Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MANDIBULA

I. KONSEP DASAR MEDIS TUMOR MANDIBULA


A. Anatomi Mandibula
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka
yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang
pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dan
diangkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan,
ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan
sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah (Pearce, 2002).
Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan tulang yang
bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua belahan
tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus yang
letaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok ke muka
serta mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung
posterior korpus
1. Bagian – bagian mandibula, yaitu) :
a) Korpus
Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu :
1) Permukaan eksternus
Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini
terdapat suatu linea oblikum yang meluas dari ujung bawah
pinggir anterior ramus menuju ke bawah dan ke muka serta
berakhir pada tuberkumum mentale di dekat garis tengah. Dan
terdapat juga foramen montale yang terletak di atas linea oblikum
dan simpisis menti yang merupakan rigi di garis tengah yang
tidak nyata di bagian atas pada tengah pada tempat persatuan dari
kedua belahan foetalis dari korpus mandibula.

Sudarni, S.Kep Page 1


2) Permukaan internus
Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak
sebuah linea milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi
molar ke tiga menuju ke bawah dan ke muka mencapai garis
tengah, linea milohyodea ini menjadi origo dari muskulus
milohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sublingualis dari
fossa submandibularis.
Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu :
1) Pinggir atas (alveolaris)
Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk
dari masing – masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri,
satu untuk gigi taring, dua untuk gigi premolar dan tiga untuk gigi
molar). Pada orang tua setelah gigi – gigi tanggal lekuk – lekuk
ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan
berkurangnya lebar corpus mandibula.
2) Pinggir bawah (basis)
Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke
posterior dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir
bawah ini terletak pada batas gigi molar ke tiga, di tempat ini
basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa digastrika yang
merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing sisi dari
garis tengah. Merupakan origo dari venter anterior muskulus
digastrikus. Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis dari fasia
kolli dan tepat di atasnya (superfasialis) dilekatkan platisma.
b) Ramus
Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu :
1) Permukaan eksternus (lateralis)
Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang
berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan
merupakan insersio dari muskulus masseter.

Sudarni, S.Kep Page 2


2) Permukaan internus (medialis)
Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang
merupakan awal dari kanalis mandibularis serta dilalui oleh
nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh darahnya.
Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu :
1) Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan cekung
mandibularis di antara prosesus – prosesus koronoideus dan
prosesus kondiloideus.
2) Pinggir anterior, melanjutkan diri ke bawah dengan garis oblik.
3) Pinggir posterior, tebal dan alur – alur merupakan permukaan
medialis dari glandula parotis.
4) Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus
dan bersama – sama membentuk basis mandibula

Sudarni, S.Kep Page 3


B. Defenisi
Tumor adalah pertumbuhan sel-sel abnormal.Tumor mandibula
merupakan tumor odontogenik yang berasal dari epitelium yang terlibat
dalam proses pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi
neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti. Secara
mikroskopis, tumor mandibula tersusun atas pulau-pulau epitelium di
dalam stroma jaringan ikat kolagen. Tumor mandibula juga mempunyai
beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi tipe yang paling
sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar
kasus, tumor mandibula biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat
mengekspansi rahang (Mansjoer, 2001).
Tumor mandibula adalah tumor jinak ondontogenik pada mandibula
yang mempunyai kecenderungan tumbuh ekspansif dan progresif, hingga
menimbulkan deformitas wajah. Tumor mandibula adalah tumor jinak
epitel yang besifat infltrati, tumbuh lambat, tidak berkapsul,
berdiferensiasi baik. Lebih dari 75 % terjadi akibat adanya kista folikular
(Mansjoer, 2011).
C. Etiologi
Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan
jelas, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat
terjadi setelah pencabutan gigi, pengangkatan kista dan atau iritasi lokal
dalam rongga mulut. Tumor mandibula dapat terjadi pada segala usia,
namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5 serta tidak ada
perbedaan jenis kelamin.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal
dari proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat
berasal dari sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina.
Struktur mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial
sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan
ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta
menyerupai retikulum stelata.

Sudarni, S.Kep Page 4


Sisa-sisa dari epitel Malassez, terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya
terdapat pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada
tulang spongiosa yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan
menstimulasi terbentuknya kista odontogenik.
D. Patofisiologi
Tumor mandibula berasal dari sel ameloblast atau adamantoblast,
berupa sel yang tidak berdiferensiasi membentuk email. Walaupun secara
histopatologis tidak tergolong lesi yang ganas, namun tumor ini tumbuh
sangat agresif, yang menggambarkan suatu lesi ganas yang indolent atau
low-grade semacam basalioma. Rekurensi bisa terjadi bila tumor ini hanya
dioperasi dengan cara melakukan kuratase. Pada operasi yang dilakukan
adekuat dengan cara melakukan reseksi 1 cm ditepi lesi, maka sangat
jarang didapatkan rekurensi.
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul,
berdiferensiasi baik. Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya
regio molar dan sisanya terjadi akibat adanya kista folikular. Tumor ini
muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan
oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap:
1. Tahap pertama merupakan inisiasi yatu kontak pertama sel normal
dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi
ganas.
2. Tahap kedua yaitu promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk
klon melalui pembelahan (poliferasi).
3. Tahap terakhir yaitu progresi, sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan,
oleh karena itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya
diketahui setelah 4 sampai dengan 6 tahun. Adapun gambaran klinis tumor
mandibula, yaitu sebagai berikut:

Sudarni, S.Kep Page 5


1. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.
2. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang
lunak.
3. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual.
4. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak
sekitarnya.
5. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila
massa tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis.
6. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita
dengan benjolan disertai rasa nyeri.
7. Kadang-kadang terdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabila
tumor sudah mencapai ukuran besar.
8. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan.
9. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.
Pada tahap yang sangat awal, riwayat pasien asimtomatis (tanpa
gejala). Tumor mandibula tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun,
dan tidak ditemui sampai dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara
rutin. Pada tahap awal, tulang keras dan mukosa diatasnya berwarna
normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi
seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat
memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya,
maka tumor tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas dan
memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi
menyadari adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada bagian
bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan kepermukaan lingual,
suatu gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik. Ketika
menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan
mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih
lanjut,kemungkinan ada rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi
tetangga dapat goyang bahkan tanggal.

Sudarni, S.Kep Page 6


F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang untuk tumor mandibula yaitu sebagi
berikut:
1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk
membantu mencari daerah yang tidak normal pada rahang.
2. CT scan (computed tomography scan). CT scan, yang menghasilkan
gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat mengungkapkan
apakah ameloblastoma telah invaded tisu atau organ lain.
3. MRI (magnetic resonance imaging). MRI Scan, yang menggunakan
magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar 3 dimensi yang
dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter
juga menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah
ameloblastoma telah menyebar ke rongga mata atau sinuses.
4. Tumor marker (penanda tumor)
G. Penatalaksanaan
Terapi utama pada tumor mandibula adalah pembedahan. Tingkat
rekurensi berkisar antara 55-90% setelah perawatan secara konsevatif.
Mengingat besarnya tingkat rekurensi tersebut, pendekatan secara radikal
(reseksi) dapat dipertimbangkan sesuai indikasi, meskipun berakibat
hilangnya sebagaian tulang rahang, bridging plate titanium dapat
digunakan untukmengganti sebagian tulang yang hilang dan berfungsi
sebagai alat rekonstruksi. Dapat juga rekonstruksi dengan memasang
tandur ahli tulang kalau mungkin bisa dikerjakan.
Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya
jaringan yang terlibat, struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang
didapat. Menurut Ohishi indikasi perawatan konservatif adalah pada
penderita usia muda dan ameloblastoma unikistik. Sedangkan indikasi
perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe solid dengan tepi yang tidak
jelas, lesi dengan gambaran soap bubble, lesi yang tidak efektif dengan
penatalaksanaan secara konservatif dan ameloblastoma ukuran besar.

Sudarni, S.Kep Page 7


Penatalaksanaan secara radikal berupa reseksi segmental,
hemimandibulektomi dan reseksi marginal (reseksi enblok).
Reseksi marginal (reseksi enblok) merupakan teknik untuk
mengangkat jaringan tumor dengan mempertahankan kontinuitas korteks
tulang mandibula bagian bawah yang masih intak. Reseksi enblok ini
dilakukan secara garis lurus dengan bor dan atau pahat atau gergaji, 1-2
cm dari tepi batas tumor secara rontgenologis yang diperkirakan batas
minimal reseksi. Adapun tindakan dapat dilakukan secara intra oral
maupun ekstra oral, hal ini tergantung pada seberapa besar untuk
mendapat eksposure yang adekuat sampai ke ekstensi tumor.
Rekontruksi mandibula adalah ditinjau dari fungsi dan kosmetik,
organ ini mempengaruhi bentuk wajah, fungsi bicara, mengunyah dan
menelan. Beberapa cara yang dapat dipakai antara lain dengan
menggunakan bahan aloplastik, misalnya bridging plate titanium dan
autogenous bone grafting misalnya tandur tulang iga, krista iliaka dan tibia
serta dapat juga secara kombinasi aloplastik material dengan autogenous
bone grafting.
Perawatan pasca operasi reseksi enblok mandibula: medikasi
antibiotik dan analgetik, tidak perlu intermaksila fiksasi. Hindarkan trauma
fisik pada muka atau rahang karena dapat menyebabkan fraktur mandibula.
Jaga oral hygiene hingga luka operasi sembuh sempurna. Diet lunak
dipertahankan 4-6 minggu. Jika diperlukan dapat dibuatkan prostesi gigi
setelah dipertimbangkan bahwa telah terjadi internal bone remodeling
tulang mandibula, lebih kurang 6 bulan pasca operasi.
H. Komplikasi
Komplikasi yang biasa timbul setelah operasi diantaranya:
1. Perdarahan
Dapat menyebabkan syok hipovolemik pada pembedahan kepala leher.
Hemostasis dengan melakukan ligasi baik arteri maupun vena, jangan
hanya dengan koagulasi listrik saja. Perdarahan dapat terjadi pada

Sudarni, S.Kep Page 8


daerah yang direseksi maupun pada tempat yang direkonstruksi. Pasang
redon drain.
2. Infeksi
Diminimalkan dengan menghindari penumpukan cairan, dengan
pemasangan vakum drain. Perencanaan operasi dan teknik pembedahan
yang baik juga memegang peranan dalam mengontrol infeksi di
samping penggunaan antibiotika.
3. Hematoma
Akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan dehisensi luka.
Kontrol perdarahan yang baik dan pemasangan drain akan mengurangi
resiko terjadinya hematoma.
4. Fistula
Lakukan penjahitan yang rapat pada mukosa terutama pada tempat
ujung-ujung reseksi mandibula.
II. Konsep Dasar Keperawatan
Adapun asuhan keperawatan diuraikan mulai dari Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan dan Rencana Keperawatan sebagai berikut:
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama,
bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk
rumah sakit (MRS) dan diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit sekarang : Kaji kronologi, faktor yang
menyebabkan terjadinya tumor mandibular, apakah sudah pernah
berobat atau belum.
c. Riwayat penyakit dahulu : Kaji, apakah sebelumnya klien pernah
memiliki riwayat penyakit maupun riwayat di rawat di rumah sakit.
d. Riwayat penyakit keluarga : Kaji apakah keluarga pernah menderita
penyakit seperti yang dialami pasien.

Sudarni, S.Kep Page 9


e. Riwayat psikososial spiritual : Kaji respon emosi klien terhadap
penyakit yang diderita, peran klien dalam keluarga dan masyarakat,
serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari- hari baik
dalam keluarga maupun masyarakat.
f. Pola hubungan dan peran : Klien akan kehilangan peran dalam
keluarga dan dalam masyarakat karena klien harus menjalani rawat
inap.
g. Pola persepsi dan konsep diri : Dampak yang timbul pada klien
postoperasi tumor mandibula adalah timbul ketakutan akan
terjadinya infeksi pada luka post operasi.
h. Pola sensori dan kognitif : Pola sensori dan kognitif pasien tidak
mengalami gangguan
i. Pola nilai dan keyakinan : Kaji, apakah klien menjalankan kegiatan
beribadah sesuai agamanya dengan disiplin atau tidak. Kaji,
keaktifan klien dalam mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaaan umum
Periksa keadaan baik dan buruknya klien, tanda- tanda yang perlu
dicatat adalah kesadaran pasien.
b. Breathing (B1)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien post
operasi tumor mandibula tidak mengalami kelainan pernafasan.
c. Blood (B2)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus
teraba, aukultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur- mur.
d. Brain( B3)
1) Kepala :Tidak ada gangguan yaitu normal sefalik, simetris, tidak
ada penonjolan dan tidak ada sakit kepala.
2) Leher :Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan
dan refleks menelan ada.

Sudarni, S.Kep Page 10


3) Wajah :Wajah terihat menahan sakit karena nyeri yang dirasakan
dan bagian wajah yang lain ada perubahan bentuk simetris karena
adanya luka post operasi tumor mandibular.
4) Mata : Penglihatan pasien masih normal, tidak menggunakan
bantuan penglihatan seperti kacamata.
5) Telinga : Pendengaran pasien masih normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
6) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pemasangan cuping
hidung.
7) Mulut dan faring : Tidak ada perbesaran tonsil, terjadi
pembesaran gusi akibat tumor mandibula, mukosa mulut tidak
pucat.
e. Bladder (B5)
Kaji urine yang meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine
termasuk berat jenis urine, berapa cc keluaran urine perhari.
f. Bowel (B5)
Inspeksi abdomen bentuk datar. Palpasi turgor kulit baik, tidak ada
defans muscular dan hepar teraba. Perkusi suara timpani ada
pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik usus normal
kurang lebih 20x/menit.
g. Bone (B6)
Kaji apakah klien mengalami gangguan pada tulangnya seperti
penyakit fraktur.
1) Look :Perhatikan area post operasitumor mandibula apakah
berisiko terjadinya infeksi.
2) Feel :Kaji adanya nyeri tekan di area mandibula
3) Move :Pola aktivitas, Pasien masih dapat beraktivitas.

Sudarni, S.Kep Page 11


B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Resiko infeksi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Insomnia
5. Hambatan komunikasi verbal
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri
Batasan Karakteristik
Subjektif :
- Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan
isyarat
Objektif :
a. Posisi untuk menghindari nyeri
b. Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas, tidak bertenaga
sampai kaku
c. Perubahan selera makan
d. Perilaku ekspresif (misalnya gelisah, merintih, menangis, peka
terhadap rangsang, dan menghela napas panjang)
e. Wajah topeng (nyeri)
f. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
g. Bukti nyeri yang dapat diamati
h. Berfokus pada diri sendiri
i. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur, atau
tidak menentu dan menyeringai)
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
a. Memperlihatkan Pengendalian Nyeri, yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering atau selalu):
1) Mengenali awitan nyeri
2) Menggunakan tindakan pencegahan

Sudarni, S.Kep Page 12


3) Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
b. Melaporkan Tingkat Nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak
ada):
1) Ekspresi nyeri pada wajah
2) Gelisah atau ketegangan otot
3) Durasi episode nyeri
4) Merintih dan menangis
5) Gelisah
Intervensi NIC
a. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala 0-10
b. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan
terhadap nyeri dan respon pasien
c. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, imajinasi tebimbing, terapi
musik, terapi bermain, distraksi, kompres hangat atau dingin
sebelum, setelah, dan jika memungkinkan , selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri, sebelum nyeri terjadi atau meningkat, dan
bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.
d. Lakukan perubahan posisi, massase [punggung dan relaksasi
e. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkutan
aktivitas keperawatan
f. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri
dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui TV,
radion, dan interaksi dengan pengunjung
g. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai program terapi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Batasan Karakteristik
Subjektif :
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen
c. Menolak makan

Sudarni, S.Kep Page 13


d. Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Melaporkan perubahan sensasi rasa
f. Merasa cepat kenyang setelah mengomsumsi makanan
Objektif :
a. Diare atau steatore
b. Bising usus hiperaktif
c. Kurangnya minat terhadap makanan
d. Membran mukosa pucat
e. Tonus otot buruk
f. Menolak untuk makan
g. Kelemahan otot untuk menelan atau mengunyah
Faktor yang Berhubungan
a. Kesulitan mengunyah atau menelan
b. Intoleransi makanan
c. Faktor ekonomi
d. Kebutuhan metabolik tinggi
e. Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
f. Hilang nafsu makan
g. Mual dan muntah
h. Pengabaian oleh orang tua
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
a. Selera makan: Keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit
atau sedang menjalani pengobatan
b. Memperlihatkan status gizi yang adekuat
c. Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
d. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
e. Melaporkan tingkat energi yang adekuat.
Intervensi NIC
a. Kaji faktor pencetus mual dan muntah
b. Catat warna, jumlah, dan frekuensi muntah

Sudarni, S.Kep Page 14


c. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
Manajemen nutrisi NIC:
d. Ketahui makanan kesukaan pasien
e. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
f. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
g. Timbang pasien pada interval yang tepat
h. Ajarkan orang tua dan anak tentang makanan yang bergizi dan
tidak mahal
i. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
j. Berikan makanan dalam porsi sedikit tetapi sering dengan
makanan yang bervariasi
k. Membantu pasien untuk makan
l. Kolaborasi pemberian obat antiemetik dan atau analgesik sebelum
makan atau sesuai dengan jadwal yang dianjurkan.
3. Insomnia
Batasan Karakteristik
a. Afek tampak berubah
b. Tampak kurang energi
c. Pasien melaporkan staus kesehatan
d. Pasien melaporkan penururna kualitas tidur
e. Pasien melaporkan kesulitasn berkonsentrasi
f. Pasien melaporkan kesulitan untuk tidur
g. Pasien melaporkan kesulitan untuk tetap tidur
h. Pasien melaporkan ketidakpuasan dengan tidurnya (saat ini)
i. Pasien melaporkan kekurangan energi
j. Pasien melaporkan tidur yang tidak mengembalikan kesegaran
tubuh
k. Pasien melaporkan gangguan tidur yang memberi dampak pada hari
berikutnya.
l. Pasien melaporkan terbangun terlalu dini

Sudarni, S.Kep Page 15


Faktor yang Berhubungan
a. Pola aktivitas
b. Ansietas
c. Depresi
d. Faktor lingkungan
e. Ketakutan
f. Berduka
g. Gangguan pola tidur normal
h. Medikasi
i. Ketidaknyamanan fisik (mis, nyeri, suhu tubuh, batu, dsb)
j. Stres
Tujuan dan Kriteria Evaluasi NOC
a. Pasien memperlihatkan tidur yang dibuktikan oleh indikator
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak
ada gangguan):
- Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk orang
dewasa)
- Pola, kualitas, dan rutinitas tidur
Intervensi NIC
a. Pantau pola tidur pasien
b. Ajarkan pasien utnuk enghindari makanan atau minuman yang saat
akan tidur yang dapat mengganggu tidur
c. Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidur malam,
ciptakan lingkungan yang tenang, damai dan meminimalkan
gangguan
d. Bantu pasien mnegidentifikasi faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan kurang tidurAnjurkan pasien untuk mandi dengan air
hangat di sore hari
e. Berikan atau lakukan tindakan kenyamanan seperti massase,
pengaturan posisi, dan sentuhan afektif

Sudarni, S.Kep Page 16


f. Fasilitasi untuk empertahankan rutinitas waktu tidur pasien,
persiapan/ritual sebelum tidur.
g. Kolaborasi pemberian pil tidur
4. Hambatan Komunikasi Verbal
Batasan Karakteristik
Objektif :
a. Tidak ada kontak mata atau kesulitan dalam kehadiran tertentu
b. Kesulitan mengungkapkan pikiran secara verbal
c. Kesulitan mengolah kata-kata atau kalimat
d. Kesulitan dalam mengomprehensifkan dan mempertahankan pola
komunikasi yang biasanya
e. Disorientasi dalam tiga lingkup, ruang, dan orang
f. Tidak dapat berbicara
g. Dispnea
h. Verbalisasi yang tidak sesuai
i. Ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggunakan ekspresi
tubuh atau wajah verbalisasi yang tidak sesuai
j. Bicara pelo
k. Kesulitan berbicara atau mengungkapkan dengan kata-kata
l. Bicara gagap
m. Tidak mampu untuk berbicara dalam bahasa pemberi asuhan
n. Keinginan menolak untuk bicara
Faktor yang Berhubungan
a. tidak adanya orang yang terdekat
b. perubahan pada sistem saraf pusat
c. perubahan pada harga diri atau konsep diri
d. gangguan persepsi
e. defek anatomis
f. penuruan sirkulasi ke otak
g. kondisi emosi
h. kendala lingkungan

Sudarni, S.Kep Page 17


i. kurang informasi
j. hambatan fisik
k. kondisi fisiologis
l. hambatan psikologis
m. efek samping obat
n. stres
o. kelemahan sistem muskuloskeletal
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC:
a. Menunjukkan komunikasi yang dibuktikan oleh indikator gangguan
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak mengalami gangguan):
- Tertulis, lisan atau non verbal
- Menggunakan bahasa isyarat
- Bertukar pesan secara akurat dengan orang lain
Intervensi NIC:
a. Kaji dan dokumentasikan bahasa utama, kemampuan untuk
berbicara/melaukan komuniasi dengan keluarga dan staf
b. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk
mengulangi permintaan
c. Berikan penguatan positif dengan sering atas upaya pasien utnuk
berkomunikasi
d. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam menyampaikan
informasi kepada keluarga dan staf
5. Risiko Infeksi
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC:
a. Kontrol infeksi dengan indikator (Sebutkan 1-5: tidak pernah,
terbatas, sedang, sering, selalu):
- Menerangkan cara-cara penyebaran infeksi
- Menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan
penyebaran
- Menjelaskan tanda-tanda dan gejala

Sudarni, S.Kep Page 18


- Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi
terhadap infeksi
Intervensi:
a. Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
b. Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
c. Batasi jumlah pengunjung
d. Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
e. Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
f. Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
g. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah
meninggalkan ruangan pasien
h. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
i. Lakukan universal precautions
j. Gunakan sarung tangan steril
k. Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
l. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
m. Ajarkan pasien untuk pengambilan urin porsi tengah
n. Tingkatkan asupan nutrisi
o. Anjurkan asupan cairan yang cukup
p. Anjurkan istirahat
q. Berikan terapi antibiotik
r. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari
infeksi
s. Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi

Sudarni, S.Kep Page 19

Anda mungkin juga menyukai