Anda di halaman 1dari 11

PRE PLANNING

PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU KESEHATAN LANSIA TENTANG INSOMNIA


PADA PENERIMA MANFAAT
DI BALAI REHABILITASI SOSIAL EKS PENYALAHGUNA NAPZA MANDIRI
UNIT PELAYANAN LANJUT USIA PUCANG GADING SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan Gerontik
Pembimbing Akademik :
Pembimbing Klinik : Syaifuddin Supriyanto, S.IP

Disusun oleh:

Christina Aprilia Purba

22020113140063

Kelompok II

A.13.1

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia atau yang biasa disebut lanjut usia adalah suatu proses alami ysng
ditentukan oleh Tuhan Yang Esa, semua orang akan mengalami proses menjadi tua
dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir dimana seseorang
mengalami kemunduran fisik,mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).
Lanjut usia adalah setiap warga Negara Indonesia pria atau wanita yang telah
mencapai usia 60 tahun keatas, baik potensial maupun tidak potensial. (UU no.13
1998). Sedangkan menurut Stanley (2007) seseorang memasuki usia lanjut ketika
berusia 60 tahun atau 65 tahun. Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal
dan fisik, yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup (Darmojo,
2004) sehingga dapat disimpulkan lansia adalah seseorang yang telah berusia 60
tahun ke atas yang disertai dengan menurunnya kemampuan akal dan fisik.
Sedangkan lansia menurut WHO (World Health Organization) mengklasifikasikan
lansia menjadi beberapa, yaitu : lanjut usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun,
lansia (elderly) 60-70 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very
old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2008). Pada lansia sering mengalami penurunan
fungsi tubuh yang dapat menimbulkan berbagai masalah seperti gangguan tidur
(insomnia). Menurut Oliveira (2010), perubahan tidur yang mempengaruhi kualitas
tidur dan berhubungan dengan proses penuaan antara lain peningkatan latensi
tidur,penurunan efisiensi tidur,bangun lebih awal,mengurangi tahapan tidur nyenyak
dan gangguan irama sirkardian,peningkatan tidur siang. Selain itu, jumlah waktu
yang diperlukan untuk tidur lebih dalam menurun, lansia juga merasa sulit untuk
tertidur dan tetap tidur.
Pengertian penyakit insomnia adalah keluhan tidur yang paling umum di
kalangan orang Indonesia, Hal ini dapat berupa akut, berlangsung satu sampai
beberapa malam, atau kronis, bahkan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.
Ketika insomnia berlangsung selama lebih dari sebulan itu dianggap kronis. Insomnia
umumnya dipisahkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Insomnia Transient - terjadi ketika gejala berlangsung dari beberapa hari
sampai beberapa minggu
b) Insomnia akut - juga disebut jangka pendek insomnia. Gejala menetap selama
beberapa minggu
c) Insomnia kronis - jenis ini berlangsung selama setidaknya bulan, dan bahkan
bertahun-tahun.
Gangguan tidur pada lansia ini di sebabkan oleh banyak faktor penyebab, baik itu
faktor fisik, psikologis, maupun mental. Ganggun tidur pada lansia bisa berupa
gangguan kesulitan tidur ataupun gangguan mempertahankan waktu tidur nyenyak.
Penyebab insomnia pada orang tua adalah multifaktorial, seperti faktor biologis dan
faktor komorbid yang menyebabkan insomnia pada usia lanjut.

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah


insomnia pada lansia adalah dengan senam yoga. Menurut (Pangkalan 2008) dalam
jurnal berjudul pengaruh pemberian senam yoga untuk mengurangi insomnia pada
lanjut usia, melakukan yoga secara umum merupakan cara yang baik untuk
mengatasi insomnia. Latihan yoga membantu mengalahkan stress yang merupakan
penyebab utama gangguan tidur, yoga menurunkan aktivitas tubuh dan pikiran yang
akhirnya akan mendorong kita untuk tidur. Gerakan senam yoga juga terdapat unsur
koordinasi, dimana tercipta kerjasama antara susunan syaraf pusat dengan otot
dalam bentuk gerakan tertentu. Pelatihan senam yoga dapat memunculkan keadaan
tenang dan rileks dimana gelombang otak mulai melambat semakin melambat
akhirnya membuat seseorang dapat beristirahat dan tertidur. Kondisi inilah yang
akan mempengaruhi terjadinya penurunan tingkat insomnia pada lansia. Pada saat
dilakukan pre test dan post test terlihat terjadi penurunan tingkat insomnia. Hasil
observasi terhadap lansia sebelum diberi senam yoga menunjukkan bahwa
responden sering terbangun pada waktu tidur malam.
1.2 data yang perlu dikaji
Pemenuhan kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda, terutama pada usia lanjut
yang lebih sering mengalami gangguan istirahat tidur. Menurut Lueckenotte (2000),
Kozier (2004), dan Perry Potter (2005) beberapa faktor yang mempengaruhi istirahat
tidur antara lain lingkungan, respon terhadap penyakit, gaya hidup, dan depresi, stress
emosi, pengaruh makanan dan obat-obatan.
1. Usia
Orang yang berbeda memiliki kebutuhan tidur yang berbeda, tetapi
kebanyakan orang dewasa dari segala usia membutuhkan sekitar delapan jam tidur
malam untuk merasa istirahat. Dan penuaan
menyebabkan perubahan yang dapat mempengaruhi pola tidur. Pada
usia lanjut proporsi waktu yang dihabiskan dalam tidur tahap 3 dan
tahap 4 menurun, sementara yang dihabiskan di tidur ringan tahap 1
meningkat dan tidur menjadi kurang efisien.

2. Jenis kelamin
Perbedaan gender juga merupakan faktor yang mempengaruhi tidur
usia lanjut. Dimana wanita lebih sering terjadi gangguan tidur daripada
laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita sering mengalami depresi
dibanding laki-laki. Secara psikososial wanita lebih banyak mengalami
tekanan dari pada dengan laki-laki.

3. Lingkungan
Lingkungan fisik yang tenang memungkinkan usia lanjut untuk tidur lebih
nyenyak. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran,
kekerasan, dan posisi tempat tidur juga dapat mempengaruhi kualitas tidur pada
usia lanjut. Kebisingan dari staf atau penduduk, peralatan seperti peralatan
memasak atau televisi juga dapat mengakibatkan gangguan tidur pada usia lanjut
terutama penghuni panti jompo. Selain itu tingkat cahaya pada ruangan memiliki
efek pada pola tidur. Cahaya yang terang muncul menjadi kuat menbuat sinkronisasi
ritme srikandian dan langsung mempengaruhi pola tidur khususnya pada usia lanjut.
4. Gaya hidup
Gaya hidup hidup yang membosankan membuat usia lanjut cenderung lebih
banyak tidur. Tetapi ada juga yang tidak bisa tidur. Kelelahan dapat mempengaruhi
pola tidur, semakin tinggi tingkat kelelahan maka akan tidur semakin nyenyak yang
menyebabkan periode tidur REM lebih pendek. Gaya hidup usia lanjut yang
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein, alkohol,
dan penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan masalah tidur.

5. Depresi
Depresi yang dapat diartikan sebagai gangguan alam perasaan dapat
menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur pada usia lanjut. Para ahli
menunjukkan bahwa kombinasi dari dimensia dan depresi dapat menyebabkan
gangguan tidur yang lebih serius.

6. Respon terhadap penyakit


Seiring berjalannya proses penuaan pada usia lanjut maka respon terhadap
penyakit mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Sesak napas pada saat tidur,
pusing, ada gerakan kaki secara tidak sadar, ingin buang air kecil dan terutama
respon terhadap nyeri dan ketidaknyamanan yang dapat mengakibatkan gangguan
tidur pada usia lanjut. disebabkan oleh meningkatnya norepinefrin darah melalui
sistem saraf simpatis sehingga mengurangi tahap IV NREM dan REM. Gejala depresi
diantaranya hidup mersa bosan, berkurangnya pada hobi, kurangnya semangat
untuk hidup, merasa susah tidur setiap hari dan murung. Depresi dapat dibedakan
dalam tingkatan ringan, sedang dan berat.

7. Stres emosi
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu
tidur. Stres emosional membuat seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah
frustasi apabila tidak tidur. Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu
keras untuk tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur.
Stres yang berlanjut dapat menyababkan kebiasaan tidur yang buruk.
1.3 Masalah Keperawatan
Hasil pengamatan pada Tn. M tampak klien tidak mengikuti setiap kegiatan
yang ada di panti, tidak mengikuti senam, mengikuti rebanaan dan kewajibannya
sebagai seorang muslim yaitu tidak mengikuti bimbingan kerohanian, klien tidak mau
berinteraksi dengan teman satu wisma serta mengatakan sulit tertidur lelap. Pada
pengkajian menggunakan kuisioner PSQI (The Pittsburgh Sleep Quality Index)
didapatkan hasil bahwaskor GDS Tn. M adalah 13, yang berarti Tn. M mengalami
gangguan tidur yang buruk.

Masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn. M di Bangsal Dahlia Unit


Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang adalah insomnia.
BAB 2
RENCANA KEPERAWATAN

2.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pada hari Senin ( 29 Agustus 2016 ) dilakukan pengkajian pada Tn.M di Unit
Pelayanan Sosial Lansia Pucang Gading. Dari hasil pengamatan klien tampak tidak
pernah mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti, tidak mengikuti senam, mengikuti
rebanaan dan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu tidak mengikuti bimbingan
kerohanian, klien tidak mau berinteraksi dengan teman satu wisma serta mengatakan
sulit tertidur lelap. Menurut praktikan lain An. A mengatakan bahwa Tn.M selalu
berbaring ditempat tidur, tidak pernah sholat, aktivitas diluar ruangan, dll. Pada
pengkajian menggunakan kuisioner PSQI (The Pittsburgh Sleep Quality Index) didapatkan
hasil bahwaskor GDS Tn. M adalah 13, yang berarti Tn. M mengalami gangguan tidur
yang buruk. Saat dilakukan pengkajian pernyataan klien sering berubah – ubah dan
selalu mencoba menjawab pertanyaan secara positif.
Dari hasil pengkajian diatas kami mengambil diagnose keperawatan yaitu
Insomnia b/d Depresi sedang ( NANDA ; 00095 ( 2012 – 2015 ))

2.2 TUJUAN UMUM


Setelah dilakukan intervensi senam yoga pada Tn. M diharapkan masalah
insomnia Tn. M dapat berkurang atau teratasi.

2.3 TUJUAN KHUSUS


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 5 jam, diharapkan Tn. M tidak
mengalami gangguan tidur dengan kriteria hasil:
1. Tn. M dapat memenuhi kualitas dan kuantitas tidurnya dengan baik
2. Tn. M mengikuti kegiatan-kegiatan di Panti minimal 1 kali kegiatan dalam sehari
3. Tn. M berinteraksi dengan lansia lain atau petugas panti dan tidak hanya berbaring
ditempat tidur
4. Tn. M mau melakukan ibadah sesuai kewajibannya serta mengikuti bimbingan
kerohanian
BAB III
RANCANGAN KEGIATAN

1.1 Topik : senam yoga untuk mengatasi insomnia


1.2 Metode Pelaksanaan : Pendidikan kesehatan dan pelaksanaan senam yoga
1.3 Sasaran dan Target : Tn.M
1.4 Strategi Pelaksanaan :

1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan menyapa Tn.M beserta PM lainnya


2. Mahasiswa menjelaskan tujuan pelaksanaan acara
3. Mahasiswa melakukan pendidikan kesehatan tentang insomnia
4. Mahasiswa memperagakan gerakan gerakan yoga
5. Mahasiswa melakukan senan yoga bersama PM
6. Mahasiwa mengajak Tn. M untuk yoga ditempat tidur klien karena klien
berhalangan hadir mengikuti yoga di aula
7. Mahasiswa mencoba membuat lelucon, ice breaking agar suasana cair
8. Mahasiswa melakukan evaluasi

1.5 Media dan Alat Bantu :-


1.6 Setting Tempat :

Mahasiwa

PM di ruang dahlia
2 Mahasiswa berada didepan memperagakan yoga
8 Mahasiswa duduk disamping para PM untuk memantau PM saat dilaksanakan
yoga dikursi antara tempat tidur Tn.M dan Tn.K

Setting di tempat tidur Tn. M

TN. M

1 Mahasiswa berada disamping kanan tempat tidur Tn.M


2 Mahasiswa berada disamping kiri Tn.M

1.7 Susunan Acara :


No. Kegiatan Kelompok 2 Kegiatan Tn.M waktu
1. Pembukaan - Menjawab salam 5 menit
- Memberi salam - Mendengarkan dan
- Memperkenalkan diri memperhatikan
dan pembukaan - Menjawab
- Menanyakan kabar
2. - Memperagakan - Kooperatif dan mau mengikuti 20 menit
gerakan yoga yoga
kemudian melakukan
yoga
Penutup 5 menit
- Mengevaluasi - Menjawab pertanyaa dan salam
- memberi salam

1.8 Pengorganisasian :
Presentator : Lia
Fasilitator : Ruli dan Dita

1.9 Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi struktur
- Alat dan media sesuai dengan perencanaan
- Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi proses
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
- Tn.M bersedia mengikuti kegiatan
3. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan kegiatan senam yoga diharapkan Tn.M merasa lebih tenang
dan rileks

1.10 Materi

Penkes tentang insomnia

Perelaksasian menggunakan gerakan

Pelaksanaan yoga
Daftar Pustaka
Stanley, Mickey dan Beare, P.G. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisis 2. Jakarta :
EGC.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4. Jakarta: EGC.

Nugroho, Wahjudi. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Ide, Pangkalan. 2008. Seri Bodytalk-Yoga Insomnia. Jakarta : Media Komputindo

Azizah, Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graham Ilmu

Darmodjo, et al. 2006. Buku Ajar: Geriatrik (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Kozier dan Synder. 2004. Fundamental of nursing: Concpt, process and practice.Canada:
Upper Saddle River.

Anda mungkin juga menyukai