Anda di halaman 1dari 4

Istilah "etika" berasal dari bahasa Yunani ethos (dalam bentuk tunggal) yang

mempunyai arti tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak,

watak; perasaan, sikap, cara berfikir, atau ta etha (dalam bentuk jamak) yang berarti adat

kebiasaan. Jadi etika dapat berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat

kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama, etika dijelaskan sebagai ilmu

pengetahuan tentang asas–asas akhlak (moral), sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia yang baru, etika diartikan sebagai (1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk

dan tentang hak dan kewajiban moral (ahklak); (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan

dengan akhlak; (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika merupakan petunjuk dasar bagi tingkah laku, cara pikir dan keyakinan. Tidak satu

kelompok manusia pun yang hidup tanpa etika. Kelompok pecinta alam memerlukan suatu

pegangan yang menyangkut hal-hal yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan berkaitan

dengan kegiatannya. Etika dalam prakteknya memiliki arti yang sama dengan moral, yang

keduanya berhubungan dengan tingkah laku manusia dan menjadi tolok ukur tingkah laku

manusia yang bersangkutan. Tolok ukur ini mengacu pada benar dan salah, baik dan buruk

dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Dalam bertingkah laku, khususnya di alam

kita perlu menerapkan beberapa hal, diantaranya melindungi alam, pengendalian diri,

kesederhanaan, tanggungjawab, kejujuran, kemerdekaan dan harga diri.

Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan peri

kehidupan serta kesejahteraan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Lingkungan hidup

merupakan sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan

ekosistem.
Etika lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan. Jadi etika lingkungan merupakan

petunjuk perilaku manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Dengan etika

lingkungan kita tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan, tetapi etika

lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan

agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup kita. Dengan etika lingkungan kita

perlu meningkatkan solidaritas sosial diantara sesama serta solidaritas alam dengan lingkungan

hidup alam kita.

Agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya, maka perlu adanya etika lingkungan. Ada

sejumlah butir etika lingkungan yang mesti dipahami oleh masyarakat pada umumnya, dan

para pecinta alam pada khususnya sebagai sekelompok orang yang sebagian besar bahkan

seluruh kegiatannya berkaitan dengan alam, diantaranya yaitu untuk menjadikan alam sebagai

saudara. Sebagai saudara, manusia tidak akan rela mengeksploitasi alam berlebihan, apalagi

menyakitinya. Selain itu ada proses pembatinan lingkungan, suatu proses dengan tujuan untuk

membangkitkan rasa sayang terhadap lingkungan sehingga akan ikut serta memelihara dan

menjaga kelestariannya. Selain itu juga perlu ada tanggung jawab moral ketika terjadi

kerusakan lingkungan.

Ada beberapa tahapan dari Etika Lingkungan yaitu :

1. Egoisme yang berdasarkan keakuan tetapi penuh kesadaran akan ketergantungannya pada

makhluk lain sehingga seorang egois dapat berperan serta dalam pengelolaan lingkungan;

egoisme juga dapat disebut individualisme

2. Humanisme; solidaritas terhadap sesama manusia

3. Sentientisme; kesetiakawanan terhadap mahluk lain yang memiliki perasaan (manusia lain
atau hewan)

4. Vitalisme; kesetiakawanan terhadap makhluk lain yang tidak memiliki perasaan (misalnya

tumbuhan)

5. Altruisme, tingkatan akhir dari etika lingkungan, yakni solidaritas terhadap semua yang ada,

sebagai sesama ciptaan Tuhan di Bumi ini, karena ketergantungan diri kita kepada semua yang

ada, tidak hanya pada sesama manusia atau mahkluk hidup saja, tetapi juga makhluk lainnya

yang tidak hidup/benda mati (non hayati), karena tidak ada kehidupan tanpa adanya ciptaan

Tuhan yang bersifat non hayati/benda mati.

Pada makalah ini penulis akan membahas tentang etika sentientisme terhadap ayam

petelur. Tujuannya yaitu untuk mendukung produktivitas ayam petelur. Hal yang perlu

diperhatikan untuk menjaga etika sentientisme adalah :

1. Membangun kandang yang nyaman, bersih, cukup luas dan aman bagi ayam petelur

2. Beri pakan yang bergizi dan mutu tinggi agar ayam petelur dapat berkembang dan

memproduksi telur dengan optimal

3. kandang kering, peralatan bersih, suhu kandang diatur tepat, tempat air dan

makanan terisi, lantai ditutup berisi, alas (litter) karing, dan penghalang panas

berjalan dengan baik

4. Bagi setiap ruangan 100 ayam petelur memiliki ruang sekitar 25 m2 sampai 100

m2. Sediakanlah 0,2 sampai 0,3 m2 per ayam apabila ayam di biarkan tumbuh di

luar kandang.

5. Sediakanlah makanan penumbuh yang cukup baik di depan ayam petelur sepanjang

waktu. Pakan ternak yang di sediakan pabrik biasanya sudah sangat baik serta

banyak nutrisi yang di perlukan ayam. Pengoplosan pakan ternak dengan

menggunakan jagung bisa menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan sehingga

bisa mengakibatkan hasil yang akan di peroleh jadi tidak seimbang


6. Air, Pada masa ayam petelur bertumbuh ayam banyak minum serta memperlukan

banyak minum. Untuk menjaga pertumbuhan ayam petelur, air haruslah segar serta

tetap dingin.

7. Peneduh, pada waktu musim panas ayam petelur lebih yaman apabila di tempat

yang teduh.

8. Pisahkanlah ayam petelur yang muda dengan ayam petelur yang lebih tua karena

ini akan menolong mengurangi kemungkinan menyebarnya penyakit ke ayam yang

lebih muda atau yang lebih muda.

9. Untuk tempat berteduh, sediakanlah satu tempat berteduh yang berukuran 3×4

meter pada tiap 100 sampai 125 buah ayam petelur

10. Pencegahan parasite. Ayam petelur bisa terkena penyakit cacing yang terdapat pada

sebuah obat. Dengan pengelolaan dan sanitasi yang baik dapat membantu

mengurangi terjangkitnya parasite pada anak ayam petelur.

11. Lindungilah anak ayam petelur tersebut dari musuhnya dan jangan biarkan hewan

pemangsa dapat memasuki bangunan tempat ayam petelur tinggal pada waktu

malam hari

12. Setiap minggu harus menurunkan suhu sampai anakan ayam petelur tersebut merasa

nyaman pada suhu di luar, setelah itu anda bisa melepaskan lampu pemanas serta

memindahkan anakan ayam kekandang utama. Jika membesarkan anak ayam

petelur pada usia sehari sangatlah sulit di sarankan bagi anda membeli pullet

ataupun ayam dara

Anda mungkin juga menyukai