Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 1 : HAL 577 – 593

M.WAHYU FIRDAUS
NIM:1710312610031
3. KESEIMBANGAN JANGKA PENDEK : ASPEK MONOPOLI DARI PERSAINGAN MONOPOLISTIK

Teori tentang persaingan monopolistik pada dasarnya merupakan sebuah teori jangka
panjang.

Dalam jangka pendek boleh dikatakan tidak ada perbedaan antara analisis monopoli dan
persaingan monopolistik.

Masing-masing produsen yang memproduksi produk yang didiferensiasi berperilaku demikian


rupa hingga ia dapat memaksimasi laba.

Setiap produsen beranggapan bahwa kurve permintaannya adalah seperti kurve permintaan
yang diantisipasi dd’ pada gambar no.1. Masing-masing produsen berusaha untuk memaksimasi
labanya yang dipengaruhi oleh kurve permintaannya yang diantisipasi.

Dengan kurve permintaan dan kurve hasil marjinal yang diantisipasi sepeerti terlihat pada
gambar no.2, ia mengimbangkan biaya marjinal dengan hasil marjinal.

GAMBAR 2.
KESEIMBANGAN JANGKA PENDEK PERUSAHAAN DALAM KEADAAN PERSAINGAN
MONOPOLISTIK

577
Pada contoh no. 2 tindakan tersebut menyebabkan bahwa output adalah sebesar Ox o kesatuan
per periode dan harga setinggi OPo per kesatuan.

Pada keseimbangan jangka pendek yang timbul, laba murni ditunjukkan oleh bidang persegi
panjang yang diberi garis yaitu bidang po ABCo.
Dalam jangka pendek kiranya tidak terdapat banyak persaingan dalam keadaan persainga
monopolistik.
Akan tetapi apabila kita memasukan unsur waktu lebih lama, maka ternyata bahwa tidak ada
sebuah elemen esensial dari monopoli.
Khususnya dapat dikatakan bahwa sesuatu situasi monopoli tidak dapat dipertahankan apabila
terdapat ‘kemungkinan masuknya perusahaan-perusahaan secara bebas ( FREE ENTRY )”.
Perusahaan-perusahaan lain akan “masuk” dan memproduksi produk homogin tersebut, dan
mereka terus menerus akan memasuki industri yang bersangkutan sampai semua laba murni
habis atau sampai dicapai pemecahan kompetitif.
Pada kasus sekarang, produk didiferensiasi, dan tidak bersiat homogin, sehingga dengan
demikian tidak ada industri untuk “dimasuki”.
Tetapi, perusahaan-perusahaan baru bebas untuk menghasilkan sebuah produk yang ”dekat”
dengan produk yang telah dihasilkan; jadi pemasukan ke dalam kelompok produk tersebut tidak
tertutup.
Apbila sebuah atau beberapa buah perusahaan jelas menikmati suatu situasi yang sangat
menguntungkan, maka perusahaan-perusahaan lain akan mulai mencoba memproduksi produk
yang sama.
Mereka akan “memasuki” kelompok produk tersebut dan masuknya mereka disana akan
menimbulkan akibat akibat.

578
di pasar yang tidak banyak berbeda dengan masuknya perusahaan-perusahaan yang
“PERFECTLY COMPETITIVE” kedalam sebuah industry.

4. KESEIMBANGAN JANGKA PANJANG : ASPEK-ASPEK KOMPETITIF PERSAINGA MONOPOLISTIK

Semua asumsi-asumsi khusus dari CHAMBERLIN telah dipersoalkan, tetapi ada baiknya untuk
mengingatkannya kembali.
Pertama-tama : banyak perusahaan memproduksi produk yang didiferensiasi.
Masing-masing barang didalam kelompok produk yang bersangkutan merupakan substitute
dekat untuk setiap barang lain ; terdapat demikian banyak penjual didalam kelompok produk
yang bersangkutan sehingga masing-masing penjual memperkirakan bahwa tindakan-tindakan
kompetitifnya tidak diperhatikan oleh saingannya.
Kedua : untuk saat sekarang, harga merupakan variabel yang dimanipulasi oleh para pengusaha
dalam rangka usaha memperbesar laba.
Akhirnya seperti dikemukakan oleh CHAMBERLIN : . . . terdapat asumsi heroik bahwa kurve
permintaan dan kurve biaya untuk semua produk adalah sama didalam kelompok yang
bersangkutan . . . . (hal tersebut hanya merata antara berbagai varietas yang berbeda dan
bahwasannya perbedaan-perbedaan antara mereka (produk-produk tersebut) tidaklah
demikian rupa hingga menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam biaya.
Asumsi terakhir perlu diberikan komentar lebih lanjut.
Dalam keadaan persaingan sempurna, semua produk adalah homogin

579
Jadi, cukuplah beralasan untuk mengasumsi bahwa adanya biaya prodiksi identic untuk semua
pengusaha didalam industry yang bersangkutan – asumsi mana amat berguna bagi analisis kita,
karena ia memungkinkan diterangkannya keseimbangan jangka panjang dengan bantuan
sebuah grafik yang mempersoalkan sebuah perusahaan saja.
Inilah tujuan asumsi yang sedang dopersoalkan; tetapi ia jelas lebih restriktif dibandingkan
dengan keadaan persaingan sempurna.
Pada dasarnya kita mengasumsi bahwa perbedaan-perbedaan produk tidaklah demikian besar,
hingga menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam biaya.
Perbedaan dalam bau wangi sabun mandi, campursn tembakau yang agak berbeda, perbedaan
dalam warna bahan pembungkus dan perbedaan dalam pola krah kemeja pria merupakan
beberapa contoh perbedaan-perbedaan produk yang akan menyebabkan timbulnya perbedaan
sedikit dalam biaya.
Akan tetapi, asumsi tersebut bersifat cukup restriktif, karena kita tidak mempersoalkan
perbedaan-perbedaan menyolok dalam kualitas (contoh perbedaaan antara mobil V.W. dan
mobil MERCEDES).
Dengan asumsi-asumsi tersebut dan dengan alat-alat analitik dapatlah kita segera memulai
analisis keseimbangan jangka panjang pada kasus kelompok besar dimana terdapat adanya
persaingan harga.
Disebabkan oleh karena mudahnya masuknya perusaahaan-perusahaan baru ke dalam industry
yang bersangkutan maka berarti bahwa laba dalam jangka panjang akan habis tersaingi hingga
menjadi nol.
Hanya 2 macam situasi bersifat jkonsisten dengan laba nol.
Mereka adalah titik-titik seperti misalnya titik G dan E pada gambar berikut.

580
GAMBAR 3.
KESEIMBANGAN JANGKA PANJANG DENGAN MASUKNYA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN

Pada titik G, kurve permintaan aktual perusahaan yang bersangkutan merupakan garis singgung
bagi kurve LAC; pada titik E kurve permintaan yang diantisipasi merupakan sebuah garis
singgung.
Marilah kita misalkan bahwa Di Di merupakan kurve permintaan inisial.
Perusahaan yang bersangkutan dan setiap perusahaan lain di dalam kelompok produk yang
bersangkutan mencapai laba murni.
Misalkan pula bahwa masing-maasing perusahaan berada dalam keadaan keseimbangan jangka
pendek.
Disebabkan oleh karena masuknya perusahaan-perusahaan baru ke dalam kelompok produk
tersebut adalah bebas, maka perusahaan-perusahaan baru yang menjual produk-produk yang
sedikit didiferensiasi tertarik untuk memasukinya.

581
Varietas produk-produk yang yersedia yang lebih besar, menyebabkan permintaan akan produk
masing-masing penjual berkurang.
Dalam proses tersebut kurve DD’ bergesser ke kiri.
Secara simultan, apabila para pengusaha berusaha agar laba dimamksimasi melalui penurunan
harga, maka kurve dd’ bergeser kebawah padda kurve DD’ yang ada dan kurve permintaan
tersebut dicapai agak elastic karena adanya lebih banyak barang-barang substitusi.
Transisi dari kurve DiDi inisial hingga keseimbangan jangka panjamg akhir pada titik E, dapat
terjadi dengan macam-macam cara.
Salah satu metode diilustrasi pada gambar no.3 , dimana diasumsi bahwa perusahaan-
perusahaan baru memasuki kelompok produk sampai kurve permintaan proporsional bergeser
posisi dari DiDi hingga D1D1.
Kelihatan seakan akan dicapai keseimbangan pada titik G, dengan output sebesar OX 1 dan
harga setinggi OP1 per kesatuan karena laba murni adalah sebesar nol pada titik tersebut.
Akan tetapi, setiap pengusah mengira bahwa D1D1 ; adalah kurve permintaannya.
Menurut tanggapannya sesuatu penurunan dalam harga akan menyebabkan timbulnya suatu
ekspansi melalui D1D1 ; dan laba dengan demikian akan bertambah sesuai dengannya.
Tetapi setiap pengusaha mempunyai perangsang yang sama; maka apabila harga diturunkan
oleh smeua pengusaha maka dd’ bergeser kebawah pada D1D1.
Cara satu-satunya, G dapat menjadi sebuah titik keseimbangan jangka panjang adalah agar
pasar tidak dicirikan oleh persaingan harga aktif.
Pandangan “hidup dan biarkan pihak lain hidup” pada pihak penjual, perjanjian-perjanjian
khusus, gabungan-gabungan

582
Harga “terbuka”, “pemeliharaan” harga, harga-harga lazim dan etika profesional merupakan
beberapa sebab kebijaksanaan harga non-agresif.
Andaikan tidak terdapat persaingan harga, maka para pengusaha individual tidak akan
memperhatikan eksitensi kurve seperti misalnya kurve d1d1.
Mereka hnaya mementingkan efek kenaikan harga atau penurunan harga secara umum, atau
kurve DD’.
Laba murni lenyap, apabila cukup banyak perusahaan telah “masuk” hingga kurve permintaan
bergeser hingga d1d1. Memproduksi jumlah OX1 dan menjual dengan harga setinggi OP1 yang
merupakan harga lebih tinggi dan jumlah lebih kecil dibandingkan dengan harga serta jumlah
yang muncul apabila ada persaingan harga aktif.
Misalkan kini bahwa perusahaan-perusahaan akan mencoba menurunkan harga dan melakukan
ekspansi melalui kurve D1D’1.
Akan tetapi oleh karena semua perusahaan berusaha untuk berekspansi maka gerkan tersebut
terjadi melalui D1D1 dan harga turun hingga OP’2 dengan output sebesar OX’2 per periode.
Setiap perusahaan menderita kerugian murni yang ditunjukkan oleh bidang persegi panjang
cBAp’2.
Kelihatan bahwa setiap perusahaan dapat memindahkan kerugian murninya dengan jalan
menurunkan harga hingga OP2 dan bergeser ke titik E.
Akan tetapi dengan jumlah perusahaan yang menyebabkan timbulnya D 1D’1 maka sesuatu
penurunan dalam harga hingga OP2 akan menggeserkan kurve permintaan subyektif lebih ke
bawah pada kurve D1D’1 hingga mencapai posisi d2d’2.

583
Keseimbangan sementara akan dicapai pada titik F, dimana penjualan berjumlah OX2 dan bukan
Ox, per perusahaan.

Tetapi situasi tersebut mau tidak mau bersifat sementara, oleh karena setiap perusahaan
menderita kerugian murni pada titik F.

Akhirnya beberapa perusahaan harus meninggalkan kelompok produk yang bersangkutan; dan
ada perangsang untuk melakukan hal tersebut.

Sewaktu perusahaan-perusahaan meninggalkan kelompok produk tersebut maka kurve


permintaan proporsional bergeser ke kanan, bersama-sama dengan kurve permintaan yang
diantisipasi; dan kedua duanya mungkin menjadi kursng elastik.

Proses “keluarnya” perusahaan-perusahaan (dari kelompok produk yang bersangkutan) terus


berlangsung sampai kurve proporsional menjadi DD’ dan kurve permintaan yang diantisipasi
menjadi dd’.

Keseimbangan jangka panjang dicapai pada titik E.

Pada titik keseimbangan jangka panjanng ini, kurve permintaan dd’ hatus menjadi garis
singgung bagi kurve LAC; apabila tidak demikian hal nya, maka setiap pengusaha akakn mengira
bahwa sesuatu perubahan dalam kebijaksanaan harga output nya dapat memperbesar laba;
jadi dengan demikian tidak akan terdapat sesuatu keseimbangan.

Masing-masing perusahaan walaupun memiliki monopoli tentang “produknya” sendiri, dipaksa


ke arah suatu posisi laba=0 oleh persaingan pihak saingan yng memproduksi barang-barang
yang merupakan barang substitusi langsung.

Mungkin dalam pikiran para pembaca timbul pertanyaan–pertanyaan tertentu sehubungan


dengan pemecahan keseimbangn tersebut.

Pertanyaan pertama berhubungan dengan titik perpotongan kurve hasil marjinal yang
diantisipasi (yang berkaitan dengan kurve dd’ berupa garis terputus-putus) dan kurve biaya
marjinal pada titik perpotongan antara kurve permintaan dan biaya rata-rata

584
Apakah titik perpotongan dan titik singgung harus terjadi pada output yang persis sama ?.

Apabila tidak demikkian halnya maka pengusaha yang memaksimasi laba akan mengubah
tingkat outputnya.

Problem tersebut dapat dipecahkan secara relatif mudah.

Seperti telah berkali-kali ditunjukkan laba maksimum, mengharuskan MC=MR.

Disebabkan oleh karena P = LAC pada output titik singgung maka output tersebut memberikan
laba nol.

Karena kurve LAC cembung dipandang dari atas, maka LAC lebih besar dibandingkan dengan
permintaan pada semua titik lain dan akibatnya adalah bahwa timbul laba negative(=kerugian).

Pemechan laba nol merupakan pemecahan laba maksimum; maka oleh karena nya MC harus
sama dengan apa yang di kira pengusaha yang bersangkutan merupakan MR nya pada output
titik singgung.

Kita dapat pula menganalisis problem tersebut dengan cara lain.

Disebabkan oleh karena LAC terletak diatas kurve permintaan yang diantisipasi pada setipa
output, kecuali pada output titik singgung Ox, maka biaya total terletak diatas kurve hasil total
pada semua output, kecuali Ox dimana mereka adalah sama.

Jadi, kedua buah kurve total tersebut harus saling menyinggung (slope mereka semua) pada Ox
dan biaya marjinal harus sama dengan hasil marjinal pada output yang berhubungan dengan
titik singgung antara kurve permintaan dan biaya rata-rata.

585
Orang mungkin pula bertanya apakah benar bahwa para pengusaha demikian bodoh untuk
terus-menerus beranggapan bahwa perubahan harga mereka tidak diketahui ?

Pada saat-saat tertentu mereka mengubah harga mereka sambill menganggap bahwa gerakan
tersebut akan terjadi melalui dd’.

Tetapi setiap kali pihak lain juga melakukan hal yang sama dan kurve DD’ adalah relevan.

Jelas kiranya bahwa para pengusaha tidaklah bodoh.

Akan tetapi, apabila terdapat jumlah besar perusahaan-perusahaan di dalam kelompok-


kelompok tersebut, maka masing-masing perusahaan mengubah harganya demi keuntungan
dirinya sendiri, sambil mengharapkan untuk pertama-tama mencapai titik yang lebih optimal
atau sedikitnya mendapatkan secepat mungkin sebagian dari keuntungan fraksional, sebelum
setiap pihak melakukan perubahan.

Harapan menjadi pihak pertama dan mendapatkan keuntungan-keuntungan fraksional kiranya


merupakan sebuah keterangan yang lebih realistic tentang cara bagaimana para pengusaha
bertindak.

Perhatikanlah selanjutnya pertanyaan-pertanyaan berikut :

KESEIMBANGAN KELOMPOK BESAR, JANGKA PANJANG DALAM KEADAAN PERSAINGAN HARGA


DAN PEMASUKKAN SECARA BEBAS KEDALAM SEBUAH KELOMPOK DENGAN PERSAINGAN
MONOPOLISTIK DICAPAI, APABILA KURVE PERMINTAAN YANG DIANTISIPASI MENJADI GARIS
SINGGUNG DENGAN KURVE BIAYA PER KESATUAN JANGKA PANJANG. APABILA TIDAK
TERDAPAT PERSAINGAN HARGA (KOLUSI) TETAPI ADANYA PEMASUKAN SECARA BEBAS, MAKA
KESEIMBANGAN TERJADI, APABILA KURVE PERMINTAAN AKTUAL MENJADI GARIS SINGGUNG
DENGAN KURVE LAC.

586
5. KESIMPULAN

Pada tahap-tahap permulaan perkembangannya teori tentang persaingan monopolistik amat


merangsang imajinasi para ahli ekonomi, hal mana terutama disebabkan oleh karena mereka
beranggapan bahwa hal tersebut merupakan sebuah abstraksi yang lebih realistik tentang
dunia nyata.

Akan tetapi, kegunaan model tersebut yang diantisipasijauh melampaui kegunaan aktualnya
sebagai alat analitik atau sebagai sebuah kerangka dasar untuk mengembangkan kebijaksanaan
ekonomi.

Mungkin asumsi-asumsi nya sebagian bersifat lebih realistic dibandingkan dengan asumsi
model-model kompetitif dan monopoli.

Sebagai contoh dpaat dikemukakan bahwa jauh lebih realistik untuk mengasumsi adanya
heterogenitas produk dengan substitutabilitas dekat daripada mengasumsi adanya
homogenitas atau tidak adanya substitutabilitas dekat.

Dilain pihak dapat dikatakan bahwa beberapa di antara asumsi-asumsi teori tentang persaingan
monopolistik sangat tidak realistik.

Tetapi hal yang jauh lebih penting adalah relevansi kesimpulan-kesimpulan dan bukanlah
realisme asumsi-asumsi.

Dalam hubungan ini, model-model kompetitif dan monopoli jelas lebih superior.

Teori tentang persaingan monopolistik jauh lebih kurang berguna dibandingkan dengan model-
model kompetitif dan monopolistik guna menganalisis pasar-pasar dunia nyata.

Teori tentang persaingan monopolistik sebenarnya tidak memberikan sebuah deskripsi yang
terutama realistik tentang pasar-pasar dunia nyata.

587
Maka oleh karena itu sebaiknya teori demikian jangan kita gunakan sebagai prototype pasar-
pasar demikian.

Ia hanya sekedar suatu percobaan, walaupun ia tidak terlampaui berhasil untuk memberikan
lebih banyak realisme kepada teori tentang perusahaan.

6. PERSOALAN OLIGOPOLI

Oligopoli atau bentuk nya yag ekstrim yaitu duopoli merupakan sebuah situasi pasar yang
berada antara kasus-kasus yang sebelumnya dipelajari.

Dalam keadaan monopoli hanya terdapat satu orang penjual dipasar; persaingan, baik dalam
arti teknikal maupun dalam arti umum tidak ada.

Persaingan sempurna dan persaingan monopolistik kelompok besar merupakan bentuk yang
berlawanan dengannya.

Ada demikian banyak perusahaan dipasar sehingga tindakan masing-masing perusahaan di


anggap tidak diketahui pengusaha-pengusaha lain.

Terdapat adanya persaingan dalam arti teknik tetapi sedikit sekali atau tidak ada persaingan
dalam arti popular. Hal sebaliknya cenderung benar dalam keadaan oligopoli; secara teknik,
persaingan tidak ada, tetapi kadang-kadang terdapat persaingan secara intensif dalam arti kata
popular.

Sebuah pasar mempunyai sedikit penjual, hingga dapat dianggap sebagai pasar oligopolistik,
apabila perusahaan-perusahaan yang ada mengakui interdependensi mereka satu sma lain.

Dalam keadaan monopoli dan keadaan persaingan, perusahaan-perusahaan mengambil


keputusan-keputusan dan melakukan tindakan-tindakan tanpa memperdulikan bagaimana
tindakan-tindakan demikian akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan lain dan bagaimana
sebaliknya reaksi perusahaan-perusahaan lain akan mempengaruhi mereka.

588
Para oligopolis perlu mempertimbangkan reaksi-reaksi tersebut dalam proses pengambilan
keputusan mereka.

Apabila misalnya perusahaan sepeda motor merk HONDA sedang mempertimbangkan sesuatu
perubahan harga, sesuatu inovasi desain, sebuah kempanye reklame dan sebagai nya maka
perusahaan tersebut harus mengantisipasi bagaimana perusahaan sepeda motor merk SUZUKI
dan YAMAHA misalnya akan bereaksi, oleh karena sudah dapat dipastikan bahwa tindakan-
tindakan dari perusahaan HONDA akan mempengaruhi permintaan akan sepeda motor merk
lainnya.

Hal tersebut secsara singkat merupakan problem oligopoli dan pula problem sentral pada
analisis oligopoly.

Perusahaan oligopolistik cukup besar untuk menyadari :

a. interdependensi satu sama lain dari perusahaan perusahaan dalam situasi oligopili
tersebut.
b. Fakta bahwa keputusan-keputusannya akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan
lain yang kemudian akan bereaksi dengan cara demikian rupa hingga mempengaruhi
perusahaan inisial tersebut.

Ketidakpastian besar adalah : bagaimana pihak saingan akan bereaksi ?

Disebabkan oleh karena demikian banyak industry memenuhi deskripsi umum tentang
oligopoli, maka sepintas lalu seakan-akan telah berkembang sebuah teori umum tentang
oligopoli.

Problem dalam hal mengembangkan sebuah teori oligopoli sebenarnya sama dengan problem
oligopoli itu sendiri.

Interdependensi satu sama lain dan ketidakpastian yang timbul tentang pola-pola reaksi
menyebabkan perlu bagi seorang ahli ekonomi untuk membuat asumsi-asumsi spesifik tentang
pola-pola perilaku; artinya asumsi-asumsi sepsifik tentang bagaimana para oligopolis menduga
saingan

589
Mereka akan bereaksi dan mengenai bagaimana para saingan mereka sebenarnya bereaksi.

Maka oleh karena itu, pemecahan model oligopoli (maksud nya harga dan output
keseimbangan) secara kritis tergantung pada asumsi yang dibuat oleh ahli ekonomi yang
bersangkutan sehubungan dengan reaksi perilaku para pengusaha yang bersaingan.

Disebabkan oleh karena banyak asumsi-asumsi yang berbeda dapat dibuat dan telah dibuat
maka dapat dan telah dicapai banyak pemecahan-pemecahan yang berbeda.

Jadi, tidak terdapat adanya “teori tentang oligopoli” dalam arti terdapat adanya teori tentang
persaingan sempurna atau teori tentang monopoli.

Tidak terdapat adanya pemecahan umum tunggal, akan tetapi terdapat banyak model perilaku
yang berbeda, yang masing-masing menghasilkan pemecahan yang berbeda.

Pembahasan secara singkat tentang beberapa diantara model-model oligopoli klasik dapat
menjelaskan beberapa diantara problem yang timbul dalam rangka usaha untuk mencapai
realisme dengan mengurbankan hal yang bersifat umum.

Kebanyakan diantara model-model yang dikemukakan dirumuskan untuk soal duopoli (dimana
terdapat 2 penjual) tetapi model demikian juga berlaku bagi keadaan oligopoli.

A.A. COURNOT, seorang ahli ekonomi Prancis pada tahun 1938, banyak mempersoalkan
problem duopoli.

Ia mengasumsi adanya dua orang oligopolis yang memiliki dua buah sumber air mineral;
sumber tersebut terletak sangat berdekatan satu sama lain dan air yang disuplai adalah identic.

Memang ada biaya untuk membuat sumur tetapi setelah sumur selesai dibuat, maka biaya
tambahan untuk mejual secangkir air adalah O.

Maka oleh karena itu, biaya marjinal adalah nol pada setiap tingkat output.

590
Masing-masing duopolis beranggapan bahwa duopolis yang lain, tidak akan mengubah jumlah
(air) yang dijualnya, terlepas dari apa yang dilakukannya sendiri.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka setelah banyak perubahan dilakukan pada harga
dan output, maka masing-masing duopolis menjual 1/3 dari output dimana biaya marjinal (=0)
sama dengan harga (artinya output dimana permintaan memotong sumbu horizontal).

Harga lebih rendah, output total adalah lebih besar, dan laba adalah lebih rendah dibandingkan
dengan keadaan monopoli.

Harga adalah lebih tinggi, output total adalah lebih rendah dan laba lebih besar dibandingkan
dengan keadaan persaingan sempurna.

Hal tersebut merupakan sebuah pemecahan, tetapi ia didasarkan atas sebuah asumsi yang agak
naif : masing-masing pengusaha beranggapan bahwa saingannya tidak pernah akan mengubah
volume penjualannya sekali berulang kali perubahan demikian dijumpainya.

Pemecahan berikut dikemukakan oleh seorang oleh seorang ahli ekonomi inggris yang bernama
F.Y. EDGEWORTH pada tahun 1897.

Kedua buah perusahaan perusahaan pada kasus EDGEWORTH adalah sama seperti yang
dikemukakan oleh COURNOT; mereka mejual sebuah produk homogin, mereka berusaha secara
berdampingan dan mereka tidak mempunyai biaya marjinal (biaya marjinal = O ).

Perubahan satu-satunya adalah bahwa masing-masing pengusaha beranggapan bahwa harga


saingannya akan tetap konstan.

Berdasarkan asumsi tersebut tidak akan timbul harga dan jumlah keseimbangan.

591
Kedua-duanya terus menerus berfluktuasi sehingga pemecahannya tidak tentu.

Pemecahan dari EDGEWORTH lebih baik dibandingkan dengan analisis dari COURNOT oleh
karena harga dan bukanlah output merupakan variabel keputusan yang relevan untuk
pengusaha yang bersangkutan.

Tetapi pada model dari EDGEWORTH , hasil penggunaan harga sebagai variabel keputusan
berarti dimasukkannya ketidaktentuan.

Secara empirik, pasar-pasar duopoli dan oligopoli cenderung bersifat stabil.

Guna menerangkan stabilitas pada pasar-pasar duopoli dan oligopoli, maka HAROLD
HOTELLING pada tahun 1929 mengkonstruksi sebuah model yang menjadi terkenal karena
artinya yang penting.

Pada model dari HOTELLING, dua orang pengusaha memproduksi sebuah produk yang secara
fisik bersifat identik dengan dengan biaya marjinal = O.

Akan tetapi, produk-produk para duopolis didiferensiasi dipandang dari sudut para pembeli, hal
mana disebabkan karena perbedaan-perbedaan local.

Para pembeli terlokasi secara uniform pada sebuah jalan lurus.

Pada harga yang sama, masing-masing pembeli membeli dari duopolis yang berada lebih dekat
dengannya.

Masing-masing duopolis terangsang untuk berpindah sedekat mungkin dibandingkan dengan


duopolis lain.

Akhirnya mereka berpusat ditengah jalan tersebut secara samping menyamping.

Harga dan lokasi adalah stabil; dan hal tersebut cenderung menerangkan mengapa pusat-pusat
pertokoan didirikan pada daerah-daerah tertentu.

592
Setelah itu CHAMBERLIN mengemukakan sebuah pemecahannya duopoli stabil yang
tergantung pada pengakuan ketergantungan satu sama lain.

Kasus darI CHAMBERLIN persis sama dengan kasus COURNOT, kecuali sebuah asumsi dari hasil
final.

CHAMBERLIN mengasumsi bahwa para duopolis umumnya mengakui bahwa hal yang terbaik
dapat dilakukan mereka adalah memproduksi output monopoli dan menjualnya dengan harga
monopoli; mereka membagi laba monopoli maksimum da nada kemungkinan bahwa masing-
masing membaginya secara 50 = 50.

Pada pemecahan yang diajukan oleh CHAMBERLIN, masing-masing pengusasha mengerti


bahwa tindakan-tindakannya mempengaruhi tindakan final lain dan tindakannya disesuaikan
dengan hal tersebut.

CHAMBERLIN mencapai sebuah pemecahan stabil yang mungkin tidak terlampau jauh dari
kenyataan, dalam situasi adanya oligopoli homogin.

Pemecahan terakhir adalah penerapan teori permintaan atas perilaku oligopoli yang
dikembangkan oleh JON VON NEUMANN dan OSKAR MORGENSTERN.

Pemecahan yang diajukan oleh mereka mengharuskan para oligopolis bertindak seakan-akan
mereka merupakan partisipan dalam situasi permainan judi.

Setiap strategi perusahaan merupakan suatu gerakan pada permainan tersebut.

Inti dari teori permintaan adalah prinsip “MINIMAKS”, penerapan prinsip tersebut dalam bidang
pengambilan keputusan dalam ilmu ekonomi dan bidang usaha banyak dikeritik.

Pada pokoknya, prinsip “MINIMAKS” mengharuskan setiap pemain yang menghadapi sejumlah
kemungkinan keputusan untuk memaksimasi labanya berdasarkan asumsi bahwa

593

Anda mungkin juga menyukai