Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kebaikan-Nya, karena atas rahmat dan berkat-Nya makalah yang berjudul
Menghitung Kebutuhan Alat Berat Sesuai dengan Volume Pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik.

Makalah praktik kerja lapangan industri ini disusun dengan melewati beberapa
tahapan yang melibatkan beberapa pihak sebagai pendukung. Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam
proses penyusunan laporan ini.
Demikian, jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Pembaca dapat
memberi saran atau kritik yang berguna untuk menyempurnakan makalah ini.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekerjaan tanah dalam suatu proyek pembangunan gedung merupakan salah satu
bagian yang sangat vital. Pekerjaan tanah di sini meliputi pekerjaan galian, timbunan,
pengangkutan, dan pemadatan tanah. Pada umumnya pekerjaan tanah dikerjakan
dengan bantuan alat berat. Pekerjaan tanah dalam skala kecil seringkali dilakukan
dengan cara manual atau dengan menggunakan tenaga manusia. Cara ini masih banyak
dijumpai terutama dalam pekerjaan yang berorientasi padat karya atau dengan maksud
proyek tersebut dapat mempekerjakan sebanyak mungkin tenaga kerja. Sehinga
masalah efisiensi waktu dan efisiensi kegiatan pekerjaan bukan merupakan prioritas
utama. Namun bila skala pekerjaan cukup besar dan membutuhkan kecepatan dalam
pelaksanaan pekerjaan, maka pekerjaan tanah tersebut dilakukan dengan cara mekanis
atau dengan kata lain menggunakan bantuan tenaga mesin atau peralatan mekanis
lainnya (alat-alat berat) . Tujuan dari penggunaan alat - alat berat tersebut adalah untuk
memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat.
Manajemen alat berat sangat diperlukan, sehingga dapat menunjang kelancaran dari
pekerjaan tersebut. Sasaran dari manajemen alat berat yang merupakan bagian dari
manajemen proyek terdiri dari tiga faktor, yaitu ; faktor waktu, mutu, dan biaya. Dalam
hal ini yang diterapkan dalam manajemen alat berat adalah mengenai pemilihan,
pengaturan, dan pengendalian alat berat yang digunakan dalam suatu proyek.
Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan faktor yang sangat penting dalam
keberhasilan suatu proyek. Alat berat yang dipakai haruslah tepat sehingga proyek
dapat berjalan lancar. Kesalahan di dalam pemilihan alat berat dapat mengakibatkan
manajemen pelaksanaan proyek menjadi tidak efektif dan efisien. Dengan demikian
keterlambatan penyelesaian proyek dapat terjadi yang menyebabkan biaya akan
membengkak. Produktivitas yang kecil dan tenggang waktu yang dibutuhkan untuk
pengadaan alat lain yang lebih sesuai merupakan hal yang menyebabkan biaya yang
lebih besar. Dalam hal ini penulis meninjau dari segi aspek produktivitas alat berat
yang digunakan pada proyek pembanguan pabrik precast disentul dibatasi pada jenis
alat berat yaitu Excavator, Dump truck , Bulldozer serta Vibro/Vibration Roller.

B. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui jumlah kebutuhan
alat berat yang di pergunakan dilapangan pada pekerjaan sesuai dengan volume
pekerjaan.

C. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Ruang lingkup permasalahan dalam penulisan makalah ini dibatasi, yaitu :


 Tinjauan hanya menghitung jumlah kebutuhan alat berat.
 Alat-alat berat yang ditinjau Excavator, Dump truck, Bulldozer dan
Vibro/Vibration Roller
BAB II
PEMBAHASAN

A. Produksi Durasi Pekerjaan


Dalam menentukan durasi suatu pekerjaan maka hal-hal yang perlu diketahui
adalah volume pekerjaan dan Produktivitas alat tersebut. Produktivitas alat bergantung
pada kapasitas dan waktu siklus alat. Dasar untuk mencari Produktivitas alat adalah:
kapasitas alat
Produktivitas =
CM
Untuk memperoleh cycle time (CM) diperlukan sebagai berikut:
𝐶𝑚 = 𝑇𝐿 + 𝑇𝐻 + 𝑇𝐷 + 𝑇𝑅 + 𝑇𝑊
Dimana :
Cm = siklus waktu (cycle time) (detik)
TL = waktu pemutaran (detik)
TH = waktu pengangkutan (detik)
TD = waktu menumpahkan (detik)
TR = waktu kembali (detik)
TW = waktu menunggu (detik)

Untuk menghitung jumlah alat-alat lainnya gunakan:


𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡 =
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑙𝑎𝑡

Setelah jumlah masing-masing alat diketahui maka selanjutnya perlu dihitung durasi
pekerjaan alat-alat tersebut. Salah satunya cara dengan menentukan berapa
Produktivitas total alat setelah dikalikan jumlahnya. Kemudian dengan menggunakan
Produktivitas jumlah alat maka durasi dapat dicari dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 =
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
B. Sifat Kembang Susut Tanah

Volume dan kerapatan tanah secara umum mengalami perubahan-perubahan


yang cukup besar apa bila tanah itu digali, diangkut, diletakan, dan dipadatkan. Karena
adanya perubahan volume pada kondisi tersebut, maka perlu diketahui dan ditetapkan
adanya volume ditempat aslinya, dalam keadaaan lepas dan setelah dipadatkan, yang
dimaksud dengan kembang susut tanah adalah perubahan baik berupa penambahan
atau pengurangan volume tanah setelah diolah atau diubah dari bentuk asalnya.
Volume pekerjaan tanah umumnya diukur dalam tiga kondisi:
a. Kondisi asli (Bank Cubic Meter/BCM), ukuran alam yaitu keadaan tanah
yang masih sesuai dengan kondisi asli alamnya. Dalam keadaan ini butiran-
butiran tanah masih terkonsolidasi dengan baik.
b. Kondisi lepas (Loose Cubic Meter/LCM), yaitu kondisi tanah sesudah
mengalami gangguan atau telah tergali, misalnya keadaan tanah didepan
dozer blade di atas dump truck dan didalam bucket. Tanah yang telah tergali
dari tempat asalnya ini akan mengalami perubahan volume, yaitu ngalami
pengembangan. Hal ini diakibatkan oleh adanya penambahan rongga udara
butir-butir tanah, sehingga volumenya menjadi besar. Besarnya
penambahan volume tergantung dari faktor kembang tanah (swelling factor)
yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanah. Volume dalam keadaan lepas
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

𝐿𝐶𝑀 = 𝐵𝐶𝑀 + (% 𝑆𝑊𝐸𝐿𝐿 𝑥 𝐵𝐶𝑀)


Dengan,
LCM = Volume dalam kondisi lepas (m3)
BCM = Volume dalam kondisi asli (m3)
SWELL = Faktor kembang tanah (%)
Tabel 2.1. Faktor Kembang Pada Beberapa Jenis Tanah
Faktor
Jenis Tanah
SWELL
Pasir 5-10 (%)
Tanah Permukaan 10-25 (%)
(top soil)
Tanah biasa 20-45 (%)
Lempung (clay) 30-60 (%)
Batu 50-60 (%)
Sumber : Sjachdirin M, dkk, 1998

c. Kondisi padat (Solid Measure/SM), yaitu kondisi tanah setelah ditimbun


kembali dan diadakan usaha pemadatan. Perubahan volume pada keadaan
ini terjadi karena adanya penyusutan rongga udara diantara partikel-partikel
tanah tersebut. Besarnya volume dalam keadaan padat ini tergantung dari
jenis tanah. Kadar air tanah dan usaha pemadatan. Dalam perhitungan
produksi, tanah yang digusur, dimuat dan digelar dalam kondisi lepas.
Untuk menghitung perubahan volume pada kondisi lepas dari bentuk
aslinya atau ke bentuk padat setelah dipadatkan perlu dikalikan faktor
kembang maupun faktor susut. Nilai dari faktor-faktor tersebut dapat dicari
dengan menggunakan persamaan berikut ini.

𝐵−𝐿
𝑆𝑤 = 𝑥 100 %
𝐿
𝐶−𝐵
𝑆ℎ = 𝑥 100 %
𝐶
Dimana:
Sw = faktor kembang (%)
Sh = faktor susut (%)
B = kerapatan tanah asli (kg/m3)
L = kerapatan tanah lepas (kg/m3)
C = kerapatan tanah padat (kg/m3)
C. Efisiensi Kerja
Produktivitas kerja dari suatu alat yang diperlukan merupakan standard dari alat
tersebut bekerja dalam kondisi ideal dikalikan suatu faktor dimana faktor tersebut
merupakan faktor efisiensi kerja (E). Efisiensi sangat tergantung kondisi kerja dan
faktor alam lainnya seperti keadaan topografi, keahlian operator, pemilihan standard
perawatan dan lain-lain yang berkaitan dengan pengoperasian alat. Pada kenyataan
yang sebenarnya sulit untuk menentukan besarnya efisiensi kerja tetapi berdasarkan
pengalaman-pengalaman dapatlah ditentukan faktor efisiensi yang mendekati
kenyataan.
Kondisi kerja tergantung dari hal-hal berikut :
1. Apakah alat sesuai dengan topografi yang ada
2. Kondisi dan pengaruh lingkungan seperti ukuran medan dan peralatan
3. Pengaturan kerja dan kombinasi kerja antara peralatan dan mesin
4. Metode operasional dan perencanaan persiapan kerja
5. Pengalaman dan kepandaian operator dan pengawas untuk pekerjaan
tersebut
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan alat adalah :
1. Penggantian pelumas atau grease (gemuk) secara teratur
2. Kondisi peralatan pemotong (blade, bucket, bowl)
3. Persediaan suku cadang yang sering diperlukan untuk alat yang
bersangkutan.

D. Efisiensi Operator
Faktor manusia sebagai operator alat sangat sukar ditentukan dengan tepat,
sebab selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu, bahkan dari jam ke jam, tergantung
pada keadaan cuaca, kondisi alat yang dikemudikan, suasana kerja dan lain-lain.
Biasanya memberikan perangsang dalam bentuk bonus dapat mempertinggi efisiensi
operator alat.
Dalam kerja seorang operator tak akan dapat bekerja secara penuh, sebab selalu
ada hambatan-hambatan yang tak dapat dihindari seperti pergantian komponen yang
rusak, memindahkan alat ke tempat lain, dan sebagainya. Pada Tabel 2.4 di bawah ini
diberikan beberapa nilai efisiensi operator.

E. Pengenalan Alat
Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat faktor
yang mempengaruhi Produktivitas alat, yaitu efisiensi alat. Efektifitas alat bergantung
pada beberapa hal berikut:
1. Kemampuan operator pemakaian alat
2. Pemilihan dan pemeliharaan alat
3. Perencanaan dan pengaturan letak alat
4. Topografi dan volume pekerjaan
5. Kondisi cuaca
6. Metode pelaksanaan alat

F. Klasifikasi Alat
Alat berat dapat dikategorikan ke dalam beberapa klarifikasi. Klarifikasi tersebut
adalah klarifikasi alat berat dan klarifikasi operator alat berat.

G. Klasifikasi Fungsional Alat Berat


Klarifikasi fungsional adalah pembagian alat berdasarkan fungsi-fungsi utama
alat. Berdasarkan fungsi alat berat dapat dibagi sebagai berikut :
1. Alat penggali, sepeti excavator, front shovel, backhoe, dragline, dan
clamshell.
2. Alat pengangkut material, seperti balt truck dan wagon.
3. Alat pemindah material. Seperti loader dan dozer.
4. Alat pemadat, seperti tamping roller, pneumatic-tired roller, compactor,
dan lain-lain.
H. Klasifikasi Operasional Alat Berat
Alat-alat berat dalam pengoprasiannya dapat dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lain atau tidak dapat digerakan (statis). Jadi klarifikasi alat berdaasarkan
penggerakanya dapat dibagi menjadi berikut :
a. Alat dengan penggerak, seperti crawler atau roda kelabang dan ban karet.
b. Alat statis, seperti tower crane, batching plant, dan crasher plant.

I. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat berat

Pemiihan alat berat yang tepat pada tahap peracanaan merupakan faktor penentu.
Tidak semua jenis alat berat dapat digunakan unutk setiap tahap konstruksi. Kesalahan
pemilihan alat berat dapat berakibat terlambatnya pelaksanaan proyek yang
mengakibatkan membengkaknya biaya konstruksi. Untuk itu pengetahuan atas fungsi
dan spesifikasi alat berat memegang peranan penting dalam pemeliharan alat berat
yang benar-benar tepat.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan alat berat antar lain:
1. Fungsi yang akan dilaksanakan, alat berat yang digunakan disesuaikan
dengan funginya terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Kapasitas peralatan, kesesuaian kapasitas pekerjaan dengan kapasitas alat
merupakan hal yang penting untuk meminimalisir biaya konstruksi.
3. Cara pengoperasian, alat berat disesuaikan dengan mobilitas (arah gerak,
kecepatan, siklus gerak dll) yang telah ditetapkan.
4. Ekonomi, pemilihan alat juga harus mempertimbangkan biaya investasi
atau sewa, biaya operasional, dan biaya pemeliharaan.
5. Jenis proyek, pada jenis proyek yang berbeda, akan digunakan jenis alat
berat yang berbeda pula.
6. Lokasi proyek, lokasi proyek juga akan mempengaruhi pemilihan alat
berat yang digunakan.
7. Jenis dan kekuatan tanah, kekuatan tanah serta jenis tanah yang akan
diolah juga mempengaruhi pemilihan alat berat yang digunakan.
8. Kondisi lapangan, kondisi lapangan yang sulit akan berbeda dengan
kondisi lapangan yang standar dalam pemilihan alat.

J. Analisa Beban dan Tenaga


Analisa ini penting dipelajari dengan mengetahui analisis beban dan tenaga alat
yang digunakan maka dapat diketahui tingkat kemampuan dan kecepatan optimal alat
tersebut. Tahapan-tahapan analisis yang dilakukan adalah:
1. Menentukan beban total mesin/alat.
2. Menentukan tenaga yang tersedia atau kombinasi draw bar pull dengan
kecepatan.
3. Menentukan traksi kritis mesin untuk menentukan tenaga tarik yang
digunakan.
4. Membandingkan beban terhadap tenaga tarik yang digunakan saat
pemilihan gigi/pergantian gigi.
5. Mengadakan koreksi tenaga yang tersedia, apabila mesin beroprasi pada
ketinggian tertentu.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan dan pemakaian alat berat adalah :


1. Tenaga yang tersedia
2. Faktor pembatas tenaga
3. Beban/hambatan mesin

K. Macam-macam Alat Berat pada Proyek Konstruksi


Pada setiap proyek atau pekerjaan ada keunikan dimana tidak semua alat berat
perlu dipakai di proyek tersebut. Jenis-jenis proyek yang pada umumnya
menggunakan alat berat adalah proyek gedung, pelabuhan, jalan, dam, irigasi, dan lain-
lain.
a. Proyek Gedung
Alat berat yang umum dipakai di dalam proyek gedung adalah
 pemancang tiang (pile driving),
 alat penggali excavator yang digunakan untuk penggalian basement,
 crane untuk pemindahan material secara vertikal,
 truck untuk pengangkutan material secara horizontal,
 Concrete mixer truck sebagai pengangkut campuran beton.
 Alat pemadat juga sering digunakan untuk memadatkan tanah di
sekitar basement dan lain-lain.

b. Proyek jalan
Proyek jalan pada umumnya mengunakan alat gali, truck, dozer, grader, alat
pemadat, loader, dan lain-lain. Alat gali digunakan untuk menggali saluran disekitar
badan jalan. Bulldozer berfungsi untuk mengupas tanah dan grader untuk membentuk
permukaan tanah. Loader digunakan sebagai pemuat tanah ke dalam truck. Untuk jalan
dengan pekerasan lentur digunakan asphalt mixing plant yang berfungsi untuk
mencampurkan bahan campuran aspal yang kemudian disebarkan, diratakan, dan
dipadatkan dengan mengunakan asphalt finisher. Sementara itu, untuk pekerasan kaku
beton diolah dengan mengunakan concrete bacthing plant yang kemudian dipindahkan
dengan mengunakan truck mixer.

L. Koordinasi Alat-alat Berat yang Digunakan

a. Excavator atau backhoe


Excavator/backhoe termasuk alat penggali hidraulis memiliki bucket yang
dipasang di depannya, yang dimaksud dengan alat penggali hidraulis adalah alat yang
bekerja karena adanya tekanan hidraulis pada mesin di dalam pengoprasiannya. Alat
penggeraknya adalah traktor dengan roda ban atau crawler. Backhoe bekerja dengan
cara mengerakan bucket ke arah bawah dan kemudian menariknya menuju badan alat.
Dengan demikian dikatakan bahwa backhoe menggali material yang berada di
bawah permukaan tempat alat tersebut berada. Pada perhitungan dalam mencari
Produktivitas backhoe dipakai:
𝑞 𝑥 3600 𝑥 𝐸
𝑄= . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 2.1. )
𝐶𝑀

𝑞 = 𝑞𝑙 𝑥 𝑘 . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2. )
Dimana :
Q = Produktivitas per jam (m3/jam)
q = Produktivitas per siklus (m3)
q1 = kapasitas penuh bucket backhoe (m3)
k = faktor bucket
Cm = waktu (detik)
E = efisiensi kerja

b. Dump truck
Alat pengangkut atau lebih sering disebut dump truck mempunyai fungsi untuk
mengangkut material seperti tanah, pasir, batuan untuk proyek konstruksi. Pemilihan
jenis pengangkutan bergantung pada kondisi lapangan, volume material, waktu dan
biaya.kapasitas bak penampung truck terdiri dari struck capacity (kapasitas peres) dan
heaped capacity (kapasitas menunjang). Struck campacity adalah kapasitas alat yang
muatannya mencapai ketinggian dari bak penampung. Jenis material yang lepas
dengan daya letak rendah seperti pasir dan krikil umumnya tidak bisa menggunung,
jadi pengangkutannya dalam kapasitas peres. Heaped capacity adalah kondisi muatan
mencapai ketinggian lebih dari ketinggian bak. Karena tanah liat mempunyai daya
lekat antar butir yang cukup besar maka kapasitas pengangkutan tanah liat dapat
mencapai kapasitas.
Untuk menghitung jumlah produksi per jam dari dump truck yang melakukan
pekerjaan secara terus menerus digunakan sebagai berikut:
𝑞 𝑥 60𝑥 𝐸
𝑄= . . . . . . . . . . . . . . . . … … . ( 2.3. )
𝐶𝑀
Dimana untuk mencari nilai c maka digunakan :
𝐶 = 𝑞 𝑥 𝑘. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4. )
Keterangan :
Q = Produktivitas (m3/jam)
C = Produktivitas per siklus
E = efisiensi kerja dump truck
Cm = waktu siklus dump truck (min)
M = jumlah dump truck yang bekerja
q = kapasitas bucket
k = faktor bucket
Untuk menghitung cycle time dibutuhkan beberapa perhitungan terlebih dahulu
seperti:
waktu muat (TL)
𝐶𝑑
𝑇𝐿 = 𝑥 𝑘 𝑥 𝐶𝑚. . . . . . . . . . . . . . . . . ( 2.5. )
𝑞𝑙
Dimana:
Cm = siklus waktu (cycle time)
Cd = kapasitas damp truck (m3)
ql = kapasitas bucket alat pemuat (m3)
K = faktor kapasitas bucket

waktu tempuh
𝐷
𝑇𝐻 = . . . . . . . . . . . . . . … … … … . . . ( 2.6. )
𝑉1
Dimana:
D = jarak angkut (meter)
V1 = kecepatan rata-rata saat muatan penuh (menit)

waktu bongkar muat (TD)


Dimana bisa diperkirakan dan ini tergantung dari lokasi penumpahan.

waktu untuk kembali (TR)


𝑇𝐻 = 𝐷/𝑉2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 2.7. )
Dimana:
D = jarak angkut (meter)
V2 = kecepatan kembali saat muatan kosong
(menit)
Beberapa pertimbangan (keuntungan dan kerugian) yang harus diperhatikan dalam
pemilihan ukuran truk adalah sebagai berikut :
Truck kecil
Beberapa pertimbangan penting untuk menentukan pemilihan truck besar atau
truck kecil yang akan digunakan antara lain :
1. Lebih lincah dalam beroperasi.
2. Lebih mudah mengoperasikannya.
3. Lebih fleksibel terhadap jalan kerja lebih sederhana.
4. Penyesuaian terhadap kemampuan backhoe lebih mudah
5. Jika salah satu truck dalam unit angkut tidak bekerja, tidak ada masalah
terhadap total produksi.
6. Lebih banyak supir operatornya.

Truck besar
Keuntungan yang didapat dengan menggunakan truck berukuran besar adalah
sebagai berikut :
1. Untuk kapasitas yang sama dengan truck kecil, jumlah unit truck besar
lebih sedikit.
2. Sopir atau crew yang digunakan lebih sedikit.
3. Cocok untuk angkutan jarak jauh.
4. Pemuatan dari backhoe lebih mudah sehingga waktu yang diperlukan lebih
sedikit.
5. Waktu yang dibutuhkan damp truk untuk mengambil posisi dimuat
kembali (TW), dimana bisa dipekirakan dan ini tergantung dari lokasi
pemuatan.

c. Bulldozer
Dalam melaksanakan pekerjaan pemindahan tanah mekanis dengan
mengunakan alat-alat berat. Bulldozer adalah suatu alat dimana traktor menjadi alat
penggerak sekaligus juga tempat dudukan alatnya. Kadang-kadang bulldozer juga
disebut traktor yang diberikan suatu alat tambahan yang berupa pisau pendorong.
Berdasarkan bladenya dozer dapat dibagi menjadi :
1. Universal blade (U-Blade)
Universal Blade pada umumnya digunakan untuk keperluan reklamasi tanah
(land reclamation) dan pekerjaan penyediaan bahan (stock pile work). Hal ini
dimungkinkan karna bentuk blade aga melengkung sehingga bulldozer dapat
mendorong muatan lebih banyak, cocok untuk mendorong tanah non kohesif.
2. Stright Blade (S-Blade)
Blade ini paling cocok untuk digunakan di segala macam medan (heavy duty
blade)banyak di gunakan untuk mendorong material cohesive, penggalian
struktur dan penimbunan dengan memiringkan blade, ujung blade dapat
berfungsi untuk menggali tanah keras atau boulder dan lain-lain.
3. Angling Blade (A-Blade)
Angle blade biasanya digunakan untuk membuang muatan kesamping,
pembukan jalan perintis, menggali saluran. Sangat efektif untuk pekerjaan side
hill cut atau back filling.
4. Cushion Blade (C-Blade)
Blade ini dilengkapi dengan rubber cushion atau bantalan karet untuk
meredam tumbukan. Biasanya blade ini digunakan untuk pemeliharaan jalan
dan pekerjaan dozing lainnya.
Untuk menghitung jumlah produksi per jam dari bulldozer yang melakukan
pekerjaan secara terus menerus digunakan sebagai berikut:
𝑞 𝑥 60 𝑥 𝐸 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
𝑄= . . . . . . . . . . . (2.8)
𝐶𝑚
Produksi per siklus
Produksi kerja bulldozer pada saat penggusuran adalah sebagai berikut :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑞) = 𝐿 𝑥 𝐻 2 𝑥 𝑎. . . . . . . . . … . . . . ( 2.9)
Dimana :
L = lebar blade/ sudut (m/yd)
H = tinggi blade (m)
a = faktor blade
Untuk menghitung Produktivitas standar dari bulldozer, volume tanahyang
dipindahkan dalam satu siklus dianggap sama dengan lebar sudu x (tinggi sudut)². Pada
kenyataannya dilapangan produksi persiklus akan berbeda-beda tergantung dari jenis
tanah sehingga faktor sudu perlu disesuaikan karena pengaruh tersebut.
Waktu siklus
𝑐𝑚 = 𝐷𝐹 𝑥 𝐷𝑅 + 𝑍 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) … … … . (2.10)
Dimana :
D = jarak angkut/gusur (meter)
F = kecepatan maju (m/menit)
R= kecepatan mundur (m/menit)
Z= waktu ganti persnelling (menit)
Kecepatan maju berkisar antara 3-5 km/jam dan kecepatan mundur berkisar antara 5-
7 km/jam. jika menggunakan mesin dengan torqflow, kecepatan maju diambil 75%
maksimum, dan mundur 85% kecepatan maksimum.

d. Vibration Roller
Vibro atau vibration roller adalah salah satu alat berat yang berfungsi sebagai
alat pemadat, dimana cara pemadatan vibration roller adalah dengan menggunakan
efek getaran sangat cocok digunakan pada jenis tanah pasir atau kerikil berpasir.
Efisiensi pemadatan yang dihasilkan sangat baik, karena adanya gaya dinamis
terhadap tanah. Butir-butir tanah cenderung akan mengisi bagian-bagian yang kosong
yang terdapat diantaranya butir-butiranya. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pemampatan dengan vibration roller ialah frekuensi getaran, amplituda dany gaya
sentrifugal.
Untuk menghitung produksi perjam vibration roller dapat dihitung dengan
rumus:
𝑄= 𝑊 𝑥 𝑉 𝑥 𝐻 𝑥 1000 𝑥 𝐸𝑁 ………(2.11)
Dimana :
Q = Produksi vibration roller (m3/jam)
W = Lebar pemadatan efektif tiap pass (m)
E = Efisiensi Kerja
V = Kecepatan Operasi (Km/Jam)
H = Tebal Pemadatan untuk 1 lapis (m)
N = Jumlah Pas Untuk Pemadatan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum pemilihan dan penentuan kebutuhan alat berat adalah berdasarkan
tiga hal:
a. Berapa volume pekerjaan yang harus dikerjakan?
b. Berapa kapasitas dan jumlah unit alat berat tersebut?
c. Berapa lama waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut?

Volume yang dihitung berdasarkan gambar rencana konstruksi, tetapi untuk


menentukan kebutuhan kapasitas dan jumlah serta waktunya kita harus melihat
bagaimana kondisi yang ada.

B. Saran
Pengelolaan dan pemanfaatan alat berat yang lebih baik dapat mempercepat
target waktu yang diharapkan dan dapat menekan biaya lebih efisien, hal ini didukung
oleh:
1. Ketepatan dalam memilih alat berat sesuai dengan bidang pekerjaan yang
dikerjakan.
2. Menaikkan angka produktivitas alat berat tersebut atau menaikkan jam
kerja alat berat.
3. Mengkombinasi atau menambah alat berat.
4. Produktivitas alat berat yang tinggi harus sebanding dengan upah yang
diberikan kepada tenaga atau operator yang bekerja.
5. Kondisi alat berat yang baik.
6. Operator yang berpengalaman dalam mengendalikan alat berat
DAFTAR PUSTAKA

Wilopo, Djoko. 2009. Metode Konstruksi dan Alat-alat Berat. Jakarta: Universitas
Indonesia Press

Rochmanhadi, 1982. Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Jakarta: Departemen


Pekerjaan Umum.

Anda mungkin juga menyukai