Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

( CPD )

NAMA : ELI ERFIANA

NIM : P07120116058

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM

PRODI D III KEPERAWATAN

2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN CPD

A. DEFINISI

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian antara ukuran


kepala janin dengan panggul ibu. (Reader, 1997).

CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin


dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina, biasanya disebabkan oleh
panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya (Winkjosastro, 2005).

B. ETIOLOGI
Menurut Hamilton (1999) :
1. Panggul ibu yang sempit
2. Ukuran janin yang terlalu besar

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan :

a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil.


b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa.
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka belakang.
d. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
e. Panggul belah : symphyse terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya :
a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan
lain-lain.
b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang.
c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang :
a. SSKyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong.
b. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio, atrofia. Salah

satu anggota menyebabkan panggul sempit miring. e.fraktura dari tulang panggul yang
menjadi penyebab kelainan panggul.

(Rustam Mochtar , 1998) menambahkan penyebab lain , yaitu:

1. Ruptur Uteri mengancam

2. Partus lama , Partus tak maju

3. Preeklamsi dan hipertensi


4. Mal presentasi janin

5. Letak lintang

6. Letak bokong

7.Presentasi dahi dan muka

8.Presentasi rangkap

C. MANIFESTASI KLINIK
1. Persalinan lebih lama dari yang normal .
2. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38 minggu.

D. PATOFISIOLOGI

Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os koksa dapat
dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini satu dengan lainnya
berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis.
Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium.
Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tl panggul) dan os
koksigis (tl.tungging).

Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit,
tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya
ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Ha lini dapat
dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran
kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional,
panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor.

Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga
dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true
pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu
pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan
pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih,
dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis
yang dibentuk oleh muskulus levatorani dan muskulus koksigeus.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto

1. Foto pintu atas panggul


2. Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas pintu
atas panggul Foto lateral Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada
trochanter maya samping
G. KOMPLIKASI

Apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan berlangsung sendiri tampa


bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat, timbulnya bahaya bagi ibu dan janin (Sarwono
prawirohardjo).

1. Bahaya pada ibu

Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum.

Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat
timbul regangan segmen bawah uerus dan pembentukan lingkaran retrasi patologik (Bandl).
Keadaan ini terkenal dengan ruptura uteri mengancam. Apabila tidak segera diambil
tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul ruptur uteri.

Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir pada
suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal ini
meninbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya Iskemia dan kemudian nekrosis
pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesiko servikalis, atau
fitula vesiko vaginalis atau fistula rekto vaginalis

2. Bahaya pada janin

Patus lama dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika ditambah dengan
infeksi intrapartum.

Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi
janin dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia masih hidup.

Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan


pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh kepala janin tampa akibat
yang jelek sampai batas – batas tertentu. Akan tetapi apabila batas – batas tersebut
dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan pendarahan intrakrahial.

Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang – kadang oleh simfiksi pada
panggul picak menyababkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin, malahan
dapat pula meninbulakan fraktur pada Osparietalis

H. PENATALAKSANAN
1. Persalinan Percobaan

Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena
faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur
keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar
terjadi maolage dan ada kemungkinan difungsi plasenta janin yang akan mempersulit
persalinan percobaan.

2. Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan
aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.Seksio juga dapat dilakukan pada
kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak
janin yang tak dapat di perbaiki.

3. Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

4. Kraniotomi dan Kleidotomi

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila
panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio
sesarea.
ASUHAN KEPERAWATAN

CEPHALOPELVIC DISPRORTION (CPD)

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Ras: ukuran jenis-jenis panggul berbeda-beda dari berbagai ras.

b. Pada wanita yang tinggi badan < 145 cm, kemungkinan panggul kecil perlu diperhatikan.

2. Riwayat penyakit

a. Ibu yang mempunyai penyakit diabetes mellitus akan mempengaruhi besar janin.
b. Pada postpoliomyelitis masa kanak-kanak mengakibatkan panggul miring.
c. Fraktur pada ekstremitas timbul kallus atau kurang sempurna sembuhnya dapat mengubah
bentuk panggul.
d. Penyakit rankitis pada masa kanak-kanak, jika duduk tekanan badan pada panggul dengan
tulang-tulang atau sendi-sendi yang lembek menyebabkan sacrum dengan promontoriumnya
bergerak ke depan dan bagian bawahnya mendatar sehingga sacrum mendatar.

3. Riwayat persalinan yang lalu

a. Apakah partus yang lalu berlangsung lama, ada riwayat letak lintang atau sunsang, persalinan
ditolong dengan alat atau operasi.

4. Riwayat kehamilan sekarang

b. Usia kehamilan tidak boleh > 42 minggu.


c. Pergerakan anak.
d. Tinggi fundus uteri.
e. Letak anak lintang atau sunsang.

5. Pola pemenuhan kebutuhan dasar

a. Nutrisi

Pada trimester ke 7 ibu harus mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat


karena berat badan janin besar akan mempengaruhi prises persalinan.

b. Psikososial

Kecemasan akan Nampak karena takut apakah ibu dan janin dapat melalui proses
persalinan dengan lancar atau tidak, keduanya harus menyiapkan dana yang lebih jika harus
dilakukan secsio sesarea
6. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan panggul luar.


o Palpasi: usia kehamilan36 minggu bagian terendah janin belun turun pada primigravida.
o Selisih distansia spinarum dan distansia cristarum<1,6 cm.
o Conjugata eksterna < 16 cm
o Pemeriksaan panggul dalam: promontorium teraba, linea inominata teraba, sacrum,
spina iskhiadika menonjol.
b. Melakukan Osborn Test

Pemeriksaan dengan tangan yang satu menekan kepala janin dari atas ke arah rongga
panggul sedang tangan lain yang diletakan pada kepala, menentukan apakah bagian ini menonjol
diatas symphisis atau tidak.

c. Metode Muller Munro Kerr


Tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya ke arah rongga panggul,
sedangkan 2 jari tangan yang lain dimasukan ke dalam rongga vagina untuk menentukan sampai
berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut, sementara itu ibu jari tangan yang masuk dalam
vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala janin dan symphisis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan.

2. Ansietas berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan, kurang pengetahuan tentang pola

persalinan normal.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan sekunder dari atony uterus.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan rupture membrane.


C. INTERVENSI

NO DX Rencana
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. 1 NOC NIC

- Pain level Management nyeri


- Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
- Comfort level secara komprehensif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pasien tidak termasuk lokasi,
mengalami nyeri dengan kriyeria hasil: karakteristik, durasi,
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas, dan
nyeri, mampu menggunakan teknik factor presipitasi.
nonfarmakologik untuk mengurangi nyeri) 2. Observasi reaksi
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan nonverbal dari
menggunakan manajemen nyeri. ketidaknyamanan.
- Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, 3. Bantu pasien dan keluarga
frekuensi dan tanda nyeri) untuk mencari dan
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri menemukan dukungan.
berkurang 4. Control lingkungan yang
- Tanda vital dalam rentan normal dapat mempengaruhi nyeri
- Tidak mengalami gangguan tidur seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan.
5. Kurangi factor presipitasi
nyeri.
6. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non
farmakologik napas dalam,
relaksasi, distraksi,
kompres hangat/dingin.
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
9. Tingkatkan instirahat
10. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri
11. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgetik pertama kali
2 NOC NIC
- Control kecemasan Anciety Reduction (penurunan
- Koping kecemasan)
Setelah dilakukan tindakan, kecemasan klien teratasi 1. Gunakan pendekatan yang
dengan kriteria hasil: menenangkan
- Klien mampu mengidentifikasi dan 2. Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan gejala cemas harapan terhadap pelaku
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan pasien
menunjukkan teknik untuk mengotrol cemaS. 3. Jelaskan semua prosedur
- Vital sign dalam batas normal dan apa yang dirasakan
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan selama prosedur
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya 4. Temani pasien untuk
kecemasan memberikan keamanan
dan mengurangi takut
5. Berikan informasi factual
mengenai diagnosis,
tindakan diagnosis
6. Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
7. Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan teknik
relaksasi
8. Dengarkan dengan penuh
perhatian
9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Kelola pemberian obat anti
cemas

3 NOC NIC
Fluid management
- Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake
- Hydration dan output yang akurat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak 2. Monitor status hidrasi
mengalami kekurangan volume cairan dengan kritria (kelembaban membrane
hasil: mukosa)
- Mempertahankan urin output sesuai dengan 3. Monitor hasil lab yang
usia dan BB sesuai dengan retensi
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas cairan (BUN, Hmt,
normal osmolalitas urin, albumin,
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi total protein)
- Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal 4. Monitor vital sign setiap
- pH urin dalam batas normal 15 menit-1 jam
- Intake oral dan intravena adekuat 5. Monitor status nutrisi
6. Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output
(50-100 cc/jam)
7. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
8. Atur kemungkinan tranfusi
9. Pasang kateter jika perlu
10. Monitor intake dan urin
output setiap 8 jam

NiC
4 NOC
1. Pertahankan teknik aseptif
- Immune status 2. Batasi pengunjung bila
- Knowledge: infection control perlu
- Risk control 3. Cuci tangan sebelum dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak sesudah tindakan
mengalami infeksi dengan kriteria hasil: keperawatan
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksI 4. Gunakan baju, sarung
- Menunjukan kemampuan untuk mencegah tangan sebagai alat
timbulnya infeksi pelindung
- Jumlah leukosit dalam batas normal. 5. Ganti letak IV perifer dan
Menunjukan prilaku hidup sehat dressing sesuai dengan
- Status imun, gastrointestinal dalam batas petunjuk umum
normal 6. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
7. Tingkatkan intake nutrisi
8. Berikan terapi antibiotic
9. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
10. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
11. Monitor adanya luka
12. Dorong masukan cairan
D. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan


yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum
melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan
fungsinya sebagai independent, interdependent dan dependent.

E. EVALUASI
1. Diagnosa I
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologik untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentan normal
f. Tidak mengalami gangguan tidur

2. Diagnosa II
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengotrol cemas
c. Vital sign dalam batas normal
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan

3. Diagnosa III

a. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB


b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
d. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
e. pH urin dalam batas normal
f. Intake oral dan intravena adekuat
4. Diagnosa IV
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukan prilaku hidup sehat
e. Status imun, gastrointestinal dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP, 2008.

Haweni, Devi. 2015. Laporan Pendahuluan Cepalopelvic.


http://devihaweni92.blogspot.co.id/2015/11/laporan -pendahuluan-
cepalopelvic.html. Diakses pada tanggal 1 April 2018.

Mochtar , Rustam . 2008 .Sinopsis Obstetsi . Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai