Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang
baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang
sangat peka. Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks
memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga
orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga
mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat
untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.
Kemajuan mekanisasi dan teknik terlebih-lebih dengan bertambah banyaknya
kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan
bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung
kecelakaan akibat perkelahian, yang juga dapat mengenai mata. Pada anak-anak
kecelakaan mata biasanya terjadi akibat kecelakaan terhadap alat dari permainan yang
biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari gagang mainan dan
sebagainya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini :
1. Bagaimana anatomidan fisiologi mata?
2. Apakah definisi dari trauma mata ?
3. Bagaimana klasifikasi trauma mata?
4. Bagaimanakah etiologi dari trauma mata ?
5. Bagaimana patofisiologi trauma mata?
6. Bagaimanakah manifestasi klinik trauma mata ?
7. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik trauma mata ?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan medis trauma mata ?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan pada trauma mata tajam dan
trauma mata tumpul ?

1
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini:
1. Mengetahui tentang anatomi dan fisiologi mata.
2. Mengetahui tentang definisi dari trauma mata.
3. Mengetahui tentang klasifikasi trauma mata
4. Mengetahui tentang etiologi dari trauma mata.
5. Mengetahui tentang patofisiologi trauma mata.
6. Mengetahui tentang manifestasi klinik trauma mata.
7. Mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik trauma mata.
8. Mengetahui tentang penatalaksanaan medis trauma mata.
9. Mengetahui tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada trauma mata tajam dan
trauma mata tumpul.

2
3
4
5
6
7
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI TRAUMA MATA
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan
mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi.
Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan
kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata.
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan
mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat
ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.Trauma asam
merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang
disebabkan zat kimia basa dengan pH>7
Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam yaitu
A. Fisik atau Mekanik
a) Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol
tidak dengan alat, ketapel.
b) Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan.
c) Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam, terkadang
peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.
B. Khemis
a) Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem
(perekat).
b) cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.
C. Fisis
a) Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
b) Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi
2.2 ETIOLOGI
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma :
A. Trauma tajam
selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing didalam
mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun
contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan
tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika
tercemar oleh kuman.

9
B. Trauma tumpul
dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan sementara sampai
berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai
terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap.
C. Trauma Khemis asam
umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma khemis basa. Mata nampak
merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, tetapi
trauma basa akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara
perlahan-lahan.
D. Trauma Mekanik
a) Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan
kromatolisis sel.
b) Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga
aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah
maka terjadi edema.
c) Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan
sebagainya.
2.3 Patofisiologi
Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam.
Trauma tembus bola mata bisa mengenai :
a. Palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan
suatu ptosis yang permanent
b. Saluran Lakrimalis
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung.
Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.
c. Congjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva

10
d. Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dan
kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola
mata, bola mata menjadi injury.
e. Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai
media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpusvitreum
dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus
f. Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya
refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.
g. Iris
Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggir
letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada
dasar iris tempat iridodialisis.
h. Pupil
Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil
menjadi midriasis
i. Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca, hal
ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca bisa juga teri oblaina
retina.

11
2.4 Tanda dan Gejala
a. Tajam penglihatan yang menurun
b. Tekanan bola mata rndah
c. Bilikmata dangkal
d. Bentuk dan letak pupil berubah
e. Terlihat adanya ruptur pada corneaatau sclera
f. Terdapat jaringan yang prolapsseperti caiaran mata iris,lensa,badan kaca atau retina
g. Kunjungtiva kemotis
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa,
terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya,
dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa, retina.
b. Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT)
Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat “scanning” dari organ
tersebut.
c. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata
(normal 12-25 mmHg).
Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,
papiledema, retina hemoragi.
d. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi
sekunder.
e. Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.
f. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi, maupun
funduskopi (Ilyas, S., 2000)
2.6 PENANGANAN
1) Fisik atau mekanik
a) Perawatan trauma Tumpul
 Terlebih dahulu beri kompres dingin untuk mengurangkan sakit dan pembengkakan
jaringan.
 Segera cari tempat pertolongan pertama bila mata sakit, penglihatan mundur, mata
menjadi hitam yang mungkin merupakan tanda kerusakan bola mata bagian dalam.
 Perawatan khusus diperlukan untuk melihat kelainan dibagian dalam bola mata bila
sakit tidak berkurang, penglihatan mundur atau berkurang.

12
 Trauma tumpul dapat mengakibatkan kelainan pada jaringan diluar dan diadalam bola
mata
 Jangan memegang mata atau membersihkan mata tanpa kelengkapan alat, bebat mata
dengan kain kassa bersih ( Ilmu Perawatan Mata, 2004)
2) Trauma Tajam
A) Tindakan awal
 Tindakan awal adalah tutup mata dan lakukan kompres es untuk menurunkan
perdarahan
 Kurangi kecemasan klien
 Kirim klien ke rumah sakit secepat mungkin. Jika jaringan lepas, kirim jaringan dalam
wadah yang dibungkus dengan es. Jika benda menonjol, stabilkan sebelum dikirim.
Shield temporer perlu diberikan pada cedera karena gelas/botol/kaca, plastik tutup
sprei dan cangkir plastik.
B) Tindakan di rumah sakit
 Pemeriksaan visus jika klien dapat membuka mata
 Membersihkan kelopak mata
 Pemberian antibiotik
 Pembedahan :
 Preoperasi : karena menggunakan anastesi umum, maka klien harus dipuasakan
sebelumnya. Klien perlu diberi antibiotik intravena, kalau perlu tetanus booster.
 Pascaoperasi: antibiotik dan pemantauan mata terhadap tanda dam gejala infeksi
serta batasi aktivitas. (Asuhan Keperawtan Klien Gangguan Mata, 2004)
3) Trauma kimia
Bagian terapi terpenting adalah irigasi mata segera dengan air bersih dalam jumlah
banyak. Selain itu bagian bawah kelopak mata atas dan bawah juga harus diirigasi untuk
melepaskan partikel solid, misal butiran kapur. Kemudian sifat bahan kimia dapat ditentukan
berdasarkan anamnesisbdan mengukur pH dengan kertas litmus. Pemberian tetes mata steroid
dan dilator mungkin diperlukan. Vitamin C yang diberikan baikmelalui oral maupun topikal
dapat memperbaiki penyembuhan. Mungkin diperlukan antikolagenase sistemik dan topikal
(misal tetrasiklin)
Kerusakan luas pada limbus dapat menghambat regenerasi epitel pada permukaan
kornea. Defek epitel yang terjadi lama dapat mengakibatkan kornea ‘meleleh’ (keratolisis).
Keadaan ini diterapi dengan transplantasi limbus (yang memberi sumber baru untuk sel

13
benih) atau dilapisi dengan membran amnion (yang memperbanyak sel benih yang tersisa).
(Lecture Notes : Oftalmologi, 2005)
4) Trauma Radiasi Elektromagnetik
A. Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las)
Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetik, dan mata
ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam
B. Trauma Sinar Ionisasi dan sinar x
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal denga steroid 3 kali sehari dan
sikloplegik satu kali sehari. Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan
pembedahan. ( Ilmu Penyakit Mata, 2013)
5) Benda Asing Pada Mata
A. Tindakan pengobatan benda asing pada permukaan mata
Mata tersebut ditetes dengan anaestetik tetes mata. Benda yang lunak biasanya hanya
menempel saja pada permukaan mata sehingga untuk mengeluarkannya cukup dengan kapas
steril. Benda yang keras biasanya mengakibatkan suatu luka. Pengeluarannya memakai jarum
suntik secara hati-hati untuk menghindari kemungkinan perforasi. Setelah benda asing
dikeluarkan, mata dibilas dahulu dengan larutan garam fisiologik sampai bersih. Kemudian
mata diberi tetes midriatik ringan berupa skopolamin 0,25% atau hematropin 2% disusul
dengan antibbiotik lokal.Mata ditutup dengan beban kain kasa sampai tidak terdapat tanda-
tanda erosi kornea.
B. Tindakan pengobatan benda asing dalam bola mata
Setiap benda di dalam bola mata merupakan sesuatu yang asing sehingga pada dasarnya
harus dikeluarkan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah:
 Jenis benda asing tersebut, apakah benda inert atau benda reaktip
 Akibat yang timbul apabila benda tersebut tidak dikeluarkan.
 Akibat yang timbul waktu mengeluarkan benda asing tersebut
Apabila benda aing tersebut inert, maka haruslah dilihat apaka benda tersebut
menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu fungsi mata atau tidak. Bila tidak
menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu, maka sebaiknya dibiarkan saja dan
perhatian ditujukan pada perawatan luka perforasi yang diakibatkannya. Bila benda
tersebut adalah benda reaktip, maka harus dikeluarkan.
2.7 PENCEGAHAN
Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada masyarakat untuk
menghindarkan terjadinya trauma pada mata, seperti :

14
1. Trauma tumpul akibat kecelakaan tidak dapat dicegah, kecuali trauma tumpul
perkelahian.
2. Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadinya trauma tajam.
3. Setiap pekerja yang sering berhubungan dengan bahan kimia sebaiknya mengerti
bahan apa yang ada ditempat kerjanya.
4. Pada pekerja las sebaiknya menghindarkan diri terhadap sinar dan percikan bahan las
dengan memakai kaca mata.
5. Awasi anak yang sedang beramain yang mungkin berbahaya untuk matanya. (Ilmu
Penyakit Mata, 2013)

15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
3.1 PENGKAJIAN
a) PRIMARY SURVEY
 Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
 Bersihkan jalan nafas
 Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
 Distress pernafasan
 Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
 Breathig
 Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada
 Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
 Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
 Circulation dengan kontrol perdarahan
 Denyut nadi karotis
 Tekanan darah
 Warna kulit, kelembaban kulit
 Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
 Disability
Periksa tingkat kesadaran pasien
b) SECONDARY SURVEY
a. Riwayat personal dan keluarga :
1) Riwayat keluarga: perlu menanyakan riwayat keluarga yang berhubungan
dengan masalah mata atau penyakit lainnya
2) Riwayat personal : perlu menanyakan penyakit yang pernah diderita,
pembedahan dan juga obat atau alergi yang dimiliki klien.
3) Riwayat diet : menanyakan tentang makanan yang dikonsumsi klien karena
beberapa masalah mata berhubungan dengan defisiensi bermacam-macam
vitamin.
4) Status sosial dan ekonomi : menanyakan tentang sifat pekerjaan klien dan mata
mana yang digunakan
b. Masalah kesehatan sekarang. Kumpulkan informasi tentang berikut :

16
1) Awitan perubahan visual : jika terjadi cedera atau trauma mata ajukan
pertanyaan berikut. Kapan terjadinya dan berapa lama? Apa yang dilakukan
klien saat terjadi cedera? Jika terdapat benda asing apa sumbernya? Adakah
pertolongan pertama yang dilakukan ditempat kejadian? Jika ada, apa
tindakan tersebut?
2) Faktor presipitasi atau pencetus: seperti penggunaan medikasi dapat
menyebabkan distres mata, misalnya, klien hipertensi yang diturunkan
tekanan darahnya secara tiba-tiba dapat mengeluhkan adanya efek okular.
3) Perkiraan durasi : perlu diketahui untuk menguraikan manifestasi klinis
4) Lokasi gangguan mata : terjadi pada satu atau kedua mata .
5) Tindakan yang dilakukan: tindakan yang dilakukan klien untuk mengurangi
tau memperbaiki manifestasi klinis.
c. Pemeriksaan fisik :
1) Inspeksi ( postur dan gambaran klien, kesimetrisan mata, alis dan kelopak
mata, konjungtiva, kelenjar lakrimal, sklera, kornea dan pupil)
2) Palpasi : palpasi pada mata dan struktur yang berhubungan. Digunakan untuk
menentukan adanya tumor, nyeri tekan dan keadaan Tekanan intraokular
(TIO).
d. Pemeriksaan penglihatan :
1) Tajam penglihatan atau uji penglihatan sentral : uji penglihatan merupakan
pengukuran paling penting terhadap fungsi okuler dan harus merupakan
bagian dari pemeriksaan rutin pada mata.
2) Uji penglihatan jauh : dengan menggunakan Snellen Chart, hitung jari, gerak
tangan dan proyeksi/ persepsi cahaya
3) Uji penglihatan dekat : dilakukan pada klien yang mengemukakan kesulitan
dalam membaca dan pada klien kurang dari 40 tahun.
4) Uji untuk kebutaan.
5) Pengkajian lapang pandang.
6) Uji penglihatan warna
7) Pengkajian fungsi otot ekstraokuler
8) Corneal light reflex (Hirschberg Test) : digunakan untuk paralelisme atau
kelurusan kedua mata
9) The Six Cardinal Position of Gaze : pengujian ini mengkaji gerakan mata
melalui enam posisi pandangan utama.

17
10) Cover-Uncover Test
11) Oftalmoskopi
e. Pengkajian psikososial,
Klien dapat mengalami gangguan konsep diri yang dapat mempengaruhi
harga diri dan mengganggu aspek kehidupan pasien

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Resiko infeksi b.d ketidakseimbangan pertahanan tubuh sekunder
3. Resiko cedera b.d terpapar patogen
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA NOC NIC


KEP
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri:
b.d agen tindakan selama 2x24 a. Lakukan pengkajian nyeri
pencedera jam Nyeri klien dapat komprehensif yang meliputi
fisiologis teratasi dengan kriteria lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,k
hasil: ualitas,intensitas,atau beratnya nyeri
Kontrol nyeri dan faktor pencetus
a) Gangguan b. Observasi mengenai petunjuk
pergerakan fisik nonverbal mengenai
(5) ketidaknyamanan terutama kepada
b) Ketidaknyaman mereka yang tidak dapat
an (5) berkomunikasi secara efektif.
c) Gangguan c. Pastikan perawatan anlagesik bagi
dalam rutinitas pasien dilakukan dengan pemantauan
(5) yang ketat.
d) Kurang d. Gali bersama pasien faktor-faktor
kesabaran (5) yang dapat menurunkan atau
e) Gangguan memperberat nyeri.
aktivitas fisik e. Gali pengetahuan dan kepercayaan
(5) pasien mengenai nyeri.

18
f) Gangguan f. Berikan informasi mengenai
dalam perasaan nyeri,seperti penyebab nyeri,berapa
mengontrol (5) lama nyeri akan dirasakan dan
antisipasi dari ketidaknyaman akibat
prosedur.
g. Pilih dan implementasikan tindakan
yang beragam (misalnya: suhu
ruangan,pencahayaan,suara bising)
h. Beri tahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau jika keluhan pasien saat
ini berubah signifakan dari
pengalaman nyeri sebelumnya.
2. Resiko Setelah dilakukan KONTROL INFEKSI
1) Pertahankan teknik isolasi yang
infeksi b.d tindakan selama 2x24
sesuai
ketidakma jam resiko infeksi klien
2) Pastikan teknik perawatan luka yang
mpuan dapat teratasi dengan
tepat
pertahanan kriteria hasil:
3) Berikan terapi antibiotik yang sesuai
tubuh Keparahan infeksi
4) Tingkatkan intake nutrisi yang sesuai
sekunder a) Kemerahan (5)
5) Ajarkan pasien dan keluarga
b) Vesikel yang
mengenai tanda dan gejala infeksi
tidak mengeras
dan kapan harus melaporkan kepada
permukaannya
penyedia kesehatan
(5)
6) Ajarkan pasien dan keluarga pasien
c) Sputum purulen
mengenai bagaimana menghindari
(5)
infeksi
d) Demam (5)
e) Peningkatan
jumlah sel darah
putih (5)

19
3.3 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi
keperawatan, antara lain:
a) Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan
tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk
klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim
keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan
lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
b) Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan
pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal,
pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi
klien, role model, dan lain lain.
c) Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,
melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien,
mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan
mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.

3.5 Evaluasi
Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian hasil yang
diharapkan (yang dikembangkan dalam fase perencanaan dan di dokumentasikan dalam
rencana keperawatan) adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi perlu untuk
menentukan seberapa baik rencana asuhan tersebut berjalan dan bagaimanan selama proses
terus menerus. Revisi rencana keperawatan adalah komponen penting dalam evaluasi.
Pengkajian ulang adalah proses evaluasi terus menerus yang terjadi tidak hanya hasil
yang diharapkan terjadi pada klien di tinjau ulang atau bila keputusan dibutuhkan apakah
klien siap atau tidak untuk pulang. (Doengos, 2001:15).
Evaluasi adalah proses berkelanjutan. Perawat dapat mengasumsikan perawatan
tersebut telah efektif saat hasil yang diharapkan untuk perawatan dapat terjadi. (Wong,
2002:366).

20
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada trauma mata yaitu : pemeriksaan
radiologi, pemeriksaan “Computed Tomography” (CT), pengukuran tekanan iol dengan
tonography, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur.
Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada masyarakat untuk
menghindarkan terjadinya trauma pada mata, seperti :
1. Trauma tumpul akibat kecelakaan tidak dapat dicegah, kecuali trauma tumpul
perkelahian.
2. Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadinya trauma tajam.
3. Setiap pekerja yang sering berhubungan dengan bahan kimia sebaiknya mengerti
bahan apa yang ada ditempat kerjanya.
4. Pada pekerja las sebaiknya menghindarkan diri terhadap sinar dan percikan bahan las
dengan memakai kaca mata.
5. Awasi anak yang sedang beramain yang mungkin berbahaya untuk matanya.
4.2 Saran
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan benar
sehingga klien dengan trauma mata bisa segera ditangani dan diberikan perawatan yang tepat.
Perawat juga diharuskan bekerja secara profesional sehingga meningkatkan pelayanan untuk
membantu kilen dengan trauma mata.

21
DAFTAR PUSTAKA
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Sudarth
Brunner & Sudarth’s Textbook of Medical – Surgical Nursing). Vol.3. Jakarta : EGC
Prof. Dr. Sidarta Ilyas SpM,dkk. 2010. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan
Mahasiswa Kedokteran. Ed.2. Jakarta: CV Sagung Seto
Prof.Dr.H.Sidarta Ilyas SpM. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : CV Sagung Seto
Istiqomah, Indriana N. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC
Bruce James, Chris Chew, Anthony Bron. 2005. Lecture Notes: Oftalmologi. Erlangga
Prof. Dr. Sidarta Ilyas SpM,dkk. 2013. Ilmu Penyakit Mata edisi keempat. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.Ed 1.Dewan
Pengurus Pusat: Jakarta Selatan
Johnson,Marion.Nursing Outcomes Classification.Ed 5.Elsevier:
Bulechek Gloria M.Nursing Interventions Classification.Ed 6.Elsevier

22

Anda mungkin juga menyukai