Anda di halaman 1dari 8

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN

BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI


BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi


Yang Dibimbing Oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M. Pd

Oleh:
Kelompok 2
Biologi/ Offering G
1. Anggy Ningtyas (160342606237)
2. Ely kristiani (160342601708)
3. Luthfi Helen Khasanah (160342606239)
4. Riris novia Azemi (160342606286)
5. Syifa Najla Aghdiani (160342606291)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
MARET 2018
A. Topik : Uji Mikrobiologi Makanan Berdasarkan Angka Lempeng
Total Koloni Bakteri
B. Hari/Tanggal : Rabu, 21 Maret 2018
C. Tujuan :
1. Untuk mengetahui Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang
terdapat dalam sampel bahan makanan padat dan bahan makanan cair
2. Untuk menentukan kualitas mikrobiologi sampel makanan yang diperiksa
berdasarkn ALT koloni bakteri
D. Dasar Teori

Bahan pangan belum sepenuhnya terbebas dari mikroba dan ada


kemungkinan adanya suatu koloni bakteri, oleh karena itu perlu adanya pengujian
bahan makanan (Jutono, 1980). Metode yang digunakan untuk menentukan
jumlah koloni bakteri dalam bahan pangan antara lain dengan metode permukaan.
Inkubasi dan perhitungan koloni dilakukan seperti pada metode penuangan, tetapi
harus diperhatikan bahwa jumlah contoh yang dibiakkan adalah 0,1 ml dan harus
dimasukan dalam perhitungan "Total Count" (Thayib dan Amar, 1989).
Metode hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang
dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Sehingga, jumlah koloni yang
muncul pada cawan berisi agar dengan nutrien merupakan suatu acuan bagi
jumlah koloni bakteri yang dapat hidup terkandung dalam sampel tersebut dan
untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk penghitungan
koloni ialah yang berisi antara 30 sampai 300 koloni. Karena jumlah
mikroorganimse dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk
memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam
jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederatan
pengenceran dan pencawanan (Waluyo, 2004).
E. Alat dan Bahan
Alat:
1. Laminar Air Flow (LAF)
2. Lampu spirtus
3. Incubator
4. Pipet ukur 10 ml, 1 ml, 0,1 ml
5. Mortar dan pistle
6. Rak tabung reksi
7. Vortex
8. Koloni counter
Bahan:
a. Sampel bahan makanan padat 10 gram
b. Sampel bahan makanan cair 10 ml
c. Medium lempeng PCA 6 buah
d. Larutan pepton 0.1% sebanyak 90 ml
e. Larutan pepton 0.1% @9ml sebanyak 5 tabung
f. Alkohol 70%
g. Lisol
h. Sabun cuci
i. Korek api
F. Prosedur Kerja
1. sampel Bahan Makanan Padat

1 labu Erlenmeyer berisi 90 ml air perton 0,1 % dan 5 tabung reaksi berisi air
pepton 0,1% @9ml disiapkan, lalu diberi kode A, B, C, D, E, dan F.

6 buah medium lempeng yang diberi label A, B, C, D, E, dan F disiapkan

10 gram sampel bahan makanan padat ditimbang, kemudian seacara aseptik


dimasukkan ke dalam 90 ml air pepton 0,1 % dalam labu erenmeyer kemudian
di kocok

1 ml suspensi diambil kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi A. kemudian


dikocok dengan memutar diantara kedua tangan.

1 ml suspensi diambil dalam tabung reaksi A dan dimasukkan ke dalam tabung


reaksi B. Pengenceran dilakukan bertahap sampai dengan tabung F. Sehingga
didapat suspensi dengan tingkat pengenceran 10-1,10-2,10-3,10-4,10-5, dan 10-6

Secara aseptik 0,1 ml dari masing-masing suspensi diambil, lalu dipercikkan di


atas permukaan medium lempeng dengan kode yang sesuai. Cawan petri yang
berisi medium lempeng ditutup lalu cawan petri diputar-putar hingga percikkan
inokulum tersebut menyebar pada permukaan medium lempeng
Biakan pada medium lempeng di inkubasikan pada suhu 370C. Setelah 1x24
jam atau 2x 24 jam, jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng terssebut
diamati dan dihitung. Kemudian medium yang ditumbuhi 30-300 koloni bakteri
dipilih

Angka Lempeng Total (ALT) koloni bakteri yang terdapat dalam tiap gram
sampel bahan makanan padat dihitung berdasarkan tingkat pengenceran

2. Sampel Bahan Makanan Cair


10 ml bahan makanan cair disiapkan, lalu dimasukkan dalam 90 ml air pepton
0,1 % dalam labu Erlenmeyer

Perlakuan seperti pada no. 1 b sampai dengan 1 d dilakukan

G. HASIL PENGAMATAN
Tingkat Pengenceran Jumlah Koloni Nilai ALT

10-1 9 TSUD

10-2 285 28500

10-3 94 94000

10-4 46 46000

10-5 4 TSUD

10-6 1 TSUD

H. Analisis Data

Berdasarkan tabel pengamatan sampel makanan (sambel pecel) yang


telah diencerkan dengan larutan pepton pada tingkat pengenceran 10-1 terdapat 9
koloni bakteri yang merupakan jumlah koloni bakteri yang Terlalu Sedikit Untuk
Dihitung (TSUD). Pada tingkat pengenceran 10-2 terdapat 285 koloni, pada tingkat
pengenceran 10-3 terdapat 94 koloni bakteri, pada tingkat pengenceran 10-4
terdapat 46 koloni bakteri, pada ketiga tingkat pengenceran tersebut memiliki
jumlah koloni bakteri yang memenuhi batas hitung koloni bakteri yaitu 30-300
koloni. Pada tingat pengenceran 10-5 terdapat 4 koloni bakteri dan pada tingkat
pengenceran 10-6 terdapat 1 koloni bakteri, jumlah koloni dari kedua pengenceran
tersebut merupakan jumlah koloni bakteri yang Terlalu Sedikit Untuk Dihitung
(TSUD).

Hasil data pengamatan tersebut, dapat digunakan untuk mencari nilai ALT
94000
(Angka Lempeng Koloni Total), = 3,30 karena hasilnya >2 dipilih dipilih
28500

jumlah koloni yang dihitung yaitu 94 koloni.

1
Nilai ALT = ∑Koloni x tingkat pengenceran x suspensi yang digunakan

1
= 94 x x 10
0,001

= 940000 = 9,4 x 105 cfu/gram

Berdasarkan nilai ALT koloni bakteri pada sampel makanan (sambel pecel) yaitu
9,4 x 105 cfu/gram dan strandart SNI sambel yang boleh dikonsumsi yaitu 1x104
cfu/gram, maka kesimpulan sementara sampel makanan (sambel pecel) tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi.

I. Pembahasan

Pada praktikum uji kualitas mikrobiologi makanan menggunakan sampel


bumbu pecel dengan enam konsentrasi berbeda-beda yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-
5
dan 10-6. Konsentrasi 10-1 terdapat jumlah koloni yaitu 9 koloni sehingga terlalu
sedikit untuk dihitung (TSUD), konsentrasi 10-2 terdapat jumlah koloni yaitu 285
koloni, konsentrasi 10-3 terdapat jumlah koloni yaitu 94 koloni, konsentrasi 10-4
terdapat jumlah koloni yaitu 46 koloni, konsentrasi 10-5 terdapat jumlah koloni
yaitu 4 koloni sehingga terlalu sedikit untuk dihitung (TSUD) dan konsentrasi 10-6
terdapat jumlah koloni yaitu 1 koloni sehingga terlalu sedikit untuk dihitung
(TSUD).
Rentang Angka Lempeng Total (ALT) yaitu 30 sampai 300 jumlah koloni
sehingga konsentrasi yang digunakan untuk menghitung nilai Angka Lempeng
Total (ALT) adalah konsentrasi 10-3 dengan jumlah koloni 94. Berdasarkan rumus
1
perhitungan ALT 94 x x 10 didapatkan hasil uji angka lempeng total (ALT)
10−3

yaitu 9,4 x 105 cfu/g. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388 yang
diresmikan pada tahun 2009, olahan kacang-kacangan layak dikonsumsi apabila
nilai Angka Lempeng Total (ALT) maksimalnya adalah 1 x 10 4 cfu/g sehingga
bumbu pecel yang sudah diuji tidak layak konsumsi karena nilai Angka Lempeng
Total (ALT) hasil uji lebih besar dari nilai Angka Lempeng Total (ALT) Standar
Nasional Indonesia (SNI).

J. Kesimpulan
3. ALT koloni bakteri pada sambal pecel Blitar yaitu 9,4 x 105 cfu/gram,
yang merupakan jumlah ALT pada pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4.
4. Dengan demikian sampel makanan (sambal pecel Blitar) tersebut tidak
layak untuk dikonsumsi, karena nilai ALTnya lebih besar dari nilai ALT
yang sudah ditetapkan (SNI).

K. Diskusi
1. Berapakah Angka Lempeng Total koloni bakteri dalam tiap gram atau
mililiter sampel bahan makanan yang diperiksa (cfu/g atau cfu/ml)?
Jawab : Jumlah koloni bakteri dalam tiap gram atau mililiter sampel bahan
makanan berupa sambal pecel Blitar yaitu sebesar 9,4 x 105 cfu/gram.
2. Bagaimanakah kualitas bahan makanan yang telah diperiksa berdasarkan
Angka Lempeng Total koloni bakteri berdasarkan ketentuan DIRJEN
Pengawasan Obat dan Makanan?
Jawab : Kualitas mirobiologi bahan makanan berdasarkan jumlah koloni
bakteri dalam tiap gram sampel makanan yang diperiksa adalah tidak
layak. Hal ini disebabkan karena perbandingan nilai ALT sampel lebih
besar daripada yang tercantum pada tabel BPOM yakni 9,4 x 105 dengan 1
x 104.
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kontaminasi bakteri
dalam bahan makanan?
Jawab : Faktor lingkungan, faktor penyimpanan, faktor pengolahan bahan,
kualitas bahan dasar makanan, dsb.
Daftar Rujukan

Badan Pengawas Obat dan Makanan(BPOM). 2009. Penetapan Batas Maksimum


Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Indonesia: Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Fardiaz, S., 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta:


Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.

Sonjaya, H. 2010. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas Peternakan-

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Thayib, S dan Abu Amar. 1989. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pangan.


Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Teknologi Indonesia.

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai