Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
campuran homogen baik berbentuk padatan ataupun cairan berdasarkan perbedaan
kelarutan (sifat fisika) menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai separating agent.

Jenis-Jenis Ekstraksi

Berdasarkan bentuk campurannya (yang diekstraksi), suatu ekstraksi dibedakan


menjadi dua, yaitu:

1. Ektraksi padat-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk
padatan. Ekstraksi padat cair adalah proses ekstraksi suatu konstituen yang dapat larut
(solute) pada suatu campuran solid dengan menggunakan pelarut. Proses ini sering disebut
Leaching. Proses ini biasanya digunakan untuk mengolah suatu larutan pekat dari suatu
solute (konstituen) dalam solid (leaching) atau untuk membersihkan suatu solute inert dari
kontaminannya dengan bahan (konstituen) yang dapat larut (washing).

2. Ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat dalam campuran yang berbentuk cairan.
(Yazid,. E,. 2005.) Ekstrasi Cair-Cair adalah peristiwa pemisahan komponen dari suatu
campuran cair dengan cara pengontakan pada cairan lain (baru) Ekstraksi cair-cair terutama
digunakan bila pemisahan campuran dengan cara distilasi tidak mungkin dilakukan
(misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena memiliki sensitivitas yang tinggi
terhadap panas atau tidak ekonomis)

Berdasarkan proses pelaksanaannya, ekstraksi dibedakan atas dua, yaitu:

1. Ekstraksi kontinyu (continues extractions), pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang sama
digunakan secara berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai.

2. Ekstraksi bertahap (batch extractions), pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi
selalu digunakan pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai. (Yazid,. E,. 2005.)

Berdasarkan jumlah stage, ekstraksi dibedakan atas dua, yaitu:

1
1. Ekstraksi Single Stage, proses ekstraksi paling sederhana yaitu sebuah kontak satu tingkat
antara umpan dan solven. Umpan dan solven dicampur kemudian dipisahkan dalam dua
face seimbang.

Gambar 1. Operasi single stage

Sejumlah umpan (F) dengan komposisi xF dan sejumlah massa solven (S) dengan
komposisi ys dimasukkan dalam alat kontak pemisah sehingga membentuk campuran
heterogen M1. Setelah kesetimbangan tercapai, campuran M1 segera dipisahkan menjadi
phase Ekstrak dan Rafinat masing-masing dengan komposisi x1 dan y1. Ekstraksi single
stage adalah ekstraksi satu tahap dimana feed dan solven dicampur sehingga tercapai
kesetimbangan dan diperoleh ekstrak yang diinginkan (Sankey B. M, 1967)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Solvent

Pada saat proses ekstraksi, solvent merupakan zat yang sangat penting untuk
keberlangsungan proses ekstraksi itu sendiri. Solvent adalah adalah suatu cairan yang
digunakan untuk melakukan ekstrasi. Cara solvent bekerja dalam proses ektraksi adalah
dengan menggunakan metode difusi kedalam pori zat padat yang akan di ekstraksi. Solvent
akan masuk kedalam pori zat padat kemudian proses perpindahan massa akan berlangsung
pada bidang kontak antar fasa padat dan cair dan diperlukan permukaan seluas mungkin.

2.2 Pemilihan Solvent

Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihian solvent yang tepat untuk proses
ekstraksi padat cair yang baik, pelarut yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut (Martunus & Helwani, 2004;2005):

 Selektivitas, kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran;

 Recoverability, kemampuan tinggi untuk diambil kembali;

 Densitas, perbedaan berat jenis dengan larutan yang akan dipisah;

 Ketidaklarutan pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur;

 Reaktivitas kimia, tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi;

 Non-Korositas, tidak merusak alat secara korosi;

 Non-Toksisitas, tidak mudah terbakar dan tidak beracun;

 Ekonomis

Terdapat dua solvent utama yang digunakan dalam studi kasus ekstraksi polyphenol
yaitu air dan etanol

3
2.3 Ektraksi Herbal

Menurut Ketaren (1986) ekstraksi minyak atau lemak adalah suatu cara untuk
mendapatkan minyak atau lemak dari sel-sel bahan yang diduga mengandung minyak atau
lemak. Sebagai senyawa hidrokarbon, minyak dan lemak atau lipid pada umumnya tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Ekstrasi herbal sendiri biasa digunakan
untuk mengekstraksi minyak dari berbagai macam bunga dan mengekstraksi minyak dari
biji-bijian. Cara pengekstraksian minyak dari berbagai macam bahan baku ini dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Ektraksi dengan pelarut menguap (ektraksi atsiri umum)

Merupakan proses ektraksi dengan cara melarutkan minyak atsiri di dalam bahan pelarut
organik yang mudah menguap. Pelarut yang biasa digunakan: Alkohol, heksana dan
benzena.

2. Ektraksi dengan lemak dingin

Proses ekstraksi yang menggunakan pelarut tidak menguap yang dingin berupa lemak
padat. Cocok untuk minyak atsiri yang mudah rusak oleh air dan suhu panas. Digunakan
untuk mengekstraksi bunga mawar, melati, sedap malam karena mutu lebih bagus dan
harga lebih tinggi. Berikut cara pengekstraksian dengan menggunakan lemak dingin:

a. Bahan yang akan diektraksi dicampurkan dengan minyak padat dan ditutup rapat.

b. Minyak akan diabsorbsi lemak.

c. Minyak atsiri dipisahkan dari lemak menggunakan alkohol.

d. Alkohol dipisahkan dari minyak atsiri.

3. Ektraksi dengan lemak panas

Berasal dari bahasa latin (macerare) yang berarti merendam. Dapat menghasilkan
ekstrak dalam jumlah banyak dan terhindar dari perubahan kimia senyawa karena
pemanasan. Berikut penjelasan mengenai cara pengekstrakan dengan menggunakan lemak
panas:

4
a. Merendam bahan yang akan diektraksi pada cairan penyari.

b. Cairan penyari akan menembus dinding sel bahan dan masuk ke rongga sel yang
mengandung zat aktif.

c. Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi pada bagian dalam dan luar
sel.

d. Peristiwa berulang sampai tercapai kesetimbangan pada bagian luar dan dalam sel.

Kualitas dari ekstraksi biji-bijian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor


diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kemurnian bahan baku

Adanya benda asing atau biji yang berkualitas jelek yang tercampur dalam bahan bakupada
proses, akan menyebabkan minyak cepat rusak dan berbau.

2. Usia biji

Biji yang usianya cukup tua akan menghasilkan minyak yang lebih baik kualitas dan
kuantitasnya dibanding dengan minyak biji yang lebih muda.

3. Kadar air yang terkandung dalam biji

Biji terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air yang tinggi, sehingga dapat
menghasilkan minyak dengan mutu yang kurang baik.

4. Perlakuan terhadap biji pada saat proses dan pasca proses

Misalnya: halusnya hasil pencacahan yang dilakukan pemilihan jenis pelarut, penyimpanan
minyak hasil proses dan sebagainya.

Pemilihan solvent pada proses ekstraksi sendiri tergantung pada derajat polarisasi
yang akan di ekstraksi. Pelarut Etanol biasa digunakan karena selain berperan sebagai
pelarut, etanol juga berperan sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
Berikut akan dijelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melakukan ekstraksi biji-
bijian:

5
1. Preparsi bahan

Penjemuran biji untuk mengurangi kadar air dalam biji sehingga mempermudah proses
penghancuran biji.

2. Proses Ekstraksi

a. Merangkai peralatan sochlet.


b. Menimbang biji yang sudah dihancurkan dan memasukkan kedalam kertas saring.
c. Memasukkan bungkusan kedalam sochlet.
d. Menyalakan pompa untuk sirkulasi kondensor.
e. Tuang pelarut sesuai kebutuhan melalui bagian atas sochlet.
f. Menyalakan waterbath dan mengatur suhu sesuai kebutuhan.
g. Mencatat hasil ekstraksi.

3. Proses Destilasi Batch

a. Merangkai alat destilasi


b. Memasukkan larutan kedalam labu sampel
c. Menyalakan pompa untuk mengatur kondesor dan mengatur temperatur sesuai dengan
temp titik didih pelarut
d. Mencatat hasil destilasi

Hasil dari destilasi batch adalah minyak hasil ekstraksi yang sesungguhnya dengan
persentase Yield:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙


%𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑒𝑘𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖

2.4 Ekstraksi Polyphenol

Polifenol (polyphenol) adalah kelompok bahan kimia dengan lebih dari satu unit
fenol per molekul. Polifenol ditemukan secara alami pada tumbuhan. Jenis polifenol yang
paling sering ditemukan pada tanaman adalah flavonoid, asam fenolat, catechin,
anthocyanin, isoflavon, quercetin, dan resveratrol. Banyak studi ilmiah telah dilakukan
untuk mengevaluasi efek polifenol pada tubuh manusia.

6
Makanan Sumber Polifenol

Buah-buahan dan sayuran bersama dengan teh, khususnya teh hijau adalah
beberapa sumber makanan yang kaya akan polifenol. Selain itu, berbagai macam buah-
buahan seperti stroberi, blueberry, blackberry, cranberry, acai berry, raspberry, apel,
delima, ceri, anggur, pir, dan plum juga memiliki kandungan polifenol tinggi. Kubis,
brokoli, bawang, peterseli dan seledri adalah beberapa sayuran yang memiliki kandungan
polifenol. Selain itu, sejumlah besar polifenol juga dapat ditemukan dalam anggur merah,
kopi, teh, cokelat, minyak zaitun, kacang-kacangan, kenari, almond, hazelnut, pistachio,
pecan, dan kacang tanah.

Manfaat Polifenol

Beberapa polifenol penting seperti flavon, flavonoid, resveratrol, dan isoflavon


diketahui memiliki sifat antioksidan. Adanya antioksidan diyakini memiliki khasiat
meningkatkan kemampuan anti-inflamasi dan kekebalan tubuh. Berikut adalah beberapa
manfaat polifenol bagi kesehatan:

1. Sebagian besar polifenol adalah antioksidan sehingga mampu menetralkan radikal bebas
yang memiliki efek merusak terhadap sel-sel dan jaringan tubuh.
2. Radikal bebas sering dikaitkan sebagai penyebab kerusakan sel yang berhubungan dengan
penuaan. Sebagai antioksidan kuat, polifenol mampu memperlambat proses penuaan.
3. Polifenol efektif memperkuat sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang kuat
merupakan suatu keharusan untuk menjaga kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit.
4. Polifenol dapat meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan kesehatan jantung
sehingga menurunkan risiko penyakit jantung dan penyakit kardiovaskular.
5. Polifenol tertentu seperti resveratrol menunjukkan sifat anti-tumor sehingga berpotensi
menghambat pertumbuhan kanker.
6. Beberapa polifenol yang ditemukan dalam raspberry dipercaya efektif memperlambat
keropos pada tulang. Keropos tulang adalah faktor utama yang menyebabkan osteoporosis.
7. Catechin, salah satu jenis polifenol yang ditemukan dalam teh hijau efektif membantu
menurunkan berat badan. Senyawa ini merangsang tubuh untuk membakar lebih banyak
lemak dan kalori.

7
8. Isoflavon, jenis lain dari polifenol, ditemukan sebagian besar dalam produk kedelai dan
dapat membantu wanita mengatasi gejala-gejala menopause terutama hot flashes dan
keropos tulang.

2.5 Studi Kasus: Ekstraksi Polifenol dari Biji Buah Anggur dan Konsentrasi
Menggunakan Ultrafiltrasi
Mengacu pada prinsip ekstraksi padat-cair, telah dilakukan studi literatur mengenai
contoh pengaplikasiannya pada ekstraksi polifenol dari biji buah anggur. Ekstraksi
polifenol bergantung pada dua kondisi, yakni pemutusan senyawa polifenol pada tingkat
sel dalam matriks material tumbuhan dan proses difusi pada medium pelarut eksternal.
Sebelumnya, seluruh proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut organik.
Proses ekstraksi ini berlangsung dengan efisien, namun ekstraknya tidak aman untuk
dikonsumsi oleh manusia karena berpotensi akan efek beracun. Contoh dari pelarut
tersebut antara lain etanol, etanol-benzena, etil asetat, dan sulfur dioksida. Kekhawatiran
akan kesehatan ini memicu adanya penelitian akan metode yang dapat mengurangi
penggunaan pelarut organik dalam proses ekstraksi.
Atas dasar tersebut, dilakukan studi kasus tersebut dengan menggunakan prinsip
membran sebagai pelengkap dari proses ekstraksi yang sudah biasa dilakukan. Membran
separasi dapat mengurangi penggunakan pelarut organik yang beracun dan membantu
mengkonsentrasikan produk akhir. Pelarut akan tetap digunakan pada metode ini namun
tidak sama kadarnya dengan ekstraksi pada biasanya. Membran digunakan pada akhir dari
proses, saat polifenol ingin diseparasi dan dikonsentrasi dari kompleks pelarut dan zat
terlarut. Terdapat banyak keuntungan dari metode membran separasi. Jika dibandingkan
dengan separasi mekanis pada umumnya, membran separasi melibatkan tingkat kemurnian
tinggi, tingkat kebutuhan energi yang rendah, tidak ada aditif, kondisi operasi yang mudah,
efisiensi separasi yang tinggi, dan mudah untuk di-scale up. Ultrafiltrasi sudah sering
digunakan dalam pemisahan polifenol dari biji anggur atau wine. Sehingga, tujuan dari
studi ini adalah mengekstraksi polifenol dari biji anggur menggunakan etanol-air,
mengoptimasi proses ekstraksi, dan mengkonsentrasi polifenol menggunakan ultrafiltrasi.
Berikut adalah tahapan dari studi tersebut:

8
(a) Persiapan Biji Anggur
Pengumpulan biji anggur dapat diperoleh dari perkebunan atau residu dari
proses produksi wine.
(b) Penggilingan Biji Anggur
Penggilingan menggunakan alat seperti grinder untuk memperoleh biji anggur
yang berukuran lebih kecil untuk meningkatkan efektivitas proses ekstraksi.
(c) Ekstraksi Menggunakan Pelarut Ethanol
Pelarut 50% ethanol dicampurkan dengan biji anggur yang sudah digiling. Hal
yang perlu diperhatikan pada tahapan ini adalah: rasio padat-cair (0,1-0,25
g/ml), jumlah tahapan ekstraksi (tunggal, ganda, tripel), dan etanol sebagai
pelarut organik yang digunakan. Penggunaan etanol sebagai pelarut
dikarenakan etanol bila dicampur dengan air dapat meningkatkan kelarutan
komponen bioaktif lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan air. Selain
itu, etanol adalah pelarut biologis yang cukup aman dibandingkan dengan
pelarut organik lainnya.
(i) 40 g biji anggur yang telah digiling dicampur dengan 200 ml larutan
etanol 50%. Dicampur selama 5 menit dan dilakukan ekstraksi dalam
kondisi gelap selama 1 jam.
(ii) Fase teratas dari ekstrak disaring melalui kertas filter Whatman.
(iii) Residu dalam larutan etanol 150 ml 95% dicampur selama lima menit
dan diekstraksi dalam kegelapan selama 1 jam.
(iv) Fase teratas dari ekstrak disaring melalui kertas filter Whatman dan
ditambahkan ke larutan yang telah disaring pada tahapan ii.
(v) Residu dalam larutan etanol 150 ml 95% dicampurkan selama 5 menit
dan diekstraksi dalam kondisi gelap selama 1 jam.
(vi) Fase teratas dari ekstrak disaring kembali melalui kertas filter Whatman
dan ditambahkan ke larutan yang telah disaring pada tahapan iv.
Tahapan ekstraksi tunggal ditunjukkan pada tahapan (i) dan (ii), ekstraksi ganda
[pada tahapan (i) hingga (iv), dan ekstraksi tripel pada tahapan (i) hingga (vi).]
(d) Filtrasi Ekstrak Menggunakan Kertas Filter
Menyaring lapisan atas dari ekstrak menggunakan kertas filter Whatman

9
(e) Ultrafiltrasi untuk Larutan Terfiltrasi
Pada tahapan ini, memilih membran ukuran pori yang kecil untuk mengurangi
zat yang tidak diinginkan. Ukuran pori membran yang digunakan adalah (0,22
dan 0,45 mikrometer) dengan tipe millipore adalah Millipore GS.
(f) Pengumpulan Larutan Terkonsentrasi
Analisis jumlah Polifenol menggunakan metode reaksi Folin-Ciocalteau dan
membandingkannya dengan kurva standard asam galat.

Gambar 2. Kurva Standard Asam Galat

(g) Spektrofotometri
Analisis lebih lanjut menggunakan Spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui
konsentrasi dari polifenol yang telah dipisahkan.

Pada studi ekstraksi padat-cair ini, dilakukan percobaan dengan menggunakan


rasio padat-cair yang berbeda (0,1-0,25 g/ml), jumlah tahapan ekstraksi yang
berbeda (tunggal, ganda, tripel), dan tipe ukuran pori membran yang berbeda.
Hasil studi menunjukkan bahwa dalam menghasilkan polifenol dengan jumlah
tinggi yakni menggunakan rasio padat cair 0,2 g/ml, tahapan ekstraksi ganda,
dan ukuran pori 0,22 mikrometer.

10
Gambar 3. Hasil Studi Ekstraksi Polifenol

2.6 Pengenalan Metode Ekstraksi dengan Supercritical Fluid Extraction (SFE)

Metode ekstrasi memiliki banyak cara yaitu dengan variasi dengan solvent (pelarut)
tergantung dari jenis zat yang akan diekstrak. Pemilihan pelarut biasanya juga terpengaruh
oleh keinginan di masyarakat. Pelarut yang kini umum digunakan seperti alcohol dan
hidrokarbon ringan kurang disukai karena beberap factor seperti norma dianut, meracuni
lingkungan, dan selektivitas produk. Penggunaan Metode Supercritical Fluid Extraction
(SFE) berdasarkan penilitian ternyata justru lebih menguntungkan dan tidak memiliki
kerugian seperti yang sudah disebutkan. Metode ini dapat digunakan untuk ekstrasi padat-
cair maupun cair-cair. Pelarut yang digunakan pada metode SFE ialah fluida pada kondisi
superkritis (berada di atas titik kritis) yang berperan sebagai agen ekstraksi. Serta fluida
yang sering digunakan yaitu CO2 dikarenakan sifatnya tidak beracun dan mudah dideteksi
oleh alat.

Metode SFE memiliki beberapa keuntungan yang menutupi kekurangan daripada


metode ekstrasi lainnya, yaitu:

 Mengurangi terjadinya reaksi degradasi: karena CO2 yang digunakan bersifat inert
sehingga tidak bereaksi dengan zat ekstrak yang biasanya mengubah struktur dan
kualitas senyawanya
 Memiliki selektivitas yang tinggi: ekstraknya menghasilkan antioksidan lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak dengan teknik biasa

11
 Dengan jumlah yang sedikit dapat menghasilkan jumlah yang sama akan zat ekstrak
dibandingkan dengan pelarut lainnya

Proses metode SFE dibagi 2 tahapan besar yaitu, siklus CO2 dan ekstrasi-separasi
zat ekstrak. Selama proses ekstrasi-separasi pada SFE menggunakan vessel ekstrasi yang
khusus untuk mendapatkan larutan campuran pelarut-ekstrak untuk dipisahkan pada
separator di tahapan lanjut. Untuk proses siklus CO2 memiliki tahapan lebih kompleks dan
unit operasi lebih banyak. Berdasarkan gambar dibawah siklus CO2 dijelaskan oleh nomor
(1), (2), (3), (4), (9), dan (11). Semetara ekstraksi-separasi dijelaskan oleh nomor (5), (6),
(7), (8), dan (10).

Gambar 4. Proses SFE

Metode SFE dapat diterapkan untuk ekstraksi produk alam. Dikarenakan CO2 tidak
memiliki sifat untuk mendegradasi zat ekstrak dan selektivitas tinggi terhadap beberap
antioksidan. Sehingga dapat diterapkan untuk mengekstrak Polyphenols dari biji anggur.
Jenis ekstraksi yang dilakukan berupa padat-cair (leaching) karena langsung mengambil
dari biji anggur. Pengujian ekstraksi ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu

1. Preparasi sampel: biji anggur yang digunakan harus seragam dan sama spesifikasinya,
yang akan digiling untuk mempermudah ekstraksi karena berada dalam tingkat seluler,
kemudia disimpan terlebih dahulu
2. Ekstraksi dengan Unit SFE: penggunaan CO2 juga memudahkan dalam separasi karena
densitasnya lebih rendah serta suhu mencahai titik kritis relative rendah disbanding zat

12
lain, penambahan larutan standard untuk Analisa sampel, proses leaching dilakukan
dalam unit khusus yang hanya memisahkan Polyphenols dari larutan
3. Analisa sampel menggunakan Kromatografi: sampel dianalisis untuk mengetahui
kadar Polyphenols yang terekstrak, dan didapatkan bahwa hasil ekstraksi memiliki
persentase Polyphenols yang tinggi walau dengan oil yield yang rendah

2.7 Unit Ekstraksi SFE

Unit ekstraksi yang digunakan bersifat khusus didesign hanya untuk menggunakan
pelarut yang bersifat superkritis. Salah satu perusahaan yang menyediakan produksi unit
tersebut ialah Supercritical Fluid Technologies, Inc. Unit yang dihasilkan memiliki
berbagai model yang dibuat untuk aplikasi khusus

 Ekstraksi produk alam: essential oils, fragrances, dan nutraceuticals


 Penggunaan industry, pengeringan dan pewarnaan tekstil
 Aplikasi polymer
 Pengembangan proses dan scale-up
 Laboratorium pembelajaran
 Penelitian analitik

Gambar 5. Vessel Unit SFT-250

(Sumber: http://www.supercriticalfluids.com/products/supercritical-fluid-extraction-products/sft-250/)

13
Salah satu unit yang cocok untuk ekstraksi produk alam (Polyphenols dari biji
anggur) ialah SFT-250. Sistem ini dibuat untuk penilitian laboratorium dan skala kecil
untuk indusutri. Memiliki ketahanan tekanan fluida hingga 10000 psi dan menampung
sebanyak 5l. Wadah besar memungkinkan pengguna untuk mengekstrak komponen kunci
yang sangat rendah dari bahan atau memproses jumlah bahan curah yang lebih banyak
daripada yang mungkin dilakukan dengan peralatan SF skala analitik konvensional.Unit
SFT-250 untuk bekerja optimum membutuhkan pompa penggerak udara yang dapat
dengan cepat menghasilkan tekanan tinggi yang diperlukan untuk kerja cairan superkritis.
Di bawah kondisi operasi yang khas, memiliki laju alir dari 1-330 ml/min CO2 cair. Katup
pembatas variabel yang kuat (pressure regulator belakang) memberikan kontrol yang tepat
terhadap laju alir. Tingkat kontrol ini sangat penting bila perlu untuk mencapai hasil yang
sangat dapat diulang dari lari ke lari.

Proses Supercritical Fluid Extraction (SFE) dan Gas Assisted Mechanical Expression
(GAME)

Gambar 6 . Pengaturan alat untuk eksperimen SFE dan GAME

14
Prosedur Eksperimen SFE :

1. Extractor vessel dipanaskan pada suhu yang diinginkan


2. Biji anggur dimasukkan ke dalam exractor vessel diatas PET filter untuk mencegah biji
anggur menghambat aliran CO2
3. Recirculation valve dan semua exit valve ditutup dan extractor diberi tekanan oleh CO2
pump. CO2 pump pressure dijaga tetap di dalam extractor oleh back-pressure valve
(BRP) yang terletak di antara ekstraktor dan cyclonic separator
4. Ketika sudah mencapai tekanan yang diinginkan, recirculation valve dibuka dan terjadi
ekstraksi selama kurang lebih 120 menit dengan CO2 yang terus mengalir
5. Temperatur dijaga pada suhu 60 ± 1℃ dan 35 ± 1℃ untuk separator 1 dan 2
6. Ekstrak diambil pada saat terjadi pemisahan dengan gaya sentrifugal dan gravitasi di
kedua separator

Prosudur Eksperimen GAME :

1. Pressing chamber dipanaskan terlebih dahulu (45 menit – 60 menit)


2. Biji anggur dimasukkan ke dalam chamber di atas PET filter untuk memberi tempat
separasi antara biji anggur dan piston pressing surface
3. Biji buah anggur diequilibrasi di dalam pressing chamber (extractor) selama 30 menit
4. Setelah proses pre-heating biji anggur, CO2 pump mulai menaikkan CO2 pressure I
dalam extractor dan pressure disesuaikan dengan back-pressure valve (BPR-1)
5. Ketika sudah mencapai tekanan CO2 kritis, piston dinaikkan untuk pemadatan unggun
biji anggur
6. Absolute mechanical pressure yang diinginkan disesuaikan dengan back-pressure
valve (BPR-2)
7. Effective mechanical pressure yang diaplikasikan pada biji anggur didefinisikan
sebagai absolute mechanical pressure (P2) dikurangi CO2 pressure di pressing
chamber (P1)

15
2.8 Perbandingan Hasil SFE dan GAME

Gambar 7. Grafik perbadingan hasil antara oil yield dan total polyphenol dalam minyak dengan screw
pressing, SFE, dan GAME

Dari hasil grafik di atas dapat dilihat bahwa, SFE lebih baik digunakan karena hasil
kandugan polifenol di dalam minyaknya tinggi sedangkan nilai persen oil yield sangat kecil
dibandingkan hasil GAME yang mencapai nilai 34%. Hasil yang diingkan adalah larutan
dengan kandungan polifenol tinggi, maka alternative proses yang digunakan agar hasil
yang didapatkan sesuai adalah proses supercritical fluid extraction.

16
BAB III

KESIMPULAN

1. Ekstraksi yang dapat digunakan untuk mengekstrak polyphenol dari biji buah anggur
adalah ekstraksi padat-cair.
2. Ekstraksi padat-cair untuk ekstraksi polyphenol dilakukan dengan menggunakan solvent
etanol dan air.
3. Karena etanol merupakan alkohol dengan kadar yang cukup tinggi, maka alternatif lain
yang digunakan untuk ekstraksi adalah dengan proses Supercritical Fluid Extraction
dengan solvent berupa CO2 superkritis.
4. Selain dengan metode SFE dapat pula digunakan metode Gas Assisted Mechanical
Expression (GAME). Metode SFE dan GAME hampir sama namun pada proses metode
GAME digunakan tekanan hidrolik H2O.
5. Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode SFE lebih baik dan
efektif untuk ekstraksi polyphenol dibandingkan dengan GAME karena pada SFE total
polyphenol dalam minyak yang didapat lebih besar daripada GAME, yaitu 350 mg
GAE/kg.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rombaut, Natacha. 2012. Grape seed oil extraction: Interest of supercritical fluid extraction and
gas-assisted mechanical extraction for enhancing polyphenol co- extraction in oil.

Freitas, Lisiane dos Santos. 2008. Extraction of Grape Seed Oil Using Compressed Carbon
Dioxide and Propane: Extraction Yields and Characterization of Free Glycerol
Compouds.http://www.supercriticalfluids.com/products/supercritical-fluid-extraction-
products/sft-250/ [Online] Diakses pada 11 November 2017

Rombaut, Natacha. et.al. 2014. Grape seed oil extraction: Interest of supercritical fluid extraction
and gas-assisted mechanical extraction for enhancing polyphenol co-extraction in oil. C.
R. Chimie 17 (2014) 284–292.

Nawaz, Haseeb. et al. 2006. Extraction of polyphenols from grape seeds and concentration by
ultrafiltration. Separation and Purification Technology 48 176-181.

18

Anda mungkin juga menyukai