Anda di halaman 1dari 92

SAAT

UJIAN HIDUP
DATANG

PANDUAN MENGHADAPI FITNAH

(UJIAN HIDUP) BAGI SEORANG


MUSLIM

MUHAMMAD IHSAN ZAINUDDIN

Diterbitkan Oleh:

www.KuliahIslamOnline.com
© Copyright KuliahIslamOnline.com, All Right Reserved

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Anda dipersilahkan menyebarkan E-BOOK ini


seluas-luasnya, TANPA mengubah dan
mengedit cover, logo, alamat web dan isinya.

Jika Anda bermaksud mencetaknya untuk


dibagikan Fi Sabilillah, silahkan memberikan
konfirmasi via email:
kuliahislamonline@gmail.com

www.KuliahIslamOnline.com
UJIAN ; SEBUAH KEMESTIAN HIDUP

Segala puji hanyalah milik Allah Azza wa Jalla semata. Saat kita

dipuji, maka sesungguhnya pujian itu adalah pujian bagi Rabb yang

menciptakan dan memberi kita aneka ragam nikmat. Shalawat dan

taslim semoga tercurah kepada junjungan tercinta Muhammad

Rasulullah saw ; manusia termulia di dunia, yang memberikan teladan

yang luar biasa untuk setiap sisi kehidupan manusia. Semoga kecintaan

kita kepada beliau, kepada sahabat-sahabat beliau dan kepada seluruh

As Salaf Ash Shaleh, mengantarkan kita untuk bersama mereka di

kehidupan akhirat ; dalam surga firdaus. Amin Ya Rabbal 'alamin.

Kata fitnah adalah kata yang sering kita dengarkan dalam

kehidupan sehari-hari. Walaupun –sayang sekali- dengan pengertian

yang sangat sempit. Kita sering kali "hanya" memaknai fitnah dengan

"tuduhan yang tidak dilandasi bukti yang benar kepada seseorang atau

sekelompok orang tertentu." Padahal fitnah mempunyai cakupan

makna yang lebih luas daripada itu. Sebab segala macam bentuk

cobaan dan godaan itupun termasuk dalam kategori fitnah. Oleh sebab

itu, seseorang terkadang terfitnah oleh kebaikan dan juga keburukan,

nikmat dan bencana, kekayaan dan kemiskinan, kesehatan dan

penyakit. Bahkan setiap manusia itu dapat terfitnah dengan manusia

lainnya.

www.KuliahIslamOnline.com
Dalam pandangan Islam, fitnah adalah sebuah kemestian hidup.

Bahkan mungkin dapat dikatakan bahwa fitnah adalah salah satu

hikmah terpenting dari penciptaan manusia dan alam semesta. Sebab

tanpa gelombang fitnah, tentu akan sulit membedakan antara manusia

yang unggul dan yang tidak. Akan sulit membedakan antara yang

benar-benar beriman dengan yang sekedar mengaku beriman. Akan

sangat sulit menentukan mana pribadi yang shaleh dan pribadi yang

thalih (lawan dari shaleh). Dalam hal ini, Allah Azza wa Jalla

menyatakan:

‫ﻟﹶﻘﹶﺪ‬‫(ﻭ‬2)‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻨ‬‫ﻔﹾﺘ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻳ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﺀَﺍﻣ‬‫ﻛﹸﻮﺍ ﺃﹶﻥﹾ ﻳ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ ﺃﹶﻥﹾ ﻳ‬‫ﺎﺱ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﺴِﺐ‬‫ﺃﹶﺣ‬

(3)‫ﺑﹺﲔ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﺫ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻟﹶﻴ‬‫ﻗﹸﻮﺍ ﻭ‬‫ﺪ‬‫ ﺻ‬‫ﻳﻦ‬‫ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻴ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻨ‬‫ﻓﹶﺘ‬

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)

mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji

lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang

sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang

yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang

dusta." ( Al 'Ankabuut : 2-3 )

Demikianlah adanya. Hidup ini adalah tempat berkumpulnya

aneka ragam fitnah. Dan fitnah itu pada akhirnya yang akan

membuktikan kekayaan hakiki yang dimiliki oleh seorang manusia.

www.KuliahIslamOnline.com
Itulah sebabnya, Rasulullah saw sangat kuat dalam memberikan

peringatan tentang bahaya fitnah itu bagi seorang mu'min. Hingga

beliau menggambarkan bagaimana kedahsyatan fitnah itu dapat

membuat seorang yang mu'min pada pagi hari, namun di sore hari

telah menjadi kafir. Demikian pula ada yang saat sore menjelang masih

beriman, namun ketika pagi tiba ia telah kafir. Wal 'iyaadzu billah!

Sunnatullah kehidupan dunia ini, telah membuat sepinya hidup

seorang insan dari fitnah menjadi sesuatu yang mustahil. Bahkan

walaupun insan itu adalah seorang Nabi dan Rasul Allah Azza wa Jalla.

Maka jangan pernah berharap, hidup kita akan "sepi-sepi saja" dari

fitnah dan ujian. Harapan yang semacam itu hanyalah "ibarat katak

merindukan rembulan", bahkan lebih mustahil dari itu.

Hal lain yang juga harus disadari adalah bahwa cobaan dan

fitnah itu tidak selamanya menjadi tanda adanya keburukan atau sinyal

kebisnasaan pada diri seseorang. Sebab seringkali pula fitnah dan

cobaan itu menjadi tanda kebaikan dan bukti keshalehan sang hamba.

Sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah saw :

"Sesungguhnya besarnya balasan itu sesuai dengan besarnya

cobaan, dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Ia

akan menguji mereka, maka barang siapa yang ridha maka baginyalah

keridhaan Allah, namun barang siapa yang membenci maka baginyalah

www.KuliahIslamOnline.com
kemurkaan Allah." (HR. At Tirmidzy dan Ibn Majah, dan

dihasankankan oleh Al Albaniy)

Saudaraku yang tercinta…

Buku ini adalah sebuah upaya kecil dan sederhana untuk

memberikan panduan bagi setiap muslim –dan juga tentu saja

muslimah- dalam menyikapi berbagai fitnah, yang semakin hari

semakin hebat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Semoga buku ini

bermanfa'at, bagi penyusunnya dan bagi siapapun yang membacanya.

Dan "selamat" bergumul dengan fitnah kehidupan!

MUHAMMAD IHSAN ZAINUDDIN

www.KuliahIslamOnline.com
BAB PERTAMA

MEMAHAMI HAKIKAT FITNAH

Definisi Fitnah

Dalam pergaulan kita sehari-hari, kita lebih sering memahami

fitnah sebagai sebuah tuduhan keji kepada seseorang. Ketika kita

membaca atau mendengar bahwa si fulan difitnah –misalnya-, maka

yang tergambar dalam benak kita adalah makna di atas ; bahwa si fulan

itu telah dituduh secara keji. Padahal, bila kita merujuk kepada bahasa

asal kata fitnah tersebut –yaitu bahasa arab- kita akan menemukan

makna yang jauh lebih luas dari makna yang biasa kita pahami.

Dalam beberapa literatur penting, kata fitnah oleh para ahli

bahasa Arab dijelaskan sebagai kata yang mempunyai makna ikhtibaar

(upaya untuk menyingkap hakekat sesuatu) dan imtihaan (pengujian).

Oleh karena itu, kata fitnah ini sebenarnya digunakan untuk

menunjukkan pengujian kadar keaslian emas, atau untuk membedakan

mana emas yang asli dan yang tidak. Dan biasanya cara pengujian itu

dengan memasukkan emas itu ke dalam api yang panas. (Lih. Ash

Shihaah 6/2175 dan Lisaan Al 'Arab 13/317)

Seorang ahli hadits besar, Ibn Hajar Al 'Asqalaniy dalam karya

besarnya Fath Al Baariy ( 2/11 ) menyatakan:

www.KuliahIslamOnline.com
"Makna fitnah pada asalnya adalah : ikhtibaar (penyingkapan

hakekat sesuatu) dan imtihaan (pengujian). Lalu kemudian digunakan

untuk setiap perkara yang melalui pengujian tersingkaplah

keburukannya."

Dengan demikian, maka kata fitnah itu menggambarkan segala

bentuk penyingkapan dan pengujian terhadap keaslian, kebenaran dan

kemurnian sesuatu. Bila ia dilakukan terhadap benda seperti emas,

maka bentuknya adalah dengan membakar emas itu hingga akhirnya

terbukti mana yang benar-benar emas berkualitas tinggi dan yang

berkualitas rendah. Dan bila ia terjadi pada diri seorang mu'min, maka

ia adalah sebuah proses "pembakaran" pribadi untuk membedakan

antara mu'min yang teguh dan mu'min yang rapuh. Di samping itu,

fitnah itupun menjadi sebuah proses pembersihan jiwa mu'min dari

segala macam penyakit hati. Seperti emas yang dibakar, yang buruk

terbakar oleh api, namun yang berkualitas akan semakin berkilau.

Fitnah Dalam Al Qur'an

Bila Anda membaca Al Qur'an dan mencoba memperhatikan

dengan seksama, Anda akan menemukan bahwa kata fitnah dengan

segala bentukannya dalam bahasa Arab akan Anda temukan dalam

ayat-ayat yang jumlahnya tidak sedikit. Dan dari ayat-ayat fitnah

tersebut, bila merujuk kepada penjelasan para ulama tafsir, kita pun

www.KuliahIslamOnline.com
akan menemukan makna yang beragam. Suatu hal yang menunjukkan

betapa beranekaragamnya fitnah yang menggelombang dalam

kehidupan manusia, khususnya orang yang beriman.

Di antara ulama tafsir, bahkan ada yang menyebutkan 15 makna

untuk kata fitnah dalam ayat-ayat Al Qur'an –sebuah jumlah yang

tidak sedikit untuk memaknai satu kata-. Di antara makna-makna itu

adalah sebagai berikut :

1. Fitnah yang berarti kesyirikan. Sebagaimana dalam firman

Allah :

‫ﺍ ﻓﹶﻠﹶـﺎ‬‫ـﻮ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ ﺍﻧ‬‫ ﻓﹶﺈﹺﻥ‬‫ﻠﱠﻪ‬‫ ﻟ‬‫ﻳﻦ‬‫ﻜﹸﻮﻥﹶ ﺍﻟﺪ‬‫ﻳ‬‫ﺔﹲ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﻜﹸﻮﻥﹶ ﻓ‬‫ﻰ ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ﺘ‬‫ ﺣ‬‫ﻢ‬‫ﻠﹸﻮﻫ‬‫ﻗﹶﺎﺗ‬‫ﻭ‬

‫ﲔ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﻈﱠﺎﻟ‬‫ﺍﻥﹶ ﺇﹺﻟﱠﺎ ﻋ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﻋ‬

"Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah (syirik)

lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika

mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan

(lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim." (Al Baqarah : 193)

Juga dalam ayat yang lain :

www.KuliahIslamOnline.com
‫ـﺪ‬‫ﺻ‬‫ ﻭ‬‫ ﻛﹶﺒﹺﲑ‬‫ﻴﻪ‬‫ﺎﻝﹲ ﻓ‬‫ﺘ‬‫ ﹸﻗﻞﹾ ﻗ‬‫ﻴﻪ‬‫ﺎﻝﹴ ﻓ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻡﹺ ﻗ‬‫ﺮ‬‫ﺮﹺ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻬ‬‫ﻦﹺ ﺍﻟﺸ‬‫ ﻋ‬‫ﻚ‬‫ﺄﹶﻟﹸﻮﻧ‬‫ﺴ‬‫ﻳ‬

‫ـﺪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﺮ‬‫ ﺃﹶﻛﹾﺒ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﻠ‬‫ ﺃﹶﻫ‬‫ﺍﺝ‬‫ﺧﺮ‬ ‫ﺇﹺ‬‫ﺍﻡﹺ ﻭ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺠﹺﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻭ‬‫ ﺑﹺﻪ‬‫ﻛﹸﻔﹾﺮ‬‫ ﻭ‬‫ﺒﹺﻴﻞﹺ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬

‫ـﻦ‬‫ ﻋ‬‫ﻭﻛﹸﻢ‬‫ﺩ‬‫ـﺮ‬‫ﻰ ﻳ‬‫ﺘ‬‫ ﺣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹸﻮﻧ‬‫ﻘﹶﺎﺗ‬‫ﺍﻟﹸﻮﻥﹶ ﻳ‬‫ﺰ‬‫ﻟﹶﺎ ﻳ‬‫ﻞﹺ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹶﺘ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺔﹸ ﺃﹶﻛﹾﺒ‬‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻔ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬

‫ﺮ‬‫ ﻛﹶـﺎﻓ‬‫ـﻮ‬‫ﻫ‬‫ ﻭ‬‫ـﺖ‬‫ﻤ‬‫ ﻓﹶﻴ‬‫ﻳﻨﹺﻪ‬‫ ﺩ‬‫ﻦ‬‫ ﻋ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ ﻣ‬‫ﺩ‬‫ﺪ‬‫ﺗ‬‫ﺮ‬‫ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻮﺍ ﻭ‬‫ﻄﹶﺎﻋ‬‫ﺘ‬‫ ﺍﺳ‬‫ ﺇﹺﻥ‬‫ﻳﻨﹺﻜﹸﻢ‬‫ﺩ‬

‫ـﻢ‬‫ﺎﺭﹺ ﻫ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺤ‬‫ ﺃﹶﺻ‬‫ﻚ‬‫ﺃﹸﻭﻟﹶﺌ‬‫ ﻭ‬‫ﺓ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺂﺧ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﻲ ﺍﻟﺪ‬‫ ﻓ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻟﹸﻬ‬‫ﻤ‬‫ ﺃﹶﻋ‬‫ﺒﹺﻄﹶﺖ‬‫ ﺣ‬‫ﻚ‬‫ﻓﹶﺄﹸﻭﻟﹶﺌ‬

‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺪ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺎ ﺧ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬

"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan

Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar;

tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah,

(menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari

sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah (

syirik ) lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak

henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)

mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya

mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari

www.KuliahIslamOnline.com
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-

sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni

neraka, mereka kekal di dalamnya." ( Al Baqarah : 217 )

2. Fitnah yang bermakna kekufuran.

Allah Ta'ala berfirman :

‫ ﺃﹸﻡ‬‫ـﻦ‬‫ ﻫ‬‫ـﺎﺕ‬‫ﻜﹶﻤ‬‫ﺤ‬‫ ﻣ‬‫ـﺎﺕ‬‫ ﺀَﺍﻳ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ ﻣ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺘ‬‫ ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﻚ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻝﹶ ﻋ‬‫ﺰ‬‫ﻱ ﺃﹶﻧ‬‫ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬

‫ﻪ‬‫ـﺎﺑ‬‫ﺸ‬‫ﺎ ﺗ‬‫ﻮﻥﹶ ﻣ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻎﹲ ﻓﹶﻴ‬‫ﻳ‬‫ ﺯ‬‫ﻲ ﻗﹸﻠﹸﻮﺑﹺﻬﹺﻢ‬‫ ﻓ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ ﻓﹶﺄﹶﻣ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺎﺑﹺﻬ‬‫ﺸ‬‫ﺘ‬‫ ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹸﺧ‬‫ﺎﺏﹺ ﻭ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬

‫ـﻲ‬‫ﻮﻥﹶ ﻓ‬‫ﺨ‬‫ﺍﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ ﻭ‬‫ ﺇﹺﻟﱠﺎ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺄﹾﻭﹺﻳﻠﹶﻪ‬‫ ﺗ‬‫ﻠﹶﻢ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﺄﹾﻭﹺﻳﻠ‬‫ﺎﺀَ ﺗ‬‫ﻐ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺑ‬‫ ﻭ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺀَ ﺍﻟﹾﻔ‬‫ﻐ‬‫ﺘ‬‫ ﺍﺑ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬

‫ﺎﺏﹺ‬‫ ﺇﹺﻟﱠﺎ ﺃﹸﻭﻟﹸﻮ ﺍﻟﹾﺄﹶﻟﹾﺒ‬‫ﺬﱠﻛﱠﺮ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ﻣ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﺑ‬‫ ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ‬‫ ﻛﹸﻞﱞ ﻣ‬‫ﺎ ﺑﹺﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻘﹸﻮﻟﹸﻮﻥﹶ ﺀَﺍﻣ‬‫ﻠﹾﻢﹺ ﻳ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬

"Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu.

Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok

isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-

orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka

mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menginginkan

fitnah (kekufuran) dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak

ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang

mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang

www.KuliahIslamOnline.com
mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat

mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang

berakal." ( Ali Imran : 7 )

3. Fitnah yang bermakna ujian dan cobaan.

Allah berfirman :

‫ﻟﹶﻘﹶﺪ‬‫(ﻭ‬2)‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻨ‬‫ﻔﹾﺘ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻳ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﺀَﺍﻣ‬‫ﻛﹸﻮﺍ ﺃﹶﻥﹾ ﻳ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ ﺃﹶﻥﹾ ﻳ‬‫ﺎﺱ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﺴِﺐ‬‫ﺃﹶﺣ‬

‫ﺑﹺﲔ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﺫ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻟﹶﻴ‬‫ﻗﹸﻮﺍ ﻭ‬‫ﺪ‬‫ ﺻ‬‫ﻳﻦ‬‫ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻴ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻨ‬‫ﻓﹶﺘ‬

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)

mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum

mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang

benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." ( Al

'Ankabut : 2 )

4. Fitnah yang bermakna adzab ( siksaan ).

Allah berfirman :

‫ﻭﺍ‬‫ﺮ‬‫ـﺒ‬‫ﺻ‬‫ﻭﺍ ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺎﻫ‬‫ ﺟ‬‫ﻮﺍ ﺛﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﺎ ﻓﹸﺘ‬‫ ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ ﺑ‬‫ﻦ‬‫ﻭﺍ ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺎﺟ‬‫ ﻫ‬‫ﻳﻦ‬‫ﻠﱠﺬ‬‫ ﻟ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ ﺇﹺﻥﱠ ﺭ‬‫ﺛﹸﻢ‬

‫ﻴﻢ‬‫ﺣ‬‫ ﺭ‬‫ﻔﹸﻮﺭ‬‫ﺎ ﻟﹶﻐ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ ﺑ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺇﹺﻥﱠ ﺭ‬

www.KuliahIslamOnline.com
"Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang

yang berhijrah sesudah menderita siksaan, kemudian mereka

berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( An Nahl : 110 )

5. Fitnah yang bermakna dosa.

Allah ta'ala berfirman :

‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ـﻘﹶﻄﹸﻮﺍ ﻭ‬‫ ﺳ‬‫ـﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﻲ ﺍﻟﹾﻔ‬‫ﻲ ﺃﹶﻟﹶﺎ ﻓ‬‫ﻨ‬‫ﻔﹾﺘ‬‫ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ﻲ ﻭ‬‫ﻘﹸﻮﻝﹸ ﺍﺋﹾﺬﹶﻥﹾ ﻟ‬‫ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬

‫ﺮﹺﻳﻦ‬‫ﻴﻄﹶﺔﹲ ﺑﹺﺎﻟﹾﻜﹶﺎﻓ‬‫ﺤ‬‫ ﻟﹶﻤ‬‫ﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻬ‬‫ﺟ‬

"Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya

keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya

terjerumus ke dalam fitnah (dosa)". Ketahuilah, bahwa mereka telah

terjerumus ke dalam fitnah (dosa). Dan sesungguhnya Jahannam itu

benar-benar meliputi orang-orang yang kafir." ( At Taubah : 49 )

6. Fitnah yang bermakna pembakaran dengan api.

Allah Ta'ala berfirman :

‫ـﺬﹶﺍﺏ‬‫ ﻋ‬‫ﻢ‬‫ﻮﺍ ﻓﹶﻠﹶﻬ‬‫ﻮﺑ‬‫ﺘ‬‫ ﻳ‬‫ ﻟﹶﻢ‬‫ ﺛﹸﻢ‬‫ﺎﺕ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻨﹺﲔ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻮﺍ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻨ‬‫ ﻓﹶﺘ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﱠﺬ‬

‫ﺮﹺﻳﻖﹺ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺬﹶﺍﺏ‬‫ ﻋ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻬ‬‫ﺟ‬

www.KuliahIslamOnline.com
"Sesungguhnya orang-orang yang membakar orang-orang

yang mu'min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak

bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab

(neraka) yang membakar." ( Al Buruj : 10 )

7. Fitnah yang bermakna pembunuhan dan kebinasaan.

Allah Ta'ala berfirman :

‫ـﻦ‬‫ﻭﺍ ﻣ‬‫ـﺮ‬‫ﻘﹾﺼ‬‫ ﺃﹶﻥﹾ ﺗ‬‫ﺎﺡ‬‫ﻨ‬‫ ﺟ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﺲ‬‫ﺽﹺ ﻓﹶﻠﹶﻴ‬‫ﻲ ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ ﻓ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ ﺿ‬‫ﻭ‬

‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ ﻋ‬‫ﻮﺍ ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﺮﹺﻳﻦ‬‫ﻭﺍ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓ‬‫ ﻛﹶﻔﹶﺮ‬‫ﻳﻦ‬‫ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻔﹾﺘ‬‫ ﺃﹶﻥﹾ ﻳ‬‫ﻢ‬‫ﻔﹾﺘ‬‫ ﺇﹺﻥﹾ ﺧ‬‫ﻠﹶﺎﺓ‬‫ﺍﻟﺼ‬

‫ﺎ‬‫ﺒﹺﻴﻨ‬‫ﻣ‬

"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah

mengapa kamu menqashar sembahyang(mu), jika kamu takut

dibunuh oleh orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu

adalah musuh yang nyata bagimu." ( An Nisa' : 101 )

8. Fitnah yang bermakna keberpalingan dari jalan yang lurus.

Allah berfirman :

www.KuliahIslamOnline.com
‫ ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ـﺬﹶﺭ‬‫ﺍﺣ‬‫ ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﺍﺀَﻫ‬‫ﻮ‬‫ﻊ ﺃﹶﻫ‬ ‫ﺒﹺ‬‫ﺘ‬‫ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ ﻭ‬‫ﻝﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺰ‬‫ﺎ ﺃﹶﻧ‬‫ ﺑﹺﻤ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ ﺑ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ ﺍﺣ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﻭ‬

‫ ﺃﹶﻥﹾ‬‫ ﺍﻟﻠﱠـﻪ‬‫ﺮﹺﻳﺪ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ﻤ‬‫ ﺃﹶﻧ‬‫ﻠﹶﻢ‬‫ﺍ ﻓﹶﺎﻋ‬‫ﻟﱠﻮ‬‫ﻮ‬‫ ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ ﺗ‬‫ﻚ‬‫ ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻝﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺰ‬‫ﺎ ﺃﹶﻧ‬‫ﺾﹺ ﻣ‬‫ﻌ‬‫ ﺑ‬‫ﻦ‬‫ ﻋ‬‫ﻮﻙ‬‫ﻨ‬‫ﻔﹾﺘ‬‫ﻳ‬

‫ﻘﹸﻮﻥﹶ‬‫ﺎﺱﹺ ﻟﹶﻔﹶﺎﺳ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﺍ ﻣ‬‫ﲑ‬‫ﺇﹺﻥﱠ ﻛﹶﺜ‬‫ ﻭ‬‫ﻮﺑﹺﻬﹺﻢ‬‫ﺾﹺ ﺫﹸﻧ‬‫ﻌ‬‫ ﺑﹺﺒ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻴﺒ‬‫ﺼ‬‫ﻳ‬

"dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka

menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti

hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka,

supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang

telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum

yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya

Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka

disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya

kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." ( Al Maidah : 49 )

(Lihat: Nuzhah Al A'yun An Nawazhir 2/85-86, Bashaair Dzawi At

Tamyiiz 4/167-168 )

Demikianlah beberapa makna fitnah dalam Al Qur'an.

Kesemuanya memberikan satu kesimpulan penting buat kita, yaitu

bahwa makna fitnah ternyata amat luas dan mencakup banyak hal.

Tidak seperti yang selama ini kita pahami. Dan keluasan cakupan

www.KuliahIslamOnline.com
fitnah ini tentu saja mengharuskan kita untuk waspada, sebab mungkin

kita merasa lepas dari fitnah, padahal sebenarnya pada saat yang sama

kita sedang terhempas tanpa sadar oleh bentuk fitnah yang lain.

Rasulullah saw Bercerita Tentang Fitnah

Dalam banyak haditsnya, Rasulullah saw yang mulia telah

banyak mengungkapkan tentang gelombang fitnah yang akan menimpa

ummatnya. Dan bahwa kemunculan fitnah itu merupakan tanda-tanda

kiamat kecil. Bahwa ia adalah fitnah yang sangat besar, hingga

menyebabkan tercampur aduknya kebenaran dan kebatilan, yang

menggoncangkan keimanan seorang mu'min. Hingga dalam sebuah

hadits digambarkan bahwa disebabkan oleh fitnah itu, seseorang masih

beriman di pagi hari, namun di sore hari ia telah menjelma menjadi

seoran yang kafir. Demikian pula sebaliknya, ada seseorang yang di

sore hari masih beriman, namun di pagi hari ia telah berubah menjadi

seorang yang kafir.

Setiap kali sebuah fitnah baru muncul, orang beriman akan

berkata : "Inilah saat kebinasaanku…" Lalu fitnah itupun tersingkap

dan selesai. Dan beberapa saat kemudian, lahirlah fitnah yang baru

lagi, hingga ia mengatakan : "Inilah saatnya…inilah saatnya aku

binasa…". Demikianlah seterusnya fitnah akan bermunculan hingga

hari kiamat.

www.KuliahIslamOnline.com
Berikut ini beberapa hadits Rasulullah saw yang

menggambarkan pemunculan gelombang fitnah di tengah ummatnya:

1. Rasulullah saw bersabda –sebagaimana diriwayatkan oleh

Abu Hurairah r.a- :

"Tidak akan terjadi kiamat hingga zaman akan semakin

berdekatan, ilmu akan diangkat, fitnah akan nampak, kebakhilan akan

dicurahkan, dan pembunuhan akan semakin banyak." ( HR. Bukhari

dan Muslim )

Dalam hadits ini, terdapat lima hal yang disebut oleh Rasulullah

saw sebagai perkara yang akan menandai datangnya hari akhir bagi

kehidupan manusia ;

Pertama, "…zaman akan semakin berdekatan…”. Para

ulama memiliki beberapa pandangan tentang makna pernyataan Nabi

saw ini. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah

dicabutnya keberkahan dari segala sesuatu hingga keberkahan yang

ada pada waktu. Ada pula yang mengatakan bahwa maknanya adalah

semakin sedikitnya masa malam dan siang.

Namun barangkali yang paling menyimpulkan semua pendapat

para ulama itu adalah apa yang dijelaskan oleh Sykeh Abdul Aziz ibn

Baz –rahimahullah-yang mengatakan: "Pendapat yang paling

mendekati kebenaran dalam menafsirkan "kedekatan zaman" yang

disebutkan dalam hadits tersebut adalah realitas yang terjadi di zaman

www.KuliahIslamOnline.com
ini berupa kedekatan antara kota dan tempat, semakin pendeknya

masa tempuh antara keduanya yang disebabkan oleh penemuan-

penemuan modern, seperti pesawat-pesawat terbang, kendaraan

bermotor, radio, dan yang lainnya. Wallahu a'lam." (Haasyiyah Al

Fath 2/106 )

Kedua, "…ilmu akan diangkat…" yang dimaksud dengan

pengangkatan ilmu di sini adalah kematian orang-orang yang

mengembannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadits

lain : "Bahwasanya Allah tidak mencabut ilmu itu dengan mencabutnya

sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabutnya dengan

mengambil para ulama. Hingga akhirnya tidak menyisakan lagi

seorang 'alim, manusia pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang

jahil. Mereka ditanya lalu memberi fatwa tanpa ilmu, hingga mereka

pun sesat dan menyesatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan tentu saja yang dimaksud "ilmu" di sini bukan sembarang

ilmu. Sebab melihat kecanggihan teknologi dewasa ini, perkembangan

ilmu-ilmu tertentu justru nampak semakin hebat. Namun yang

dimaksud oleh Rasulullah saw dalam hadits ini adalah ilmu syar'i.

Ilmu yang menjadi kunci utama dalam memahami wahyu Allah ; Al

Qur'an dan As Sunnah. Ilmu yang menjadi warisan peninggalan para

Nabi dan Rasul kepada para ulama.

www.KuliahIslamOnline.com
Kita dapat melihat walaupun dewasa ini literatur-literatur ilmu

syar'I dapat dengan mudah kita dapatkan, namun barisan ulama

rabbani hanya dapat dihitung dengan jari. Selebihnya hanyalah

sekumpulan orang yang mempunyai sedikit ilmu syar'I lalu dipoles

dengan kemampuan retorika atau jurnalistik, sehingga nampak sebagai

orang yang berilmu dalam. Masyarakatpun –yang karena sudah terlalu

lama tidak pernah melihat ulama yang hakiki- menyebut mereka

sebagai ulama.Akibatnya, menjamurlah orang-orang yang memberi

fatwa seenaknya, yang kemudian menyesatkan orang lain setelah

terlebih dahulu menyesatkan orang lain. Wal 'iyadzu billah.

Ketiga, "…Fitnah akan nampak…". Inilah inti hadits yang

berkaitan dengan pembahasan ini. Para ulama menjelaskan bahwa

maksud sabda Nabi saw ini adalah semakin banyak dan mewabahnya

fitnah sehingga tidak lagi dapat ditutup-tutupi. Dan penampakan itu

muncul dengan berbagai bentuk dan jenis yang menyebabkan lahirnya

bencana bagi komitmen keberagamaan setiap muslim. (Fath Al Bary

13/20)

Bahkan secara lebih tegas, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa

hadits ini merupakan "isyarat nabawiah yang menunjukkan mendarah

dagingnya fitnah di tengah-tengah ummat Islam." (An Nihayah Fil

Fitan wa Al Malahim 1/60).

www.KuliahIslamOnline.com
Dan demikianlah kenyataan yang terjadi. Keislaman setiap

muslim sejak lama telah menghadapi serangan bertubi-tubi dari segala

penjuru, dan dalam seluruh aspek kehidupan. Sehingga setiap bayi

muslim lahir ke dunia, tumbuh berkembang sebagai "muslim" yang

tidak mengetahui hakikat Islam yang sesungguhnya. Hingga tepat

kiranya pernyataan Rasulullah saw empat belas abad yang lalu bahwa

kelak banyak orang yang mengaku muslim tetapi mereka tidak lebih

ibarat buih-buih air lautan. Tak bermakna dan tidak mempunyai

kemuliaan.

Kemudian dua hal terakhir yang disebutkan oleh Rasulullah saw

adalah contoh fitnah yang akan banyak terlihat menjelang kedatangan

hari akhir, yaitu merajalelanya kebakhilan dan semakin banyaknya

pembunuhan.

2. Hadits Usamah ibn Zaid –radhiallahu 'anhu-, di mana

Rasulullah saw menggambarkan terjadinya fitnah dengan mengatakan

: "Sesungguhnya aku melihat fitnah-fitnah itu akan menimpa rumah-

rumah kalian seperti jatuhnya tetes-tetes air hujan." (HR. Bukhari

dan Muslim).

Lihatlah bagaimana dalam hadits ini Rasulullah saw

menggambarkan terjadinya fitnah itu bagaikan turunnya tetes-tetes air

hujan…sangat banyak, bertubi-tubi dan mengenai setiap tempat (Al

Fath 13/16).

www.KuliahIslamOnline.com
3. Hadits 'Abdullah ibn 'Amr ibn Al 'Ash –radhiallahu 'anhu-,

bahwa Nabi saw bersabda: "…Dan akan datang fitnah hingga seorang

mu'min akan berkata : 'Inilah saat kebinasaanku'. Lalu fitnah itu

tersingkap. Kemudian datang lagi fitnah yang lain, hingga ia akan

mengatakan: 'Inilah (kebinasaanku)! Inilah (kebinasaanku)!'…" (HR.

Muslim)

4. Hadits Abu Hurairah –radhiallahu 'anhu-, bahwa Rasulullah

saw bersabda: "Segerakanlah amal-amal shaleh (sebelum terjadi)

berbagai fitnah yang bagaikan bagian malam yang gelap gulita. (Di

mana) seseorang beriman di waktu pagi lalu menjadi kafir di sore

hari. Dan beriman di waktu sore lalu menjadi kafir di waktu pagi. Ia

menjual agamanya dengan harta dunia yang yang sangat sedikit."

(HR. Muslim)

Demikianlah beberapa hadits nabawi yang memberikan

gambaran tentang kedahsyatan fitnah yang akan menimpa ummat

manusia, khususnya yang mengaku sebagai muslim. Masih banyak

hadits lain yang menggambarkan tentang hal ini. Semuanya mengajak

kita pada suatu tujuan : mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Dan untuk itu tentu saja dibutuhkan ilmu syar'i yang memadai.

Fitnah Adalah Sunnatullah Bagi Orang Beriman

www.KuliahIslamOnline.com
Telah menjadi satu ketetapan Allah yang pasti, bahkan tidak

akan berubah hingga hari kiamat, bahwa kehidupan manusia sangat

mustahil tanpa fitnah, cobaan dan musibah. Bahkan penciptaan langit

dan bumi, kehidupan dan kematian, serta apa yang menghiasi

keduanya ; semuanya dalam rangka melakukan pengujian dan

penyaringan terhadap seluruh hamba. Untuk menentukan, siapa di

antara mereka yang menginginkan Allah Azza wa Jalla dan siapa yang

lebih memilih dunia dan keindahaan semunya.

Allah menyatakan dalam Al Qur'an :

‫ـﻪ‬‫ﺷ‬‫ﺮ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻋ‬‫ﺎﻡﹴ ﻭ‬‫ ﺃﹶﻳ‬‫ﺔ‬‫ﺘ‬‫ﻲ ﺳ‬‫ ﻓ‬‫ﺽ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﻠﹶﻖ‬‫ﻱ ﺧ‬‫ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬

‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ ﺑ‬‫ﻦ‬‫ﻮﺛﹸﻮﻥﹶ ﻣ‬‫ﻌ‬‫ﺒ‬‫ ﻣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ ﺇﹺﻧ‬‫ ﻗﹸﻠﹾﺖ‬‫ﻦ‬‫ﻟﹶﺌ‬‫ﻠﹰﺎ ﻭ‬‫ﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ ﺃﹶﺣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ ﺃﹶﻳ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﺎﺀِ ﻟ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻋ‬

‫ﻣﺒﹺﲔ‬ ‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﺬﹶﺍ ﺇﹺﻟﱠﺎ ﺳ‬‫ﻭﺍ ﺇﹺﻥﹾ ﻫ‬‫ ﻛﹶﻔﹶﺮ‬‫ﻳﻦ‬‫ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻘﹸﻮﻟﹶﻦ‬‫ ﻟﹶﻴ‬‫ﺕ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬

"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam

masa, dan adalah `Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah

di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata

(kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan

sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini

tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (Hud : 7).

www.KuliahIslamOnline.com
Dan dalam ayat yang lain, Allah berfirman :

‫ﻠﹰﺎ‬‫ﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ ﺃﹶﺣ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ ﺃﹶﻳ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﺒ‬‫ﻨ‬‫ﺎ ﻟ‬‫ﺔﹰ ﻟﹶﻬ‬‫ﺽﹺ ﺯﹺﻳﻨ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﺟ‬‫ﺇﹺﻧ‬

"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi

sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah

di antara mereka yang terbaik perbuatannya." (Al Kahfi : 7)

Yah, keimanan memang bukanlah sekedar sebuah kata yang

mudah diucapkan. Ia adalah sesuatu yang memiliki beraneka ragam

konsekwensi. Ia adalah amanah yang memiliki beban, jihad yang

membutuhkan kesabaran, dan kesungguhan yang berhajat kepada

keteguhan hati. Sehingga tidaklah cukup sekedar mengatakan : kami

telah beriman. Manusia tidak akan pernah dibiarkan hanya dengan

pengakuan seperti itu, hingga mereka dihadapkan pada berbagai fitnah

di mana keteguhan mereka diuji, lalu akhirnya mereka keluar dalam

keadaan murni dan bersih. Fitnah terhadap keimanan adalah perkara

yang akan tetap ada, sebab ia telah menjadi ketetapan di sisi Allah

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Bijaksana.

Dan prinsip ini telah dijelaskan dalam banyak ayat-ayat Al

Qur'an. Allah berfirman :

www.KuliahIslamOnline.com
‫ـﻦ‬‫ﺍ ﻣ‬‫ﻠﹶـﻮ‬‫ ﺧ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺜﹶﻞﹸ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻜﹸ‬‫ﺄﹾﺗ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ﻟﹶﻤ‬‫ﺔﹶ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹸﻮﺍ ﺍﻟﹾﺠ‬‫ﺧ‬‫ﺪ‬‫ ﺃﹶﻥﹾ ﺗ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺴِﺒ‬‫ ﺣ‬‫ﺃﹶﻡ‬

‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠـﺬ‬‫ـﻮﻝﹸ ﻭ‬‫ﺳ‬‫ﻘﹸﻮﻝﹶ ﺍﻟﺮ‬‫ﻰ ﻳ‬‫ﺘ‬‫ﻟﹾﺰﹺﻟﹸﻮﺍ ﺣ‬‫ﺯ‬‫ﺍﺀُ ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﻀ‬‫ﺎﺀُ ﻭ‬‫ﺄﹾﺳ‬‫ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ ﻣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻗﹶﺒ‬

‫ ﻗﹶﺮﹺﻳﺐ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ ﺃﹶﻟﹶﺎ ﺇﹺﻥﱠ ﻧ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﻰ ﻧ‬‫ﺘ‬‫ ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﻌ‬‫ﻮﺍ ﻣ‬‫ﻨ‬‫ﺀَﺍﻣ‬

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal

belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang

terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan

kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)

sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:

"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya

pertolongan Allah itu amat dekat." (Al Baqarah : 214)

Allah juga menegaskan dalam ayat lain :

‫ﻜﹸﻢ‬‫ـﻨ‬‫ﻭﺍ ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﺎﻫ‬‫ ﺟ‬‫ﻳﻦ‬‫ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻠﹶﻢﹺ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ﻟﹶﻤ‬‫ﺔﹶ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹸﻮﺍ ﺍﻟﹾﺠ‬‫ﺧ‬‫ﺪ‬‫ ﺃﹶﻥﹾ ﺗ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺴِﺒ‬‫ ﺣ‬‫ﺃﹶﻡ‬

‫ﺎﺑﹺﺮﹺﻳﻦ‬‫ ﺍﻟﺼ‬‫ﻠﹶﻢ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal

belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan

belum nyata orang-orang yang sabar." (Ali Imran : 142)

www.KuliahIslamOnline.com
Itulah sebabnya, dalam As Sunnah dijelaskan bahwa orang-

orang beriman itu diuji sesuai dengan kadar keimanan mereka. Suatu

ketika Rasululah saw ditanya:

"Wahai Rasulullah! Siapakah gerangan manusia yang paling

berat cobaannya?" Lalu beliau menjawab: "Para Nabi. Lalu kemudian

yang paling menyerupai (mereka), lalu yang paling menyerupai

mereka. Seorang hamba itu diuji sesuai dengan agamanya. Jika

agamanya kuat maka semakin beratlah cobaannya. Namun bila

agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan (kadar)

agamanya." (HR. Ibn Majah dan Al-Hakim, dishahihkan oleh Al

Albany)

Sementara dalam hadits lain, Rasulullah saw hal ini seraya

memberikan pelajran betapa pentingnya untuk tidak bersikap tergesa-

gesa dalam bertindak. Suatu ketika saat Rasulullah saw tengah

berbaring di bawah Ka'bah, datanglah sahabat Khabbab ibn Al Art

mengadu:

"Wahai Rasulullah ! Mengapa engkau tidak memohonkan

kemenangan untuk kami? mengapa engkau tidak mendoakan kami?"

Maka beliau menjawab: "Dahulu orang-orang sebelum kalian,

seseorang itu dibawa lalu digalikan lubang buatnya lalu ia kemudian

ditanam didalamnya. Kemudian didatangkan sebuah gergaji lalu

kepalanya dibelah hingga menjadi sua bagian, dan kepalanya disisir

www.KuliahIslamOnline.com
dengan sisir dari besi hingga daging dan tulangnya nampak, namun hal

itu tidak membuatnya bergeser dari agamanya.

Demi Allah! (Misi) ini akan sempurna, hingga seorang

berkendara dari Shan'a ke Hadhramaut, tidak ada yang ia takuti selain

Allah dan serigala yang akan memangsa kambingnya. Akan tetapi

kalian selalu tergesa-gesa." (HR. At Tirmidzy dan Ibn Majah,

dishahihkan oleh Al Albany)

Sesungguhnya keimanan adalah amanah Allah di atas muka

bumi ini. Ia tidak diemban kecuali oleh orang yang memang pantas

untuk mengembannya, yang memang mempunyai kemampuan untuk

memikulnya, dan hati mereka dipenuhi dengan kesungguhan dn

keikhlasan. Bukan untuk orang yang lebih memilih kesenangan,

keselamatan, kenikmatan dan keamanan. Dan untuk memilih siapa

yang berhak untuk mengemban amanah itulah, Allah Azza wa Jalla

menetapkan fitnah sebagai sebuah sunnatullah bagi hamba-hambaNya

yang beriman.

Akan tetapi fitnah bagi orang beriman bukanlah malam yang

berkepanjangan yang tidak pernah diakhiri dengan terbitnya

fajar…fitnah itu pasti akan berakhir pada waktu yang hanya diketahui

oleh Allah Azza wa Jalla. Terkadang ia berlangsung dalam waktu yang

singkat, dan sering pula ia berlangsung dalam kurun masa yang terasa

amat lama…

www.KuliahIslamOnline.com
BAB KEDUA

BENTUK-BENTUK FITNAH

1. Fitnah Perpecahan ( At Tafarruq )1

Fitnah ini adalah merupakan konsekwensi logis dari semakin

jauhnya ummat Islam dari sumber ajaran Islam yang murni. Dan

sangat jelas bahwa fitnah ini adalah fitnah yang paling berbahaya bagi

Ad din, sebab akan melemahkan kekuatan dan membuka jalan yang

lapang bagi musuh Islam untuk meruntuhkan secara cepat.

Itulah sebabnya, Islam selalu mengingatkan bahaya perpecahan

dan selalu menyerukan wajibnya menyatukan shaf dan kekuatan di

antara kaum muslimin. Allah berfirman :

‫ـﺔﹶ ﺍﻟﻠﱠـﻪ‬‫ﻤ‬‫ﻭﺍ ﻧﹺﻌ‬‫ﺍﺫﹾﻛﹸـﺮ‬‫ﻗﹸﻮﺍ ﻭ‬‫ﻔﹶﺮ‬‫ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻤ‬‫ ﺟ‬‫ﻞﹺ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺒ‬‫ﻮﺍ ﺑﹺﺤ‬‫ﻤ‬‫ﺼ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬

‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻛﹸﻨ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺍﻧ‬‫ﻮ‬‫ ﺇﹺﺧ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬‫ ﺑﹺﻨﹺﻌ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ ﻓﹶﺄﹶﺻ‬‫ ﻗﹸﻠﹸﻮﺑﹺﻜﹸﻢ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ ﺑ‬‫ﺍﺀً ﻓﹶﺄﹶﻟﱠﻒ‬‫ﺪ‬‫ ﺃﹶﻋ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ ﺇﹺﺫﹾ ﻛﹸﻨ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬

1
Lih. Mauqif Al Muslim Min Al Fitan, hal 174.

www.KuliahIslamOnline.com
‫ـﻪ‬‫ﺎﺗ‬‫ ﺀَﺍﻳ‬‫ ﻟﹶﻜﹸـﻢ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻚ ﻳ‬
 ‫ﺎ ﻛﹶﺬﹶﻟ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ ﻣ‬‫ﻘﹶﺬﹶﻛﹸﻢ‬‫ﺎﺭﹺ ﻓﹶﺄﹶﻧ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﺓ‬‫ﻔﹾﺮ‬‫ﻔﹶﺎ ﺣ‬‫ﻠﹶﻰ ﺷ‬‫ﻋ‬

‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﻬ‬‫ ﺗ‬‫ﻠﱠﻜﹸﻢ‬‫ﻟﹶﻌ‬

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,

dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah

kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan,

maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena

ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di

tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu

mendapat petunjuk." (Ali Imran : 103)

dalam ayat lain Allah TA'ala menegaskan larangan berpecah

belah:

‫ـﺎﺕ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻢ‬‫ﺎﺀَﻫ‬‫ﺎ ﺟ‬‫ ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ ﺑ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹶﻔﹸﻮﺍ ﻣ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺧ‬‫ﻗﹸﻮﺍ ﻭ‬‫ﻔﹶﺮ‬‫ ﺗ‬‫ﻳﻦ‬‫ﻮﺍ ﻛﹶﺎﻟﱠﺬ‬‫ﻜﹸﻮﻧ‬‫ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ﻭ‬

‫ﻴﻢ‬‫ﻈ‬‫ ﻋ‬‫ﺬﹶﺍﺏ‬‫ ﻋ‬‫ﻢ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﻚ‬‫ﺃﹸﻭﻟﹶﺌ‬‫ﻭ‬

"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-

berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada

www.KuliahIslamOnline.com
mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,"

(Ali Imran : 105)

Bahkan pada ayat yang lain, Allah menegaskan celaanNya

terhadap orang yang berpecah:

‫ﺎﺏﹺ‬‫ﺘ‬‫ﻲ ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﻠﹶﻔﹸﻮﺍ ﻓ‬‫ﺘ‬‫ ﺍﺧ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ ﻭ‬‫ﻖ‬‫ ﺑﹺﺎﻟﹾﺤ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺘ‬‫ﻝﹶ ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﺰ‬‫ ﻧ‬‫ ﺑﹺﺄﹶﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻚ‬‫ﺫﹶﻟ‬

‫ﻴﺪ‬‫ﻌ‬‫ﻘﹶﺎﻕﹴ ﺑ‬‫ﻲ ﺷ‬‫ﻟﹶﻔ‬

"Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al

Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang

yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-benar dalam

penyimpangan yang jauh." (Al Baqarah : 176)

Walaupun demikian, harus dipahami bahwa terjadinya

perpecahan tersebut merupakan sunnatullah, sebagaimana perpecahan

yang terjadi antara yang haq dan yang bathil juga merupakan

sunnatullah hingga akhir zaman. Namun tidak bisa dipahami bahwa

pernyataan ini melegalkan terjadinya perpecahan, sebab yang menjadi

kewajiban kita sekarang adalah menntukan sikap yang tepat dan benar

dalam menghadapi fitnah perpecahan ini. Apakah kita ikut larut atau

mencari jalan selamat. Dan fakta perpecahan itu dijelaskan oleh

www.KuliahIslamOnline.com
Rasulullah saw dengan sangat gamblang dalam beberapa haditsnya, di

antaranya adalah hadits tentang 73 golongan yang sangat terkenal itu:

"Ummat Yahudi telah berpecah menjadi 71 atau 72 golongan,

ummat Nasrani telah terpecah menjadi 71 atau 72 golongan,

sedangkan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan semuanya

di neraka kecuali satu, yaitu Al Jama'ah." (HR. Abu Dawud, At

Tirmidziy, Ibnu Majah, Ahmad, AL Baihaqiy, Al Hakim, Ibnu Hibban,

Ibnu Abi 'Ashim, Ibn Nashr Al Marwaziy, dan ia merupakan hadits

yang shahih dan dishahihkan oleh sejumlah besar ulama hadits)

Hadits ini sangat jelas menunjukkan bahwa perpecahan di

tengah ummat Islam pasti terjadi. Dan sebagaimana telah disinggung

terdahulu, bahwa perpecahan itu muncul sebagai konsekwensi logis

dari semakin jauhnya setiap kelompok dari pemahaman yang benar

terhadap Al Qur'an dan As Sunnah. Masing-masing merasa

mempunyai legalitas untuk memahami sendiri ajaran Islam, dan

melupakan –atau sengaja melupakan- bahwa cara memahami

Islam haruslah sesuai dengan cara Rasulullah saw, para

sahabatnya, dan kaum As Salaf Ash Shaleh. Dan itulah salah

www.KuliahIslamOnline.com
satu pengertian yang benar dari Al Jama'ah yang disebutkan dalam

hadits di atas.2

Berdasarkan hal ini, maka kebenaran tidak dapat diklaim oleh

sebuah kelompok atau oraganisasi tertentu, sebab tolok ukur yang

menentukan apakah seseorang atau sebuah kelompok itu berada di

atas Al Haq adalah sejauh mana mereka berpegang teguh kepada

manhaj kaum As Salaf Ash Shaleh dalam memahami Islam.

Mengapa Terjadi Perpecahan ?3

Faktor penyebab terjadinya perpecahan di tengah ummat Islam

sangatlah beraneka ragam. Tentulah sangat sulit untuk memberikan

batasan tertentu terhadapnya. Namun faktor-faktor berikut ini dapat

dianggap sebagai faktor-faktor utama penyebab perpecahan itu. Dan

penyebab-penyebab lainnya umumnya kembali kepada salah satu dari

faktor utama tersebut.

2
Silahkan merujuk kepada kitab Wujub Luzum Al Jama'ah, DR. Jamal Badiy
; sebuah referensi penting yang mengulas secara benar tentang pengertian Al Jama'ah
dalam hadits ini.
3
Lih. Mauqif Al Muslim min Al Fitan, hal. 191

www.KuliahIslamOnline.com
Penyebab Pertama, Kebodohan (Al Jahl)

Kebodohan adalah salah satu sumber segala musibah. Apalagi

jika kebodohan itu berkaitan dengan Ad Din. Kebodohan yang

dimaksud disini adalah ketidaktahuan seseorang terhadap manhaj,

prinsip dan kaidah Ad Din (Al Qur'an dan As Sunnah). Kebodohan di

sini tidak selamanya berkaitan dengan informasi dan wawasan yang

luas. Sebab banyak orang yang mempunyai wawasan yang luas,

membaca berbagai buku dan tulisan, dan bila berbicara dapat dengan

lihai mengutip pendapat si fulan, teori ini dan itu, namun ia tidak

mempunyai fiqh fiddin. Ya, dia tidak mempunyai fiqh ! Bukan ilmu

fikih, tetapi yang dimaksud adalah pemahaman terhadap prinsip dasar

dan manhaj Islam. Tidak memahami mana masalah yang telah jelas

dalilnya dan tidak dapat lagi dijadikan bahan berijtihad dan mana yang

masih memungkinkan terjadinya ijtihad. Tidak memahami bagaimana

menyikapi perbedaan dan bagaimana seharusnya melakukan amar

ma'ruf nahi mungkar.

Akibat tidak adanya fiqh fiddin ini muncullah dua kutub

ekstrem dalam berislam. Kutub pertama adalah kelompok yang

menggampang-gampang Islam, sehingga dengan mudah mereka

mengeluarkan "fatwa-fatwa" nyeleneh yang tidak mempunyai landasan

syar'I dan tidak pernah dicontohkan oleh As Salaf Ash Shaleh.

Akibatnya muncul lagi ajaran dan cara baru dalam berislam. Ciri lain

dari kutub ini adalah menganggap setiap persoalan khilafiyah sebagai

www.KuliahIslamOnline.com
rahmat. Padahal tidak semua masalah khilafiyah dapat ditolerir,

apalagi jika berkaitan dengan prinsip dasar Aqidah Islam.

Sementara kutub lain adalah kutub yang bersikap keras tetapi

tidak pada tempatnya. Mereka tidak dapat membedakan mana masalah

yang sudah tidak memungkin lagi terjadinya ijtihad dan mana masalah

yang masih memungkinkan terjadinya ijtihad. Bagi mereka setiap

orang yang menyelisihi mereka adalah sesat, walaupun dalam masalah

yang tidak prinsipil. Akibatnya tanpa terasa, mereka menampilkan

citra yang angker tentang Islam.

Kesimpulannya, kebodohan dan hilangnya fiqh fiddin adalah

sumber dan penyulut utama perpecahan di tengah ummat. Dan

solusinya sudah tentu dengan melakukan tafaqquh fiddin dalam

pengertian sebenarnya.

Penyebab Kedua, Kesalahan Dalam Metode Talaqqi

(Mempelajari Islam)

Faktor ini sangat berkaitan erat dengan penyebab pertama.

Sebab lahirnya firqah baru, kelompok baru, dan pemikiran baru yang

menyimpang umunya disebabkan oleh kesalahan metode mempelajari

dan memahami Islam. Yang kemudian mengakibatkan penyimpangan

dalam mengamalkan Islam. Sebab harus diingat, bahwa metode

mempelajari dan memahami Islam telah digariskan dan dicontohkan

www.KuliahIslamOnline.com
oleh Rasulullah saw, para sahabat, tabi'in dan kaum As Salaf Ash

Shaleh.

Berikut ini beberapa fenomena yang menunjukkan kesalahan

dalam metode talaqqi (mempelajari Islam):

1. Mempelajari Islam tidak kepada Ulama Rabbani.

Di zaman sekarang, apalagi di tengah kelangkaan ulama

rabbani, banyak orang yang keliru ketika mempelajari Islam. Begitu

mendengar atau melihat kehebatan retorika seseorang ketika

berbicara tentang Islam, maka segera saja mereka menganggapnya

sebagai ulama. Tanpa melihat lebih jauh bagaimana manhaj "sang

ulama" tersebut dalam berislam. Tanpa memperdulikan lagi apakah

"sang ulama" itu mempunyai kedalaman ilmu dalam memahami Al

Qur'an dan As Sunnah. Akibatnya muncul orang yang berani berfatwa,

hingga menyesatkan dirinya sendiri sebelum akhirnya menyesatkan

orang lain.

2.Berlepas diri dari para ulama rabbani dalam

mendalami Islam.

Artinya banyak orang –baik dari kalangan para da'i maupun

orang awam- yang mendalami Islam tanpa bimbingan para ulama

rabbani. Merasa cukup dengan mendalami dan mencoba memahami

sendiri. Merasa cukup dengan "sekedar" membaca kitab sendiri untuk

kemudian menyimpulkan sendiri. Terkadang sebagian orang dengan

www.KuliahIslamOnline.com
sedikit modal bahasa Arab sudah merasa "berhak" memberi fatwa dan

seterusnya…

Ini sesungguhnya adalah metode yang salah bahkan berbahaya

dan sangat berbahaya. Dalam sejarah Islam, metode inilah yang

menjadi bibit perpecahan. Mengapa kelompok seperti Khawarij dan

Rafidhah muncul? Salah satu sebab utamanya adalah karena mereka

tidak lagi mau bertafaqquh fiddin kepada para sahabat Nabi saw,

bahkan mereka justru meremehan dan menghina para sahabat –

radhiallhu 'anhum-. Karena itu mereka mengatakan, "Kami telah

mengetahui Al Qur'an dan As Sunnah, maka kami tidak perlu lagi

bimbingan orang lain dalam memahaminya." Padahal Al Fiqh fiddin

adalah warisan Rasulullah saw yang diwariskan melalui generasi

sahabat kepada ulama-ulama rabbani4 pada setiap kurun.

Penyebab ketiga, Tidak Memahami "Fiqh Al Khilaf"

Fiqh Al Khilaf adalah pemahaman terhadap hukum-hukum yang

berkaitan dengan khilaf (perbedaan pendapat) di kalangan kaum

4
Yang dimaksud dengan ulama rabbani adalah ulama yang mendasarkan
segala perkataan dan perilakunya kepada Al Qur'an dan As Sunnah berdasarkan
pemahaman kaum salaf ( para sahabat, tabi'in dan tabi' at tabi'in ), meneladani para
ulama sunnah di setiap zaman, dan memiliki kedalaman ilmu syar'I dan pemahaman
terhadap kaidah-kaidah pokok Islam. Wallahu a'lam. Lih. Mauqif Al Muslim min Al
Fitan, hal.197.

www.KuliahIslamOnline.com
muslimin, apa yang akan terjadi akibat adanya khilaf? Apa yang boleh

dikhilafkan dan apa yang tidak boleh dikhilafkan? Jika seseorang

menyelesihi, kapan ia diberi udzur dan kapan tidak dapat diberi udzur

? Kapan kita dapat menghukuminya sebagai orang yang sesat ?5.

Pemahaman terhadap fiqh al khilaf menjadi sangat penting agar

kita tidak salah menjatuhkan vonis terhadap sesama muslim. Berkaitan

dengan fiqh al khilaf ini, setidaknya ada dua kutub ekstrim di tengah

kaum muslimin. Kutub ekstrim pertama adalah kelompok yang tidak

memahami fiqh al khilaf. Akibatnya –bagi mereka- orang yang

menyelisihi mereka dalam satu masalah kecil yang memungkinkan

terjadinya ijtihad, mereka anggap sebagai orang yang sesat. Sedangkan

kutub ekstrim kedua adalah kelompok yang ”kebablasan" memahami

fiqh al khilaf. Akibatnya, menurut mereka kita tidak boleh

mempersoalkan orang yang menyelisihi kita dalam suatu masalah,

walaupun orang itu nyata menyimpang dari manhaj yang haq.

Oleh karena itu, fiqh al khilaf sangat penting untuk dipahami

dengan benar oleh kedua kelompok tersebut agar dapat bersikap secara

tepat dan benar sesuai dengan garis Al Qur'an dan As Sunnah

berdasarkan pemahaman kaum As Salaf Ash Shaleh.

5
Lih. Mauqif Al Muslim Min Al Fitan, hal. 200.

www.KuliahIslamOnline.com
Penyebab keempat, Sikap Berlebih-lebihan Dalam

Menjalankan Ad Din

Hal ini juga termasuk penyebab utama terjadinya perpecahan;

berlebih-lebihan dalam menjalankan Islam baik terhadap diri sendiri

maupun terhadap orang lain, serta berlebih-lebihan dalam menyikapi

orang lain tanpa memperhatikan kaidah dan tujuan syari'at Islam,

seperti: memperhatikan unsur pemudahan, menolak madharat

semaksimal mungkin, berprasangka baik (husn azh zhan) kepada

sesama muslim serta berusaha mencarikan udzur saat ia terjatuh

dalam kesalahan, dan kaidah lainnya.

Walaupun ini tidak berarti kita menganggap remeh kesalahan,

sebab yang dituntut bagi kita sebagai seorang muslim adalah bersikap

pertengahan, tidak berlebih-lebihan dan memberatkan, dan tidak pula

memudah-mudahkan dan menggampang-gampangkan.

Penyebab kelima, Membuat Bid'ah Dalam Agama.

Ketika ummat Islam masih berpegang kepada Sunnah

Rasulullah saw maka bibit perpecahan dapat dihentikan dengan

menjalankan Sunnah itu sendiri. Namun ketika sebagian individu

ummat ini mulai "menciptakan" hal baru dalam beraqidah dan

beribadah, mulailah perpecahan itu bersemi. Setiap orang merasa

mempunyai hak membuat hal-hal baru dalam berislam, sehingga

www.KuliahIslamOnline.com
semakin lama ummat ini semakin jauh dari tali ikatan yang

mempersatukan mereka, yaitu Al Qur'an dan As Sunnah.

Itulah sebabnya, persoalan bid'ah bukanlah persoalan remeh –

sebagaimana anggapan sebagian orang bahkan sebagian da'I-.

Persoalan bid'ah bukanlah sekedar persoalan khilafiyyah. Lebih dari

itu, ia adalah sumber perpecahan ummat dan menjadi penyebab utama

amalan seseorang tertolak di sisi Allah Ta'ala.6

2. Fitnah Wanita.7

Allah Ta'ala berfirman:

‫ﺓ‬‫ﻄﹶﺮ‬‫ﻘﹶﻨ‬‫ﲑﹺ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎﻃ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹶﻨ‬‫ ﻭ‬‫ﻨﹺﲔ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﺎﺀِ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﺸ‬‫ﺐ‬‫ﺎﺱﹺ ﺣ‬‫ﻠﻨ‬‫ ﻟ‬‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺯ‬

‫ـﺎﻉ‬‫ﺘ‬‫ ﻣ‬‫ـﻚ‬‫ ﺫﹶﻟ‬‫ﺙ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺎﻡﹺ ﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻧ‬‫ ﻭ‬‫ﺔ‬‫ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﺴ‬‫ﻞﹺ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ ﻭ‬‫ﺔ‬‫ﻀ‬‫ﺍﻟﹾﻔ‬‫ﺐﹺ ﻭ‬‫ ﺍﻟﺬﱠﻫ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬

‫ﺂﺏﹺ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ ﺣ‬‫ﻩ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻟﺪ‬‫ﺎﺓ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan

kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,

6
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh 'Aisyah –radhiallahu 'anhu- :
"Barang siapa yang beramal tanpa dilandasi perintah kami maka ia akan tertolak." (
HR. Bukhari dan Muslim ).
7
Lih. Mauqif Al Muslim Min Al Fitan hal. 221

www.KuliahIslamOnline.com
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-

binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia

dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (Ali Imran : 14)

Seorang pria memang telah ditetapkan untuk menyenangi

wanita –meskipun ada saja yang menyimpang dari "kaidah" ini namun

itu tentu tidak masuk dalam pembahasan ini-. Dan kecintaan pada

wanita dalam diri seorang pria telah mengalir ke seluruh aliran darah

hingga "mendarah"-daging dalam dirinya. Itulah sebabnya, wanita

menjadi sumber fitnah yang terberat bagi kelaki-lakian seorang pria.

Benar-benar sebuah ujian yang amat berat.

Akan tetapi, sangat disayangkan sekali, karena orang-orang

yang berpikir tidak dengan landasan Islam justru memberikan ”solusi"

yang semakin memperparah keadaan dan tidak memberikan jalan

keluar yang tepat. Untuk memecahkan fitnah yang berat ini, mereka

justru menyerukan kebebasan tanpa batas dalam hubungan antara

"sumber fitnah" (wanita) dengan "objek fitnah" (pria).

Oleh karena itu, Islam –yang ajarannya telah terbukti sangat

cerdas memadukan antara hajat jasmani dan rohani manusia- datang

menjelaskan bagaimana sikap yang tepat menghadapi fitnah yang

berat ini. Berbagai petunjuk telah diserukan oleh Islam, seperti

melarang terjadinya ikhthilath (campur baur pria dan wanita),

perintah menundukkan pandangan, pemakaian hijab muslimah hingga

www.KuliahIslamOnline.com
perintah untuk menikah bila telah datang seseorang yang diridhai

agama dan akhlaqnya. Setiap petunjuk Islam ini bermuara pada tujuan

yang mulia; mencegah terjadinya fitnah dan menempatkan kaum

wanita pada tempat dan kedudukan yang terhormat –walaupun ada

saja wanita yang tidak mau di"hormati" dengan alasan kesetaraan-.

Wallahu a'lam.

3. Fitnah Harta.8

Harta benda memiliki peranan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Entah apa jadinya tata kehidupan manusia bila

tidak didukung oleh kekuatan harta benda. Dan prinsip ini sangat

dipahami betul oleh Islam. Itulah sebabnya, Islam sebagai sebuah

pegangan hidup yang sempurna dan seimbang –di samping mengajak

ummatnya untuk mengarahkan hati dan pandangan mereka kepada

kehidupan yang kekal abadi ; kehidupan akhirat-, Islam juga

mengingatkan ummatnya untuk tidak melupakan bagian mereka di

dunia ini;

8
Lih. Mauqif Al Muslim Min Al Fitan, hal. 239.

www.KuliahIslamOnline.com
‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻟـﺪ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻚ‬‫ﻴﺒ‬‫ﺼ‬‫ ﻧ‬‫ﺲ‬‫ﻨ‬‫ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ﺓﹶ ﻭ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﺂﺧ‬‫ﺍﺭ‬‫ ﺍﻟﺪ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎﻙ‬‫ﺎ ﺀَﺍﺗ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻎﹺ ﻓ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻭ‬

‫ ﻟﹶـﺎ‬‫ﺽﹺ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠـﻪ‬‫ﻲ ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ ﻓ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻎﹺ ﺍﻟﹾﻔﹶﺴ‬‫ﺒ‬‫ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ ﻭ‬‫ﻚ‬‫ ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ﺎ ﺃﹶﺣ‬‫ ﻛﹶﻤ‬‫ﺴِﻦ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻭ‬

‫ﻳﻦ‬‫ﻔﹾﺴِﺪ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah

kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan

berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat

baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)

bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

kerusakan." (Al Qashash : 77)

Islam adalah satunya-satunya agama yang menjaga

keseimbangan dunia dan akhirat. Ia adalah agama duniawi dan

ukhrawi sekaligus. Namun tetap menjadikan kehidupan yang kekal

abadi sebagai prioritas utama. Karena itu, harta benda dalam Islam

tidak lebih dari sekedar sarana belaka. Tidak pernah sekalipun ia

menjadi tujuan akhir dalam Islam. Dan inilah yang seringkali

dilupakan orang. Bahkan oleh kaum muslimin sendiri.

Maka Rasulullah saw pernah bersabada :

www.KuliahIslamOnline.com
"Bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, akan

tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah bila dunia dilapangkan

buat kalian sebagaimana telah dilapangkan buat orang-orang sebelum

kalian, sehingga kalian pun berlomba-lomba mendapatkannya sebagai

mereka dahulu berlomba-lomba, dan kalianpun dibinasakan (oleh

dunia) sebagaimana mereka telah dibinasakan olehnya." (HR. Bukhari)

Walhasil, peringatan akan bahaya fitnah yang dimunculkan oleh

harta benda tidaklah berarti bahwa kita harus melepaskan diri

sepenuhnya dari harta tersebut. Yang diinginkan sesungguhnya adalah

agar kita waspada dan berhati-hati dalam menggunakan dan

memanfa'atkan harta tersebut. Dan jangan sampai kita lah yang

ditunggangi oleh harta. Sebab bila itu semua yang terjadi maka saat

itulah harta benar-benar menjadi fitnah bagi kita, yang kemudian akan

melemparkan kita ke dalam kobaran api kebinasaan. Bukankah Rasul

yang mulia saw telah mengingatkan bahwa khusus untuk harta akan

ada dua pertanyaan di hari kiamat: "dari mana engkau

memperolehnya?" dan "bagaimana engkau menggunakannya?"?!!9

9
Hadits tentang ini diriwayatkan oleh At Tirmidziy ( 4/612 ) dan dishahihkan
oleh Al Albany.

www.KuliahIslamOnline.com
4. Fitnah Riba10

Benar-benar menyedihkan. Itulah sepotong kata yang tepat

untuk menggambarkan "hubungan" mayoritas negri-negri kaum

muslimin dengan riba. Kita tidak mengetahui berapa jumlah yang

pasti, namun yang dapat kita simpulkan adalah bahwa mayoritas kaum

muslimin hari ini masih "betah" bermu'amalah dengan segala bentuk

sistem ribawi.

Padahal sudah sangat jelas bahwa sistem ekonomi riba adalah

merupakan sistem ciptaan kaum Yahudi yang tidak diragukan lagi

kekejian moralnya dan keinginan besarnya untuk menguasai dunia

dengan segala cara. Sementara Islam yang merupakan agama rahmah

lil 'alamin sebenarnya telah mempunyai sistem ekonomi sendiri yang

dilandaskan pada asas tolong menolong dan kasih sayang, bukan atas

dasar keinginan menguasai dan memonopoli, apalagi memeras.

Itulah sebabnya, riba dengan segala bentuknya diharamkan

dalam Islam. Bahkan para ulama mengatakan bahwa ayat Al Qur'an

yang menggambarkan tentang ancaman untuk orang yang

bermu'amalah dengan sistem ini adalah ancaman yang belum ada

tandingannya dalam Al Qur'an. Bacalah ayat ini sepotong-sepotong,

kata perkata, agar Anda mengetahui kedahsyatannya:

10
Lih. Mauqif Al Muslim Min Al Fitan ( hal.253 )

www.KuliahIslamOnline.com
‫ﻄﹸـﻪ‬‫ﺒ‬‫ﺨ‬‫ﺘ‬‫ﻱ ﻳ‬‫ ﺍﻟﱠـﺬ‬‫ﻳﻘﹸـﻮﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮﻥﹶ ﺇﹺﻟﱠﺎ ﻛﹶﻤ‬‫ﻘﹸﻮﻣ‬‫ﺎ ﻟﹶﺎ ﻳ‬‫ﺑ‬‫ﺄﹾﻛﹸﻠﹸﻮﻥﹶ ﺍﻟﺮ‬‫ ﻳ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬

‫ـﻞﱠ ﺍﻟﻠﱠـﻪ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺑ‬‫ﺜﹾﻞﹸ ﺍﻟﺮ‬‫ﻊ ﻣ‬ ‫ﻴ‬‫ﺎ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻤ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺇﹺﻧ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ ﺑﹺﺄﹶﻧ‬‫ﻚ‬‫ ﺫﹶﻟ‬‫ﺲ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﻄﹶﺎﻥﹸ ﻣ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬

‫ﻩ‬‫ـﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﻠﹶﻒ‬‫ﺎ ﺳ‬‫ ﻣ‬‫ﻰ ﻓﹶﻠﹶﻪ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ ﻓﹶﺎﻧ‬‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ ﺭ‬‫ﻦ‬‫ﻈﹶﺔﹲ ﻣ‬‫ﻋ‬‫ﻮ‬‫ ﻣ‬‫ﺎﺀَﻩ‬‫ ﺟ‬‫ﻦ‬‫ﺎ ﻓﹶﻤ‬‫ﺑ‬‫ ﺍﻟﺮ‬‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬‫ ﻭ‬‫ﻊ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬

‫ـﺎ‬
‫ـ‬‫ﻴﻬ‬‫ ﻓ‬‫ ـﻢ‬‫ـﺎﺭﹺ ﻫ‬
‫ـ‬‫ ﺍﻟﻨ‬‫ﺎﺏ‬‫ ـﺤ‬‫ ﺃﹶﺻ‬‫ ـﻚ‬‫ ﻓﹶﺄﹸﻭﻟﹶﺌ‬‫ـﺎﺩ‬
‫ـ‬‫ ﻋ‬‫ ـﻦ‬‫ﻣ‬‫ ﻭ‬‫ـﻰ ﺍﻟﻠﱠ ـﻪ‬
‫ﺇﹺﻟﹶـ‬

‫ ﻛﹸـﻞﱠ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻭ‬‫ﻗﹶﺎﺕ‬‫ﺪ‬‫ﺑﹺﻲ ﺍﻟﺼ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺑ‬‫ ﺍﻟﺮ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻖ‬‫ﺤ‬‫ﻤ‬‫(ﻳ‬275)‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺪ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺧ‬

(276)‫ﻴﻢﹴ‬‫ﻛﹶﻔﱠﺎﺭﹴ ﺃﹶﺛ‬

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak bangkit (

dari kuburnyapada hari kiamat) melainkan seperti berdirinya orang

yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan

mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata

(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal

Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari

Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya

www.KuliahIslamOnline.com
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan

urusannya (terserah) kepada Allah.

Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu

adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah

memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak

menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu

berbuat dosa. "

(Al Baqarah : 275-276)

Lalu dalam beberapa ayat selanjutnya, Allah Azza wa Jalla

melanjutkan ancaman itu dengan mengatakan :

‫ﻢ‬‫ـﺘ‬‫ـﺎ ﺇﹺﻥﹾ ﻛﹸﻨ‬‫ﺑ‬‫ ﺍﻟﺮ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻲ‬‫ﻘ‬‫ﺎ ﺑ‬‫ﻭﺍ ﻣ‬‫ﺫﹶﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻮﺍ ﺍﺗ‬‫ﻨ‬‫ ﺀَﺍﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃﹶﻳ‬‫ﻳ‬

‫ﻢ‬‫ـﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺇﹺﻥﹾ ﺗ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻮﻟ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻦ‬‫ﺏﹴ ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﻮﺍ ﺑﹺﺤ‬‫ﻠﹸﻮﺍ ﻓﹶﺄﹾﺫﹶﻧ‬‫ﻔﹾﻌ‬‫ ﺗ‬‫(ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ ﻟﹶﻢ‬278)‫ﻨﹺﲔ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻣ‬

‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻈﹾﻠﹶﻤ‬‫ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ﻮﻥﹶ ﻭ‬‫ﻤ‬‫ﻈﹾﻠ‬‫ ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻮ‬‫ ﺃﹶﻣ‬‫ﺀُﻭﺱ‬‫ ﺭ‬‫ﻓﹶﻠﹶﻜﹸﻢ‬

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-

orang yang beriman.

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),

maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.

www.KuliahIslamOnline.com
Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka

bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)

dianiaya." (Al Baqarah : 278 -279)

Dan berikut ini ancaman sekaligus hukuman yang akan

diperoleh oleh pelaku riba dan siapapun yang bermu'amalah dengan

riba yang disimpulkan dari sekian banyak dalil yang melarang sistem

ini :11

1. Pelaku riba dilaknat oleh Rasulullah saw.

2. Pelaku riba akan dilempari dengan batu pada hari kiamat ke

arah mulutnya hingga mengeluarkan darah.

3. Pelaku riba dengan perbuatannya itu di sisi Allah lebih keji

dan jahat dibandingkan dengan perbuatan zina. Padahal kita tahu

bahwa Allah menyebut zina sebagai perbuatan keji dan jalan yang

buruk (Innahu Kaana Faahisyatan wa Sa'a Sabilaa).

4. Pelaku riba merupakan ancaman datangnya kehancuran,

kerusakan, kemiskinan, kekeringan, pencabutan berkah dan rahmat

Allah Azza wa Jalla. Dan hal ini telah menjadi kenyataan di negri ini

yang telah berpuluh-puluh tahun lamanya tenggelam dalam sistem

moneter ribawi.

11
Lih. Mauqif Al Muslim Min Al Fitan ( hal. 265 )

www.KuliahIslamOnline.com
5. Pelaku riba kelak di akhirat akan dikirimi oleh Allah ular-ular

dan hewan buas yang akan bersarang di perutnya, mereka keluar-

masuk ke dalam perutnya agar ia merasakan kesakitan dan kepedihan

yang luar biasa.

6. Bila ia dibangkitkan dari kuburnya, maka ia akan

dibangkitkan dalam keadaan seperti orang kesetanan.

7. Betapapun banyaknya harta yang dimiliki oleh seorang pelaku

riba, maka ia akan sangat hilang dan habis begitu saja.

8. Dan yang pasti, tersebarnya riba merupakan tanda semakin

dekatnya hari kiamat.

Semoga Allah melindungi kita dari fitnah riba ini dan dari segala

bentuk kejahatan.

Begitu banyaknya ragam fitnah yang menghiasi kehidupan

manusia. Namun yang telah disebutkan terdahulu barangkali dapat

mewakili fitnah-fitnah lain yang telah, atau sedang, atau akan

"menghiasi" hidup kita. Dan yang paling adalah bagaimana kita

menyikapi fitnah yang menghadang itu. Dan itulah yang menjadi topik

pembahasan kita pada bab selanjutnya.

www.KuliahIslamOnline.com
BAB KETIGA

SAAT FITNAH MENGHADANG

Apapun yang dikatakan orang saat fitnah menghadang

kehidupan kita, namun satu-satunya jalan untuk menghadapinya

adalah berangkat dari hati, jiwa dan pribadi kita masing-masing.

Fitnah –bagaimanapun dahsyatnya- tetaplah fitnah, yang akan terus

terjadi. Dan yang paling penting adalah bagaimana sikap kita

menghadapinya.

Itulah sebabnya pembangunan kepribadian muslim yang

tangguh adalah inti dari segala cara menghadapi fitnah tersebut.

Bukankah Allah Azza wa Jalla telah mengatakan –yang artinya- :

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum hingga

mereka merubah diri mereka sendiri." ( Ar Ra'd : 11 )?

Dan bukankah Allah pula yang memerintahkan kita melakukan

perbaikan kualitas penghambaan secara terus menerus hingga ajal

menjemput? "Dan sembahlah Tuhanmu hingga keyakinan (kematian)

mendatangimu." ( Al Hijr : 99 )

Maka fitnah apapun boleh datang silih berganti, namun sikap

terbaik dalam menghadapinya adalah dengan melihat ke kedalaman

www.KuliahIslamOnline.com
jiwa dan pribadi kita…sikap terbaik dalam menghadapinya adalah

dengan terus-menerus meningkatkan kualitas kepribadian kita…

Dan berikut ini beberapa langkah penting dalam menghadapi

fitnah, yang kesemuanya bermuara pada perbaikan kualitas diri

seorang muslim.12

Pertama, Memohon Pertolongan Kepada Allah dan

Berpegang teguh Kepada Tali Allah.

Keyakinan seorang muslim bahwa seluruh jagat semesta ini

adalah milik Allah semata, dan bahwa semua makhluq tanpa kecuali

adalah ciptaanNya, dan bahwa semua peristiwa adalah sesuai

KehendakNya; semua itu membuat seorang muslim hanya

mengarahkan dan menunjukan pandangannya kepada Sang Penguasa

dan Pengatur, Allah Azza wa Jalla. Itulah pintu keselamatan satu-

satunya, tidak ada pintu lain…kecuali yang dikehendakiNya…

Maka siapapun yang berusaha mencari keselamatan pada pintu

lain, maka ia tidak akan menemukan jalan keluar dan

keselamatan…sebab ia telah melepaskan ikatannya dengan Allah dan

12
Lih. Subul Muwajahah Al Fitan oleh 'Abdul Hakim ibn Muhammad Bilal
dan 'Amaliyyah La Ta'rif At Tawaqquf..Hatta Fi Al Fitan oleh 'Abdullathif ibn
Muhammad Al Hasan.

www.KuliahIslamOnline.com
bertumpu pada dirinya sendiri…dan bukankah diri manusia adalah

simbol paling nyata dari sebuah kelemahan dan ketidakmampuan?

Itulah sebabnya, tidak ada satupun yang sanggup mencukupkan

diri dari pertolongan Allah, walau hanya sekejap mata…dan alangkah

Maha pengasihnya Allah ketika Ia memerintahkan kita untuk

memanjatkan Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'iin berkali-kali dalam

sehari…"Hanya kepadaMu kami menghamba dan hanya kepadaMu

kami meminta pertolongan"…

Begitulah seharusnya semua manusia. Maka selama mereka

mengharapkan pertolongan Allah dan berpegang kepada tali Allah,

persoalan yang mereka hadapi akan kacau berkeping-keping…dan

perkara yang mudahpun akan menjadi sulit. Lalu bagaimana pula

dengan fitnah dan musibah yang berat?

Itu pulalah sebabnya, mengapa disyari'atkan bagi setiap muslim

untuk beristi'adzah (memohon perlindungan) kepada Allah dari segala

bentuk fitnah pada setiap shalatnya. Hal ini tidak lain menunjukkan

betapa berhajatnya kita pada perlindungan dan pertolongan Allah…

Dan apabila Rasulullah saw yang ma'shum saja berhajat untuk

berdo'a kepada Rabbnya:

Allahumma Inni A'udzu Bi 'Izzatika La Ilaha Illa Anta An

Tudhillaniy, Anta Al Hayyu-lladziy La Yamutu, Wal Jinnu wal Insu

Yamutuun…

www.KuliahIslamOnline.com
"Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung dengan

kemahaperkasaanMu,Tiada tuhan yang berhak disembah selain

Engkau, agar Engkau (tidak) menyesatkanku. Engkaulah Yang Maha

Hidup Yang tidak akan mati, sementara jin dan manusia semuanya

akan mati." (HR. Muslim)

Maka kita yang lemah ini tentulah lebih berhajat dibanding

beliau –shallallahu 'alaihi wa sallam-.

Kedua, Menjaga dan Memelihara Iman

Mengapa fitnah itu ada di tengah kehidupan kita? Mengapa

dalam setiap episode kehidupan kita, yang namanya "fitnah" selalu saja

bertebaran? Jawabnya adalah karena pada sisi lain kehidupan itu ada

sesuatu yang berharga yang bernama : iman. Iman-lah yang

"mengharuskan" adanya fitnah, sebab setiap orang dapat dengan

mudah mengaku memiliki "benda berharga" ini, tetapi tidak setiap

yang mengaku itu benar-benar memilikinya…dan untuk menguji

kebenaran pengakuan itulah sang "fitnah" datang…sebagai batu ujian.

Jika demikian, maka bagi seorang muslim hanya ada dua pilihan

–dan jangan pernah berharap mempunyai pilihan ketiga-; tunduk

kepada gelombang fitnah itu atau tampil gagah berani dengan

keimanan dan aqidahnya yang mulia…

www.KuliahIslamOnline.com
Dan tidak ada cara yang paling tepat untuk menjaga iman selain

dengan: (1)bermujahadah menundukkan diri sendiri agar rela tunduk

kepada perintah Allah dan rela menjauhi laranganNya, (2) selalu

memperbaharui pertaubatan kepadanya (3) dan menelusuri kedalaman

hati setiap waktu. Bukankah iman itu bertambah dengan keta'atan dan

berkurang karena kema'shiyatan? Anda jangan sampai lupa dengan

sifat khas iman yang satu ini…

Ketiga, Menapaki Jalan Penghambaan (Ibadah) Sejati

Saat fitnah terjadi, biasanya kedekatan dan perhatian seseorang

kepada Ad Din akan melemah. Kebanyakan orang akan lebih

mengalihkan perhatiannya kepada persoalan dunia dan bagaimana

memenuhi hajat duniawinya. Itulah sebabnya kedudukan ibadah

menjadi begitu agung dalam kondisi seperti ini. Rasulullah saw

mengatakan:

"Beribadah di tengah kekacau-balauan dan fitnah adalah

bagaikan berhijrah kepadaku." (HR. Muslim)

Yah, beribadah dalam pengertian penghambaan yang sejati

kepada Allah Ta'ala. Rasulullah saw menyamakan nilainya dengan nilai

hijrah kepada beliau saw. Sebabnya tiada lain karena di tengah fitnah,

orang biasanya tiba-tiba lupa beribadah dan tersibukkan dengan fitnah

itu sendiri, kecuali –tentu saja- sejumlah kecil individu.

www.KuliahIslamOnline.com
Al Munawiy –rahimahullah mengatakan: "Sisi persamaannya

dengan hijrah adalah bahwa manusia di zaman Nabi saw lari

meninggalkan negri dan orang-orang kafir menuju negri dan orang-

orang beriman (demi menyelamatkan dien-nya), maka ketika terjadi

fitnah menjadi wajib bagi setiap individu untuk berlari meninggalkan

fitnah (yang terjadi) menuju ibadah untuk mencari perlindungan bagi

dien-nya."13

Maka ibadah di tengah gelombang fitnah adalah penenang jiwa

yang mengembalikan jiwa kepada kondisi alamiyahnya agar dapat

berfikir dengan benar dan –akhirnya- bertindak secara benar pula.

Beberapa Ibadah Yang Menjadi Sangat Penting Di

Tengah Fitnah14

1. Pembersihan hati.

Salah satu sebab fitnah paling berbahaya yang dapat

menjauhkan seorang hamba dari Al Haq dan menjerumuskannya

dalam Al Bathil adalah penyakit-penyakit hati dan kelalaiannya dalam

menjalankan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan hati. Sebuah

persoalan yang tidak banyak disadari oleh manusia, bahkan mereka

tidak memberikan perhatian sedikitpun terhadapnya! Walaupun

13
Faidh Al Qadir 4/373
14
Lih. 'Amaliyyah La Ta'rif At Tawaqquf…hal.23.

www.KuliahIslamOnline.com
semuanya mengetahui dengan baik bahwa hati-lah yang akan dilihat

oleh Allah Azza wa Jalla, dan bahwa hati-lah kunci keshalehan anggota

tubuh lainnya.

Maka untuk membentengi diri dari fitnah, menjadi sangat

penting untuk melakukan pembersihan hati dari berbagai

penyakit, seperti: riya', 'ujub, kedengkian, hasad, prasangka buruk,

dan ketergantungan pada dunia dengan segala kenikmatannya. Di

samping melakukan usaha yang berkesinambungan untuk

memperbaiki hati dan menghidupkannya dengan lebih mengenal

Allah melalui 'Asma' dan ShifatNya yang indah dan mulia,

dan memahami makna serta pengaruhnya bagi pribadi manusia.

Dengan pembersihan hati ini, maka seorang mu'min dapat

menjalani kehidupannya yang dipenuhi oleh fitnah dengan:

a. Rasa cinta hanya kepada Allah semata. Sehingga ia lebih

mengedepankan perintah dan larangan Allah di atas perintah

dan larangan selain Allah. Dan ketika terjadi ujian (fitnah)

terhadap rasa cintanya, maka ia lebih mendahulukan kecintaan

pada Allah di atas kecintaan kepada semua selain Allah, lebih

mendahulukan kecintaan kepada orang-orang yang dicintai

Allah dengan membantu mereka menghadapi musuh-musuh

Allah Ta'ala.

www.KuliahIslamOnline.com
b. Rasa takut hanya kepada Allah serta mewaspadai

ancamanNya. Dengan demikian, maka hati dan langkahnya

akan terhenti saat akan melangkah ke jalan yang menyimpang –

utamanya di masa bertebarannya berbagai syubhat yang

membuatnya ragu terhadap Al Haq atau di masa ia tergoda oleh

syahwat duniawi-.

c. Optimisme pengharapan terhadap janji Allah –di dunia

maupun di akhirat- bagi orang-orang yang teguh di jalanNya.

Suatu hal yang akan membuat segala fitnah dan derita di jalan

Allah menjadi begitu ringan dan bahkan indah, serta

membuatnya berdiri tegak memandang ke masa depan dengan

penuh senyum tanpa sedikitpun berputus asa.

d. Bersandar sepenuhnya kepada pertolongan Allah dalam

seluruh episode kehidupannya.

e. Bersabar dalam manjalani keta'atan pada Allah, dalam

menghadapi fitnah ma'shiyat yang terus melaju dan –yang tak

kalah pentingnya- dalam menjalani takdir Allah 'Azza wa Jalla

bagi dirinya.

f. Keyakinan akan keMahabijaksanaan Allah dalam setiap

perbuatanNya dan bahwa di setiap peristiwa yang ditetapkan

Allah tersimpan hikmah yang tak ternilai.

www.KuliahIslamOnline.com
Dan selama perhatian kita tidak ditujukan sepenuhnya ke dalam

hati kita, maka betapa cepatnya fitnah akan mempengaruhi dan

menguasainya. Dan jika sudah demikian, maka alangkah sulitnya

menyelamatkan diri dari cengekeramannya!

2. Memperhatikan Hal-hal Yang Fardhu dan Wajib

(Fiqih Prioritas).

Banyak orang yang salah paham ketika menjalankan ibadah.

Umumnya mereka lebih menyenangi ibadah-ibadah yang sunnat

dibandingkan yang fardhu. Maka kita sering menemukan orang –

bahkan mungkin orang itu adalah diri kita- yang lebih bersemangat

mengerjakan ibadah yang sunnat "saja", sementara ketika mengerjakan

ibadah fardhu semangatnya tidaklah se"menggebu-gebu" saat

melakukan ibadah sunnat. Ini adalah satu contoh tidak adanya fiqih

prioritas dalam beribadah.

Padahal –sebagaimana dalam sebuah hadits qudsi yang

terkenal15- Allah 'Azza wa Jalla telah menyatakan bahwa ibadah yang

paling dicintai oleh Allah adalah apabila seorang hamba mendekatkan

diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah-ibadah fardhu terlebih

dahulu! Setelah itu, barulah yang sunnat!

15
Diriwayatkan daklam Shahih Bukhari no. 6502

www.KuliahIslamOnline.com
Hal ini perlu menjadi perhatian penting bagi kita, khususnya

dalam beribadah. Marilah kita menengok shalat kita sejenak. Betapa

menyedihkan. Betapa besarnya perhatian yang harus kita curahkan

untuknya. Bagaimana persiapan kita saat akan melaksanakannya,

kedisplinan kita, kekhusyu'an dan kehadiran hati kita dalam

merenungkan makna-makna bacaannya…tidak kuasa rasanya

menyebut satu-persatu hal-hal yang kita lalaikan dalam shalat kita.

Padahal kita mengetahui bahwa pujian Allah Ta'ala bagi orang-orang

beriman bukan sekedar karena mereka telah mengerjakan shalat.

Namun pujian itu dikarenakan kesinambungan perhatian dan

penjagaan mereka terhadap ibadah shalat mereka.

Dan jadikanlah shalat untuk mengukur ibadah yang lainnya.

Sebab orang yang menyia-nyiakan shalat, maka tentu terhadap ibadah

lainnya ia lebih menyia-nyiakannya. Wallahul Musta'an, hanya Allah-

lah tempat meminta tolong!

3. Memperbanyak Amal Kebaikan Yang Dapat

Memperbaiki Hati dan Amal.

Inilah jalan terbaik meraih cinta Allah. Hanya dengan jalan ini

iman dapat bertambah, derajat akan semakin mulia dan kewajiban

dapat terpelihara dengan baik.

www.KuliahIslamOnline.com
Di antara amal kebajikan yang menjadi sangat penting dalam

kondisi fitnah adalah:

a. Bertamasya di Taman Al Qur'an.

Hal itu dapat dilakukan dengan memperbanyak tilawah Al

Qur'an, merenungkan dan memahami maknanya, menggali 'ibrah dari

kedalaman ayat-ayatnya, menguatkan prinsip, meluruskan

pemahaman dan meneladani sikap serta sejarahnya…

Dan turunnya Al Qur'an berdasarkan kejadian dan peristiwa di

zaman Rasulullah saw menyimpan hikmah tersendiri…seolah-olah

Allah Azza wa Jalla mengajarkan bahwa dalam setiap peristiwa ada

sikap yang tepat untuk menjalaninya. Kita dapat merasakan bagaimana

pemahaman kita terhadap suatu ayat yang sama akan terasa "berbeda"

bergantung peristiwa yang menimpa kita, hingga kadang-kadang kita

seperti belum pernah membacanya sebelumnya…

Itulah yang terjadi pada diri 'Umar ibn Al Khaththab –

radhiallahu 'anhu- ketika mendengarkan kematian Rasulullah

saw…semuanya tiba-tiba saja berubah. Hati sebagian sahabat

mengatakan bahwa ini adalah hal yang mustahil. Namun Abu Bakar –

radhiallahu 'anhu- tampil membacakan Firman Allah:

www.KuliahIslamOnline.com
‫ﻞﹶ‬‫ ﻗﹸﺘ‬‫ ﺃﹶﻭ‬‫ﺎﺕ‬‫ﻞﹸ ﺃﹶﻓﹶﺈﹺﻥﹾ ﻣ‬‫ﺳ‬‫ ﺍﻟﺮ‬‫ﻪ‬‫ﻠ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻠﹶﺖ‬‫ ﺧ‬‫ﻮﻝﹲ ﻗﹶﺪ‬‫ﺳ‬‫ ﺇﹺﻟﱠﺎ ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬

‫ﺌﹰﺎ‬‫ـﻴ‬‫ ﺷ‬‫ ﺍﻟﻠﱠـﻪ‬‫ـﺮ‬‫ﻀ‬‫ ﻳ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻦ‬‫ﻪ‬‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻘ‬‫ﻠﹶﻰ ﻋ‬‫ ﻋ‬‫ﺐ‬‫ﻘﹶﻠ‬‫ﻨ‬‫ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﻘﹶﺎﺑﹺﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻰ ﺃﹶﻋ‬‫ ﻋ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻘﹶﻠﹶﺒ‬‫ﺍﻧ‬

‫ﺮﹺﻳﻦ‬‫ﺎﻛ‬‫ ﺍﻟﺸ‬‫ﺰﹺﻱ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺠ‬‫ﻴ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh

telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.

Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke

belakang (murtad)?

Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat

mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan

memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." ( Ali 'Imran :

144 )

Para sahabat terperangah. 'Umar ibn Al Khaththab

mengatakan: "Demi Allah! Tidak lama sesudah Abu Bakar membeca

ayat itu, aku menjadi lemah tak kuasa bertumpu pada kedua kakiku,

hingga aku tersungkur ke bumi saat mendengarnya. Dan barulah aku

yakin bahwa Rasulullah saw telah tiada."

Bukankah ayat itu biasa mereka baca? Entah berapa kali sudah

mereka mengulangi bacaan ayat itu sebelum Nabi saw meninggal.

www.KuliahIslamOnline.com
Namun demikianlah, berbeda peristiwa, berbeda pula kesan yang

terasakan.

Maka berbahagialah orang yang menyibukkan diri dengan

Kalimat-kalimat Allah, dan meninggalkan kalimat-kalimat

makhluqNya…

b. Bekal Di Malam Hari.

Malam hari…ketika bumi semakin senyap dan langit begitu

indah dengan bintang-bintangnya, saat Allah turun ke langit dunia dan

mencari hamba-hambaNya yang bermunajat, memohon ampunan dan

meminta pertolongan…Itulah saat terindah melepaskan beban fitnah

yang menghimpit.

Qiyamullail…inilah ibadah "andalan" kaum mu'minin saat

gelisah. Allah Ta'ala sempat mewajibkannya kepada orang-orang

beriman selama setahun lamanya, hingga kemudian hanya menjadi

wajib bagi Rasulullah saw…namun tetap menjadi syi'ar pejuang-

pejuang shaleh sepanjang masa, di mana mereka mengisi kekuatan dan

meminta bantuan Allah Yang Maha perkasa…

Ini pulalah yang menjadi rahasia kekuatan jiwa dan keteguhan

mereka di atas jalan Allah. Apalagi bila diawali dengan do'a yang biasa

dibaca Rasulullah saw dalam shalat malamnya :

www.KuliahIslamOnline.com
Allahumma Rabba Jibra'il wa Mika'il wa Israfil,

'Alimul ghaib wasysyahadah, Fathriusamawati wal ardh,

Anta tahkumu baina 'ibadika fima yakhtalifun, Ihdiniy

limakhtalafa fihi minal haqqi bi'idznika, Innaka tahdiy man

tasya'u ila shirathin mustaqim.

"Ya Allah, Rabbnya Jibril, Mika'il dan Israfil, Yang Maha

mengetahui yang ghaib

dan yang nyata, Sang pencipta langit dan bumi,

Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hambaMu

Dalam apa yang mereka perselisihkan,

Tunjukilah aku dengan idzinMu yang haq pada apa yang

mereka perselisihkan,

Sesungguhnya Engkaulah Yang memberikan hidayah bagi

siapapun

Yang Engkau kehendaki menuju jalan yang lurus."

( HR. Muslim )

Betapa menyejukkannya…

www.KuliahIslamOnline.com
c. Dzikir.

Dzikir …duhai apa yang kita ketahui tentang dzikir ? Inilah

washiyat Allah untuk hamba-hambaNya saat terjadinya musibah dan

goncangan yang berat ;

‫ﺍ‬‫ﲑ‬‫ ﻛﹶـﺜ‬‫ﻭﺍ ﺍﻟﻠﱠـﻪ‬‫ﺍﺫﹾﻛﹸـﺮ‬‫ﻮﺍ ﻭ‬‫ﺘ‬‫ﺌﹶﺔﹰ ﻓﹶﺎﺛﹾﺒ‬‫ ﻓ‬‫ﻢ‬‫ﻴﺘ‬‫ﻮﺍ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﻟﹶﻘ‬‫ﻨ‬‫ ﺀَﺍﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃﹶﻳ‬‫ﻳ‬

‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻔﹾﻠ‬‫ ﺗ‬‫ﻠﱠﻜﹸﻢ‬‫ﻟﹶﻌ‬

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi

pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah

(nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung."

( Al Anfal : 45 )

Lihatlah, bagaimana Allah Azza wa Jalla menggandengkan jihad

–sebuah keadaan dan situasi yang menyimpan begitu banyak ujian-

dengan dzikir ( mengingat Allah ). Bahkan Allah Ta'ala menjadikan

dzikir sebagai sebab kemenangan "agar kamu beruntung". Ini

menunjukkan bahwa dzikir adalah salah satu jalan keselamatan

terpenting dalam menghadapi fitnah…

Tidakkah kita mengingat bagaimana saat Nabiyullah Yusuf –

'alaihissalam- menghadapi fitnah wanita yang cantik, yang hawa nafsu

beliaupun sangat menginginkannya? Yang menyelamatkan beliau

www.KuliahIslamOnline.com
keteringatan beliau kepada Allah, yang kemudian mendorong beliau

untuk berlindung kepada Allah dari fitnah tersebut…

d. Do'a dan Menampakkan Kefakiran Di Hadapan

Allah.

Setiap kebaikan yang diperoleh oleh seorang hamba itu

disebabkan oleh taufiq dari Allah. Dan taufiq itu hanya di tangan Allah

bukan di tangan makhluq. Lalu apa kunci mendapatkan taufiq itu?

Kuncinya adalah do'a dan penampakan kefakiran serta kemurnian

penyandaran yang dibarengi dengan pengharapan dan rasa takut

kepada Allah Azza wa Jalla.

Maka apabila Allah telah mengaruniakan kunci itu kepada

hambaNya, maka itu berarti Allah telah berkehendak untuk

membukakan taufiq untuknya. Itulah sebabnya, bila Anda telah

dikaruniakan kesempatan dan diberikan jalan untuk berdoa, bersandar

dan berharap kepada Allah, maka itu adalah awal dari sebuah taufiq.

Dan sebaliknya, bila kesempatan dan jalan itu tidak "diberikan" kepada

Anda, maka itu adalah awal tertutupnya pintu taufiq untuk Anda.

Tetapi bukankah berdo'a, berharap, dan menampakkan

kefakiran di hadapan Allah dapat kita lakukan kapan dan di mana saja

kita menghendakinya, hanya saja kitalah yang seringkali tidak mau

www.KuliahIslamOnline.com
melakukannya? Itu berarti kita sendirilah yang tidak menghendaki

terbukanya pintu taufiq itu untuk diri kita.

Oleh karena itu, sahabat Rasulullah saw yang mulia, 'Umar ibn

Al Khaththab –radhiallahu 'anhu- pernah mengatakan:

"Sesungguhnya ( pada saat berdo'a ) aku tidak pernah membawa

obsesi pengabulan do'a(ku), akan tetapi ( yang penting bagiku adalah )

obsesi berdo'a itu sendiri, sebab bila telah diilhamkan kepadaku untuk

berdo'a maka pengabulannya akan turut serta bersamanya."16

Berdasarkan ini, maka orang yang paling merugi adalah orang

dirugikan oleh keberpalingannya sendiri dari Allah. Orang yang paling

celaka adalah orang yang memang tidak menghendaki keselamatan

dirinya dengan kembali kepada Allah. Sementara orang yang

mendapatkan pertolongan Allah adalah orang yang memang sungguh-

sungguh menampakkan kefakirannya, mengulang-ulangi do'anya tak

kenal jemu dan mensyukuri apa yang dikaruniakan kepadanya, kecil

ataupun besar. Dan Allah sendiri tidak pernah merugikan hamba yang

berdoa kepadaNya;

َ‫ﻠﹶﻔﹶـﺎﺀ‬‫ ﺧ‬‫ﻠﹸﻜﹸﻢ‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﻮﺀَ ﻭ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﻒ‬‫ﻜﹾﺸ‬‫ﻳ‬‫ ﻭ‬‫ﺎﻩ‬‫ﻋ‬‫ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﺩ‬‫ﻄﹶﺮ‬‫ﻀ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺠﹺﻴﺐ‬‫ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﺃﹶﻣ‬

‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺬﹶﻛﱠﺮ‬‫ﺎ ﺗ‬‫ﻴﻠﹰﺎ ﻣ‬‫ ﻗﹶﻠ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻊ‬‫ ﻣ‬‫ﻠﹶﻪ‬‫ﺽﹺ ﺃﹶﺋ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬

16
Lih. Al Fawa'id hal. 97

www.KuliahIslamOnline.com
"Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang

dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang

menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia)

sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang

lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)."

( An Naml : 62 )

Oleh karena itu, siapapun yang menengok dan ingin mencontoh

sirah Rasulullah saw, maka ia akan menemukan sesuatu yang

mengagumkan kaitannya dengan kesungguhan do'a dan penampakan

kefakiran yang beliau lakukan.

Lihatlah saat-saat perang Badar…sebuah peperangan yang telah

mendapatkan jaminan kemenangan dari Allah Ta'ala bagi pihak

Rasulullah saw, namun jaminan itu tidak menghalangi beliau untuk

menunjukkan kefakiran beliau kepada RabbNya…"Tak henti-hentinya

ia memohon kepada Rabbnya, menjulurkan kedua tangannya seraya

menghadap kiblat, hingga (tanpa sadar) selendang beliau terjatuh dari

kedua pundak beliau…lalu Abu Bakar memungutnya, lalu

memasangkannya untuk beliau kembali. Kemudian ia mengikuti beliau

dari belakang seraya berkata: "Wahai Nabi Allah! Cukuplah sudah

www.KuliahIslamOnline.com
permohonanmu kepada Rabbmu, karena Ia pasti akan mememenuhi

janjiNya."17

Dan satu hal yang juga harus selalu diingat, bahwa berdo'a dan

menampakkan kefakiran di hadapan Allah Ta'ala jangan hanya

dilakuakn pada saat fitnah itu menjelang, namun seharusnya jauh

sebelum itu, ketika keadaan masih lapang dan menyenangkan

seharusnya kita telah memperbanyak do'a dan penampakan kefakiran

kita di hadapanNya. Rasulullah saw mengatakan:

"Kenalilah Allah (ketika berada) dalam kondisi lapang, niscaya

Ia akan mengenalimu (ketika berada) dalam kondisi sempit/susah."

(HR. Ahmad, dan haditsnya shahih).

Dan perlu diingat pula, bahwa setiap kondisi sempit dan sulit

bila dibandingkan dengan kondisi yang lebih berat dan sulit darinya

dapat pula dianggap sebagai sebuah kelapangan dan kemudahan,

sehingga harus pula dimanfa'atkan dengan sebaik-baik untuk lebih

mengenal Allah Azza wa Jalla.

Ingat! Bahwa memohon kepada Allah hanya ketika ditimpa

kesulitan dan kesempitan adalah salah satu ciri para pendurhaka,

bahkan salah satu ciri orang-orang musyrik. Tentang hal itu Allah

Ta'ala mengatakan:

17
Lih. Shahih Muslim ( no. 1763 )

www.KuliahIslamOnline.com
‫ـﻪ‬‫ﻨ‬‫ﺔﹰ ﻣ‬‫ﻤ‬‫ ﻧﹺﻌ‬‫ﻟﹶﻪ‬‫ﻮ‬‫ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﺧ‬‫ ﺛﹸﻢ‬‫ﻪ‬‫ﺎ ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻨﹺﻴﺒ‬‫ ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻋ‬‫ ﺩ‬‫ﺮ‬‫ﺎﻥﹶ ﺿ‬‫ﺴ‬‫ ﺍﻟﹾﺈﹺﻧ‬‫ﺲ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ ﻣ‬‫ﻭ‬

‫ ﻗﹸـﻞﹾ‬‫ﻪ‬‫ﺒﹺﻴﻠ‬‫ ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﻞﱠ ﻋ‬‫ﻀ‬‫ﻴ‬‫ﺍ ﻟ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺪ‬‫ ﺃﹶﻧ‬‫ﻠﱠﻪ‬‫ﻞﹶ ﻟ‬‫ﻌ‬‫ﺟ‬‫ﻞﹸ ﻭ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﻮ ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺪ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻳ‬‫ ﻣ‬‫ﺴِﻲ‬‫ﻧ‬

‫ﺎﺭﹺ‬‫ﺎﺏﹺ ﺍﻟﻨ‬‫ﺤ‬‫ ﺃﹶﺻ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻚ‬‫ﻴﻠﹰﺎ ﺇﹺﻧ‬‫ ﻗﹶﻠ‬‫ ﺑﹺﻜﹸﻔﹾﺮﹺﻙ‬‫ﻊ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬‫ﺗ‬

"Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia

memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-

Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan ni`mat-Nya kepadanya

lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdo`a (kepada

Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-

adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari

jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu

itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni

neraka".

(Az Zumar : 8)

Allah juga mengatakan:

‫ـﺮ‬‫ ﺍﻟﺸ‬‫ـﻪ‬‫ﺴ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ ﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﺎﻧﹺﺒﹺﻪ‬‫ﺄﹶﻯ ﺑﹺﺠ‬‫ﻧ‬‫ ﻭ‬‫ﺽ‬‫ﺮ‬‫ ﺃﹶﻋ‬‫ﺎﻥ‬‫ﺴ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﺈﹺﻧ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ ﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬

‫ﺮﹺﻳﺾﹴ‬‫ﺎﺀٍ ﻋ‬‫ﻋ‬‫ﻓﹶﺬﹸﻭ ﺩ‬

www.KuliahIslamOnline.com
"Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia

berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka

maka ia banyak berdoa."

(Fushshilat : 51)

Dan bahkan dengan pernyataan yang lebih keras dari itu, Allah

Ta'ala menyatakan:

ِ‫ﺍﺀ‬‫ـﺮ‬‫ﺍﻟﻀ‬‫ـﺎﺀِ ﻭ‬‫ﺄﹾﺳ‬‫ ﺑﹺﺎﻟﹾﺒ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺬﹾﻧ‬‫ ﻓﹶﺄﹶﺧ‬‫ﻚ‬‫ﻠ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﻦ‬‫ﻢﹴ ﻣ‬‫ﺎ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺃﹸﻣ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﺳ‬‫ ﺃﹶﺭ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺪ‬‫ﻭ‬

‫ـﺖ‬‫ ﻗﹶﺴ‬‫ـﻦ‬‫ﻟﹶﻜ‬‫ﻮﺍ ﻭ‬‫ﻋ‬‫ﺮ‬‫ﺗﻀ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺄﹾﺳ‬‫ ﺑ‬‫ﻢ‬‫ﺎﺀَﻫ‬‫ﻟﹶﺎ ﺇﹺﺫﹾ ﺟ‬‫(ﻓﹶﻠﹶﻮ‬42)‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻋ‬‫ﺮ‬‫ﻀ‬‫ﺘ‬‫ ﻳ‬‫ﻢ‬‫ﻠﱠﻬ‬‫ﻟﹶﻌ‬

‫ﻭﺍ‬‫ﺎ ﺫﹸﻛﱢﺮ‬‫ﻮﺍ ﻣ‬‫ﺴ‬‫ﺎ ﻧ‬‫(ﻓﹶﻠﹶﻤ‬43)‫ﻠﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻮﺍ ﻳ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﻄﹶﺎﻥﹸ ﻣ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻟﺸ‬‫ﻢ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺯ‬‫ ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻗﹸﻠﹸﻮﺑ‬

‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ـﺬﹾﻧ‬‫ـﻮﺍ ﺃﹶﺧ‬‫ﺎ ﺃﹸﻭﺗ‬‫ﻮﺍ ﺑﹺﻤ‬‫ﻰ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﻓﹶﺮﹺﺣ‬‫ﺘ‬‫ﺀٍ ﺣ‬‫ﻲ‬‫ ﻛﹸﻞﱢ ﺷ‬‫ﺍﺏ‬‫ﻮ‬‫ ﺃﹶﺑ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻨ‬‫ﺤ‬‫ ﻓﹶﺘ‬‫ﺑﹺﻪ‬

(44)‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺴ‬‫ﻠ‬‫ﺒ‬‫ ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺔﹰ ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ ﻫ‬‫ﺘ‬‫ﻐ‬‫ﺑ‬

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada

umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka

dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya

mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-

www.KuliahIslamOnline.com
umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan

(menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka

bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka

tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada

mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk

mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah

diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-

konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa."

(Al An'am : 42-44)

Ingatlah! Bahwa intensivitas do'a yang tinggi kepada Allah

mempunyai pengaruh yang luar biasa. Itulah sebabnya dalam sebuah

atsar dijelaskan bahwa: "Apabila seorang hamba yang ta'at dan

senantiasa berdizkir mnegingat Allah Ta'ala tertimpa musibah, atau

meminta kepada Allah Ta'ala, maka para malaikat akan berkata:

"Wahai Rabb ! Ini adalah suara yang (kita) kenal dari seorang hamba

yang juga dikenal."

Namun seorang hamba yang lalai dan berpaling dari Allah Azza

wa Jalla berdo'a atau meminta sebuah hajat kepadaNya, maka para

www.KuliahIslamOnline.com
malaikat akan mengatakan: "Wahai Rabb! Ini adalah suara yang tak

dikenal dari hamab yang juga tidak dikenal."18

Maka buatlah diri dan suara Anda menjadi diri dan suara yang

telah "dikenali" oleh penghuni langit dengan memperbanyak do'a

kepada Allah Azza wa Jalla.

4. Memberi perhatian pada ibadah yang "transitif"

(memberi manfa'at kepada orang lain).

Kita sangat meyakini bahwa ibadah tidak terbatas pada hal-hal

yang bersifat pribadi saja. Pemahaman yang mengatakan bahwa ibadah

hanya terbatas pada ruang lingkup pribadi seorang muslim saja adalah

salah satu ciri khas sekulerisme. Sebab Islam diturunkan tidak hanya

untuk memperbaiki urusan ukhrawi seorang hamba, namun juga demi

mewujudkan kemashlahatan yang sebesar-besarnya dalam kehidupan

duniawi.

Oleh karena itu, dalam Islam ada ibadah-ibadah yang sifatnya

"memberikan manfa'at" kepada orang lain. Dan dalam keadaan

menggelombangnya fitnah sekalipun, ibadah-ibadah sosial seperti

inipun tidak boleh dilupakan.

Di antaranya misalnya :

18
Lih. Al Wabil Ash Shaib 1/64

www.KuliahIslamOnline.com
1. Amar ma'ruf nahi munkar yang dijalankan sesuai dengan

kemampuan, dengan tetap memperhatikan pertimbangan mashlahat

dan mafsadatnya serta kaidah-kaidahnya19, yang disertai pula dengan

bimbingan para ulama rabbani dalam menjalankannya.

2. Menggiatkan da'wah dan penyebaran ajaran

kebaikan di tengah manusia. Dalam kondisi fitnah sekalipun hal

ini harus tetap selalu diupayakan. Tentu dengan cara yang tidak hanya

penuh hikmah, namun juga cerdas. Hendaknya berjalan seperti air,

bila satu alirannya ditutup maka ia akan berusaha mencari celah lain

agar tetap dapat mengalir, atau setidaknya merembes. Begitulah

seharusnya da'wah di tengah fitnah.

3. Menggalakkan kegiatan tarbiyah (pembinaan) yang

menyeluruh terhadap ummat, khususnya terhadap kalangan

muda –pria dan wanita- dan juga keluarga dekat –sebuah bagian

kehidupan yang sering kali terlupakan oleh para penyeru kebenaran-.

Tarbiyah menjadi sangat penting dalam kondisi fitnah, sebab yang

akan berhasil selamat dari fitnah hanyalah orang-orang yang memiliki

kepribadian muslim yang sejati. Dan kepribadian seperti itu hanya

19
Salah satu kaidah Amar ma'ruf nahi munkar yang sering dilupakan –
misalnya-adalah bahwa pada saat melakukan nahi munkar jangan sampai justru
melahirkan kemungkaran yang lebih besar.

www.KuliahIslamOnline.com
dapat terwujud melalui proses tarbiyah yang menyeluruh dan

berkesinambungan.20

4. Tetap berusaha untuk selalu bersikap adil terhadap

siapapun. Hal ini seringkali terabaikan, khususnya dalam kondisi

fitnah. Seringkali pandangan kebencian mengaburkan pandangan

keadilan kita. Padahal –sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur'an- sikap

adil adalah yang paling mendekatkan kepada taqwa. Karena itu,

tetaplah bersikap adil dan proporsional dalam kondisi fitnah, dan

jangan terjebak dalam sikap zhalim dengan berbagai bentuknya,

termasuk kepada diri sendiri.

5. Mencari celah untuk tetap berbuat baik kepada

orang lain. Baik dengan cara bersedekah, meringankan beban orang

lain, menyambung silaturahmi atau yang lainnya. Hal-hal seperti ini

akan sangat menyejukkan hati yang gundah akibat gelombang fitnah.

20
Satu hal yang menjadi catatan penting kaitannya dengan tarbiyah adalah
bahwa tarbiyah yang akan berhasil melahirkan pribadi-pribadi muslim sejati hanyalah
tarbiyah yang dibangun di atas manhaj nabawi, yaitu manhaj yang dijalankan oleh
Rasulullah saw dalam membina para sahabatnya, dan kemudian diwariskan dari
generasi ke generasi oleh para ulama As Salaf Ash Shaleh. Oleh sebab itu, segala
bentuk dan model tarbiyah yang berkembang saat ini harus dikembalikan kepada
manhaj nabawi tersebut. Atau –dalam istilah Syekh Nashiruddin Al Albany- tarbiyah
yang benar adalah yang dilandasi oleh proses tashfiyah ( pemurnian sumber dan
ajarannya dari segala bentuk penyimpangan ). Wallahu a'lam. Lihat pula, Wasail Ats
Tsabat hal.19

www.KuliahIslamOnline.com
Di samping –mudah-mudahan- dapat menjadi sebab yang

meringankan beban fitnah tersebut.

Keempat, Muhasabah An Nafs (Instrospeksi Diri) dan

Memperbaharui Taubat.

Ada sebuah sunnatullah yang terkadang dilupakan orang. Yaitu

bahwa dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia –baik itu berupa

pengabaian terhadap perintah Allah ataupun pelanggaran terhadap

laranganNya- adalah salah satu utama terjadinya berbagai musibah.

Banyak orang yang lupa bahkan mengingkari prinsip sunnatullah ini.

Padahal Al Qur'an dengan jelas menyebutkan hal ini :

‫ﻠﹸـﻮ‬‫ﺘ‬‫ـﻮﻟﹰﺎ ﻳ‬‫ﺳ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻬ‬‫ﻲ ﺃﹸﻣ‬‫ﺚﹶ ﻓ‬‫ﻌ‬‫ﺒ‬‫ﻰ ﻳ‬‫ﺘ‬‫ﻯ ﺣ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻚ‬‫ﻠ‬‫ﻬ‬‫ ﻣ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﺭ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬

‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﻇﹶﺎﻟ‬‫ﻠﹸﻬ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﻯ ﺇﹺﻟﱠﺎ ﻭ‬‫ﻲ ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻜ‬‫ﻠ‬‫ﻬ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﺎ ﻛﹸﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﺎﺗ‬‫ ﺀَﺍﻳ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬

"Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota,

sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang

membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka;

dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota;

kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan

kezaliman.”

www.KuliahIslamOnline.com
(Al Qashash : 59)

Bahkan saat para sahabat mengalami kekalahan dalam perang

Uhud, Allah Azza wa Jalla mengingatkan mereka akan penyebabnya

dengan mengatakan:

‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﺬﹶﺍ ﻗﹸﻞﹾ ﻫ‬‫ﻰ ﻫ‬‫ ﺃﹶﻧ‬‫ﻢ‬‫ﺎ ﻗﹸﻠﹾﺘ‬‫ﻬ‬‫ﺜﹾﻠﹶﻴ‬‫ ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ ﺃﹶﺻ‬‫ﺔﹲ ﻗﹶﺪ‬‫ﻴﺒ‬‫ﺼ‬‫ ﻣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺑ‬‫ﺎ ﺃﹶﺻ‬‫ﻟﹶﻤ‬‫ﺃﹶﻭ‬

‫ﻳﺮ‬‫ﺀٍ ﻗﹶﺪ‬‫ﻲ‬‫ﻠﹶﻰ ﻛﹸﻞﱢ ﺷ‬‫ ﻋ‬‫ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻔﹸﺴِﻜﹸﻢ‬‫ ﺃﹶﻧ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬

"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada

peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua

kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu

berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah:

"Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah

Maha Kuasa atas segala sesuatu."

(Ali Imran : 165)

Oleh sebab itu, saat fitnah ataupun musibah hinggap dalam

kehidupan kita, maka langkah yang perlu segera dilakukan adalah

melakukan muhasabah yang kemudian dilanjutkan dengan bertaubat

sebenar-benarnya kepada Allah Ta'ala.

Dan tentu sangat jelas bagi kita semua, bahwa kejauhan ummat

Islam dari Al Qur'an dan As Sunnah, penyia-nyiaan terhadap

www.KuliahIslamOnline.com
kewajiban penghambaan kepada Allah, tersebarnya aneka ragam

kemaksiatan dan terdiamkannya berbagai kezhaliman; itu semua

adalah penyebab-penyebab utama menggelombangnya seribu satu

macam fitnah dan musibah dalam kehidupan kita. Dan seperti kata Al

Qur'an: itu dari kesalahan dirimu sendiri !!

Dan betapa dalamnya pemahaman sahabat Abu Ad Darda' –

radhiallahu 'anhu-tentang hal ini tatkala dari kejauhan beliau

memandangi keruntuhan bangsa Romawi di tangan kaum muslimin –

sebagaimana dikisahkan oleh Jubair ibn Nufair dalam Shahih Muslim

(no. 2500)-: "Tatkala kota Qubrush (Cyprus?) dikuasai, dan para

penduduknya diceraiberaikan, maka mereka pun saling menangisi satu

sama lain. Maka aku melihat Abu Ad Darda' duduk sendiri sambil

menangis. Maka aku bertanya padanya: "Wahai Abu Ad Darda'! Apa

yang membuatmu menangis pada hari dimana Allah telah memuliakan

Islam dan pendukungnya?" Maka beliau menjawab: "Celakalah engkau,

wahai Jubair! Betapa hinanya para makhluq di hadapan Allah Azza wa

Jalla bila mereka menyia-nyiakan perintahNya. Lihatlah mereka

dahulu adalah ummat yang kuat dan berkuasa, namun ketika mereka

meninggalkan perintah Allah, maka mereka berubah menjadi seperti

yang engkau saksikan saat ini."

Itulah sebabnya 'Umar ibn Al Khaththab berpesan kepada para

tentaranya dengan mengatakan: "(Ingatlah ) bahwa kalian

dimenangkan atas musuh-musuh kalian tidak lain dikarenakan mereka

www.KuliahIslamOnline.com
durhaka kepada Allah. Maka bila kalian pun mengikuti kedurhakaan

mereka maka mereka akan mengalahkan kalian dengan jumlah dan

perbekalan yang lebih banyak."21

Kelima, Menjaga Lisan dan Meninggalkan Persoalan

Yang tidak Bermanfa'at Untuk Diri.

Ketika fitnah terjadi –apapun bentuknya- ada satu hal yang

seringkali dilakukan orang, yaitu memberikan komentar dan pendapat

yang seringkali tidak didasari oleh landasan syar'iy yang jelas. Di

tengah masyarakat, kita akan banyak menemukan bahwa ketika sebuah

fitnah terjadi, setiap orang seolah-oleh mempunyai legitimasi untuk

berbicara. Walaupun mereka sama sekali idak mempunyai kapabilitas

untuk berbicara secara syar'iy. Padahal tidak ada yang terucap melalui

lisan kita melainkan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan

Allah Azza wa Jalla.

Itulah sebabnya Rasulullah saw memerintahkan kita untuk

"berkata yang benar atau diam." Ya, bila Anda mempunyai hujjah

dan landasan yang benar secara syar'iy maka silahkan memberikan

pandangan. Namun harus diingat terkadang sesuatu yang benarpun

tidak dapat di"obral" semaunya. Terkadang sesuatu yang benarpun

"terpaksa" tidak diucapkan bila akan menimbulkan fitnah yang lebih

21
Lih. Al Jawab Al Kafiy, hal. 27.

www.KuliahIslamOnline.com
besar. Apalagi bila Anda tidak mempunyai landasan yang jelas –atau

dalam istilah hadits Nabi : qiila qa qaala ; "katanya begini dan katanya

begitu"-, tentu diam-lah yang menjadi kewajiban puncak kita.

Di samping diam, kewajiban kita yang lain adalah

meninggalkan perkara atau persoalan yang tidak mendatangkan

manfa'at untuk diri. Batasan "yang tidak bermanfa'at untuk diri"

adalah segala sesuatu yang tidak mendatangkan kemashlahatan

apapun untuk dien dan kehidupan ukhrawi kita.

Maka bila kondisi fitnah menyebabkan Anda tenggelam dalam

pembicaraan yang menjelek-jelekkan harga diri seorang muslim dan

menyebarkan isu-isu yang tidak benar…itulah contoh perkara yang

tidak mendatangkan manfa'at bagi dien Anda. Malah justru membawa

bencana bagi Anda, sebab Anda justru membantu memperbesar api

fitnah, dan bila isu Anda tidak benar maka kelak di akhirat pahala

Anda diberikan kepada orang yang Anda fitnah, dan bila masih tak

cukup maka bersiaplah memikul dosanya. Wal'iyadzu billah.

Dalam kondisi fitnah, seharusnya setiap muslim memikirkan

dan melakukan hal-hal yang produktif dan bermanfa'at. Bukankah

lebih baik merenungkan hikmah di balik fitnah, mencari pemecahan

dan jalan keluar, mengarahkan ummat agar lebih bijaksana menyikapi

fitnah serta menebarkan nilai-nilai keindahan Islam ; semua itu jauh

www.KuliahIslamOnline.com
lebih bermanfa'at daripada sibuk mencari kesalahan orang lain dan

melupakan kesalahan diri sendiri.

Dan dalam hal ini, kita mempunyai begitu banyak teladan di

sepanjang sejarah perjalanan ummat Muhammad saw. Anda pasti

mengenal dengan baik siapa itu 'Umar ibn 'Abdul 'Aziz. Salah seorang

khalifah Bani Umayyah, yang oleh sebagian ulama disebut sebagai

khulafa' ar rasyidun yang kelima. Renungkanlah pandangan

cemerlangnya ketika ditanya tentang sikapnya terhadap fitnah yang

terjadi di kalangan sahabat22, beliau menjawab:

"Darah-darah yang tertumpah dalam fitnah itu adalah darah

yang pedang-pedang kita telah disucikan oleh Allah untuk ikut serta

di dalamnya, maka jangan sampai kita mengotori lisan kita dengan

tenggelam mempersoalkannya."23

22
Yang dimaksud adalah fitnah yang terjadi setelah wafatnya Khalifah
'Utsman ibn 'Affan –radhiallahu 'anhu-, yang kemudian berakhir dengan perbedaan
pendapat dan peperangan antara dua sahabat agung –semoga Allah meridhai mereka
semua- 'Ali ibn Abu Thalib dan Mu'awiyah. Ahlussunnah meyakini bahwa mereka
adalah para mujtahid yang berijtihad dalam masalah tersebut. Namun yang ijtihadnya
paling benar adalah –menurut Ahlusssunnah- adalah ijtihad 'Ali ibn Abu Thalib.
Namun Mu'awiyah sebagai seorang mujtahid yang ijtihadnya salah tetap
mendapatkan satu pahala dan kesalahannya -insya Allah- diampuni oleh Allah Azza
wa Jalla. Inilah aqidah yang haq, dan siapapun yang menyelisihinya maka ia telah
tersesat dari jalan yang lurus. Wallahu a'lam.
23
Lih. Al Bahr Al Muhith ( 6/187 ).

www.KuliahIslamOnline.com
Subhanallah! Sangat indah dan begitu menyejukkan kalbu

orang-orang beriman. Sebuah ucapan yang hanya keluar dari lisan

seorang hamba yang memiliki ketaqwaan yang tinggi dan kefaqihan

yang mendalam. Seandainya setiap muslim mau mengikutinya, maka

tidak perlu ada perpecahan seperti yang telah terjadi sejak berabda-

abad lamanya di tengah kaum muslimin, karena setiap muslim telah

membersihkan dan membuka hatinya untuk mencintai para pewaris

ilmu Rasulullah saw, yaitu para sahabat –semoga Allah meridhai

mereka semua dan meridhai kita dengan kecintaan kita pada mereka-.

Singkatnya, berhentilah menjadi "komentator-komentator" di

tengah fitnah –apapun itu-. Karena setiap komentar, ucapan dan

pendapat yang mengalir melalui lisan Anda akan dimintai

pertanggungjawaban di hadapan Allah. Kata per kata, bahkan huruf

per huruf. Wallahul Musta'an.

Keenam, Pembangunan Kepribadian Secara Terus-

menerus dan Menyeluruh.

Sebagaimana telah pernah disinggung pada awal pembahasan

ini, bahwa pembinaan pribadi muslim yang menyeluruh dan

berkesinambungan adalah perkara yang tidak boleh mengenal kata

berhenti. Sebab sedahsyat apapun fitnah yang muncul, ia takkan

menggoyahkan pribadi muslim yang terbina dengan benar.

www.KuliahIslamOnline.com
Itulah sebabnya di dalam Al Qur'an, Allah Azza wa Jalla

menyebutkan:

‫ﺎ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺳ‬‫ ﺩ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﺎﺏ‬‫ ﺧ‬‫ﻗﹶﺪ‬‫(ﻭ‬9)‫ﺎ‬‫ﻛﱠﺎﻫ‬‫ ﺯ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ ﺃﹶﻓﹾﻠﹶﺢ‬‫ﻗﹶﺪ‬

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."

(Asy Syams : 9-10)

Hanya dua pilihan, dan tidak ada pilihan ketiga. Bila ingin

selamat maka sucikanlah jiwa. Bila tidak, maka kerugian yang luar

biasa-lah yang akan menimpa Anda.

Dan pensucian jiwa tentulah hanya dapat dilakuakn melalui

proses pembinaan ( tarbiyah ) yang menyeluruh. Sebuah tarbiyah yang

menyeluruh menurut Syekh Shaleh Al Munajjid setidaknya memcakup

4 hal:

1. Tarbiyah imaniyah. Yaitu pembinaan keimanan yang dapat

menghidupkan hati dan jiwa dengan rasa takut, pengharapan dan cinta

kepada Allah, yang mampu menghilangkan kegersangan jiwa akibat

menjauhi nash-nash Al Qur'an dan As Sunnah dan disibukkan oleh

pandangan dm pemikiran manusia.

2. Tarbiyah 'ilmiyyah. Yaitu pembinaan wawasan keilmuan

secara syar'I, yang dibangun di atas landasan dalil dan hujjah yang

www.KuliahIslamOnline.com
shahih, jauh dari taklid dan kebimbangan (imma'ah) dalam berikap

dan mengambil keputusan.

3. Tarbiyah wa'iyah. Yaitu pembinaan kesadaran Islami sejati.

Sebuah kesadaran yang tidak mengenal kompromi terhadap jalan

orang-orang durhaka. Sebuah kesadaran yang tinggi untuk

mempelajari strategi musuh-musuh Islam dan memahami realitas

ummat secara syar'I. Sebuah kesadaran yang jauh dari karakteristik

"kodok dalam tempurung".

4. Tarbiyah mutadarrijah. Yaitu tarbiyah yang melalui tahapan

demi tahapan dan mempunyai skala prioritas. Sebuah pembinaan yang

mengajak dan menuntun setiap muslim untuk memahami dien-nya

lebih baik dari hari ke hari, hingga ia tiba di puncak terbaik yang

dianugrahkan Allah padanya. Dengan demikian, tarbiyah yang benar

adalah tarbiyah yang jauh dari ketergesa-gesaan dan idealisme yang

berlebih-lebihan.24 Sebab "barang siapa yang tidak menguasai

persoalan-persoalan mendasar dalam ilmu maka ia tidak akan

samapai ke puncak terbaiknya", demikian pesan para ulama salaf.

Dan bila Anda mencari contoh tarbiyah yang berhasil

menggabungkan empat hal itu, maka lihatlah bagaimana Rasulullah

saw mentarbiyah para sahabatnya. Dan Anda sudah pasti mengenal

para "alumninya". Tidak ada yang meragukan kualitas Abu Bakr,

24
Lih. Wasa'il Ats Tsabat, hal.19.

www.KuliahIslamOnline.com
'Umar, 'Utsman, 'Ali, Bilal, Abu Dzar dan sebutlah semua sahabat

Rasulullah saw –semoga Allah meridhai mereka semua-.

Ketujuh, Berpikir dan Bersikap Pesitif Dalam

Menyikapi Setiap Kejadian.

Salah satu wujud berpikir dan bertindak positif dalam

menyikapi fitnah adalah dengan melakukan 'uzlah (tindakan

menghindari fitnah), secara fisik –bila dipandang perlu- ataupun

secara maknawi. Seorang muslim diperintahkan untuk melakukan

'uzlah terhadap fitnah dikarenakan dampak negatif luar biasa yang

ditimbulkan oleh setiap fitnah terhadap diennya. Oleh sebab itu, dalam

menghadapi fitnah, seorang muslim tidak sepantasnya "menceburkan"

dirinya ke dalamnya dengan berlandaskan rasa percaya diri sanggup

menghadapinya, atau merasa mempunyai ilmu yang cukup untuk

menghadapinya dan cukup kuat untuk tidak digoyahkan oleh

hembusan angin fitnah. Bila sanggup, hindarkanlah diri dari semua

tempat lahirnya fitnah. Sebab saat fitnah terjadi, biasanya persoalan

menjadi kabur, kebenaran tertutupi dan timbangan berfikir menjadi

terbolak-balik. Walaa haula walaa quwwata illa billah.

Itulah sebabnya salah satu do'a yang dianjurkan untuk selalu

diulang dalam shalat adalah do'a permohonan perlindungan dari

www.KuliahIslamOnline.com
fitnah, salah satunya –misalnya- fitnah Dajjal25 yang akan datang

menjelang hari akhir. Diriwayatkan dari sahabat 'Imran ibn Hushain –

radhiallahu 'anhu-, bahwa beliau berkata:

"Barang siapa yang mendengarkan bahwa Dajjal telah datang,

maka hendaklah ia pergi menjauhinya, sebab –demi Allah!-

sesungguhnya bila seseorang mendatanginya dan mengira bahwa ia

adalah seorang mu'min, maka orang itu pasti akan mengikuti semua

syubhat yang dibawa oleh sang Dajjal." (Diriwayatkan oleh Abu

Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albany).

Dan melakukan 'uzlah terhadap fitnah adalah manhaj para

sahabat sejak dahulu. Dalam berbagai fitnah yang terjadi di zaman

mereka, terlihat sangat jelas bagaimana mereka menerapkan manhaj

ini secara konsekwen. Ketika terjadi fitnah antara dua sahabat besar,

Mu'awiyah dan 'Ali –semoga Allah meridhai keduanya-, Muhammad

ibn Sirin mengatakan : "Fitnah itu menggelombang, sementara jumlah

25
Sebagian orang mencoba memberikan berbagai penafsiran tentang Dajjal.
Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud Dajjal adalah paham kapitalisme, atau
penafsiran lainnya. Namun sayang sekali semua usaha penafsiran itu tidak sejalan
dengan al haq. Pemahaman yang benar tentang Dajjal adalah sebagaimana yang
diajarkan Rasulullah saw kepada para sahabat, yang kemudian diwariskan kepada
generasi As Salaf Ash Shaleh bahwa Dajjal itu benar-benar berwujud manusia yang
di dahinya tertulis huruf kaf, fa' dan ra (kafara; telah kafir)…dan seterusnya –
sebagaimana yang terdapat dalam hadits-hadits tentang Dajjal. Tidak perlu penafsiran
dan penakwilan, sebab hal itu justru semakin membuat orang tidak waspada
menghadapi fitnahnya di akhir zaman. Wallahu a'lam.

www.KuliahIslamOnline.com
sahabat Rasulullah saw puluhan ribu, namun yang turut serta dalam

fitnah itu tidak lebih dari seratus, bahkan tidak sampai tiga puluh

orang." (Diriwayatkan oleh 'Abdurazzaq dan Al Khallal dengan sanad

yang shahih).

Namun tentu saja, melakukan 'uzlah terhadap fitnah adalah satu

di antara sikap posotif dalam menghadapi fitnah. Dan tentu saja,

ditujukan kepada orang yang tidak mempunyai kemampuan

menghadapi dan menyelesaikannya. Oleh karena itu, Rasulullah saw

pernah mengatakan:

"Sebaik-baik manusia dalam menghadapi fitnah adalah

orang yang mengambil tali kekang kudanya, dan

memacunya di belakang musuh-musuh Allah untuk menakut-

nakuti mereka dan membuat mereka takut padanya, atau orang

yang melakukan'uzlah di sebuah tempat yang jauh untuk

menunaikan kewajibannya kepada Allah Ta'ala." (HR. Al

Hakim, dan ia mengatakan: shahih berdasarkan syarat Bukhari dan

Muslim).

Imam An Nawawy mengatakan: "Hadits ini menjelaskan

keutamaan ber'uzlah pada hari-hari fitnah, kecuali jika seseorang

mempunyai kekuatan untuk menghilangkan fitnah, maka ia jharus

berusaha untuk menghilangkan, baik secara 'ain maupun kifayah."26

26
Lih. Faidh Al Qadhir ( 3/481 )

www.KuliahIslamOnline.com
Dan sebelum mengakhiri pembahasan bagian ini, ada sebuah

catatan kecil berkaitan dengan masalah 'uzlah. Satu hal yang harus

pula selalu diingat, bahwa melakukan 'uzlah terhadap fitnah

berbeda dengan melakukan 'uzlah terhadap manusia dan

kerja-kerja positif. Yang pertama adalah kewajiban setiap muslim

dalam menghadapi fitnah, namun hal yang kedua justru seharusnya

semakin digalakkan saat fitnah terjadi. Da'wah, pembinaan pribadi dan

masyarakat serta kerja-kerja sosial yang bersifat positif lainnya bahkan

boleh jadi adalah sebuah alternatif terbaik untuk menyelesaikan fitnah.

Kedelapan, Mentadabburi Kehidupan Para Nabi dan

Rasul Untuk Diteladani dan Diamalkan.27

Manusia yang paling berat dan banyak menghadapi fitnah

adalah para Nabi dan Rasul. Itulah yang pernah dijelaskan oleh

Rasulullah saw. Oleh sebab itu, -kata beliau saw- semakin dekat

seseorang kepada jalan para Nabi dan Rasul maka semakin berat dan

banyak pula fitnah yang akan ia hadapi. Berdasarkan hal ini, maka

teladan paling utama dalam menghadapi fitnah adalah mereka, para

Nabi dan Rasul –'alaihimussalam-. Allah Ta'ala mengatakan dalam Al

Qur'an:

27
Lih. Wasa'il Ats Tsabat, hal. 12

www.KuliahIslamOnline.com
‫ﻲ‬‫ ﻓ‬‫ﺎﺀَﻙ‬‫ﺟ‬‫ ﻭ‬‫ﻙ‬‫ﺍﺩ‬‫ ﻓﹸﺆ‬‫ ﺑﹺﻪ‬‫ﺖ‬‫ﺜﹶﺒ‬‫ﺎ ﻧ‬‫ﻞﹺ ﻣ‬‫ﺳ‬‫ﺎﺀِ ﺍﻟﺮ‬‫ﺒ‬‫ ﺃﹶﻧ‬‫ﻦ‬‫ ﻣ‬‫ﻚ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻘﹸﺺ‬‫ﺎ ﻧ‬‫ﻛﹸﻠ‬‫ﻭ‬

‫ﻨﹺﲔ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻠﹾﻤ‬‫ﻯ ﻟ‬‫ﻛﹾﺮ‬‫ﺫ‬‫ﻈﹶﺔﹲ ﻭ‬‫ﻋ‬‫ﻮ‬‫ﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﻖ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻩ‬‫ﺬ‬‫ﻫ‬

"Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu,

ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu;

dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta

pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman."

(Hud : 120)

Yah, bila selama ini kita mengira bahwa kisah para Nabi dan

Rasul hanya sekedar "dongeng sebelum tidur" atau sekedar bacaan

ringan di waktu senggang, maka segerlah meluruskan kesalahpahaman

itu. Kisah-kisah mereka diturunkan dengan tujuan meneguhkan dan

menguatkan hati Rasulullah saw secara khusus, dan hati orang-orang

beriman pengikut beliau secara umum.

Kita tentu tidak pernah lupa dengan fitnah yang dihadapi oleh

Nabi Nuh –'alaihissalam-. 950 tahun berda'wah seorang diri siang dan

malam. Tiada pengikut dan pendukung kecuali sedikit saja. Anak-istri

bahkan menjadi musuh dan lawan utama.

Kita tentu tidak dapat melupakan fitnah yang menghadang

Khalilullah Ibrahim –'alaihissalam-. Menghadapi kaumnya seorang

www.KuliahIslamOnline.com
diri. Melawan Namruz seorang penguasa besar di zamannya, juga

dengan seorang diri. Bahkan ayah kandung pun turut menjadi

penghalang utama.

Bila Anda menyaksikan para Fir'aun Mesir, Anda akan melihat

kekuasaan dan kekuatan yang luar biasa tersirat di dalamnya. Sebuah

kekuasaan dan kekuatan besar dihadapi seorang diri oleh Musa –

alaihissalam-. Hanya dibantu oleh seorang saudara dan beberapa

pengikut. Itupun ditambah dengan kedunguan dan kekeraskepalaan

para pengikut –orang-orang Yahudi-.

Bila Anda menghadapi fitnah apapun, maka perhatikanlah

bagaimana mereka para Nabi dan Rasul itu menghadapi fitnah, agar

Anda keluar dengan penuh keselamatan dan kebahagiaan.

Kesembilan, "Wasiat Orang Shaleh"28.

Saat fitnah apapun yang menghadang perjalanan seorang

muslim; wasiat, pesan dan nasehat orang-orang shaleh adalah

termasuk peneguh dan penguat hati. Dan kalimat-kalimat sederhana

yang lahir dari hati yang bersih seringkali akan menggugah dan

menyadarkan kita tentang Allah, pertemuan denganNya, surga dan

nerakaNya…

28
Lih. Wasa'il Ats Tsabat, hal.30

www.KuliahIslamOnline.com
Syekh Shaleh Al Munajjid dalam bukunya Wasa'il Ats Tsabat (

hal.30 ) menguntai dengan indah sebuah teladan dalam hal ini. Beliau

menguraikan dengan sangat menggugah kisah perjalanan Imam

Ahmad ibn Hanbal –rahimahullah- menghadapi fitnah sang penguasa

yang memaksanya mengikuti madzhab Mu'tazilah dengan mengatakan

bahwa Al Qur'an adalah makhluq dan bukan Kalamullah.

Dalam perjalanan sang Imam menuju tempat hukumannya,

begitu banyak orang-orang shaleh yang "menitipkan" pesan dan wasiat

kepada beliau. Dan wasiat-wasiat itu oleh beliau terasa sangat

menyejukkan dan meneguhkan jiwa beliau.29 Padahal ancaman yang

beliau hadapi begitu menakutkan. Seorang pembantu beliau sampai

mengatakan kepada beliau: "Sebenarnya sangat berat bagiku, wahai

Abu 'Abdillah (kunyah dari Imam Ahmad-pen), Al Ma'mun telah

menghunuskkan pedang yang tak pernah ia hunuskan sebelumnya, dan

ia telah bersumpah atas kekerabatannya dengan Rasulullah saw, jika

engkau tidak mengikutinya mengatakan Al Qur'an adalah makhluq,

maka ia akan membunuhmu dengan pedang itu."

Maka salah seorang murid beliau, Abu Ja'far Al Anbary

mengisahkan: "Saat Imam Ahmad dibawa untuk menghadap Al

29
Lihatlah keikhlasan sang Imam ini. Ia tidak pernah meremehkan wasiat
seorang muslim, siapapun ia. Padahal tidak ada satupun yang meragukan ketinggian
ilmu beliau. Namun hal itu, tidak menghalangi beliau mengambil faidah dari orang
lain.

www.KuliahIslamOnline.com
Ma'mun, aku diberitahu tentang hal itu. Maka akupun segera

menyeberangi sungai Eufrat. Dan aku menemui imam Ahmad sedang

duduk di suatu tempat. Akupun mengucapkan salam padanya.

Beliau berkata: "Wahai Abu Ja'far, aku telah mendapatkan

cobaan berat."

Maka aku berkata: "Wahai tuan, hari ini Anda adalah

seorang pemimpin dan ummat manusia akan mengikutimu.

Maka demi Allah! Jika engkau memenuhi seruan untuk

mengatakan bahwa Al Qur'an adalah makhluq, maka mereka

semua akan ikut pula megatakannya. Namun jika engkau

menolak mengatakannya, maka banyak dari mereka yang

akan ikut pula menolak mengatakannya. Namun walaupun

begitu, bila orang itu tidak membunuhmupun, engkau tetap

saja akan mati, sebab kematian pasti terjadi. Maka takutlah

kepada Allah dan janganlah engkau mengikuti seruan itu!"

Mendengar itu, Imam Ahmad menangis, dan berkata: "Masya

Allah." Lalu kemudian berkata lagi: "Wahai Abu Ja'far, coba ulangilah

(nasehat)mu…"

Maka akupun mengulanginya, dan beliau mengatakan: "Masya

Allah."

Dalam kesempatan yang lain, beliau bertemu dengan seorang

arab badui. Dan simaklah nasehat sang badui yang sederhana itu

www.KuliahIslamOnline.com
kepada sang Imam: "Wahai tuan, sesungguhnya engkau adalah

duta para manusia maka janganlah engkau menjadi sebab

kebinasaan mereka. Sesungguhnya hari ini engkau adalah

pemimpin manusia, maka jangan sampai engkau memenuhi

apa yang (Al Ma'mun dan kaum Mu'tazilah) minta

kepadamu. Sebab (bila engkau memenuhinya) maka

manusia pun akan mengikutinya, dan engkau akan

menanggung dosa-dosa mereka di hari kiamat. Dan bila

engkau mencintai Allah, maka bersabarlah menanggung apa

yang engkau hadapi ini, sebab jarak antara dirimu dan surga

hanyalah sekedar dengan membunuhmu."

Tentang nasehat ini, Imam Ahmad mengatakan: "Nasehat ini

menguatkan tekadku untuk berpegang teguh pada apa yang aku yakini

untuk tidak memenuhi apa yang mereka minta dariku."

Demikian secuil tentang kisah Imam Ahmad.

Maka jangan pernah lupa untuk meminta nasehat kepada

orang-orang shaleh. Sebab bukankah, Nasehat itu adalah salah satu

inti ajaran agama kita?

www.KuliahIslamOnline.com
Kesepuluh, Merenungkan Tentang Kematian, Surga

dan Neraka.30

Merenungkan dan mengingat segala sesuatu yang terjadi setelah

kematian adalah sebuah "hiburan" tersendiri bagi orang-orang

beriman. Sebab orang yang menyadari betapa melimpahnya balasan

yang akan diperoleh akan melupakan berat dan pedihnya penderitaan

menghadapi fitnah. Demikian pula orang yang menyadari dahsyatnya

hukuman yang diperoleh bila gagal menjalankan kewajibannya.

Itulah sebabnya, merenungkan tentang kematian, mengingat

kenikmatan surgadan membayangkan kengerian berkubang dalam

neraka; termasuk peneguh jiwa dan penguat hati dalam menghadapi

fitnah. Dan Rasulullah saw sering menggunakan hal ini untuk

meneguhkan para sahabat beliau. Sebagaimana yangbeliau saw

katakan kepada keluarga Yasir: "Bersabarlah wahai kelaurga Yasir!

Bersabarlah keluarga Yasir! Sebab sesungguhnya balasan kalian adalah

surga." (HR. Al Hakim dan dishahihkan oleh Al Albany)

Maka bila hati terasa sesak, penderitaan begitu menghimpit,

godaan datang mengintai dan fitnah datang menghadang, segeralah

ber"tamasya" ke negri akhirat, karena hal itu akan meringankan

beratnya cobaan dan fitnah yang ada.

30
Lih. Wasa'il Ats Tsabat, hal. 35

www.KuliahIslamOnline.com
Demikianlah akhir bab ini, masih banyak yang belum terungkap,

namun semoga yang sedikit ini dapat berguna, melipur jiwa yang duka

dan menyejukkan dada kaum mu'minin. Amin.

www.KuliahIslamOnline.com

Anda mungkin juga menyukai