%, antiseptik (betadin),
benang absorable (chromic cat gut), benang non-absorable (silk), gloves,
dan masker. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu atropine
sulphate, serta anesthesi umum yaitu dengan kombinasi ketamine dan
xylazine. Serta vitamin K, ephineprin, antibiotik penicilin-streptomycin,
antibiotik amoxicilin, asam mefenamat dan kemoterapi dengan vincristine.

3.2 Metode

3.2.1 Pre-operasi
Persiapan ruang operasi, ruang operasi dibersihkan dari kotoran
dengan disapu (dibersihkan dari debu), kemudian meja operasi disterilisasi
dengan alkohor 70%.
Persiapan hewan, anjing yang akan dioperasi dilakukan pemeriksaan
signalemen, status praesent, anamnesa dan pemeriksaan darah. Adapun
catatan pemeriksaan hewan tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Catatan pemeriksaan hewan
Nama Pemilik : Regina Wenno
Alamat : Jln. Gunung Sari Blok D. No. 20 Denpasar
Telp : 08199981254
Signalements Anamnesa
Nama Hewan : Popo Benjolan di bagian alat kelamin, alat
Jenis Hewan : Anjing kelamin terlihat bengkak, terlihat
Breed/Ras : Pecking adanya keluar atau leleran darah.
Jenis Kelamin ; Betina Terlihat bengkak sudah tiga bulan yang
Umur : 1 Tahun
lalu. Nafsu makan dan minum normal.
BB (Kg) ; 13 Kg
Status Present Anggota gerak : Normal
Jantung (x/menit) : 124 Kulit : Normal
Pulsus (x/menit) : 120 Feses : Normal
CRT (detik) : 1 Urine : Normal
Respirasi (x/menit) : 20 Sistem Respirasi : Normal
Suhu (0C) : 38,6 Sistem Sirkulasi : Normal
6 3
RBC : 4,71x10 mm Sistem Syaraf : Normol
PCV : 31 % Sistem Reproduksi : AdaTumor
Hb : 13,8 mg % Jenis/Prosedur Penanganan
WBC : 23,8x106 mm3 Kasus : Transmissible venereal tumor
Keterangan : Dilakukan episiotomi

Sebelum dilakukan operasi hewan dipuasakan selama 12 jam agar


hewan tidak muntah pada waktu teranesthesi serta di berikan vitamin K
untuk mengurangi pendarahan. Hewan dipersiapkan di meja operasi.
Kemudian diberikan premedikasi yaitu atropin sulfat sebanyak 1,5 ml secara
subkutan (dosis terlampir). Setelah 10 menit, kemudian di anestesi
menggunakan kombinasi xylazin dan ketamin dengan jumlah pemberian
anestesi masing-masing 1,3 ml xylazine dan 1,6 ml ketamine secara
intramuskular (dosis terlampir). Setelah teranestesi, anjing ditempatkan pada
posisi dorsal recumbency dan dilakukan pembersihan di daerah sekitar
vulva. Hewan disiapkan secara aseptik, kemudian dilakukan pemasangan
intravena kateter untuk infus Ringer Lactate. Dilakukan penutupan site
operasi dengan drape cloth. Kemudian diberi antiseptik untuk menjaga
kondisi aseptik.

3.2.2 Operasi
Setelah tahapan pre-operasi selesai dilakukan dan hewan telah
teranesthesi. Hewan diletakkan pada posisi dorsal recumbency. Kasus TVT
pada anjing betina dapat dilakukan pembedahan dengan metode episiotomy
terlihat pada Gambar 1.

A B

C D
Gambar 1. Insisi bagian dorsal comissure vulva (A). Pengangkatan dan
pembersihan masa TVT (transmissible venereal tumor) pada vulva (B).
Hilangnya masa tumor setelah dilakukan pengangkatan dan pembersihan
pada vulva (C). Daerah insisi setelah dijahit (D).
Episiotomy adalah insisi pada bibir vulva atau insisi pada vulva yang
dilakukan dengan membuat irisan ke atas dari bagian dorsal comissure
vulva. Doyen intestinal forcep (clamp tidak merusak jaringan) yang lurus
ditempatkan masing-masing disisi bibir vulva pada daerah perineal midline.
Irisan dibuat ke dorsal ke arah anus, untuk menghindari kontaminasi kiri
dan kanan. Lanjutkan irisan lebih dalam dengan gunting sampai pada
muskulus dan dinding vagina atau sampai daerah metastasis tumor (Gambar
1.A). Pengankatan tumor dilakukan secara hati-hati sehingga tidak
menimbulkan trauma pada urethra dan dapat mengangkat masa tumor
semaksimal mungkin (Gambar 1.A.B). Diamati dan dihentikan jika
terjadinya perdarahan dengan diberikan epineprin dengan cara diteteskan.
Setelah prosedurnya selesai, dilakukan penutupan pada daerah yang diinsisi
dengan tiga lapis jahitan. Mukosa vagina dijahit dengan 3/0 chromic catgut
dengan jahitan simple continous atau interrupted. Jaringan subkutan dan
muskulus dijahit serupa dan kulit dijahit dengan benang non-absorrable
(Gambar 1.D). Daerah operasi dibersihkan, lalu bekas luka insisi diolesi
antiseptik (betadine).
3.2.3 Post-operasi
Setelah tindakan operasi pengankatan masa tumor selesai dilakukan,
pasien diberikan antibiotik penicillin-streptomycin secara intramuskular
sebanyak 1 ml untuk mencegah adanya infeksi sekunder. Selanjutnya
diberikan antibiotik amoxixillin 500 mg dengan pemberian 3 kali sehari satu
tablet selama lima hari. Antibiotik diberikan guna untuk mencegah infeksi
bakteri. Analgesik asam mefenamat 500 mg dengan pemberian 2 kali sehari
1
/2 tablet secara per-oral selama lima hari. Asam mefenamat diberikan
sebagai anti-inflamasi. Kemudian dilakukan kemoterapi dengan
menyuntikkan vincristine 0,3 ml secara intravena dengan interval satu
minggu dan diberikan selama dua minggu. Selain dilakukan treatment
dengan pemberian obat, dilakukan juga treatment lainya. Adapun treatmen
yang dilakukan adalah dengan mengurangi gerak dan perlindungan terhadap
luka dengan cara dikandangkan mengingat anjing kasus sangat agresif dan
galak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Peneguhan diagnosa dilakukan dengan jaringan tumor dikirim ke
Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar untuk dilakukan
pengujian laboratorium. Hasil dari pengujian laboratorium menyatakan
bahwa anjing yang bernama Popo menderita transmissible venereal tumor
atau venereal sarcoma (Hasil terlampir). Dengan adanya sel-sel tumor dari
sel-sel limfoblast, ukuranya homogen, berbentuk poyhedral, disertasi
bentukan mitosis yang cukup banyak disertasi adanya stroma. Hasil
perkembangan kesembuhan post-operasi anjing kasus dari hari ke hari
mengalami peningkatan. Perkembangan kesembuhan luka disajikan dalam
Gambar 2 dan Tabel 2.

A B
Gambar 2. Kondisi anjing hari ke-3 post-operasi transmissible venereal
tumor (TVT) pada anjing pecking betina (A). Kondisi anjing setelah
pelepasan jaritan silk dan vulva terlihat normal tidak terlihat kemunculan
masa tumor (B).

Tabel 2. Pengamatan kesmbuhan luka post-operasi.


No. Pengamatan Post-operasi Kondisi Hewan Post-operasi
1. Hari ke-1 sampai ke-3 Anjing masih tampak lemah, pasif, nafsu
makan dan minum menurun dan bagian luka
operasi sedikit mengalami kebengkakan
(Gambar 2.A).
2. Hari ke-4 sampai ke-6 Anjing sudah mulai bergerak aktif dan
agresif, nafsu makan dan minum normal,
dan kebengkakan pada bagian jahitan sudah
mulai hilang. Tidak teramati munculnya
masa tumor pada bagian yang telah di
bedah.
3. Hari ke-7 sampai ke-13 Luka sudah menyatu dan terlihat kering,
tidak teramati munculnya masa tumor pada
bagian yang telah di bedah. Pelepasan
jaritan silk (Gambar 2.B).
4. Hari ke-14 Dilakukan kemoterapi untuk yang kedua.
5. Hari ke-15 sampai ke-18 Nafsu makan dan minum anjing menurun,
terlihat lemas. Masa tumor tidak teramati
muncul kembali dan keadaan daerah post-
operasi normal seperti normalnya.
6. Hari ke- 19 sampai saat ini. Anjing dengan keadaan normal seperti
semula, dan tidak teramati munculnya masa
tumor.

4.2 Pembahasan

Transmissible venereal tumor (TVT) / veneral sarcoma disebabkan


oleh terjadinya transplantasi tumor dari satu host rentan ke yang lain dengan
inokulasi sel-sel tumor melalui perkawinan (Utpal dan Arup Kumar, 2000).
Tindakan yang terbaik pada kasus anjing yang mengalami TVT adalah
dengan pembedahan untuk mengangkat masa tumor sebelum bermetastasis
pada jaringan yang lainya.
Anjing dengan kasus TVT awalnya menunjukan keluarnya leleran
berdarah dari vulva. Kejadian ini kurang mendapatkan perhatian khususnya
dari pemilik, mengingat bahwa pemilik baru enam bulan memelihara dan
sering ditinggal oleh pemiliknya. Menurut keterangan pemilik, tanda tumor
baru teramati ketika terjadinya keluar leleran darah dan masa tumor semakin
membesar.
Pada kasus ini jalan terbaik yang dapat dilakukan yaitu pembedahan
dengan pengankatan masa tumor yang dilakukan pada hari sabtu, tanggal 09
Mei 2015. Tujuan dari tindakan pengankatan masa tumor adalah agar tumor
tidak bermetastasis pada jaringan normal yang dapat terinfeksi.
Pada saat dilakukan pembedahan ditemukan masa tumor berbentuk
tidak beraturan yang kurang lebih memiliki diameter 3 cm. Masa tumor
tidak berkapsul dan rapuh yang mengarah pada tumor ganas. Pemantauan
kondisi umum hewan (terlampir) saat dilakukan operasi. Sampel tumor
kemudian dibawa ke Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar
untuk peneguhan diagnosa dan di dapat hasil positif transmissible venereal
tumor (TVT) atau veneral sarcoma.
Penanganan venereal sarcoma dengan pengangkatan total tumor
termasuk pencegahan kemungkinan sel tumor bermetastasis ke tempat lain
dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan dan pengobatan disertai
dengan kemoterapi. Kemoterapi dengan menggunakan Vincristine diberikan
setiap minggu dengan dosis 0,025 mg/kg secara intra vena. Lama
pengobatan diberikan selama 2 kali. Kesembuhan pada luka operasi secara
total terjadi pada hari ke-13 dengan kesembuhan yang sangat bagus.
Perubahan kondisi anjing pasca operasi sangat baik, tidak terlihat tanda-
tanda terjadi kekambuhan sehingga operasi ini dinyatakan berhasil.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Hasil anamnesa, tanda klinis, dan juga diteguhkan dengan


pemeriksaan laboratorium masa tumor di Bali Besar Veteriner
Denpasar menunjukkan diagnosa definitif transmissible venereal
tumor (TVT) atau venereal sarcoma.

2. Tindakan pembedahan dengan metode episiotomy untuk mengankat


serta menghilangkan masa tumor dengan tujuan supaya tumor tidak
bermetastasis pada jaringan lainya.

3. Tindakan kemoterapi diberikan dengan menggunakan vincristine


guna melengkapi proses penyingkiran masa tumor.

4. Anjing kasus dengan penyakit tranmissible venereal tumor (TVT)


dapat sembuh dengan baik dan dengan kondisi normal pada hari ke-
13 post-operasi.

5.2 Saran

Hewan yang telah diketahui menderita TVT atau venereal sarcoma


agar segera dilakukan tindakan pembedahan dengan mengangkat masa
tumor sesegera mungkin. TVT merupakan jenis tumor ganas yang sangat
mudah bermetastasis dengan jaringan lain disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Berata, I.K; Winaya, I.B; Mirah, A.A.; Windia, I.B. 2011. Patologi Veteriner
Umum. Sawasta Nulus. Denpasar.

Koch. 2003. Small animal surgery special course: Feline surgery, cruciate
ligament rupture, problem solving 4th Continuing Education Course
for Japan Small Animal Surgeons at the Small Animal Surgery
Clinic.

Khoirul, M. 2012. Mekanisme Kematian Jaringan dan Nekrosis. PS.


Cendekia Utama. Kudus.

Lanz, O.I. 2002. Lumbosacral and pelvic injuries. Veterinary Clinics of


North
America Small Animal 32 (2002) p 949-962.

Lumongga, Fitriani. 2008. Apoptosis. Departemen Patologi Anatomi FK


USU. Medan.

Sudisma, I.GN; Pemayun, I.G.A; Wardhita, A.A.G; Gorda, I. W. 2006. Ilmu


Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Udayana University Pres.
Denpasar

Suwed, M. 2006. Membiakkan Kucing. Penebar Swadaya. Depok.

Underwood, J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik Edisi ke-2. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Ziemba, R. 2012. First aid in cases of wounds, fractures, as well as thermal


and chemical burns. Poland.
Lampiran 1. Jumlah Pemberian Obat

Atropin Sulfat
Sediaan : 0,25 mg/ml
Dosis : 0,02 – 0,04 mg/Kg berat badan
Berat badan : 2,5 Kg
Jumlah pemberian : Berat badan x Dosis
Sediaan
Jumlah pemberian : 2,5 Kg x (0,02 – 0,04) mg/Kg
0,25 mg/ml
Jumlah pemberian : 0,2 – 0,4 ml
Jumlah yang diberikan : 0,3 ml

Xylazine
Sediaan : 20 mg/ml
Dosis : 1 - 3 mg/Kg berat badan
Berat badan : 2,5 Kg
Jumlah pemberian : Berat badan x Dosis
Sediaan
Jumlah pemberian : 2,5 Kg x (1 - 3) mg/Kg
20 mg/ml
Jumlah pemberian : 0,12 – 0,37 ml
Jumlah yang diberikan : 0,2 ml

Ketamine
Sediaan : 100 mg/ml
Dosis : 11 - 33 mg/Kg berat badan
Berat badan : 2,5 Kg
Jumlah pemberian : Berat badan x Dosis
Sediaan
Jumlah pemberian : 2,5 Kg x (11 - 33) mg/Kg
100 mg/ml
Jumlah pemberian : 0,27 – 0,82 ml
Jumlah yang diberikan : 0,4 ml

Betamox :
Sediaan : 150mg/ml
Dosis : 40-80mg/kg bb
Berat badan : 2,5 kg
Jumlah pemberian : DosisX Berat badan
Sediaan
Jumlah pemberian : (40-80mg/kg bb) X 2,5 kg
150mg/ml
Jumlah pemberian : 0,6-1,3 ml
Jumlah yang diberikan : 1 ml

Obat oral untuk terapi post operasi


Amoxycillin
Sediaan : 125 mg
Dosis : 40 - 80 mg/Kg berat badan
Berat badan : 2,5 Kg
Jumlah yang diberikan : Berat badan x Dosis
Sediaan
Jumlah yang diberikan : 2,5 Kg x (40 - 80) mg/day
125mg
Jumlah yang diberikan :0,4–0,8 cth
Jumlah yang diberikan : 0,5 cth/hari
R/ Amoxan syr btl No I

S3 dd cth 1/2 #

Anda mungkin juga menyukai