PENDAHULUAN
1|Page
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengukuran Gaya dan Torsi?
2. Apa itu Pengukuran Neraca Massa?
3. Apa itu Unsur Elastik Untuk Pengukuran Gaya?
4. Apa itu Tegangan dan Regangan?
5. Apa itu Pengukuran Regangan?
6. Apa itu Pengukuran Regangan?
7. Apa itu Pengukur Regangan Tahanan Listrik?
8. Apa itu Pengukuran Keluaran Tahanan?
9. Apa itu Kompensasi Suhu?
10. Apa itu Strain-Gage Rosettes?
11. Apa itu Pengukuran-Regangan Tahapan Tak Terikat?
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengukuran Gaya dan Torsi (Cahya Mukhlisa Azdarani (H211 16 308))
Gaya adalah suatu besaran yang menyebabkan benda bergerak. Gaya dapat
mengakibatkan perubahan – perubahan sebagai berikut :
a. benda diam menjadi bergerak
b. benda bergerak menjadi diam
c. bentuk dan ukuran benda berubah
d. arah gerak benda berubah
Berdasarkan penyebabnya, gaya dikelompokkan sebagai berikut :
a. gaya mesin, yaitu gaya yang berasal dari mesin
b. gaya magnet, yaitu gaya yang berasal dari magnet
c. gaya gravitasi, gaya tarik yang diakibatkan oleh bumi
d. gaya pegas, yaitu gaya yang ditimbulkan oleh pegas
e. gaya listrik, yaitu gaya yang ditimbulkan oleh muatan listrik
Berdasarkan sifatnya, gaya dikelompokkan menjadi :
a. gaya sentuh, yaitu gaya yang timbul karena titik kerja gaya, langsung
bersentuhan dengan benda.
b. gaya tak sentuh, yaitu gaya yang timbul walaupun titik kerja gaya tidak
bersentuhan dengan benda
Dalam gerak rotasi, penyebab berputarnya benda merupakan momen gaya
atau torsi. Momen gaya atau torsi sama dengan gaya pada gerak tranlasi. Momen
gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang bekerja
pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Besarnya
momen gaya (torsi) tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara
sumbu putaran dan letak gaya. Apabila Anda ingin membuat sebuah benda
berotasi, Anda harus memberikan momen gaya pada benda tersebut. Torsi disebut
juga momen gaya dan merupakan besaran vector.
3|Page
Gambar II.1 Mekanisme Torsi
(https://id.scribd.com/doc/123702579/Makalah-Pengukuran-Gaya)
Adapun perumusan dari torsi adalah sebagai berikut. Apabila suatu benda
berputar dan mempunyai besar gaya sentrifugal sebesar F, benda berputar pada
porosnya dengan jari-jari sebesar b, dengan data tersebut torsinya adalah:
T = F x d (N.m) (2.1)
dimana: T = Torsi benda berputar (N.m)
4|Page
dengan bobot-bobot kuningan standar. Gaya yang diindera oleh instrumen itu
bukanlah gaya bobot massa yang tak diketahui dan bobot kuningan, tetapi ialah
gaya bobot dikurangi dengan apung pada masing-masing massa. Jika pengukuran
dilakukan didalam vakum, atau jika kuningan yang tak diketahui dan massa itu
mempunyai volume yang sama, gaya-gaya apung itu akan saling menghapus
sehingga tidak aka nada kesalahan. Jika tidak demikian halnya, kesalahan itu
harus dikoreksi dengan analisa dibawah ini. Kedua gaya yang bekerja pada lengan
neraca ialah :
W1 = (Pu-Pa) Vu (2.2)
W2 = (Ps-Pa) Vs (2.3)
Dimana Pu = densitas bobot yang tak diketahui
Ps = densitas bobot standar
Pa = densitas udara sekitar
Vu = Volume bobot yang tak diketahui
Vs = volume bobot standar
Pada keadaan seimbang w1 = w2 dan karena itu
𝑃𝑎𝑃𝑠−𝑃𝑢
Wu = Ws (1 + 𝑃𝑠𝑃𝑢−𝑃𝑎) (2.4)
5|Page
𝐴𝐸
F= 𝑦 (2.6)
𝐿
6|Page
Regangan permukaan (deformasi) unsure elastic seperti dibahas di atas
tentulah merupakan ukuran defleksi dari kondisi tanpa beban. Regangan
permukaan itu dapat diukur dengan cepat dengan pengukuran regangan tahanan
listrik.
II.4 Pengukuran Momen-Puntir (Indriani (H211 16 311))
“Momen puntir atau torsi adalah suatu ukuran kemampuan motor untuk
menghasilkan kerja. Didalam prakteknya torsi motor berguna pada waktu
kendaraan akan bergerak (start) atau sewaktu mempercepat laju kendaraan, dan
tenaga berguna untuk memperoleh kecepatan tinggi. Besarnya torsi ( T ) akan
sama, berubah-ubah atau berlipat, torsi timbul akibat adanya gaya tangensial pada
jarak dari sumbu putaran (Wiratmaja, 2010).” Untuk sebuah mesin yang
beroperasi dengan kecepatan tertentu dan meneruskan daya, maka akan timbul
gaya ( F ) dan jari - jari ( R ) dalam keadaan konstan, yang besarnya dapat
ditentukan dari persamaan:
T = 2fR = w.L
dimana: t = torsi (Nm)
w = gaya berat (N)
r = jari – jari (m)
g = gravitasi (m/s2)
m = massa beban dynamometer (kg)
Momen-puntir atau torsi atau momen (torque atau moment) dapat diukur
dengan mengamati deformasi sudut sebuah batangan atau silinder bolong seperti
terlihat pada gambar 10.7.
7|Page
Momen diberikan oleh:
𝜋𝐺(𝑟𝑜 4 −𝑟1 4 )
M= 𝜙 (2.7)
2𝐿
8|Page
Gaya F dapat diukur dengan neraca platform yang konvensional atau dengan
metode-metode lain. Daya yang dilesap pada rem itu dihitung dari:
2𝜋𝑇𝑁
𝑃= ph (2.10)
33.000
9|Page
Diamometer itu dapat pula digunakan sebagai motor listrik untuk
menggerakkan peranti penyerap daya seperti pompa. Dalam hal ini, peranti itu
merupakan alat untuk mengukur beban puntir dan daya masukan ke mesin itu.
Dinamometer yang terdapat dipasaran dilengkapi dengan kendali-kendali untuk
memberikan variasi yang presisi mengenai beban dan kecepatan mesin, dengan
daya teruji sampai setinggi 3700 kW (5000 hp).
Dimana 𝜎𝑎 ialah tegangan aksial E modulus young bahan itu. Satuan tegangan
aksial 𝜖𝑎 didefinisikan dengan hubungan:
𝑑𝐿
𝜖𝑎 = (2.12)
𝐿
10 | P a g e
Akibat dari deformasi menurut arah sumbu ini ialah terjdinya deformasi pada
penampang batangan itu. Perubahan luas terkihat pada diameter, atau lebih jelas,
dari perubahan dimensi melintang. Rasio regangan satuan dalam arah lintang
terhadap regangan dalam arah sumbu didefinisikan oleh rasio poisson (poisson’s
ratio) dan harus ditentukan secara eksperimen untuk berbagai bahan.
𝜖 𝑑𝐷/𝐷
= -𝜖 𝑡 = - (2.13)
𝑎 𝑑𝐿/𝐿
Nilai khas dari rasio Poisso 𝜇 n untuk kebanyakan bahan ialah 0,3. Jika
bahan itu berada dlam keadaan 11lastic, volumenya tetap konstan walaupun ada
perubahan karena regangan, sehingga:
Dv = L Da + A Dl = 0
𝑑𝐴 𝑑𝐿
atau, = − (2.14)
𝐴 𝐿
11 | P a g e
sebanding, defleksi yang terjadi masih bersifat elastis dan masih berlaku hukum
Hooke (Maryanti, 2011).”
II.7. Pengukur Regangan Tahanan Listrik (Mawar (H211 16 508))
Pengukur regangan tahanan listrik (electrical-ressitance strain gage)
merupakan peranti yang paling banyak dipakai untuk pengukuran regangan.
Operasinya berdasar pada prinsip bahwa tahanan listrik suatu konduktor
(penghantar) berubah bila mengalami deformasi mekanik. Biasanya pengahantar
listrik itu disatukan dengan spesimen itu dengan bantuan semen isolasi pada
kondisi tanpa beban. Kemudian diberi beban, yang menyebabkan terjadinya
deformasi pada spesimen maupun pada unsur tahanan. Deformasi ini ditunjukkan
dengan pengukuran perubahan tahanan unsur dan prosedur perhitungan yang
diuraikan dibawah ini:
𝐿
𝑅 = 𝜌𝐴 (2..17)
dimana L = panjang
A = luas penampang7
𝜌 = resistivitas bahan
𝑑𝑅 𝑑𝜌 𝑑𝐿 𝑑𝐴
= + − (2.18)
𝑅 𝜌 𝐿 𝐴
luas dapat pula kita hubungkan dengan kuadrat suatu dimensi lintang, seperti
diameter dan tahanan. Bila dimensi ini kita namakan D, kita dapat:
𝑑𝐴 𝑑𝐷
=2 (2.19)
𝐴 𝐷
Dengan menggunakan definisi regangan aksial dan rasio Polson kita peroleh:
𝑑𝑅 𝑑𝜌
= ∈𝑎 (1 + 2𝜇) + (2.20)
𝑅 𝜌
12 | P a g e
Faktor pengukur (gage factor) F didefinisikan dengan:
𝑑𝑅/𝑅
𝐹= (2.21)
∈𝑎
Sehingga
1 𝑑𝜌
𝐹 = (1 + 2𝜇) + ∈ (2.22)
𝑎 𝜌
Dengan demikian regangan lokal dapat kita isyaratkan dengan faktor pengukur,
tahanan pengukur, dan perubahan tahanan karena regangan:
1 𝑑𝑅
∈= (2.23)
𝐹 𝑅
Nilai faktor pengukur dan tahanan biasanya diberikan oleh pembuat alat,
sehingga pemakai hanya perlu mengukur nilai ∆𝑅 untuk dapat menentukan
regangan lokal. Pada kebanyakan pengukur, nilai F konstan untuk jangkau
regangan yang cukup luas. Namun, ada baiknya kita memeriksa pengaruh
berbagai sifat fisik bahan tahananan itu terhadap nilai F. Jika resistivitas bahan
tidak berubah dengan regangan, kita dapat dari persamaan 2. ,
𝐹 = 1 + 2𝜇 (2.24)
Dengan mengambil nilai khas 𝜇 0,3 , kita dapat F = 1,6. Dalam hal ini perubahan
tahanan bahan terjadi semata-mata karena perubahan dimensi fisik. Jika
resistivitas berkurang dengan regangan, nilai F akan lebih rendah dari 1,6. Bila
resistivitas bertambah dengan regangan, nilai F akan lebih besar dari 1,6. Faktor
pengukur untuk berbagai bahan menurut pengamatan berkisar antara -140 sampai
+ 175. Jika bahan tahanan itu diregang hingga sampai beroperasi di daerah plastik,
𝜇 = 0,5 , dan resistivitas pada dasarnya tetap sama. Pada kondisi ini faktor
pengukur nilai 2. Untuk kebanyakan pengukur-regangan dalam niaga, faktor-
pengukur in sama baik untuk regangan tekan maupun regangan tarik. Faktor
pengukur yang tinggi lebih dikehendaki dalam praktek, karena menghasilkan
perubahan tahanan ∆𝑅 yang lebih besar untuk suatu masukan regangan tertentu,
dan karena itu tidak memerlukan rangkaian baca yang terlalu peka.
13 | P a g e
Bila tahanan jenis (p) tidak berubah terhadap regangan, dapatdilihat
bahwa, faktor gage hanya merupakan fungsi dari bilangan Poisson saja yang
berarti untuk daerah elastic harganya sekitar = I + 2 (0.3) = 1, 6.
Pada gambar 2.1 ditunjukkan tiga jenis pengukur-regangan tahanan yang
biasa. Pengukur kawat terikat (bonded wire gage) menggunakan kawat yang
ukurannya berkisar antara 0,0005 sampai 0,001 in (12 sampai 25 𝜇𝑚). Pengukur
bilah tipis (foil gage) menggunakan bilah yang tebalnya kurang darii 0,001 in dan
tersedia dalam berbagai konfigurasi yang dapat diterapkan pada berbagai situasi
pengukuran regangan. Oleh karna fleksibilitasnya ini, alat ini paling banyak
dipakai.
Pengukur semikonduktor menggunakan bahan dasar silikon yang peka-
regangan dan menguntungkan karena dapat memberikan nilai F yang sangat besar
( 𝐹 ~ 100 ). Bahan itu biasanya menghasilkan struktur lapis yang rapuh, dengan
ketebalan kira-kira 0,01 in (0,25 mm). Disamping itu, pengukur semikonduktor
mempunyai tahanan dengan koefisien suhu yang sangat tinggi. Pada Gambar II.10
disajikan rangkuman karateristik beberapa bahan pengukur-regangan.
Kebanyakan pengukur komersial dibuat dengan menggunakan konstantan (atau
bahan paduan lain) atau isoelastik.
Pengukur kawat dan pengukur bilah dapat dibuat dengan berbagai cara,
tetapi yang penting ialah bahwa unsur tahann harus terikat satu pada dudukannya.
Penting sekali bahwa ikatan antara unsur tahanan dan semen yang menyatukannya
dengan beda uji harus lebih kuat dari kawat tahanan itu sendiri. Dengan demikian,
kekuatan unsur tahanan lebih kecil, dan karena itu deformasi keseluruhan
pengukur itu ditentukan oleh deformasi unsur tahanan. Kebanyakan pengukur
regangan kawat menggunakan semen resin nitroselulosa atau fenol sebagai bahan
pengikat, dengan punggung kertas untuk menjaga konfigurasi kawat. Pengukur-
pengukur dapat digunakan sampai suhu 150°𝐶 (300°𝐹). Untuk suhu lebih tinggi,
sampai 260°𝐶 (500°𝐹) biasa digunakan dudukan Bakelite. Pengukur bilah dibuat
dengan proses etsa serupa dengan yang digunakan untuk membuat papan
rangkaian cetak (printed circuit) dan menggunakan bahan dasar kertas, Bakelite,
dan film epoksi. Semen epoksi juga digunakan untuk pengukur kawat maupun
pengukur bilah.
14 | P a g e
Gambar II.9 Tiga jenis pengukur-tegangan tahanan
Bila kita memasang pengukur regangan pada spesimen, ada dua hal yang
harus selalu diperhatikan: (1) Permukaan harus benar-benar bersih. Pembersihan
dengan ampelas diikuti dengan aseton biasanya cukup memadai. (2) Harus dijaga
agar diberikan cukup waktu untuk semen itu mengering dan menjadi keras benar.
Walaupun semen disekeliling pengukur mungkin kelihatan sudah kering, dibawah
pengukur mungkin masih basah. Jika mungkin, pengeringan dilakukan selama 24
jam pada suhu kamar. Waktu untuk pengeringan ini bisa lebih pendek pada suhu
yang lebih tinggi.
15 | P a g e
Untuk penerapan pada suhu rendah (-100°𝐶 sampai + 100°𝐶) semen Duco
(nitroselulosa) biasa dipakai dengan pengukur berbalut kertas dan Eastman 910
(sinoakrilat) dengan pengukur bilah yang dipasang di atas epoksi.
𝑅1 𝑅2
𝐸𝑔 = 𝐸𝐷 = 𝐸 ( 𝑅 −𝑅 ) (2.25)
1 +𝑅4 2 + 𝑅3
16 | P a g e
∆𝐸𝐷 𝑅1 + ∆𝑅1 𝑅2
= −𝑅 (2.26)
𝐸 𝑅1 +∆𝑅1 +𝑅4 2 + 𝑅3
𝑅 ∆𝐸 𝑅2
∆𝑅1 ( 4 )[ 𝐷 + ]
𝑅1 𝐸 𝑅2 + 𝑅3
= ∆𝐸𝐷 𝑅2 (2.27)
𝑅1 1− −
𝐸 𝑅2 + 𝑅3
𝐸 (𝑅1 𝑅3 −𝑅2 𝑅4 )
𝑖𝑔 = 𝑅1 𝑅2 𝑅4 + 𝑅1 𝑅3 𝑅4 +𝑅1 𝑅2 𝑅3 +𝑅2 𝑅3 𝑅4 +𝑅𝑔 (𝑅1 +𝑅4 )(𝑅2 (2.28)
+𝑅3 )
𝑅1 𝑅3 = 𝑅2 𝑅4 (2.28)
Arus galvanometer ∆𝑙𝑔 ialah nilai yang terjadi dari perubahan tahanan ∆𝑅1 dari
kondisi seimbang. Dapat dibuktikan bahwa denominator dalam persamaan 2.28
tidak terlalu peka terhadap perubahan kecil 𝑅1 dan karena itu hampir mendekati
konstan yang akan kita tandai dengan C. Jadi,
𝐸
∆𝐼𝑔 = [(𝑅1 + ∆𝑅1 )𝑅3 − 𝑅2 𝑅4 ] (2.30)
𝐶
𝐸
∆𝐼𝑔 = 𝑅3 ∆𝑅1 (2.31)
𝐶
𝐸
∆𝐼𝑔 = 𝑅3 𝑅1 𝐹∈ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑥 ∈ (2.32)
𝐶
Jadi, arus defleksi dapat dianggap memberi petunjuk langsung megenai tegangan
yang diberikan pada pengukur itu.
17 | P a g e
Telah kita singgung tadi rangkaian penguat jembatan dalam hubungan
dengan termometer tahanan listrik. Pengaturan seperti itu dapat pula digunakan
dengan rangkaian jembatan pengukur-tegangan.
Resistance Strain Gage (jenis tahanan) paling penting/banyakdigunakan.
Prinsip sederhana : bila suatu kawat ditarik, kawat akan memanjang dan
penampang mengecil sehingga tahanan listriknya bertambah. Sehingga bila kawat
diletakkan pada suatu benda yang dibebani maka kawat akan memanjang atau
memendek sesuai dengan regangan yang dialami benda. Perubahan tahanan
tersebut dapat dikalibrasi menjadi regangan.
18 | P a g e
II.9 Kompensasi Suhu (La Farras (H211 16 507))
Hal ini umumnya tidak mungkin untuk menghitung koreksi untuk suhu efek
dalam ketegangan gages. Akibatnya, kompensasi dilakukan langsung dengan
percobaan setup. Seperti pengaturan kompensasi yang ditampilkan dalam Gambar
II.12 Gage 1 diinstal pada tes spesimen, sementara gage 2 diinstal pada sepotong
seperti bahan yang tersisa unstrained seluruh tes, tetapi pada suhu yang sama
sebagai potongan uji. Setiap perubahan dalam perlawanan gage 1 karena suhu
yang dengan demikian dibatalkan oleh perubahan-perubahan serupa dalam
perlawanan gage 2, dan sirkuit jembatan mendeteksi seimbang kondisi yang
dihasilkan hanya dari ketegangan dikenakan pada gage 1. Tentu saja, perawatan
harus diberikan untuk memastikan bahwa kedua gages diinstal dengan cara yang
sama pada mereka masing-masing benda kerja.
19 | P a g e
strain gages dalam aplikasi tersebut disebut Rosette. Kami akan memberikan
hanya hubungan akhir yang digunakan untuk keperluan perhitungan.
Pertimbangkan rosette persegi panjang yang ditampilkan dalam Gambar II.13.
Tiga strain gages berorientasi seperti yang ditunjukkan, dan strain tiga yang
diukur oleh gages ini ϵ1, ϵ2, dan ϵ3. Strain utama untuk situasi ini adalah
(2.34)
(2.35)
(2.36)
Sumbu utama stres terletak di sudut Θ adalah
(2.37)
Ini adalah sumbu di mana maksimum stres Σ maks terjadi. Ada masalah yang
timbul dengan penentuan kuadran untuk θ karena akan ada dua nilai yang
diperoleh sebagai solusi untuk EQ (2.4). Sudut θ akan terletak di kuadran yang
pertama (0 < θ < π /2) jika
(2.38)
20 | P a g e
dan di kuadran kedua jika ϵ2 kurang dari nilai ini. Tipe lain dari ketegangan-gage
rosette kesamaan digunakan adalah delta Roset ditampilkan dalam
(2.39)
Tekanan utama adalah
(2.40)
Sumbu tegangan geser maksimum dihitung dari
(2.41)
Sumbu tegangan utama terletak menurut
(2.42)
21 | P a g e
gage adalah jenis unbonded ditampilkan dalam Gambar II.15. Mekanisme pegas
memegang dua piring di posisi dekat sementara filamen denda-kawat yang
mengitari pin Mount seperti yang ditunjukkan. Pemasangan pin harus kaku dan
juga berfungsi sebagai isolator listrik. Ketika piring A bergerak relatif B, strain
dikenakan pada filamen ini, yang dapat dideteksi melalui pengukuran perubahan
dalam perlawanan. Diperbolehkan menggantikan-ment gages komersial adalah
dari the agar ± di 0.0015 in (0.038 mm), dan diameter kawat adalah biasanya
kurang dari 0.001 di (0.025 mm). I2R Penghangat Ruangan di unbonded gage
dapat menjadi masalah karena kabel memiliki tidak mempunyai kemungkinan
untuk membuang kalor selain konveksi untuk udara sekitarnya. Prinsip unbonded
gage telah diterapkan untuk percepatan dan transduser diafragma tekanan dengan
sukses baik.
22 | P a g e
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Pada pembahasan sebelumnya kita membahas fenomena-fenomena fisika
dasar yang mendasari instrumen dan rangkaian listrik. Kemudian kita tinjau
pengukuran-pengukuran berguna yang dapat dimanfaatkan untuk mencirikan
bentuk gelombang yang berubah terhadap waktu. Instrumen dasar, baik yang
analog maupun yang digital, yang digunakan untuk mengukur bentuk-bentuk
gelombang itu telah kita bahas pula.
Dengan demikian kita telah dapat melanjutkan pembahasan kepada situasi
eksperimen umum dimana kita melakukan pengukuran dengan bantuan sistem-
sitem elektronik. Pada umumnya, nilai sifat fisik tertentu yang enjadi perhatian
kita dapat dikonversikan menjadi suatu sinyal listrik dengan bantuan transduser
yang tepat, dan keluaran transduser ini kemudian diumpankan ke suatu rangkaian
masukan.
III.2 Saran
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Makalah ini perlu
dikaji ulang agar dapat sempurna dan makalah ini harus digunakan sebagaimana
mestinya.
23 | P a g e
Daftar Pustaka
Cady W.G. “Piezoelectricity,” McGraw-Hill Book Company, New York, 1946.
Frank, E.: “Electrical Measurement Analysis,” McGraw-Hill Book Company,
New York, 1959.
Koestoer, R.A, 2004, Pengukuran Teknik Untuk Mahasiswa, Jakarta: Teknik
Mesin FTUI
Magga, Ramang, 2011, “ Pengunaan Starin Gage (Load Cell) untuk Analisa
Tegangan pada Pembebanan Statik Batang Aluminium, Jrnal Ilmiah Teknik
Mesin, Vol. 2, No. 1, Hal. 138-146.
Maryanti, B., Sonief A. As’ad, Wahyudi Slamet, 2011, “Pengaruh Alkalisasi
Komposit Serat Kelapa-Poliester Terhadap Kekuatan Tarik”, Jurnal
Rekayasa Mesin, Vol. 2, No. 2, Hal. 123-129.
Oshamu, Nishino. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik. 2005. Jakarta: Pt.
Malta.
Wiratmaja, I. Gede, 2010, “Analisa Unjuk Kerja Motor Bensin Akibat Pemakaian
Biogasoline”, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Vol. 4, No.1, Hal. 16-25.
24 | P a g e