Anda di halaman 1dari 8

ASOSIASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA TEGAKAN

AKASIA (Acacia crassicarpa A. Cunn.Ex Benth) DI LAHAN GAMBUT


PT. KALIMANTAN SUBUR PERMAI KABUPATEN KUBU RAYA
KALIMANTAN BARAT
Associated Vesicular Arbuscular Mycorrhizae (VAM) to the Acacia (Acacia
crassicarpa A. Cunn.Ex Benth) Stand in Peatlands at PT. Kalimantan Subur Permai
Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat

Decki Yama, Abdurrani Muin, Reine Suci Wulandari


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
Email : yama_decki@yahoo.com

ABSTRACT
Forest plantation development especially industrial forest plantations (IPF) is an important activity
in the critical land use. One of the plants is Acacia crassicarpa. Purpose of this research is to
determine the VAM (vesicular arbuscular mycorrhizae) plant associations in A. crassicarpa. in the
peatland area of PT. Kalimantan Subur Permai. This research method is the isolation of spores
through the examination process gradually wet, coloring the roots, characteristics of spores at the
genus level and calculate the percentage of root infection. The results showed that 6 types of spores
was found that 5 of the genus Glomus and 1 of the genus Gigaspora and the average percentage of
root infection was 22% - 38%.

Keywords: Association, vesicular arbuscular mycorrhizae, A. crassicarpa, peatlands.

PENDAHULUAN sangat rendah (Wibisono et al., 2005


Pembangunan hutan tanaman dalam Sibarani, 2011).
terutama hutan tanman industri (HTI) Untuk mengatasi masalah tersebut,
merupakan suatu kegiatan penting dalam maka perlu bibit yang mampu tumbuh
rehabilitasi lahan hutan produktif . Hal ini baik ketika ditanam di lahan gambut.
dikarenakan hutan tanaman industri dapat Salah satu upaya yang bisa dilakukan
memenuhi berbagai fungsi produksi dan untuk memperoleh bibit seperti itu, perlu
perlindungan. Salah satu HTI yang telah memanfaatkan Cendawan Mikoriza
dibangun di Kalimantan Barat adalah PT. Arbuskula (CMA). Peranan CMA telah
Kalimantan Subur Permai dengan terbukti dalam meningkatkan per-
menanam A. crassicarpa pada lahan tumbuhan tanaman termasuk tanaman
gambut. Penanaman lahan gambut harus hutan A. crassicarpa (Pidjath et al, 2007
mengatasi berbagai masalah antara lain dalam Burhanuddin, 2011) yang ditanam
pH yang sangat rendah, miskin unsur pada lahan mineral. Sementara itu
hara makro dan mikro serta keracunan penelitian Muin (2009) menunjukkan
asam–asam organik. Kendala ini jika bahwa tanaman ramin (Gonystylus
tidak diatasi bisa menyebabkan bancanus) yang diinokulasi dengan
keberhasilan tumbuh tanaman menjadi CMA, tumbuh baik ketika ditanam di
lahan gambut yang terbuka, Untuk

33
memanfaatkan CMA pada tanaman A. Bahan yang digunakan dalam
crassicarpa perlu dilakukan inokulasi penelitian ini adalah sampel tanah dan
ketika bibit masih berada di persemaian. akar tanaman, Larutan Polyvinyl alcohol
Namun sebelum dilakukan inokulasi, lactic acid glycerol (PVLG), KOH 10%,
perlu didahului dengan mencari informasi H2O2 10%, HCL 10%, trypan blue
awal mengenai CMA yang berasosiasi 0,05%, Lacto gliserol. Alat – alat yang
secara alam dengan A. crassicarpa.yang digunakan antara lain 1 set saringan
ditanam pada lahan gambut. bertingkat (0,21 mm, 125 µm, dan 63
Tujuan penelitian untuk µm), cawan petri, mikro pipet,
mendapatkan : (1) asosiasi cendawan mikroskop streo, botol kultur, pinset,
mikoriza arbuskula pada tanaman A. mikroskop slide (object glass dan cover
crassicarpa yang ada di lahan gambut slip), pH meter, klinometer, phi band,
pada areal PT. Kalimantan Subur Permai. thermometer tanah, thermometer udara,
(2) Menemukan genus cendawan dan hygrometer.
mikoriza yang berasosiasi pada tegakan Data yang diperoleh pada waktu
A. crassicarpa yang ditanam di lahan pengamatan di laboratorium, meliputi:
gambut pada areal PT. Kalimantan Subur persentase akar yang terinfeksi CMA
Permai, (3) mengetahui persentase infeksi pada tegakan A. crassicarpa, bentuk
CMA terhadap tanaman A. crassicarpa spora, warna spora dan lekatan tangkai
tesebut. hifa dari spora CMA. Jumlah dan jenis
Manfaat Hasil penelitian diharap- spora (sampai tingkat genus) per 100
kan akan mendapatkan informasi awal gram gambut. Data penunjang yang
untuk memanfaatkan CMA sebagai dikumpulkan di lapangan meliputi: suhu
pupuk hayati dalam rangka penanaman A. tanah dan udara, kelembaban udara,
crassicarpa pada lahan gambut. tinggi dan diameter tanaman, serta pH
tanah gambut.
METODOLOGI PENELITIAN Pelaksanaan peneliti yang
Penelitian dilaksanakan selama 6 dilakukan dalam penelitian adalah
bulan yang dimulai dengan pengambilan pengambilan sampel tanah dan akar
sampel untuk pengamatan asosiasi CMA, sampel tanah diambil di sekitar rizosfer
tanah serta akar yang berasal dari tanah di sebanyak 5 (lima) titik dari tegakan A.
bawah tegakan A. crassicarpa di lahan crassicarpa sebanyak 300 gram pada
gambut PT. Kalimantan Subur Permai kedalaman 30 cm, kemudian di lakukan
Kabupaten Kubu Raya. Kemudian sampel perhitungan persentase akar terinfeksi
tanah serta akar A. crassicarpa diteliti di menggunakan metode sistematik yaitu
Laboratorium Silvikultur Fakultas metode slide (Setiadi et al., 1992).
Kehutanan Universitas Tanjungpura Tingkat infeksi pada akar diklasifikasikan
Pontianak. menurut The instate of Mycorrhial
Research and Development, USDA Forest

34
Service, Athena, Georgia (Setiadi. et al, Jumlah spora CMA pada tegakan A.
1992). crassicarpa dapat dilihat pada Tabel 1
dan jumlah spora CMA genus Glomus
HASIL DAN PEMBAHASAN dan Gigaspora untuk setiap spesie dapat
Jumlah Spora dikemukakan pada Tabel 2.
Hasil penelitian ditemukan CMA
dua genus yaitu Glomus dan Gigaspora.

Tabel 1. Jumlah spora CMA (per 100 g gambut) yang ditemukan di rizosfir tanaman A.
crassicarpa (Total of VAM Spores (100 g Peat) at A.crassicarpa planting
rhizosphere)

No. Sampel Jumlah Spora Pada Setiap Ukuran Saringan


Jumlah
Tanah 125 µm 63 µm 0,21 mm
1 278 209 86 573
2 321 215 83 619
3 304 231 72 607
4 216 174 51 441
5 242 183 66 491

Dari hasil pengamatan kelima sampel – 619 spora/100 g gambut. Jumlah spora
tegakan A. crassicarpa, ditemukan CMA CMA terbanyak ditemukan pada sampel
pada setiap ukuran saringan berkisar 441 nomor 2.

Tabel 2. Jumlah spora CMA/100 g gambut) untuk masing-masing genus (Number of VAM
spores /100 g peat for each genus)

Jumlah spora per 100 Gram Tanah


Jenis CMA Jumlah
ST I ST II STII ST IV V
Glomus sp. 1 187 124 137 98 226 772
Glomus sp. 2 73 105 112 145 121 556
Glomus sp. 3 89 56 48 38 59 290
Glomus sp. 4 148 203 65 43 82 541
Glomus sp. 5 49 67 87 46 45 294
Gigaspora sp.1 61 64 42 71 40 278
Jumlah 607 619 491 441 573 2731

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat di bawah tegakan A. crassicarpa.


jumlah spora genus Glomus sp. 1 Jenis spora paling sedikit ada pada spora
merupakan jenis yang paling banyak genus Gigaspora yakni hanya sp.1.

35
Karakteristik masing-masing spora CMA bentuk dari spora genus Glomus dan
dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan Gigaspora dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 3. Karakteristik lima genus spora CMA yang ditemukan di bawah tegakan A.
crassicarpa (Characteristics of five VAM spores found under A. crassicarpa
stands)

Karakteristik Spora CMA


Jenis Tekstur
Tangkai
Bentuk Warna Dinding Permukaan
Hifa
Spora
Glomus sp. 1 Bulat Lonjong Kuning Pucat 1 - Halus
Glomus sp. 2 Bulat Merah 3 - Halus
Glomus sp. 3 Bulat Kuning Emas 2 - Halus
Glomus sp. 4 Bulat Lonjong Coklat Tua 1 - Halus
Glomus sp. 5 Lonojng Kuning 2 - Halus
Gigaspora sp.1 Bulat Kuning Emas 3 Lurus Kasar

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 1. Bentuk spora yang ditemukan pada rhizosfir A. crassicarpa di lahan gambut
(a). Glomus sp. 1; (b). Glomus sp. 2; (c). Glomus sp. 3; (d). Glomus sp. 4, (e).
Glomus sp. 5; (f). : Gigaspora sp.1 (Foto perbesaran 40 kali oleh Decki Yama,
2013).

Figure 1. The spores form were found at rhizophere of A. crassicarpa in peat land (a).
Glomus sp. 1; (b). Glomus sp. 2; (c). Glomus sp. 3; (d). Glomus sp. 4, (e).
Glomus sp. 5; (f). : Gigaspora sp.1.

Keberadaan CMA dibuktikan tanah dari rizosfer tegakan A. crassicarpa


dengan berbagai jenis spora pada sampel menunjukkan cendawan mikoriza hidup

36
dan berkembang dengan baik di lahan sp4 dan sp5) dan genus Gigaspora satu
gambut. Adanya spora di sekitar rhizosfir spesies. Genus Glomus lebih banyak
A. crassicarpa membuktikan bahwa jenis ditemukan dibandingkan dengan
tersebut berasosiasi dengan cendawan Gigaspora. Hasil penelitian Muin (2006)
mikoriza arbuskula (CMA). Penelitian juga menemukan Glomus lebih dominan
sebelumnya juga telah menemukan pada lahan gambut. Demikian juga
sejumlah spora CMA yang berada di Mariani (2004) juga menemukan dua
rizosfir jenis pohon asli hutan rawa genus spora CMA yaitu Glomus dan
gambut. Hasil penelitian Iskandar dan Gigaspora di hutan rawa gambut.
Abdurrachman (1997) pada hutan rawa Keberadaan cendawan mikoriza
gambut Sungai Bakau Kabupaten arbuskula (CMA) pada lahan gambut
Pontianak menemukan beberapa jenis menggambarkan bahwa CMA memiliki
pohon di hutan rawa gambut seperti sebaran dan asosiasi yang sangat luas
Ramin (G. bancanus), Rengas (Gluta sebagaimana dikemukakann Nurhamara
renghas), jambu-jambu (Eugenia sp) (1994).
yang bersimbiosis dengan CMA. Berdasarkan pengamatan terhadap
Demikian juga penelitian Muin et al bagian akar, ternyata CMA telah
(2000) dimana jenis Glomus berasosiasi menginfeksi A. crassicarpa yang
dengan tegakan ramin. Selanjutnya Muin ditanam pada lahan gambut. Ini
(2007) melakukan inokulasi CMA pada ditunjukkan adanya struktur hifa internal
bibit ramin dengan hasil pertumbuhan dalam jaringan korteks dengan tingkat
bibit ramin pada media gambut yang infeksi akar 22% hingga tertinggi 38%
cukup baik. (Tabel 4). Adanya infeksi tersebut
Menurut karakteristik sporanya, di membuktikan bahwa tegakan A.
daerah rhizosfir A. crassicarpa crassicarpa berasosiasi dengan CMA
ditemukan dua genus CMA yakni genus meskipun pada tingkat asosiasi sampai
Glomus dan Gigaspora. Genus Glomus sedang.
terdiri dari lima spesies (sp1, sp2, sp3,
Tabel 4. Persentase akar terinfeksi CMA pada 5 sampel tegakan A. crassicarpa (Percentage
of VAM roots infection in 5 samples plants A. crassicarpa)

No. Sampel Persentase Akar Terinfeksi FMA (%) Keterangan


1 38 Sedang
2 32 Sedang
3 24 Rendah
4 22 Rendah
5 28 Sedang

37
25
24.5
24
23.5

Diameter (cm)
23
22.5
22
21.5
21
20.5
20
24 27 28 32 38
% infeksi

Gambar 2. Hubungan persentase infeksi dengan ukuran diameter pohon A. crassicarpa


(Relationship
Relationship with the infection percentage of tree diameter A. crassicarpa
rassicarpa)

Adanya infeksi pada akar dan spora lahan gambut jika dilihat dari hubungan
pada rizosfir menunjukkan bahwa A. tingkat asosiasi dengan ukuran dimater
crassicarpa yang ditanam di lahan tanaman, dimana semakin tinggintingkat
gambut berasosiasi dengan cendawan infeksi yang terbentuk, ukuran diameter
mikoriza arbuskula (CMA). Kemampuan pohon semakin besar (Gambar 2).
tanman tumbuh baik di lahan yang Gambar 2 tersebut menunjukkan
menunjuk
memiliki kendala miskin hara dan pH peranan mikoriza dalam meningkatkan
yang rendah serta bahan organik yang pertumbuhan tanaman A. crassicarpa
tinggi diduga karena peran CMA dalam yang ditanam di lahan gambut.
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan yang baik karena peranan
Berbagai teori sudah menjelaskan bahwa mikoriza dalam membantu tanaman
tanaman yang bermikoriza tumbuh labih menyerap unsur hara di lahan yang tidak
cepat dibandingkan dengan tanpa subur termasuk gambut. Selain itu CMA
mikoriza baik ketika masih di pe
persemaian memiliki
miliki sebaran hifa yang lebih luas
maupun setelah ditanam di lapangan, dibandingkan perakaran tanaman,
termasuk di lahan gambut. Muin (2007) sehingga jumlah hara yang terserap
membuktikan bahwa bibit yang menjadi lebih banyak. Menurut
bermikoriza tumbuh lebih cepat ketika Simanungkalit (2000) dan Muin (2009)
ditanam di lahan gambut yang terbuka CMA memiliki kemampuan mem- mem
dibandingkan dengan tanpa mikoriza. bebaskan hara terikat menjadi tersedia
Pemanfaatan CMA telah mempercepa
mempercepat bagi tanaman dan memfasilitasi
mfasilitasi akar
pertumbuhan tanaman A. crassicarpa di

38
menyerap hara dan air dari dalam tanah Saran
Simanungkalit. Perlu dilakukan penelitian lebih
Hasil pengukuran suhu dan lanjut untuk mengetahui efektifitas dan
kelembaban yang dapat mempengaruhi tingkat ketergantungan A. crassicarpa
keberadaan mikoriza dan besarnya infeksi terhadap CMA pada lahan gambut Hutan
akar yang terjadi pada 5 tegakan A. Tanaman Industri di areal PT.
crassicarpa, suhu udara berkisar antara Kalimantan Subur Permai Kabupaten
29OC – 30OC dengan kelembaban udara Kubu Raya
berkisar antara 72% – 75% dan suhu
tanah berkisara antara 28OC – 29OC. Ucapan Terimakasih
Kondisi suhu seperti sangat cocok untuk Pimpinan dan Staf PT. Kalimantan Subur
perkembangan cendawan CMA. Permai yang telah memberikan izin untuk
Sebagaimana temuan Muin (2007) yang melakukan pengambilan sampel tanah
menyatakan bahwa CMA pada lahan dan akar A. crassicarpa.
hidup pada kisaran suhu 27º – 30º
merupakan yang terbaik untuk DAFTAR PUSTAKA
perkembangan CMA pada lahan gambut. Burhanuddin. 2011. Asosiasi Jamur
Mikoriza Arbuskula Dengan
KESIMPULAN DAN SARAN Preparat (Combretocarpus
Kesimpulan rotundatus Miq) Dan Jelutung
Lahan gambut di areal Hutan (Dyera lowii Hook) Di Lahan
Tanaman Industri PT. Kalimantan Subur Gambut [disertasi]. Yogyakarta :
Program Pascasarjana, Universitas
Permai Kabupaten Kubu Raya diperoleh
Gadjah MadaInvam. 2010.
informasi awal bahwa terdapat asosiasi Classification of Glomeromycota
CMA terhadap tegakan A. crassicarpa. [terhubung berkala].
Hal ini ditunjukkan dengan adanya spora http://invam.caf.wvu.edu/ [30
CMA dan adanya struktur infeksi CMA November 2013].
(hifa internal) pada 5 sampel tanaman A.
Iskandar A. M., Abdurrahman. 1997.
crassicarpa tersebut. Studi Status Mikoriza Arbuskula
Hasil isolasi spora CMA pada 5 Pada Hutan Rawa Gambut. Di
sampel tegakan A. crassicarpa ditemukan Dalam : Wirodidjojo S., Frasser
sebanyak 2731 spora/500 g sampel A., Leppe D., Noor M., Effendi
gambut. Berdasarkan hasil karakteristik R., Editor. Proceedings of
tipe spora ditemukan 6 jenis spora dari 2 Seminar on Michorrhiza ; Balik
Papan 28 Februari, 1997. Minestry
genus, yaitu genus Glomus dan
of Forestry – ODA/UK – Int.
Gigaspora. Rata – rata tingkat asosiasi Trop. For. Manag. Project –
yang terjadi pada akar A. crassicarpa FORDA. Hal 89 – 114.
termasuk dalam klasifikasi kelas 3
(sedang).

39
Mariani. 2004. Status Keberadaan Muin A. 2009. Teknologi Penanaman
Cendawan Mikoriza Arbuskula Ramin (Gonystilus bancanus
Pada Anakan Perupuk (Miq.) Kurz) pada Areal Bekas
(Lophopetalum spp.) Di Hutan Tebangan. Pontianak : Untan Pers.
RawaGambut Desa Sungai Bakau
Kabupaten Pontianak. [skripsi]. Nuhamara, S. T. 1994. Ekologi Mikoriza.
Pontianak : Fakultas Kehutanan, Laporan Program Pelatihan
Universitas Tanjungpura. Biologi dan Bioteknologi
Mikoriza. SEAMEO BIOTROP,
Muin A, Iskandar M, Astiani D dan Bogor.
Ekyastuti W. 2000. Laporan Hasil Setiadi Y. 1992. Petunjuk Laboratorium
Penelitian Pemilihan Pohon Plus Mikrobiologi Tanah Hutan. Pusat
dan Peremajaan Ramin Antar Universitas Bioteknologi
(Gonystylus bancanus (Miq.) Kehutanan. Jakarta : Direktorat
Kurz) Ditinjau Dari Aspek
Perguruan Tinggi Swasta.
Lingkungan Mikro dan Mikroba
Tanah. Laporan Penelitian Sibarani S. A. 2011. Keanekaragaman
Kerjasama Lab. Silvikultur Fungi Mikoriza Arbuskula Pada
Fahutan UNTAN dengan PT. Tegakan Karet Dan Tegakan
Inhutani II Sawit Di Ekosistem Lahan
Gambut Desa Telaga Suka
Muin A. 2006. Pengaruh Cendawan Kecamatan Panai Tengah
Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Kabupaten Labuhan Batu.
Intensitas Cahaya Terhadap [Skripsi] : Fakultas Pertanian
Pertumbuhan Ramin (Gonystylus Program Studi Kehutanan,
bancanus (Miq.) Kurz) di Areal
Sumatra Utara.
Bekas Tebangan. Prosiding
Workshop Nasional, Bogor Simanungkalit, R.D.M. 2000.
Tanggal 22 Februari 2006. Pemanfaatan jamur mikoriza
Hal123-131. arbuskular sebagai pupuk hayati
untuk memberlanjutkan produksi
Muin A. 2007. Pengaruh Cendawan pertanian. Makalah "Seminar
Mikoriza Arbuskula (CMA) dan sehari", Peranan mikoriza dalam
Intensitas Cahaya Terhadap pertanian yang berkelanjutan.
Pertumbuhan Ramin (Gonystylus Univ. Padjadjaran, Bandung, 28
bancanus (Miq.) Kurz) di
Sept. 2000, 13 hal.
Persemaian. Jur. Penelitian Hutan
Tanaman 4 (2): 069-078

40

Anda mungkin juga menyukai