Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat-Nya,
makalah yang berjudul “Gangguan Harga Diri Rendah” ini terselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam
rangka tugas pada mata kuliah keperawatan jiwa di Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Mataram Program Studi DIII Keperawatan.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menemukan banyak hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari beberapa pihak, akhirnya
penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Desty Emilyani,
M.Kep dan seluruh anggota kelompok.
Semoga bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat
balasan yang sesuai dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya akan
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga penulisan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang hati penulis
bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan bagi khasanah ilmu
pengetahuan, khususnya tenaga keperawatan.

Mataram, 21 februari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 4
A. Pengertian ..................................................................................................................... 4
B. Etiologi.......................................................................................................................... 4
C. Tanda dan Gejala .......................................................................................................... 4
D. Rentang Respon ............................................................................................................ 5
E. Mekanisme Koping ....................................................................................................... 7
F. Pohon masalah .............................................................................................................. 8
BAB III..................................................................................................................................... 9
ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................................. 9
A. Pengkajian ..................................................................................................................... 9
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................... 11
C. Intervensi keperawatan ............................................................................................... 11
D. Aplikasi Komunikasi Terapeutik pada SP Klien ........................................................ 15
BAB IV ................................................................................................................................... 24
PENUTUP.............................................................................................................................. 24
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 24
B. Saran ........................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami
hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit
mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi
negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang
sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam
kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan
perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan
mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul.
Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan memunculkan
gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga
diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika
perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada
gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah
rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak
mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang,
kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang
yang dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan

1
tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya
sehingga mengganggu harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang
buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan
dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua
yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak
prasangka-prasangka negative seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk
itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri
dalam individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari seorang
perawat. Perawat harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis
keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual
maupun kelompok.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah?
2. Apa saja etiologi dari harga diri rendah?
3. Apa manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah?
4. Apa penyebab terjadinya harga diri rendah?
5. Bagaimana rentang respon klien dengan harga diri rendah?
6. Bagaimana mekanisme koping klien harga diri rendah?
7. Bagaimana pohon masalah dari harga diri rendah?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah?
9. Bagaimana contoh aplikasi komunikasi terapeutik pada SP klien?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai
berikut :
1. Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.
2. Menjelaskan etiologi dari harga diri rendah
3. Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
4. Menjelaskan penyebab terjadinya harga diri rendah

2
5. Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
6. Menjelaskan pohon masalah dari harga diri rendah
7. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah.
8. Mencontohkan aplikasi komunikasi terapeutik dari SP klien.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ).
Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun.

B. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal, seperti : trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi
peran situasi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari
keadaan sehat dan keadaan sakit. (Stuart & Sundeen, 1991).

C. Tanda dan Gejala


1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain

4
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu dan rasa bersalah
7. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
8. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
9. Ketegangan peran yang dirasakan
10. Pandangan hidup yang pesimis dan bertentangan
11. Keluhan fisik dan khawatir
12. Penolakan terhadap kemampuan personal
13. Destruktif terhadap diri sendiri dan pengurangan diri
14. Menarik diri secara sosial dan dari realitas
15. Penyalahgunaan zat

D. Rentang Respon
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor,
dimana aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart &
Laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat
bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,
menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai
perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang
meliputi mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu
lama dan terus menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah,
kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan
untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan
hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negative mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga
diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok

5
social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan
mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan
obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative,
dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri
dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga
dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis,
social dan cultural.
Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena
klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah adalah :
1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien

6
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan
tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk
mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga
diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi
sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi
berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

E. Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan
konsep diri dibagi dua yaitu:
1. Koping jangka pendek
a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis,
misalnya : pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat
dan obsesi nonton televisi.
b. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut
kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki
kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok
tertentu.
c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap
konsep diri atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang
kompetitif, olah raga, prestasi akademik, kelompok anak muda.
d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan
tentang keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada
diri sendiri dan orang lain.

7
2. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping
jangka panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan
Keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan
karena ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif. Mungkin
remaja ini mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak baik”.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat
menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang
bervariasi untuk melindungi diri. Macam mekanisme koping yang sering
digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.
Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan
kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas,
anoreksia, nervosa, bunuh diri criminal, persetubuhan dengan siapa saja,
kenakalan, penganiayaan.

F. Pohon masalah
Resiko tinggi perilaku kekerasan

Effect : Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi social

Core problem : Harga Diri Rendah Kronis

Causa : Koping individu tidak efektif

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri
rendah meliputi tingkah laku :
1. Menyalahkan diri atau orang lain.
2. Produktivitas menurun.
3. Gangguan berhubungan
4. Rasa bersalah.
5. Mudah marah
6. Pesimis terhadap kehidupan
7. Keluhan fisik
8. Menarik diri dari realita
9. Cemas dan takut
10. Mengurung diri
11. Penyalahgunaaan zat
Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga
diri rendah akan ditemukan batasan karakteristik :
1. Kurang kontak mata
2. Ungkapan yang mengaktifkan diri
3. Ekspresi rasa malu
4. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk
menghadapi berbagai peristiwa.
5. Menolak umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan umpan
balik yang negatif tentang dirinya.
6. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.
7. Hipersensitif terhadap kritik, mudah tersinggung dengan
pembicaraan orang lain.

9
Data yang perlu dikaji
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1. Masalah utama : Gangguan Mengungkapkan ingin Merusak diri sendiri
konsep diri : harga diri diakui jati dirinya Merusak orang lain
rendah Mengungkapkan tidak Menarik diri dari
ada lagi yang peduli hubungan sosial
Mengungkapkan tidak Tampak mudah
bisa apa-apa tersinggung
Mengungkapkan dirinya Tidak mau makan dan
tidak berguna tidak tidur
Mengkritik diri sendiri
2. Masalah Keperawatan : Mengkritik diri sendiri Tampak sedih dan tidak
Penyebab gangguan citra Mengungkapkan melakukan aktivitas
tubuh perasaan main terhadap yang seharusnya dapat
diri sendiri dilakukan
Mengungkapkan malu Wajah tarnpak murung
dan tidak bisa bila diajak Klien terlihat lebih
melakukan sesuatu suka sendiri
Perasaan tidak mampu Bingung bila disuruh
Perasaan negatif memilih alternatif
mengenai dirinya sendiri tindakan
3. Masalah Keperawatan: Mengungkapkan tidak Ekspresi wajah kosong
Akibat Isolasi sosial : berdaya dan tidak ingin Tidak ada kontak mata
menarik diri hidup lagi ketika diajak bicara
Mengungkapkan enggan Suara pelan dan tidak
berbicara dengan orang lan jelas
Klien malu bertemu dan
berhadapan dengan orang

10
lain

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
C. Intervensi keperawatan
1. Diagnosa 1 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan
dengan gangguan citra tubuh
a. Tujuan Umum (TUM) : Klien dapat berhubungan dengan orang lain
secara optimal.
b. Tujuan Khusus (TUK):
1) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
a) Ekspresi wajah bersahabat
b) Menunjukkan rasa senang dan ada kontak mata
c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama
d) Mau menjawab salam dan duduk berdampingan dengan perawat
e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik :
b) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c) Perkenalkan diri dengan sopan
d) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukainya
e) Jelaskan tujuan pertemuan
f) Jujur dan menepati janji
g) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
h) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

11
2) TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
Kriteria evaluasi :
a) Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki :
b) Kemampuan yang dimiliki klien
c) Aspek positif keluarga
d) Aspek positif keluarga yang dimiliki klien
Intervensi :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional: Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai
realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan
sebagai dasar asuhan keperawatan.
b) Setiap bertemu dengan klien hindarkan dari memberi penilaian
negatif
Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri
klien.
c) Usahakan memberi pujian yang realistik
Rasional : Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien
melakukan kegiatan hanya mendapatkan pujian.
3) TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit.
Kriteria evaluasi :
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Intervensi :
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
b) Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang
dimiliki adalah prasarat untuk berubah.

12
c) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
dilanjutkan penggunaannya.
d) Rasional :Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki klien
memotifasi untuk tetap mempertahankan kegunaannya.
2. Diagnosa 2 : Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
a. Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b. Tujuan Khusus :
1) TUK : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi :
a) Ekspresi wajah bersahabat
b) Ada kontak mata
c) Mau berjabat tanganMau menyebutkan nama
d) Mau duduk berdampingan dengan perawat
e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
a) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2) TUK : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Kriteria evaluasi :

13
a) Kemampuan yang dimiliki klien
b) Aspek positif keluarga
c) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
Intervensi :
a) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat
b) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
d) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) TUK : Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Kriteria evaluasi :
Kemampuan yang dapat digunakan
Intervensi :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
4) TUK : Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
Kriteria evaluasi
Klien dapat membuat rencana kegiatan harian
Intervensi :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) TUK : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan
Kriteria evaluasi :
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Intervensi :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

14
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6) TUK : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Kriteria evaluasi :
Kilen memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Intervensi :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
D. Aplikasi Komunikasi Terapeutik pada SP Klien
1. SP Pasien
a. SP 1 pasien
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dialtih,
melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
1) Orientasi
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar.”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat T lakukan di rumah sakit. Setelah itu kita nilai,
kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.”
“Di mana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 20 menit?”
2) Kerja
“T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan?

15
Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan
seterusnya. Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang
T miliki!”
“T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit? (mis.ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali
ada tiga kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini!”
“Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini. baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T.
Mari kita lihat tempat tidur T! Coba lihat, sudah rapikah temapt
tidurnya?”
“Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan,
lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan
letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut! Bagus!”
“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakan dengan sebelum dirapikan! Bagus!”
“Coba T lakukan dan jangan lupa member tanda di kertas daftar
kegiatan, tulis M (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B
(bantuan) kalau T melakukan dengan dibantu, dan tulis T (tidak) kalau T
tidak melakukan (perawat member kertas berisi daftar kegiatan harian).”
3) Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap, dan latihan
merapikan tempat tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan
yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan
tempat tidur, yang sudah T praktikkan dengan baik sekali. Nah,
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang. Sekarang,
mari kita masukkan pada jadwal harian. T mau berapa kali sehari

16
merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali, yaitu pagi jam berapa? Lalu
sehabis istirahat, jam 4 sore.”
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapikan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring… kalau begitu kita akan
latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis
makan pagi. Sampai jumpa ya!”
b. SP 2 Pasien
Latih pasien melakukan kegiatan lain sesuai dengan kemampuan pasien
a. Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah, tampak
cerah ”
”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/
tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi,
sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan
itu t?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
b. Kerja :
“ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun
khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., Bapak bisa
menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.“Sekarang saya
perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring
kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat
sampah. Kemudian Bapak bersihkan piring tersebut dengan
menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci
piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada

17
busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu Bapak bisa
mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia
di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba Bapak yang melakukan…Bagus sekali, Bapak dapat
mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
c. Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari
Bapak Mau berapa kali mencuci piring? Bagus sekali Bapak mencuci
piring tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar
kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”
2. Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di
rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
Tujuan :
a. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien
b. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
Tindakan Keperawatan :
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien

18
c. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan
memuji pasien atas kemampuannya.
d. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
e. Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
f. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat yang masih
dimildemonstrasikan sebelumnya
g. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
1) SP 1 Keluarga
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan
memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat
a) Orientasi :
“Selamat pagi !”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat
Bapak? Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di
ruangan wawancara!”
b) Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang terlihat tidak
percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya
pada Bapak, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah
orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki
masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Bapak ini
terus menerus seperti itu, Bapak bisa mengalami masalah yang lebih

19
berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih
mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius,
maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Bapak”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang
dikatakan Bapak)
”Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk
itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Bapak untuk melakukan kegiatan
tersebut sesuai jadual. tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu.
Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak
pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit,
bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan Bapak. Jika masalah
harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat
membawa Bapak ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan
pujian kepada Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu
berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah
semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
c) Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t dan
bagaimana cara merawatnya?”

20
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan
cara memberi pujian langsung kepada Bapak”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”
2) SP 2 Keluarga
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
harga diri rendah langsung kepada pasien
a) Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat keluarga BapakIbu seperti
yang kita pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Bapak.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui Bapak”
b) Kerja:
”Selamat pagi Bapak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama keluarga Bapak. Seperti yang sudah saya
katakan sebelumnya, keluarga Bapak juga ingin merawat Bapak agar
Bapak cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah
kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap
perkembangan keluarga Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan
keluarga?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua Bapak ke ruang perawat dulu”

21
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi
dengan keluarga)
c) Terminasi :
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi
kepada Bapak»
« tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman
Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan
tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu »
« Sampai jumpa »
3) SP 3 Keluarga
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a) Orientasi :
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka kita akan
membicarakan jadwal Bapakselama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor
b) Kerja :
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba
diperhatikan, apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu,
jadwal yang telah dibuat selama Bapak dirawat dirumah sakit tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum
obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus
menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri
sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi rumah
sakit atau bawa bapak lansung kerumah sakit”

22
c) Terminasi :
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan
harian Bapak. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis
atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada
suara lemah.

B. Saran
Bermutu atau tidaknya pelayanan Keperawatan di suatu Rumah Sakit
sangat bergantung pada kerjasama antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak
adanya suatu hubungan yang baik antara sesama anggota dan klien maka akan
sulit membangun kepercayaan masyarakat dalam Asuhan Keperawatan yang
diberikan. Agar kinerja dalam keperawatan berjalan dengan efektif maka
seorang perawat juga perlu memahami setiap karakter yang berbeda dari setiap
klien. Selain dapat memberikan hasil kerja yang terbaik, dalam memberikan
Asuhan Keperawatan juga dapat dilakukan dengan lancar.

24
DAFTAR PUSTAKA

AntaiOntong, Deborah, 1994.Psychaiatric Nursing : Biological and Behavioral


concept.
Balitbang. 2007 . Workshop Standar Proses KeperawatanJiwa. Bogor.
Byod M.A danNihart, M.A 1998 PsychartricNursing :ContemporalyPratices.
Philadelphia.

25

Anda mungkin juga menyukai