Pembimbing:
Disusun oleh:
SMF RADIOLOGI
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2015
LEMBAR PENGESAHAN
JOURNAL READING
AKURASI DIAGNOSIS SONOGRAFI DIBANDINGKAN
MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)
UNTUK KARSINOMA NASOFARING PRIMER
Disusun oleh:
Anisa Kapti Hanawi G4A015004
Katharina Listyaningrum Prastiwi G4A015007
Telah disetujui,
pada tanggal September 2015
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
Yong Gao, MS, Shang-Yong Zhu, MS, Yi Dai, MS, Bing-Feng Lu, MS, Lu Lu, MS
ABSTRAK
Tujuan, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji secara prospektif akurasi
sonografi dan MRI. Diagnosis diperoleh dari biopsi endoskopi yang dikumpulkan
dari nasofaring suspek tumor atau normal. Kemampuan diagnosis sonografi dan
Hasil. Karsinoma nasofaring positif pada 71 dari 150 pasien (47,3%) dan negatif
dibandingkan MRI untuk kasus ini adalah 90,1%, 84,8%, dan 87,3% untuk
sonografi dan 97,2%, 89,9%, dan 93,3% untuk MRI. Sonografi dan MRI
nasofaring, dengan nilai area di bawah kurva 0,958 dan 0,987. Tidak ada
perbedaan yang signifikan dari rerata kemampuan deteksi tumor antara sonografi
dan MRI (p=0,12), dan sama halnya dengan spesifisitas antara sonografi dan MRI
(p=0,22).
1
2
murah dan lebih mudah untuk dilakukan. Hasil penelitian ini juga menyarankan
nasofaring; sonografi.
biopsi endoskopi di lokasi tumor primer.1 Biopsi yang hanya dapat mengambil
sejumlah kecil bagian dari nasofaring, memungkinkan bahwa kanker pada sedikit
area mukosa dan submukosa tidak dapat terdeteksi.2 Hal tersebut menyebabkan
beberapa tahun ini dipelajari potensi diagnosis modalitas imaging yang lebih tidak
invasif dan lebih bersahabat dengan pasien.3-5 Contohnya, pada sebuah penelitian
awal pada diagnosis kanker primer nasofaring.6-7 Namun, MRI tidak dapat diakses
MRI terbatas.
untuk deteksi metastasis limfenodi sevikalis.8-10 Pada penelitian tersebut, gas nasal
sepanjang dengan ekolalitas gas nasofaring yang kuat sebagai pembatas, sonografi
3
sedang (Gambar 1). Karena itulah, tujuan penelitian prospektif ini untuk
Pasien
informed consent tertulis didapatkan dari semua pasien. Pasien suspek karsinoma
nasofaring dikumpulkan dari penelitian prospektif antara Januari 2010 dan Januari
nasal, dan penurunan pendengaran). Pasien diekslusi jika mereka gagal menjalan
sonografi, MRI, dan biopsi endoksopi, atau jika didiagnosis kelainan nasofaring
yang bukan karsinoma nasofaring. Kelompok yang diteliti terdiri dari 150 pasien
(99 laki-laki dan 51 wanita) dengan rentang usia dari 21 hingga 68 tahun (rata-rata
(Esaote SpA, Genoa, Italy) dan dengan transducer konveks 3,5-5,0-MHz. Pasien
dengan posisi supine dengan leher miring ke arah berlawanan pemeriksan dan
ramus mandibula leher, dan nasofaring serta struktur di sekitarnya diperiksa pada
1sampai 4 (Tabel 1 dan Gambar 2-5). Untuk tujuan penelitian ini, kategori 1 dan 2
pengumpulan biopsi endokopi, dan dilakukan blinding kepada pembaca ata hasil
konsensus.
Waukesha, WI). Target pemeriksaan adalah nasofaring dan leher pasien dengan
waktu inversi, 750 milidetik; panjang echo train, 6; lapang pandang 24 cm;
5
ketebalan potongan, 4 mm, dan jarak antar potongan, 1 mm) diaplikasikan pada
bidang axial, coronal, dan sagital dan termasuk scan tambahan final. Pemulihan
mm, dan jarak antar potongan, 1 mm) juga dilakukan. Terlebih penekanan lemak
Kategori Penampakan
1 : normal Nasofaring normal
2 : kecurigaan rendah Selubung halus pada penebalan mukosa simetris
karsinoma nasofaring antara sisi kanan dan kiri nasofaring
3 : kecurigaan tinggi Tidak simetris antara sisi kanan dan kiri nasofaring
karsinoma nasofaring
4 : karsinoma nasofaring Massa fokal yang jelas nampak di nasofaring
kepala dan leher. Jika ada perbedaan pendapat, stadium tumor ditentukan melalui
dan sebaliknya.
6
Biopsi Endoskopi
sisi kanan dan kiri dinding posterior nasofaring. Diagnosis final berdasarkan
Analisis Statistik
Paket software statistik SPSS versi 13.0 (IBM Corporation, Armonk, NY)
perkiraan nilai positif, dan akurasi sonografi serta MRI di kalkulasi. Kemampuan
diagnosis karsinoma nasofaring dari sonografi dan MRI dievaluasi oleh penerima
7
HASIL
Deteksi Tumor
Pasien yang diperiksa dengan sonografi dan MRI, 79 dari 150 (52,7%)
melanoma nasal, 1 kasus limfoma, dan 5 kasus teridentifikasi lesi mukosa jinak,
dimana pasien lainnya sehat (Gambar 1 dan 2). Pasien dengan karsinoma
adalah sebagai berikut: T1, n=24; T2, n=28 (Gambar 6); T3, n=9; dan T4, n=10.
Sonografi juga mengukur volume tumor dan karakteristik batas tumor, bentuk
tumor, dan pola ekolalitas internal. Diameter tumor berkisar antara 1 hingga 5 cm.
Dinding lateral, dinding atas, dan bagian dinding posterior nasofaring terlihat
massa fokal terlihat jelas di nasofaring (Gambar 5) seperti permulaan kanker yang
karsinoma nasofaring pada 7 dari 71 pasien (9,8%) yang seharusnya positif dan
asimetris yang disebabkan hiperplasi limfenodi benign (Tabel 2). Dengan MRI,
karsinoma nasofaring pada 2 dari 71 pasien yang seharusnya positif dan salah
yang disebabkan hiperplasi limfenodi benign (Tabel 2). Delapan kasus karsinoma
nasofaring tidak terdeteksi dengan endoskopi. Enam dari kasus tersebut dideteksi
kanker pada sonografi dan MRI, dan 1 hanya dideteksi pada MRI. Temuan negatif
palsu final dikonfirmasi secara random oleh biopsi endoskopi pada sampel
pada MRI.
9
yang terkait dengan penggunaan sonografi dan MRI tercantum dalam Tabel 2.
Selain itu, sonografi dan MRI mencapai kinerja diagnostik baik untuk karsinoma
nasofaring, dengan nilai luas di bawah kurva mulai dari 0,958 hingga 0,987
(Gambar 7). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sonografi dan MRI yang
MRI (p = 0,22).
10
PEMBAHASAN
Deteksi kanker, atau mukosa yang tidak normal adalah tujuan utama dari
pencitraan nasofaring. Saat ini, MRI telah terbukti menjadi metode pencitraan
yang paling sensitif untuk deteksi dini karsinoma nasofaring.7 Namun, dalam
penelitian ini, kinerja diagnostik sonografi dan MRI untuk karsinoma nasofaring
dikaitkan dengan nilai AUC 0,958 dan 0,987. Selanjutnya, sensitivitas diagnostik
yang sama dan spesifisitas diidentifikasi untuk kedua metode pencitraan (90,1%
dan 84,8% untuk sonografi dan 97,2% dan 89,9% untuk MRI), dengan tidak ada
mengukur volume tumor dan juga dapat mencirikan batas-batas, bentuk, dan gema
internal massa. Selain itu, real-time sonografi dapat memudahkan deteksi kanker
faktor prognostik yang dapat dimasukkan ke dalam sistem TNM yang ada,
sonografi, struktur mukosa dapat diamati dengan jelas. Selanjutnya, kanker kecil
dapat diidentifikasi dengan sonografi atas dasar penebalan mukosa yang terjadi
dibandingkan dengan reses normal pada sisi yang berlawanan. Secara umum,
ini adalah sama dengan yang dicapai dengan MRI (p = 0,22). Selain itu, dari 8
kasus karsinoma nasofaring yang tidak terdeteksi oleh biopsi endoskopi dalam
12
penelitian ini, dapat diidentifikasi dengan sonografi dan MRI. Sonografi dan MRI
untuk memandu biopsi untuk mendeteksi kanker pada jaringan nasofaring melalui
endoskopi yang normal. Selain itu, untuk 5 pasien dengan karsinoma nasofaring
yang terdeteksi pada MRI tetapi tidak pada sonografi dalam penelitian ini, temuan
mungkin berhubungan dengan lokasi nasofaring pada dinding atas dan melewati
13
hasil menunjukkan bahwa sonografi tidak harus mengganti MRI; dalam hal ini,
sonografi harus digunakan sebagai tambahan untuk MRI. Sebuah peran potensial
untuk sonografi dalam evaluasi derajat keparahan tumor juga sedang diselidiki.
Kedua, upaya besar dilakukan untuk menilai pasien yang diduga menderita kanker
dengan sonografi dan MRI, dengan demikian dapat mengenali bias terhadap
sonografi dan MRI. Sejalan dengan itu, kejadian yang sebenarnya dari karsinoma
nasofaring pada populasi penelitian ini mungkin telah dianggap kecil, dan
ini bukan untuk menentukan secara definitif akurasi dari kedua teknik. Tujuannya
digunakan sebagai titik akhir. Ketiga, pencitraan warna Doppler tidak cukup
sensitif untuk menunjukkan suplai darah tumor, mungkin karena lokasi nasofaring
jauh di dalam kepala. Oleh karena itu, studi lebih lanjut diperlukan untuk
Kesimpulannya, baik sonografi dan MRI adalah alat yang berguna untuk
berbeda. Sonografi lebih murah dan lebih mudah untuk dilakukan daripada MRI.
untuk investigasi awal kanker primer pada pasien yang diduga menderita
nasofaring dan MRI terbatas. Sonografi sebagai tambahan untuk MRI juga dapat
nasofaring.
Gambar 7. Kemampuan diagnosis sonografi (garis solid) dan MRI (garis putus-
putus) dari penerima operasi analisis karakteristik kurva pada kohort
ini (n=150).
yang terkait dengan jenis biopsi. Ketiga, mengingat korelasi sebelumnya yang
16
diamati antara volume tumor dan tingkat kelangsungan hidup penderita karsinoma
nasofaring.
REFERENSI
2. Wei WI, Sham JS, Zong YS, Choy D, Ng MH. The efficacy of fiberoptic
endoscopic examination and biopsy in the detection of early nasopharyngeal
carcinoma. Cancer 1991; 67:3127–3130.
3. King AD, Vlantis AC, Tsang RK, et al. Magnetic resonance imaging for the
detection of nasopharyngeal carcinoma. AJNR Am J Neuroradiol 2006;
27:1288–1291.
7. King AD, Vlantis AC, Bhatia KS, et al. Primary nasopharyngeal carcinoma:
diagnostic accuracy of MR imaging versus that of endoscopy and endoscopic
biopsy. Radiology 2011; 258:531–537.
8. King AD, Tse GM, Ahuja AT, et al. Necrosis in metastatic neck nodes:
diagnostic accuracy of CT, MR imaging, and US. Radiology 2004; 230:720–
726.
12. Lee CC, Chu ST, Ho HC, Lee CC, Hung SK. Primary tumor volume
calculation as a predictive factor of prognosis in nasopharyngeal carcinoma.
Acta Otolaryngol 2008; 128:93–97.
13. Chua DT, Sham JS, Leung LH, Tai KS, Au GK. Tumor volume is not an
independent prognostic factor in early-stage nasopharyngeal carcinoma
treated by radiotherapy alone. Int J Radiat Oncol Biol Phys2004; 58:1437–
1444.
14. Chong VF, Zhou JY, Khoo JB, Chan KL, Huang J. Correlation between MR
imaging-derived nasopharyngeal carcinoma tumor volume and TNM system.
Int J Radiat Oncol Biol Phys 2006; 64:72–76.
15. Zhou JY, Chong VF, Khoo JB, Chan KL, Huang J. The relationship between
nasopharyngeal carcinoma tumor volume and TNM T-classification: a
quantitative analysis. Eur Arch Otorhinolaryngol2007; 264:169–174.
16. Sham JS, Wei WI, Zong YS, et al. Detection of subclinical nasopharyngeal
carcinoma by fiberoptic endoscopy and multiple biopsy. Lancet1990;
335:371–374.