Anda di halaman 1dari 49

IV.

Reduksi Ukuran (Kominusi)


Kominusi  operasi pengecilan ukuran bijih dengan
peremukan dan penggerusan.

Tujuan :
1) Menghasilkan partikel yang sesuai dengan
kebutuhan (ukuran maupun bentuk).
2) Membebaskan mineral berharga dari pengotor.
3) Memperbesar luas permukaan, sehingga kecepatan
reaksi pelarutan dapat berlangsung dengan lebih
baik.
 Kominusi ada dua macam, yaitu :

 Peremukan (crushing)

 Penghalusan/Penggerusan (grinding)
Peremukan (Crushing):

 Primary crushing : ROM  8” – 6”


- Jaw crusher
- Gyratory crusher

 Secondary crushing: 8” – 6”  3” – 2”
- Jaw crusher - Cone crusher
- Gyratory crusher - Roll crusher

 Tertiary crushing: 3” – 2”  3/8” – ½”


- Cone crusher - Hammer mill
- Roll crusher
Penggerusan (Grinding):
1/2” – 3/8”  fine (halus)

 Primary grinding Ball mill, Rod mill, Pebble mill, Tube


mill, Autogenous mill, Semi
 Fine grinding Autogenous (SAG) mill
 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
kominusi :
 Ukuran material/bijih dari tambang
 Biasanya ukuran material/bijih dari tambang dalam bentuk
bongkah → pemilihan primary crusher dan proses
screening
 Keadaan bijih → pada material yang lengket akan
mempengaruhi pemilihan mill/crusher.
 Kesediaan air → penting khususnya untuk proses basah
 Proses-proses berikutnya basah atau kering
 Korosi pada lining (bahan pelapis pada dinding dalam mill)
 Reaksi antara material dengan air
Kemampuan aplikasi alat kominusi
Mekanisme Remuk (Aksi Kominusi)
1. Abrasion (attrition)
Terjadi bilamana energi yang kurang mencukupi
diterapkan pada partikel, menyebakan terjadinya
localized stressing dan remuknya sebagian kecil area
sehingga menghasilkan distribusi ukuran partikel yang
halus.

2. Compression (clevage)
Energi cukup untuk membuat partikel remuk,
menghasilkan ukuran partikel ukurannya tidak jauh
berbeda dengan ukuran umpan.

3. Impact (shatter)
Energi sangat mencukupi untuk terjadinya peremukan
partikel, menghasilkan banyak partikel dengan distribusi
ukuran yang lebar.
Representasi
mekanisme remuknya
partikel dan distribusi
ukuran produkta yang
dihasilkan
PEREMUKAN (CRUSHING)

 Proses reduksi ukuran dari material/bijih


yang berukuran kasar (sekitar 1 m) menjadi
ukuran sampai kira-kira ½” – 3/8”.

1. Primary crushing
 Pengecilan ukuran bijih yang datang dari tambang pada tahap
pertama dan crusher dioperasikan secara terbuka.

 Untuk bijih yang keras dan kompak biasanya digunakan jaw


crusher atau gyratory crusher, sedangkan utk bahan galian
yang lebih brittle digunakan hammer mill atau impact crusher.
Jaw Crusher

 Ciri khas: dua plat yang membuka dan menutup


seperti rahang.

 Salah satu rahang diam dan yang lainnya bergerak,


maju mundur.

 Tipe Jaw Crusher:


 Blake crusher: - single toggle
- double toggle
 Dodge crusher
Gambar skematik jaw crusher tipe Blake (togel ganda)
Gambar skematik jaw crusher tipe togel tunggal
Gambar skematik jaw crusher tipe Dodge
Gambar Allis-Chalmers A-1 crusher (double-toggle)
Keterangan : (1) crushing chamber, (2) fixed jaw plate, (3) interchangable swing jaw plates, (4) protective
wear plates, (5) swing jaw deflection plate, (6) swing jaw shaft, (7) swing jaw, (8) balanced flwheels (one
driven), (9) anti-friction bearings, (10) steel cast and welded pitman, (11) shields over pitman toggle
seats, (12) hydraulic setting control, (13) setting shims, (14) frame side plate, (15) toggle ends and seats,
(16) bolt tension springs, (17) cap nuts, (18) cruher discharge, (19) manganese check plates, (20) ribbed
front and back, (21) expansion joint
Jaw Crusher
Gyratory Crusher
 Bagian penting dari alat: sumbu tegak dimana terpasang unsur
peremuk (disebut mantle), digantung pada spider.

 Sumbu tegak diputar secara eccentric dari bagian bawah


menghasilkan suatu aksi gyratory.

 Mantle berada dalam shell berbentuk kerucut membesar ke atas


sehingga terbentuk rongga remuk antara shell dengan mantle.

 Mantle bersama sumbu tegak bergerak secara gyratory


memberikan compression ke arah shell.

 Karena aksi kompresi ini material yang berada dalam rongga


remuk akan remuk.
Perbedaan Jaw Crusher dan Gyratory Crusher
 menerima feed hanya dari satu  bisa menerima feed dari
arah berbagai arah
 power consumption >  power consumption <
 kurang baik pada full load  baik pada full load
 maintenance <  maintenance >
 half time crushing  full time crushing (lbh efisien)
 perlu feeder sesuai kapasitas  tdk perlu feeder
 kapasitas kecil  kapasitas besar
 mudah dilepas & dipindah  sangat berat, tdk mudah utk
dipindah
 ongkos modal <  ongkos modal >
 lebih baik untuk bijih yang  kurang baik untuk bijih yang
basah dan mengandung clay basah dan mengandung clay
Impact Crusher
 Alat ini bekerja dengan impact  dengan pukulan berkecepatan
tinggi terhadap material yang masuk alat.

 Pemukul (hammer) dipasang pada rotor yang berputar dengan


kecepatan tinggi.

 Bagian yang bergerak memindahkan energi kinetiknya ke partikel


yang masuk  partikel terlempar dan membentur plat bentur.

 Pada hammer mill  di bagian bawah terdapat grate dimana


partikel masih dihancurkan dengan attrition.

 Umumnya digunakan pada partikel yang brittle, agak lunak dan


tidak mengandung material halus yang menyebabkan lengket.
Hammer mill
Double-rotor impact crusher
Single roll crusher
Rotary breaker
2. Secondary crushing

 Jauh lebih ringan dari primary crusher.

 Pengecilan ukuran mulai dari 8” – 6”, yaitu material


yang telah diremuk oleh primary crusher.

 Tertiary crusher  menggunakan alat yang sama


dengan secondary crusher hanya settingnya yang
berbeda (lebih kecil).
Cone Crusher
 Umum digunakan sebagai secondary crusher.

 Modifikasi dari gyratory crusher (bekerja seperti gyratory


crusher).

 Sumbu tegak tdk digantung pada spider seperti halnya gyratory


crusher, tetapi ditunjang di bawah kepala remuk (mantle) atau
cone.

 Ciri lain: bowl dapat bergerak ke arah luar bila ada material
sangat keras masuk.

 Setting diatur dengan dengan menurunkan dan menaikkan bowl,


sedangkan pada gyratory crusher  menurunkan dan menaikkan
sumbu tegak.
Cone crusher
Roll Crusher
Opening dari Crusher
• Jaw crusher → width (lebar) x gape
• Gyratory crusher → gape x diameter dari mantel
• Cone crusher → opening = diameter dari feed opening (kira-kira 2 x gape).

Gambar skematik bagian-


bagian dari :
(a). Jaw crusher
(b). Gyratory crusher
Mouth
 Tempat dimana bijih masuk.

Throat
 Tempat dimana bijih keluar. This image cannot currently be displayed.

Throw
 Perbedaan antara closed setting dan open setting.
Reduction Ratio (Nisbah Reduksi)
 Perbandingan antara ukuran umpan yang masuk dengan
produkta yang keluar.
Ukuran umpan
Reduction Ratio (RR) 
Ukuran produkta
This image cannot currently be displayed.

 Berguna sebagai:
 Ukuran apa yang dapat dilakukan oleh crusher
 Indikator batasan mekanik di bawah mana sebuah crusher bekerja
 Salah satu elemen dalam penentuan kapasitas crusher
 Salah satu faktor dalam penentuan efisiensi crusher
Limitting Reduction Ratio (LRR)

 Perbandingan antara ukuran bukaan screen dimana


semua feed bisa lolos terhadap ukuran bukaan screen
dengan bentuk yang sama dimana semua produk bisa
lolos.

 Untuk primary crusher dimana sizing test jarang


dilakukan  biasanya ukuran maksimum dinyatakan
dengan ukuran lubang bin grizzly  mengukur maximum
thickness dari feed.

 Square or round mesh screen  biasanya digunakan


untuk mengukur produkta  mengukur intermediate
dimension dari partikel.
Limitting Reduction Ratio (LRR) - lanjutan
w f t f Fs . t f
LRR   
wp tp wp
dimana w = width of particle
t = thickness of particle
f = feed
p = produk
Fs = shape factor

intermediate dimension of particle


Fs 
minimum dimension of particle

Range dari Fs: 1.7 – 3.3


Apparent Reduction Ratio (ARR)

 Perbandingan antara effective gape dengan effective


setting (Se) dari crusher.

0.85 G
ARR 
Se
dimana G = gape
Se = effective setting:
- closed setting untuk high speed secondary crusher
- open setting untuk low speed primary crusher
Apparent Reduction Ratio (ARR) - lanjutan

 Berguna untuk menyatakan apa yang bisa dilakukan


crusher dalam reduksi ukuran partikel maksimum pada
satu kali pass.

 Minimum standar open setting pada kebanyakan jaw


crusher  mengizinkan rasio gape thd open setting
antara 8 – 10 : 1.

 Rasio utk open setting maksimum yang


direkomendasikan biasanya antara 3 – 4 : 1.

 Miller  bhw rasio untuk jaw crusher seharusnya tdk lebih


dari 6 utk batuan tough atau 8 utk batuan lunak.
Working Reduction Ratio (WRR)
 Perbandingan antara ketebalan feed yang terbesar dengan effective
setting dari crusher.

tf wf
WRR  
S e Fs . S e

t = thickness of particle
f = feed
Sc = effective setting:
- close side setting pada kec. tinggi
- open side setting pada kec. Rendah
w = width of particle
Fs = shape factor
80% - Reduction Ratio (RR80)
 Perbandingan antara ukuran bukaan screen yang
meloloskan 80% dari feed dengan bukaan screen yang
meloloskan 80% dari produkta.

 RR80 bervariasi dari 2.2 – 8.3 dengan rata-rata = 4.5


Angle of Nip (Sudut Jepit)

 Pada jaw crusher  sudut yang dibentuk oleh permukaan


jaw.

 Pada roll crusher  sudut yang dibentuk oleh tangen


terhadap permukaan roll pada titik kontak dengan partikel
yang akan diremuk.
Angle of Nip (Sudut Jepit) - lanjutan

D = diameter roll
d = diameter partikel
n = angle of nip
s = jarak antara dua permukaan roll
T = gaya tangensial
N = gaya normal
R = resultan gaya T dan N

n Ds
cos 
2 Dd
Kapasitas
 Menyatakan jumlah produkta yang dihasilkan crusher per
unit waktu.
 Kapasitas suatu crusher dipengaruhi oleh beberapa faktor:
 Area of discharge opening pada open setting
 Karakter batuan: density, toughness, crushability (kemampuan
batuan untuk diremuk), dll.
 Moisture content
 Throw
 Speed (reciprocations per minutes)
 Angle of nip
 Shape & surface character of crusher plate
 Metode feeding
 Size reduction yang diterapkan
Relative Toughness of Rocks (after Snelling) and Crushability Factors

Rock Relative Toughness Crushability Factors (k)


Limestone 1.0 1.0
Dolomite 1.0 1.0
Gneiss, coarse-grained 1.0 0.95
Syenite 1.0 0.95
Andesite 1.2 0.90
Slate 1.2 0.90
Granite, coarse-grained 1.2 0.90
Chert 1.5 0.8
Gabbro 1.6 0.8
Quarzite 1.9 0.8
Rhyolite 2.0 0.8
Granite, fine-grained 2.1 0.8
Diorite 2.1 0.8
Basalt 2.3 0.75
Diabase, fresh 3.0 0.65

Snelling  melakukan studi pengaruh peledakan pada berbagai batuan


Moisture content
 Kecil pengaruhnya pada kapasitas primary crusher kecuali
pada ‘unusual clay bearing rocks’
 Pada secondary crusher  dgn unscalped feed, moisture
content 3 – 6% mungkin dapat menurunkan kapasitas
sampai 50% atau lebih.

Throw
 Pengaruhnya pada kapasitas  kecenderungan untuk
‘choke’.
Speed
 Kapasitas naik dengan naiknya kecepatan, tapi tidak
proporsional.

Pengaruh Speed pada Kapasitas Crusher


Revolutions per Relative tons per
minute hour
160 100

255 144

304 171

348 174

534 179

629 246
Angle of Nip

Pengaruh Angle of Nip pada Kapasitas Crusher


Angle of Nip Relative tons per
(degrees) hour
30 100

27 102

20 116

14 114

Method of Feeding
 Apakah ada feeder atau tidak
Reduction Ratio

Pengaruh Reduction Ratio pada Kapasitas Crusher


Size of Feed Reduction Relative Tons Per
(inches) Ratio Hour
3 to 4 8.9 100

2 to 3 6.7 170

1 to 2 4.4 182

0.5 to 1 2.2 132

0.125 to 0.5 1.1 419


Blake – double toggle Blake – single toggle

Gyratory

Cone

Kapasitas Maksimum Beberapa Crusher


Kecepatan Kritis (Nc)
0,5
 RR  1  rpm
Nc = 47  
 RR. X 

dimana RR = reduction ratio = (gape/set)


X = throw (m)

Operating Speed (Nop)


Nop = 280 EXP ( -0,212 G3 ) rpm

dimana G = gape setting (m)


Theoritical throughput of a jaw crusher as a function of speed

Anda mungkin juga menyukai