Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KIMIA FARMASI KUANTITATIF

“ANALISA KUANTITATIF DOXYCYXLIN”

OLEH :
LELI NOVIANI
(1600032)

DOSEN PENGAJAR : HAIYUL FADHLI, M.Si, Apt.

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Adapun isi dari makalah ini mengenai analisa
kuantitatif farmasi, yang akan membahas tentang latar belakang dan pengertian
analisa kuantitatif dan hubungan kuantitatif struktur dengan aktivitas.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran sangat dibutuhkan agar makalah ini kedepannya dapat disempurnakan.
Demikian penyusun dapat sampaikan terimakasih.

Pekanbaru, 07 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Doxycyclin ...................................................................................................... 3
2.2 Hubungan Kuantitatif Dengan Struktur Aktivitas Senyawa Doxycyclin ....... 4
2.3 Analisa Kuantitatif ......................................................................................... 5
2.4 Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas ...................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 14
3.2 Saran .............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan, salah satunya
adalah di bidang teknologi. Berbagai teknologi saat ini diberbagai bidang mulai
giat-giatnya melakukan berbagai riset dan penelitian tak terkecuali dalam bidang
farmasi. Farmasi merupakan suatu cabang ilmu pada kesehatan dimana farmasi
mengkaji tentang obat-obatan. Farmasi merupakan salah satu bidang profesional
kesehatan yang mempunyai kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia.
Dalam farmasi tidak hanya mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, dan mengidentifikasi bahan obat, tetapi juga mempelajari ilmu
kimia. Salah satu ilmu kimia yang dipelajari oleh seorang farmasis adalah kimia
analisis.
Analisis Farmasi merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari
teori dan cara-cara melakukan analisis kimia baik kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung
dalam sampel yang dianalisis, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk
mengetahui kadar yang terkandung dalam suatu sampel. Pada farmasi biasanya
analisis farmasi dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengukur kadar dari suatu
zat aktif atau sediaan farmasi sebelum dipasarkan. Sediaan-sediaan yang beredar
di pasaran tidak diketahui berapa kadar senyawa aktif yang terkandung di
dalamnya karena suatu sediaan tidak hanya mengandung zat aktifnya saja tetapi
juga mengandung bahan tambahan lainnya yang berfungsi untuk menjaga
kestabilan dari sediaan tersebut agar dapat memberikan efek farmakologi yang
baik.
Salah satu zat aktif yang biasa digunakan dalam farmasi adalah antibiotik.
Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan mengobati suatu
infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik sebenarnya mengacu pada zat
kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi, yang

1
menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang lain. Dalam makalah
ini akan dijabarkan mengenai analisa kuantitatif dari senyawa doxycyclin.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu doxycyclin ?
1.2.2 Bagaimana hubungan kuantitatif dengan struktur aktivitas senyawa
doxycyclin ?
1.2.3 Bagaimana analisa kuantitatif ?
1.2.4 Bagaimana hubungan kuantitatif struktur aktivitas ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mahasiswa/i dapat memahami struktur dan manfaat doxycyclin.
1.3.2 Agar mahasiswa/i memahami hubungan kuantitatif dengan struktur aktivitas
senyawa doxycyclin.
1.3.3 Agar mahasiswa/i dapat mengetahui maksud dari analisa kuantitatif.
1.3.4 Agar mahasiwa/i dapat memahami hubungan kuantitatif struktur aktivitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Doxycyclin

Gambar 1. Struktur Doxycyclin

Doxycycline (DC) adalah turunan tetrasiklin, banyak digunakan dalam


pengobatan penyakit saluran pernapasan. Ini menunjukkan spektrum aktivitas
antibiotik yang luas melawan bakteri Gram positif dan Gram negatif. Antibiotik
ini lebih mudah larut dalam lipid dan setelah aplikasi lebih baik menembus
jaringan tubuh dan cairan. Setelah administrasi, DC cepat dan terserap dengan
baik di saluran gastrointestinal dan didistribusikan secara luas ke tubuh dengan
afinitas tinggi ke jaringan (Gajda, dkk., 2014).
Doxycycline adalah obat pilihan untuk merawat pasien infeksi A.
fagositopenia akut. Demikian juga, meskipun Amoksisilin banyak digunakan
untuk mengobati borreliosis Lyme akut, penelitian menunjukkan bahwa
doksisiklin mungkin sama efektifnya (Wormser et al., 2003). Demikian pula,
beberapa keberhasilan telah terjadi diperoleh dengan menggunakan dosis tunggal
(200 mg) hyclate doksisiklin untuk pengobatan profilaksis orang yang terpapar
(Nadelman et al., 2001).
Aktivitas doxycycline sebagai antimikroba berhubungan dengan
mekanisme kerjanya yang menghambat sintesis protein bakteri dengan cara
berikatan pada ribosom subunit 30s. Terdapat berbagai bentuk sediaan doxycyline
yang beredar di pasaran, antara lain kapsul, tablet, dan injeksi.

3
2.2 Hubungan Kuantitatif Dengan Struktur Aktivitas Senyawa Doxycyclin

Gambar 2. Struktur Turunan Tetrasiklin

Berikut penjelasan hubungan struktur dan aktivitas turunan Tetrasiklin


(Cartika, 2016):
 Cincin D harus merupakan cincin aromatic dan cincin A harus tersubstitusi
pada setiap atom karbonnya dengan tepat untuk kepentingan aktivitasnya.
 Cincin B dan C dapat mentoleransi perubahan substituent selama system
ketoenol (C11, C12,12a) tidak berubah dan terkonjugasi pada cincin fenol
D.
 Cincin B,C,D fenol, merupakan system ketoenol yang sangat penting dan
cincin A harus memiliki system keto enol yg terkonjugasi.
 Secara spesifik cincin A mengandung trikarbonil, suatu gugus ketoenol
pada posisi C1,2 dan 3. Struktur kimia penting lainnya untuk aktivitas
antibakteri adalah pada gugus amin pada posisi C4 pada cincin A.

4
2.3 Analisa Kuantitatif
Analisis kuantitatif merupakan suatu tekhnik atau metode untuk
menentukan Kuantitas atau kadar suatu unsur/senyawa dalam suatu cuplikan.
Analisis Kuantitatif dilakukan apabila kita telah mengetahui senyawa apa saja
yang terkandung dalam suatu contoh. Sehingga dilakukan Analisis Kuantitatif ini
untuk menentukan kadar dari suatu unsure yang terkandung. Berdasarkan metode
yang dilakukan Analisis Kuantitatif dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Analisis Konvensional
Metode Analisis konvensional ini diantaranya adalah Gravimetri,
Volumetri/ Titrimetri, dan colourimetri. Pada Metode Gravimetri ini penentuan
kadar suatu unsur/senyawa berdasarkan dari bobotnya, suatu unsur diendapkan
secara khas menjadi senyawa yang stabil kemudian endapan ini dilakukan
preparasi selanjutnya dan ditimbang bobotnya. Sebagai contoh yang paling mudah
penentuan kadar air dengan pemanasan merupakan salah satu metode
Gravimetri. Metode Volumetri atau titrimetri, penentuan kadar suatu
unsur/senyawa berdasarkan Volume. Pada metode ini suatu senyawa yang ingin
diketahui kadarnya (Senyawa A) direaksikan dengan suatu senyawa yang dapat
bereaksi dengan cepat dan diketahui kadarnya (Senyawa B). Kadar senyawa yang
ingin diketahui ditentukan berdasarkan volume Senyawa B yang diperlukan untuk
bereaksi dengan Senyawa A dan dilakukan perhitungan lebih lanjut. Contoh dari
penggunaan metode volumetri ini adalah pada penentukan konsentrasi asam oleh
suatu basa.
Analisis kuantitatif dengan metode volumetri didasarkan pada reaksi kimia
antara zat uji dengan larutan titer, baik reaksinya langsung maupun tidak
langsung. Berdasarkan cara titrasi, metode volumetri dikelompokkan menjadi 2
yaitu (Cartika, 2016):
1. Titrasi langsung
Cara ini dilakukan dengan menitrasi langsung zat yang akan ditetapkan kadarnya.
Perhitungan didasarkan pada kesetaraan langsung larutan titer dengan zat uji.
Contoh pada metode Iodimetri (lihat uraian metode iodimetri).

5
2. Titrasi tidak langsung / titrasikembali
Dilakukan dengan cara penambahan titran dalam jumlah berlebih, kemudian
kelebihan titran dititrasi dengan larutan titran lain. Dengan cara ini umumnya
dilakukan titrasi blanko (tanpa zat uji), perhitungan didasarkan pada kesetaraan
tidak langsung larutan titer dengan zat uji. Contoh pada metode iodometri (lihat
uraian metode iodometri).
Berdasarkan jenis reaksinya, titrasi dikelompokkan menjadi empat macam
yaitu:
a. Titrasi asam basa
b. Titrasi pengendapan
c. Titrasi kompleksometri
d. Titrasi oksidasi reduksi
1. Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga
akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Reaksi antara asam dan basa,
dapat berupa asam kuat atau lemah dengan basa kuat atau lemah. Titrasi dengan
larutan titer asam kuat (HCl 0,1 N atau H2SO4 0,1N) disebut asidimetri, dan
titrasi dengan larutan titer basa kuat (NaOH 0,1N) disebut alkalimetri. Hanya ada
sedikit titrasi asam kuat dengan basa kuat langsung yang tercantum di dalam
penetapan kadar obat yang tercantum dalam Farmakope. Pada titrasi asam kuat
dengan basa kuat, maka harga pH pada titik ekivalen (titik dimana jumlah zat
yang direaksikan telah ekivalen/setara) adalah 7 (netral). Demikian pula pada
titrasi basa kuat dengan asam kuat, maka harga pH titik ekivalen juga sama
dengan 7. Jenis asam yang digunakan pada titrasi asam kuat dengan basa kuat
pada penetapan kadar senyawa obat dalam Farmakope adalah:

asam perklorat;

asam klorida;

asam sulfat;

tiamin hidroklorida.

6
Titik ekivalen pada titrasi asam lemah dengan basa kuat (natrium
hidroksida) adalah > 7 (basa). Jenis asam lemah yang digunakan pada titrasi asam
lemah dengan basa kuat (natrium hidroksida) pada penetapan kadar senyawa obat
dalam Farmakope adalah:

asetosal;

asam asetat;

asam sitrat;

asam salisilat.

Selanjutnya Metode Colourimetri, penentuan kadar suatu unsur/senyawa


berdasarkan kesamaan warna secara visual senyawa yang ingin diketahui dengan
senyawa standard yang telah diketahui kadarnya. Metode ini mirip dengan metode
Volumetri, suatu senyawa yang ingin diketahui kadarnya direaksikan dengan
suatu senyawa spesifik untuk menghasilkan senyawa baru yang memiliki warna
yang stabil, kemudian senyawa ini dibandingkan warnanya dengan senyawa
standar yang telah diketahui kadarnya dengan melakukan titrasi bertahap sampai
memiliki warna yang sama dengan contoh. Metode ini sudah jarang dilakukan
karena faktor kesalahannya cukup tinggi dibandingkan dengan metode yang baru
dan pereaksi spesifik yang relatif mahal.
2. Titrasi pengendapan
Metode titrasi endapan merupakan analisis volumetri yang berdasarkan
pada reaksi pembentukan endapan. Metode titrasi pengendapan yang paling
banyak digunakan adalah metode argentometric. Titrasi pengendapan dengan
metode argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar senyawa
halogenida (Cl-, Br-, dan I-) dan senyawa-senyawa lain (SCN-) yang membentuk
endapan dengan perak nitrat (AgNO3).
3. Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri merupakan metode volumetri yang berdasarkan
pada reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan senyawa
pengkompleks atau ligan. Senyawa pengompleks yang paling umum digunakan

7
dalam volumetrik adalah asam etilendiamin tetraasetat atau sering disingkat
EDTA (H4Y) dalam bentuk garam dinatrium (Na2H2Y).
4. Titrasi Oksidasi Reduksi
Titrasi oksidasi reduksi adalah cara analisis volumetri yang berdasarkan
reaksi reduksi oksidasi (redoks). Salah satu ciri reaksi redoks adalah terjadinya
perubahan bilangan oksidasi (biloks) dari zat-zat yang bereaksi sebelum dan
sesudah reaksi. Dalam titrasi ini perlu dipahami tentang pengertian oksidator,
reduktor, oksidasi, dan reduksi, yaitu :
(a) Oksidator adalah zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan
oksidasi (biloks), karena dalam reaksi tersebut oksidator mengalami reduksi atau
menerima elektron. Contoh :
MnO4 - + 8 H+ + 5 e → Mn2+ + 4 H2O MnO4 - (KMnO4) adalah suatu
oksidator.
Reduksi karena dalam reaksi tersebut terjadi penangkapan/menerima elektron.
(b) Reduktor adalah zat yang dalam reaksi mengalami kenaikan bilangan
oksidasi (biloks), karena dalam reaksi tersebut reduktor mengalami oksidasi atau
melepaskan elektron. Contoh :
Fe2+ → Fe3+ + e
Fe2+ (FeSO4) adalah suatu reduktor
Oksidasi karena dalam reaksi tersebut terjadi pelepasan elektron

2. Analisis Instrumen
Metode analisis ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat yang
membantu dalam menentukan kadar suatu senyawa dalam cuplikan. Instrumen
yang biasa digunakan dalam penentuan kadar suatu senyawa diantaranya :
 Spektrofotometri UV-VIS digunakan untuk analisis senyawa anorganik
(logam dan non logam) dan senyawa Organik.
 Spektrofotometri FTIR digunakan untuk analisis senyawa organic melalui
gugus fungsinya.
 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) digunakan untuk analisis senyawa
Anorganik (Logam).
 Gas Chromatography (GC) digunakan untuk analisis senyawa organik.

8
 High Performa Liquid Chromatograpy (HPLC) digunakan untuk analisis
senyawa organic.
 Flamefotometri digunakan untuk analisis senyawa anorganik (Logam)
 Inducted Couple Plasma (ICP) digunakan untuk analisis senyawa
anorganik (Logam)
 X-ray fluorescence (XRF) digunakan untuk analisis senyawa anorganik
(Logam)
Penggunaan alat ini disesuaikan dengan senyawa apa yang akan di
analisis, sifat fisik suatu unsur, perkiraan kadar dari uji pendahuluan sehingga
hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan karena setiap instrument
memiliki ketelitian yang berbeda. Contohnya untuk penentukan kadar suatu unsur
logam dalam batuan, penentuan unsur utama (makro) dilakukan dengan
menggunakan XRF, sedangkan untuk menentukan kadar logam lain yang
kadarnya kecil (mikro) dilakukan dengan menggunakan SSA. Hal ini dikarenakan
SSA memiliki ketelitian yang lebih tinggi untuk kadar mikro dibandingkan
dengan XRF.

2.3.1 Analisa Kuantitatif Doxycyclin


Untuk tujuan penentuan kuantitatif residu doksisiklin (DC) dalam
jaringan, kromatografi cair sensitif -Metode spektrometri massa tandem (LC-MS /
MS) dikembangkan. Metode ini digunakan untuk menentukan residu DC pada
jaringan ayam (otot dada dan paha, hati dan ginjal) setelah pemberian oral dengan
air minum ke ayam. DC diberikan selama lima hari berturut-turut dengan dosis
terapeutik 10 mg/kg sekali sehari. Jaringan dikumpulkan setelah 6 jam, 24 jam, 7
hari, dan 8 hari. Metode ini divalidasi dan didapatkan konsentrasi untuk
otot-109,2 μg/kg, untuk hati-326,1 μg/kg, dan untuk ginjal-634,0 μg/kg. Batas
deteksi adalah 2 μg/kg dan batas kuantifikasi adalah 5 μg/kg. Di Dalam waktu
singkat setelah berhenti perawatan, konsentrasi DC yang terdeteksi jauh lebih
tinggi dari pada jumlah maksimum yang ditetapkan, nilai batas residu dengan
konsentrasi residu tertinggi DC diamati di ginjal, diikuti oleh hati dan otot.
Konsentrasi DC terendah terdapat pada otot (Gajda, dkk., 2014)

9
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Lavda (2004), Kandungan
doksisiklin dalam darah, jaringan, dan GCF diukur dengan metode HPLC yang
dijelaskan oleh Vienneau dan Kindberg. 15 Sampel dianalisis dengan
kromatografi fase terbalik teokratis pada kolom C18 (4,6 × 250 mm). Fasa gerak
terdiri dari metanol dan buffer asam asetat 0,1 M (pH 6.5) yang mengandung 35
mM CaCl2 dan 25 mM EDTA (40:60, v/v). Elusi sampel dipantau dengan
detektor fluoresensi, dengan menggunakan panjang gelombang eksitasi 375 nm
dan saringan emisi sepanjang 480 nm. Tingkat antibiotik serum dan GCF dihitung
dengan membagi kandungan antibiotik masing-masing kolam sampel dengan
volume totalnya. Tingkat antibiotik jaringan dinyatakan sebagai berat/berat.

2.4 Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas


Hubungan kuantitatif antara aktivitas biologis dan parameter yang
menggambarkan perubahan sifat kimia fisika, yaitu parameter hidrofobik,
elektronik dan sterik, pada suatu seri molekul, mulai dikembangkan secara lebih
intensif. Hubungan atau korelasi yang baik digunakan untuk menunjang interaksi
obat-reseptor dan meramalkan jalur sintesis obat yang lebih menguntungkan.
1. Model Pendekatan HKSA Free-Wilson
Free dan Wilson (1964), mengembangkan suatu konsep hubunganstruktur
dan aktivitas biologis obat, yang dinamakan model de novo ataumodel matematik
Free-Wilson. Mereka mengemukakan bahwa respons biologis merupakan
sumbangan aktivitas dari gugus-gugus subtituen terhadap aktivitas biologis
senyawa induk.
Untuk menghitung sumbangan tiap-tiap gugus terhadap aktivitas biologis
struktur induk, digunakan perhitungan statistic cara matriks dananalisis
multiregresi linier dengan bantuan komputer program QSAR. Dari perhitungan
tersebut akan didapat gugus-gugus yang memberikansumbangan optimal terhadap
aktivitas biologis struktur induk.
Namun model de novo ini kurang berkembang karena tidak
dapatdigunakan bila efek subtituen bersifat tidak linier atau bila ada interaksi antar
subtituen. Selain itu model ini memerlukan banyak senyawa dengan kombinasi
subtituen yang bervariasi untuk dapat menarik kesimpulan yang benar. Meskipun

10
demikian model ini juga mempunyai keuntungan karena dapat menghubungkan
secara kuantitatif antara struktur kimia dan aktivitas biologis dari turunan senyawa
dengan bermacam-macam gugussubtitusi pada berbagai zona. Model ini
digunakan bila tidak ada datatetapan kimia fisika dari senyawa-senyawa yang
diteliti dan uji aktivitaslebih lambat dibanding dengan sintesis turunan senyawa.

2. Model Pendekatan HKSA Hansch


Hansch (1963), mengemukakan suatu konsep bahwa hubunganstruktur
kimia dengan aktivitas biologis (log 1/C) suatu turunan senyawadapat dinyatakan
secara kuantitatif melalui parameter-parameter sifatkimia fisika dari subtituen
yaitu parameter hidrofobik (π), elektronik (σ)dan sterik (Es). Untuk menimbulkan
aktivitas biologis, molekul obat harus melalui proses-proses berikut:
a. Proses “perjalanan acak” (random walk), yaitu mulai saatobat diberikan,
kemudian menembus beberapa membran biologis hingga sampai ke tempat aksi
obat. Proses ini berhubungan dengan koefisien partisi (P), yang dinyatakan secara
matematik sebagai fungsi P atau f (P).
b. Pengikatan obat pada tempat reseptor, yang dinyatakan secara matematik
sebagai Kx. Proses ini tergantung pada:
1) Ukuran molekul obat, termasuk stereokimia darigugus/molekul.
2) Densitas elektron dari gugus/subtituen yang terikat.
Perkembangan dibidang ilmu kimia medisinal terutama pada perancangan
obat baru yang menggunakan disiplin ilmu yang dikenal sebagai Hubungan
Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA) dimulai pada tahun 1964. Perancangan
obat terutama bertujuan untuk mengoptimasi aktivitas biologis kelompok senyawa
bioaktif baru melalui variasi subtituen. Analisis Hansch menghubungkan harga
aktivitas biologis dengan sifat-sifat kimia fisika secara analisis linier, multilinier
dan non-linier, dengan demikian sesungguhnya analisis Hansch adalah model
hubungan antar sifat-sifat yang dimiliki terhadap aktivitas biologis.
Pada kenyataannya parameter yang digunakan pada analisis Hansch adalah
harga kaitan linier energi bebas. Pengembangan hubungan reaktivitas dengan
parameter subtituen diterapkan secara matematis pada hubungan kuantitatif antara
struktur dan aktivitas, yang dikenal sebagai model kaitan linier energi bebas

11
(Linier Free Energi Related = LFER), juga dikenal sebagai model
ekstratermodinamika atau persamaan analisis model Hansch. Model ini
diketemukan oleh Hammett pada permulaan tahun 1930-an. Penalaran
ekstratermodinamika dihubungkan dengan laju reaksi (hidrolisis) turunan asam
benzoat sebagai dasar, yang kemudian dikenal sebagai persamaan Hammett
dengan rumusan sebagai berikut :
log kx – log kH = ρσ (1)
Persamaan (II.1) diatas dapat juga ditulis menjadi
log (kx/kH) = ρσ (2)
dimana kx dan kH adalah tetapan keseimbangan reaksi untuk senyawa tersubstitusi
X dan H, σ dalah parameter energi bebas linier yang merupakan ukuran efek
elektronik. Subtituen pada pusat reaksi dan harganya tergantung pada jenis dan
kedudukan subtituen (parameter substituen), ρ adalah tetapan yang tergantung
pada jenis dan kondisi reaksi serta jenis senyawa (Lee, 1996; Sardjoko,1993).

Analisis HKSA
Tujuan utama upaya desain suatu obat dalam ilmu kimia medisinal adalah
supaya dapat menemukan suatu molekul yang akan menghasilkan efek biologis
yang bermanfaat tanpa berakibat efek biologis yang merugikan. Sebagai contoh,
suatu senyawa yang dapat menurunkan tekanan darah dapat juga memiliki efek
samping pada sistem saraf pusat. Dengan demikian merupakan suatu kesalahan
apabila tujuan utama akan dapat tercapai dengan sempurna, tetapi efek negatif
obat tersebut juga cukup merugikan. Taylor dan Kennewal (dalam Siswandono,
1995) memberi batasan kimia medisinal yang lebih spesifik yaitu sebagai studi
kimiawi senyawa atau obat yang dapat memberikan efek menguntungkan dalam
sistem kehidupan, yang melibatkan studi hubungan struktur kimia senyawa
dengan aktivitas biologis dan model kerja senyawa pada sistem biologis, dalam
usaha mendapatkan efek terapetik obat yang maksimal dan memperkecil efek
samping yang tidak diinginkan (Dean, 1995).
Rancangan obat diterapkan dalam upaya untuk mendapatkan obat baru
berdasarkan penalaran yang rasional dengan semaksimal mungkin mengurangi
faktor coba-coba. Secara tidak langsung hal ini akan menghemat waktu, biaya,

12
tenaga dan pikiran. Penalaran yang rasional mengandung pengertian tidak
merasionalkan data yang telah ada, tetapi cenderung terletak pada hasil
pengolahan data. Kesimpulan yang mengandung kekuatan perkiraan jauh lebih
berguna daripada hanya berupa ringkasan dari sekumpulan pengamatan. Perkiraan
yang didasarkan pada perhitungan kuantitatif antara sifat-sifat fisikokimia dan
potensi suatu seri senyawa mempunyai kekuatan yang berarti sebagai salah satu
usaha untuk menemukan obat baru (Sardjoko, 1993; Kubinyi, 1993).
Hubungan antara struktur dan aktivitas biologis tersebut dinyatakan secara
matematis, sehingga disebut Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas
atau Quantitative Structure Activity Relationship. Asumsi mendasar dari HKSA
adalah bahwa terdapat hubungan kuantitatif antara sifat mikroskopis (struktur
molekul) dan sifat makroskopik/empiris (aktivitas biologis) dari suatu molekul.
Istilah struktur tidak hanya terbatas pada pengertian pengaturan ruang dan
hubungan antar atom dalam molekul saja, tetapi juga termasuk sifat fisika dan
kimia yang melekat pada susunan tersebut (Franke, 1984; Yaffe, 2001).
Parameter sifat kimia fisika yang sering digunakan dalam HKSA model
Hansch adalah parameter hidrofobik, elektronik dan sterik. Pada proses distribusi
atau pengangkutan obat, penembusan membran biologis sangat dipengaruhi oleh
sifat kelarutan obat dalam lemak/air, suasana PH dan derajat ionisasi (pKa)
sehingga dalam hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas, parameter sifat kimia
fisika yang sering dilibatkan adalah parameter hidrofobik dan elektronik. Pada
proses distribusi obat pengaruh sifat hidrofobik pada umumnya lebih besar
dibanding sifat elektronik. Proses interaksi obat-reseptor sangat dipengaruhi oleh
ikatankimia, kerapatan elektron, ukuran molekul dan efek stereokimia, sehingga
dalam hubungan struktur dan aktivitas, ketiga parameter sifat kimia fiskadi atas
ikut dilibatkan, terutama parameter elektronik dan sterik.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Doxycycline (DC) adalah turunan tetrasiklin, banyak digunakan dalam
pengobatan penyakit saluran pernapasan.
 Analisis kuantitatif merupakan suatu tekhnik atau metode untuk
menentukan Kuantitas atau kadar suatu unsur/senyawa dalam suatu
cuplikan.
 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Lavda (2004), Kandungan
doksisiklin dalam darah, jaringan, dan GCF diukur dengan metode HPLC.
Untuk tujuan penentuan kuantitatif residu doksisiklin (DC) dalam
jaringan, kromatografi cair sensitif -Metode spektrometri massa tandem
(LC-MS/MS).
 Hubungan kuantitatif antara aktivitas biologis dan parameter yang
menggambarkan perubahan sifat kimia fisika, yaitu parameter hidrofobik,
elektronik dan sterik, pada suatu seri molekul, mulai dikembangkan secara
lebih intensif.

3.2 Saran
Disarankan adanya banyak sumber yang terkait materi ini dan diharapkan
kritik maupun saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat dijadikan referensi dalam belajar.

14
DAFTAR PUSAKA

Cartika, H., 2016, Kimia Farmasi, Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.
Gajda, dkk., 2014, LC-MS/MS analysis of doxycycline residues in chicken tissues
after oral administration, Bull Vet Inst Pulawy, 58: 573-579.
Kubinyi, 1993, QSAR: Hansch Analysis and Related Approaches, New York:
VCH Publisher.
Lavda, 2004, Distribution of Systemic Ciprofloxacin and Doxycycline to Gingiva
and Gingival Crevicular Fluid, J Periodontol, 75(12): 1663–1667.
Sardjoko, 1993, Rancangan Obat, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yaffe, 2001, Diabetes, impaired fasting glucose, and development of cognitive
impairment in older women. Neurology, 63:658–663.

15

Anda mungkin juga menyukai