Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
perusahaan menyimpan bahan kimia dalam jumlah besar yang dikirim dengan
tempat yang besar (truk tanker atau kereta), maka harus disiapkan tindakan untuk
merespon insiden atas bahan dalam jumlah besar. Bahan yang terbuang dalam
jumlah besar mungkin memerlukan evakuasi laboratorium, tempat tumpahan, dan
pembersihan dan pembuangan bahan sisa limbah. Jumlah bahan yang terbuang
dalam jumlah kecil mungkin hanya memerlukan sedikit persiapan lanjutan.
Hal inilah melatar belakangi penulis untuk mengkaji makalah ini, agar
pembaca dapat memahami dan mengerti tentang recana tanggap darurat terutama
bagi pembaca yang berkecimpung di dunia yang berkaitan erat dengan bagan-
bahan kimia yang berbahaya.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesiapan tanggap darurat?
2. Apa saja macam-macam keadaan darurat dan rencana tanggap
daruratnya?
3. Bagaimana rencana tanggap darurat ?
4. Bagaimana tahapan Penyusunan Prosedur Tanggap Darurat
Kebakaran dan Implementasinya
5. Bagaimana cara menanggulangi keadaan darurat?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
mengucur namun tidak terlalu deras dan mudah dikendalikan (volume sedang).
Tumpahan biasanya kebocoran dalam jumlah besar dan sulit dikendalikan volume
material yang tumpah juga besar.
Tujuan dari penanganan tumpahan bahan kimia diantaranya sebagai berikut
:
1. Mencegah paparan bahan kimia terhadap manusia
2. Mencegah pencemaran lingkungan
3. Mencegah kebakaran
4. Mencegah kerugian materi
5. Estetika dan keindahan.
Biasanya peralatan penanganan tumpahan ditempatkan di dekat area-area
yang berpotensi mengalami tumpahan. Dibagi 3 kategori peralatan :
1. Untuk Ceceran/ tumpahan non B3 : tujuannya untuk menangani tumpahan
bahan kimia yang tidak begitu berbahaya, biasanya berupa drum atau timba
yang berisi serbuk kayu atau pasir yang ditempatkan tersebar di titik rawan
kebocoran atau tumpahan. Namun perlu di ingat serbuk kayu tidak boleh
digunakan sebagai penyerap bahan kimia mudah terbakar, karena serbuk
kayu termasuk bahan mudah terbakar juga, sehingga lebih mudah tersulut
api apabila keduanya bercampur. Drum bekas berisi serbuk kayu dan pasir
2. Untuk Kebocoran B3 : Tujuannya untuk menangani kebocoran bahan kimia
dengan level sedang (kategori irritant, pollutant, reaktif). Berupa lemari
Biasanya terdiri : PPE Level C, Absorbent (pillow, lembaran, serbuk kayu,
pasir) jumlah sesuaikan dengan kebutuhan, bahan kimia penetral umumnya
untuk tumpahan bahan kimia Basa Kuat penetralnya Asam lemah, untuk
tumpahan Asam Kuat penetralnya basa lemah. Jenis penetral khusus
biasanya di peroleh dari MSDS atau supplier namun tidak semua bahan
kimia perlu penetral. Lemari emergency penanganan kebocoran B3
3. Untuk tumpahan B3 : Tujuannya untuk menangani tumpahan sekala besar
atau B3 yang sangat berbahaya (sangat beracun, Sangat korosive dll),
Bentuknya berupa lemari terdiri dari : PPE level A, SCBA, Absorbent
(jumlah lebih banyak), Salvage drum, 1 set peralatan penyumbat kebocoran.
5
Dan peralatan lainnya, Peralatan pemadam biasanya juga dibutuhkan dalam
penanganan tumpahan misalkan APAR, Hydrant, Foam dan lain-lain.
Bahan kimia ini bila terkena air, uap atau larutan yang
mengandung air akan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar
atau mudah meledak. Contoh bahan kimia ini adalah lithium, sodium,
potassium, calcium, anhidrit asam, asam pekat dan alkali pekat.
6
petugas laboratorium akan membuat dan menciptakan suatu system keselamatan
kerja. Selain itu perlu dipahami pula bagaimana proses terjadinya kebakaran,
bahan-bahan kimia apa saja yang mudah terbakar serta bagaimana cara
penanggulangannya secara benar. Aspek proteksi sudah bukan merupakan
paksaan yang harus dijalankan oleh petugas, namun harus menjadi budaya yang
mengakar sebagai kebutuhan dasar akan keselamatan kerja.
Ada perbedaan mendasar antara proteksi dan pencegahan. Kedua hal ini
memang berhubungan, namun berbeda. Dari perspektif pencegahan kebakaran,
dianggap bahwa sebuah insiden dapat terjadi dan diupayakan agar tidak terjadi.
Sistem proteksi beranggapan bahwa sesuatu insiden telah terjadi dan dengan
menggunakan taktik dan strategi, serta mengkoordinasikan sumber daya, dampak
insiden kepada jiwa manusia dan properti akan dapat diminimalisasi melalui
proteksi pasif, aktif dan pengendalian. Dalam konteks kebencanaan, maka konsep
ini dianalogikan dengan mitigasi dan pengurangan resiko. Dalam konsep
manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), maka konsep ini
dianalogikan dengan manajemen resiko Hazard Identification Risk Assessment
Risk Control (HIRARC).
7
2.3 Rencana tanggap darurat
Kecelakaan skala kecil atas suatu daerah tunggal atau satu sumber saja
Kerusakan asset atau luka korbannya terbatas
Praktikan yang bertugas dengan alat yang tersedia dibantu regu tanggap
darurat sudah cukup untuk menanggulanginya
8
b. Keadaan Darurat Tingkat II (Tier II)
9
Bagaimana memberikan pertolongan pertama pada orang yang terluka saat
terjadi darurat.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk pemulihan secara cepat.
Pelatihan simulasi darurat yang bertujuan untuk menilai kesiapan personil,
ketepatan prosedur dalam mengansipasi keadaan darurat dan keandalan
sarana darurat.
10
Perhatikan Alur berikut ini
11
Jenis keadaan darurat yang mungkin akan terjadi baik bahaya
internal maupun external.
Pertimbangan keadaan darurat seperti : Kebakaran. Ledakan,
Ancaman Bom, Bencana alam, seperti banjir, gempa dll
12
Penyusunan organisasi didasarkan atas kondisi struktur organisasi yang
sudah ada (kondisi normal) secara prinsip bahwa organisasi ini hanya berjalan
pada kondisi darurat.
13
Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan?
14
d. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci
bagian yang mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila
memungkinkan).
e. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
f. Bawa ketempat yang cukup oksigen.
g. Hubungi paramedis secepatnya (dokter, rumah sakit).
2) Kebakaran:
a. Jangan panik.
b. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.
c. Beritahu teman anda.
d. Hindari mengunakan lift.
e. Hindari mengirup asap secara langsung.
f. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan
dikunci).
g. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
h. Hubungi pemadam kebakaran.
Bahan kimia yang mudah terbakar yaitu bahan – bahan yang dapat memicu
terjadinya kebakaran. Terjadinya kebakaran biasanya disebabkan oleh 3 unsur
utama yang sering disebut sebagai segitiga API :
Keterangan :
A : Adanya bahan yang mudah terbakar
P : Adanya panas yang cukup
I : Adanya ikatan Oksigen di sekitar bahan
Jenis – jenis atau kelas-kelas kebakaran atau penyebab terjadinya api supaya
jenis APAR yang dipergunakan efektif dalam mengendalikan kebakaran tersebut.
Berikut ini adalah kelas-kelas kebakaran :
Kebakaran Kelas A
15
adalah APAR jenis cairan (water), APAR jenis busa (foam) dan APAR jenis
tepung kimia (dry powder).
Kebakaran Kelas B
Kebakaran Kelas C
Kebakaran Kelas D
Kebakaran Kelas K
16
3) Tertelan bahan kimia :
1. Jika penderita muntah-muntah, beri minum air hangat agar muntah terus dan
mengencerkan racun dalam perut.
2. Jika korban tidak berhasil masukkan jari ke dalam tenggorokan korban agar
muntah.
3. Jika korban pingsan, pemberian sesuatu lewat mulut dihindarkan.
4. Segera bawa korban ke dokter/rumah sakit.
4) Tersengat listrik
1. Segera bertindak dengan mematikan aliran listrik. Cabut steker,atau matikan
sekring/MCB pusat.
2. Kemudian minta seseorang untuk mencari bantuan,memanggil
ambulans,atau pertolongan lain.
3. Jauhkan penderita dari sumber listrik. Untuk dapat memegang penderita
tanpa kesetrum anda memerlukan benda yang tidak bisa mengantarkan
listrik. Gunakan misalnya, sarung tangan karet yang kering (air juga dapat
mengantarkan listrik), atau tongkat sapu.
4. Setelah itu, segera pindahkan korban ke tempat aman serta bersirkulasi
udara lancar.
5. Baringkan korban lalu evaluasi kesadaran penderita apakah sadar atau tidak.
6. Periksa denyut nadi di lehernya. Jika tidak ada tanda-tanda setelah 5 detik,
tekan dadanya sebanyak 5 kali dengan kedua telapak tangan. Periksa
lagi,jika tetap tidak ada. Ulangi.
7. Lakukan pernapasan buatan, jika diperlukan.
8. Bila penderita masih bernapas dengan normal baringkan penderita dengan
memiringkan penderita ke sisi kanan, tangan kiri penderita letakkan di pipi
kanan. Hal ini dilakukan supaya penderita bisa bernapas spontan.
17
hidrogen sulfida, fosgen, hidrogen sianida adalah bahan kimia gas yang sangat
beracun.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesiapan tanggap darurat (emergency plan) adalah kesiapan pada semua
fasilitas laboratorium, daerah laboratorium dan manusia yang terlibat di dalamnya.
Macam-Macam keadaan darurat seperti kebocoran bahan kimia, keadaan darurat
medis, dan kebakaran & ledakan karena bahan kimia.
Yang termasuk kegiatan tanggap darurat antara lain:
Tindakan penyelamatan penghuni bangunan dan aset laboratorium.
Evakuasi penghuni bangunan dan penyelamatan korban.
Pemberian pertolongan pertama
Yang perlu diperhtikan dalam kesiapan tanggap darurat adalah 9 tahapan
penyusunan prosedur tanggap darurat kebakaran dan implementasinya. Dan ada
cara-cara penanggulangan keadaan darurat pada saat terkena bahan kimia,
kebakaran, dan gempa bumi. Kepala laboratorium, asisten, maupun pratikan harus
mengetahui cara menghadapi keadaan darurat.
3.2 Saran
Dari makalah ini, maka penulis menyarankan agar pembaca lebih dapat
memahami tentang perencanaan tanggap darurat, terutama bagi yang kegiatan
kesehariannya berada di laboratorium, seperti praktikum atau melakukan suatu
penelitian, karena di dalam laboratorium kimia begitu banyak bahan-bahan
berbahaya sehingga pembaca haru memahami bagaimana cara penanganan darurat
jika terjadi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Nedved, M., dan Imam khasani, S.1991. Dasar-dasar Keselamatan Keraj Bidang
Kimia dan Pengendalian Bahaya Besar, ILO. Jakarta.
20