Anda di halaman 1dari 25

Makalah

Pendidikan Kesehatan Masyarakat Institusi Kasus Diare


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester 6
Matakuliah PKM Istitusi
Tahun Akademik 2017/2018

Dosen Pembimbing:
Suhadi Prayitno., M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. NIM: 2015030
2. NIM: 2015030
3. Cynthia Devi NIM: 201503058
4. NIM: 2015030
5. NIM: 2015030

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
Jl. Taman Praja No. 25 Kec. Taman Kota Madiun
website: www.stikesbhaktihusadamulia.ac.id
email: stikes-bhm@bhaktihusadamulia.ac.id
Telp/Fax (0351) 491947
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah Pendidikan
Kesehatan Masyarakat Institusi Kasus Diare ini dapat berjalan dengan lancar.
Makalah ini disusun sebagai tugas semester 6 program studi S1 Kesehatan
Masyarakat matakuliah Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan tahun akademik
2017/2018 di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Dalam penyusunan makalah ini banyak pihak yang memberi dukungan
sebagai penyempurnaan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM, M.Ke (Epid) sebagai Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Bapak Suhadi Prayitno.,M.Kes sebagai Dosen Pembimbing dalam
pembuatan makalah ini.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan, baik
moral maupun material.
4. Serta anggota kelompok satu yang telah mendukung dan membantu, baik
moral maupun material.
Oleh karena terbatasnya kemampuan, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
berguna serta memberikan manfaat bagi pembaca.

Madiun, April 2018


Hormat kami,

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................i
Daftar Isi .........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pendidikan kesehatan masyarakat institusi ......................
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan Masyarakat .........................
2.1.2 Pengertian Institusi ...................................................................
2.1.3 Peran serta masyarakat dalam kasus diare ................................
2.1.4 tujuan pendidikan kesehatan .....................................................
2.2 Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) ....................................................
2.2.1 Tujuan .......................................................................................
2.2.2 Prosedur ....................................................................................
2.2.3 Penaggulangan KLB .................................................................
2.2.4 Pencegahan Diare .....................................................................
2.2.5 Penyehatan Lingkungan ..........................................................
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan .............................................................................................15
3.2 Saran ...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan

dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang

dan sebagai salahsatu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan

kematian anak di dunia. Secaraumum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak

berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiaptahunnya, sekitar 20 %

meninggal karena infeksi diare. Berdasarkan hasil penelitian terbaru dari riset

kesehatan dasar tahun 2008, diare merupakan penyumbang kematian terbesar

di Indonesia, yaitu mencapai 31,4 % dari total kematian bayi. Diare juga

penyebab kematian terbesar balita. Tercatat 25,2 % kematian balita di tanah

air disebabkan oleh penyakit diare. Berdasarkan profil data kesehatan

Indonesia tahun 2011, setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare pada

anak balita, dan hampir tidak ada perubahan dalam dua dekade terakhir.

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang diberikan untuk

mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga, dan

masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya dengan

proses pembelajaran pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama yaitu

terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak faktor di antaranya

adalah sasaran pendidikan, proses pendidikan dan perubahan perilaku yang

diharapkan. Perilaku ibu menurut Juwono (2003), dalam menjaga kebersihan

dan mengolahmakanan sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu

tentang cara pengolahan dan penyiapan makanan yang sehat dan bersih.
Pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap masalah kesehatan balitanya

tentu sangat penting agar anak tidak mengalami diare.

Pemerintah Indonesia telah berusaha melakukan program pengawasan dan

pemberantasan penyakit diare yang tertuang dalam Keputusan Menteri

KesehatanRepublik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008tentang strategi

nasional sanitasi total berbasis masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan

angka kesakitan, angka kematian,dan penanggulangan KLB (Depkes RI,

2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran pendidikan kesehatan masyarakat dalam kasus diare?

2. Bagaimana cara pencegahan kasus diare?

3. Apa saja cara penanggulangan kasus diare tersebut?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui peran pendidikan kesehatan masyarakat dalam kasus diare

2. Mengetahui bagaimana cara pencegahan kasus diare

3. Mengetahui cara apa saya yang dapat digunakan untuk menaggulangi

kasus diare yang terjadi


BAB 2

PEMBAHASAN

2.2 Pengertian pendidikan kesehatan masyarakat institusi

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah

segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan

ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan),

proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan

output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu

promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau

perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif

oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012)

2.1.2 Pengertian institusi

Pranata atau institusi adalah norma atau aturan mengenai suatu aktivitas

masyarakat yang khusus. Norma/aturan dalam pranata berbentuk tertulis

(undang-undang dasar, undang-undang yang berlaku, sanksi sesuai hukum

resmi yang berlaku) dan tidak tertulis (hukum adat, kebiasaan yang berlaku,

sanksinya ialah sanksi sosial/moral (misalkan dikucilkan)). Pranata bersifat

mengikat dan relatif lama serta memiliki ciri-ciri tertentu yaitu simbol, nilai,

aturan main, tujuan, kelengkapan, dan umur.


Institusi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Institusi formal adalah suatu institusi yang dibentuk oleh pemerintah

atau oleh swasta yang mendapat pengukuhan secara resmi serta

mempunyai aturan-aturan tertulis atau resmi. Institusi formal dibedakan

menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Institusi pemerintah adalah lembaga yang dibentuk oleh

pemerintah berdasarkan suatu kebutuhan yang karena tugasnya

berdasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan melakukan

kegiatan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan

meningkatkan taraf kehidupan kebahagiaan kesejahteraan

masyarakat. Institusi Pemerintah atau Lembaga Pemerintah

dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Lembaga pemerintah yang dipimpin oleh seorang menteri.

b) Lembaga pemerintah yang tidak dipimpin oleh seorang

menteri, dan bertanggung jawab langsung kepada presiden

(disebut Lembaga Pemerintah Non-Departemen). Contoh :

Lembaga Administrasi Negara dan Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia.

2. Institusi swasta adalah institusi yang dibentuk oleh swasta

(organisasi swasta) karena adanya motivasi atau dorongan tertentu

yang didasarkan atas suatu peraturan perundang-undangan tanpa

adanya paksaan dari pihak manapun. Institusi atau lembaga ini

secara sadar dan ikhlas melakukan kegiatan untuk ikut serta


memberikan pelayanan masyarakat dalam bidang tertentu sebagai

upaya meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan

masyarakat. Contoh : Yayasan Penderita Anak Cacat, Lembaga

Konsumen, Lembaga Bantuan Hukum, Partai Politik.

b. Institusi non-formal adalah suatu institusi yang tumbuh dimasyarakat

karena masyarakat membutuhkannya sebagai wadah untuk menampung

aspirasi mereka. Ciri-ciri institusi non-formal antara lain:

1. Tumbuh di dalam masyarakat karena masyarakat membentuknya,

sebagai wadah untuk menampung aspirasi mereka.

2. Lingkup kerjanya, baik wilayah maupun kegiatannya sangat

terbatas.

3. Lebih bersifat sosial karena bertujuan meningkatkan kesejahteraan

para anggota.

4. Pada umumnya tidak mempunyai aturan-aturan formal (Tanpa

anggaran dasar/Anggaran rumah tangga).

2.1.3 Peran serta masyarakat dalam kasus diare

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-

nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,

Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan

insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk.

Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan

penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan


berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat

ke-3 setelah TB dan Pneumonia. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 2.1.Pola Penyebab Kematian Semua Umur, Riskesdas 2007

Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah

adalah :

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana

kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare).

2. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat

dan benar.

3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB diare.

4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.

5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.


Dalam penanganan kasus diare, masyarakat mampu melakukan LINTAS

Diare ( Lima Langkah Tuntaskan Diare ), antara lain:

1. Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah

tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak

tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air

matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan

osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.

Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti

cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa

ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.

2. Berikan obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana

ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi

epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang

mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada

3 bulan berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan

bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan

menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil
guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini

semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

3. Pemberian ASI / Makanan :

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus

lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan

lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang

telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah

dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare

berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk

membantu pemulihan berat badan.

4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Obat-obatan Anti

diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena

terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah

berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan

status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang

bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila

terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).


5. Pemberian Nasehat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi

nasehat tentang :

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a. Diare lebih sering

b. Muntah berulang

c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit

e. Timbul demam

f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

2.1.4 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya

perilaku tersebut Green dalam (Notoadmojo, 2012) yaitu :

a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran, memberikan

atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan

penigkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun

masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi kesehatan juga

memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat dan

sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan.


Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, pameran

kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, billboard, dan sebagainya.

b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat

memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan

prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan cara

bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk

pengadaan sarana dan prasarana.

c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan

pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan itu

sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi

teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

2.2 Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)

SKD merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB

beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi

surveilan epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap

kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa

yang cepat dan tepat (Permenkes RI No.949/MENKES/SK/VIII/2004).

2.2.1 Tujuan

1. Menumbuhkan sikap tanggap terhadap adanya perubahan dalam

masyarakat yang berkaitan dengan kesakitan dan kematian.


2. Mengarahkan sikap tanggap tersebut terhadap tindakan penanggulangan

secara cepat dan tepat untuk mengurangi atau mencegah kesakitan

atau kematian.

3. Memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.

2.2.2 Prosedur

1. Pengumpulan Data Diare

Ada tiga cara pengumpulan data diare, yaitu melalui :

a. Laporan Rutin

Dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit melalui SP2TP (LB),

SPRS (RL), STP dan rekapitulasi diare. Karena diare termasuk penyakit

yang dapat menimbulkan wabah maka perlu dibuat laporan mingguan

(W2). Untuk dapat membuat laporan rutin perlu pencatatan setiap hari

(register) penderita diare yang datang ke sarana kesehatan, posyandu atau

kader agar dapat dideteksi tanda–tanda akan terjadinya KLB/wabah

sehingga dapat segera dilakukan tindakan penanggulangan secepatnya.

Laporan rutin ini dikompilasi oleh petugas RR/Diare di Puskesmas

kemudian dilaporkan ke Tingkat Kabupaten/Kota melalui laporan bulanan

(LB) dan STP setiap bulan.

Petugas/Pengelola Diare Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi dari

masing-masing Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat

Propinsi dengan menggunakan formulir rekapitulasi diare. Dari tingkat

Propinsi direkap berdasarkan kabupaten/kota secara rutin (bulanan) dan

dikirim ke Pusat .
b. Laporan KLB Diare

Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam (W1)

dan dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi :

a. Kronologi terjadinya KLB

b. Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya

c. Keadaan epidemiologis penderita

d. Hasil penyelidikan yang telah dilakukan

e. Hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut

c. Pengumpulan data melalui studi kasus

Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnya pada

pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui “base line data”

sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut

dapat digunakan untuk perencanaan di tahun yang akan datang.

2. Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi

Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk

tabel-tabel atau grafik, kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini

sebaiknya dilakukan berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat, sehingga

kalau terdapat permasalahan segera dapat diketahui dan diambil tindakan

pemecahannya.

3. Penyebarluasan Hasil Interpretasi

Hasil analisis dan interpretasi terhadap data yang telah dikumpulkan,

diumpanbalikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada


pimpinan di daerah (kecamatan hingga Dinkes Propinsi) untuk

mendapatkan tanggapan dan dukungan penangganannya.

2.2.3 Penanggulangan KLB

a. Mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC)

TCG terdiri dari unsur lintas program dan lintas sektor.

b. Pembetukan Pusat Rehidrasi (Posko KLB Diare) Pusat Rehidrasi dibentuk

dengan maksud untuk menampung penderita diare yang memerlukan

perawatan dan pengobatan. Pusat Rehidrasi dipimpin oleh seorang dokter

dan dibantu oleh tenaga kesehatan yang dapat melakukan tatalaksana

kepada penderita diare. Tempat yang dapat dijadikan sebagai Pusat

Rehidrasi adalah tempat yang terdekat dari lokasi KLB diare dan terpisah

dari pemukiman.

2.2.4 Pencegahan Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat

dilakukan adalah :

Perilaku Sehat

1. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan

tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap

secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga

pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang

dibutuhkan selama masa ini.


ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu

formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan

dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa

cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan

anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan

diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI

Eksklusif).

Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan.

Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan

sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI

mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi

dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan

terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh

mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada

pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi

yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu

formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan

terjadinya gizi buruk.

2. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai

dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan

pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan

bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.


Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan

pendamping ASI, yaitu:

a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat

teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak

berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari).

Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang

dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI

bila mungkin.

b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-

bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,

daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau

ke dalam makanannya.

c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak.

Suapi anak dengan sendok yang bersih.

d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang

dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup Penularan kuman infeksius

penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral kuman tersebut dapat ditularkan

bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang

tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau

tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang

terjangkau oleh penyediaan air yang


benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding

dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat

mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air

yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari

sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a. Ambil air dari sumber air yang bersih

b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung

khusus untuk mengambil air.

c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-

anak

d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih

dan cukup.

4. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci

tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi

makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (

Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%).

5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap

penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat

jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus

diperhatikan oleh keluarga :

a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

b. Bersihkan jamban secara teratur.

c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal

ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada

anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. 24 Yang

harus diperhatikan oleh keluarga:

a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban

b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau

olehnya.

c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di

dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan

sabun.

7. Pemberian Imunisasi Campak


Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah

agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering

disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah

diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur

9 bulan.

2.2.5 Penyehatan Lingkungan

1. Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui

air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit,

penyakit mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih

baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi

kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air

bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu

perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.

2. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya

vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah

dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan

estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat.

Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah

penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus

dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.


Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat

pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara

ditimbun atau dibakar.

3. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola

sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana

pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan

bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk

dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit

seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada

saluran pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan,

agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang

tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.


BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Pendidikan kesehatan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain. Untuk kasus diare ini

masyarakat mampu melakukan LINTAS Diare ( Lima Langkah

Tuntaskan Diare ), antara lain:

a. Berikan Oralit

b. Berikan obat Zinc

c. Pemberian ASI / Makanan

d. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

e. Pemberian Nasehat

2. Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang

dapat dilakukan adalah :

a. Pemberian ASI

b. Makanan Pendamping ASI

c. Menggunakan Air Bersih

d. Mencuci Tangan

e. Menggunakan Jamban

f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

g. Pemberian Imunisasi Campak

3. Untuk penaggulangan kasus diare dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:
a. Mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC)

TCG terdiri dari unsur lintas program dan lintas sektor.

b. Pembetukan Pusat Rehidrasi (Posko KLB Diare) Pusat Rehidrasi

dibentuk dengan maksud untuk menampung penderita diare yang

memerlukan perawatan dan pengobatan.

3.2 Saran

Saran yang dapat penulis sarankan yaitu selalu jaga keberihan diri dan

keluarga, dimulai dari yang sederhana yakni perilaku cuci tangan sebelum

makan dan sesudah BAK/BAB atau setelah bermain. Tidak hanya itu sebagai

masyarakat yang paham tentang kesehtan hendaknya kita mulai galakkan

pencegahan diare mulai dini.


DAFTAR PUSTAKA

Febrian,Yesi.2016.Pengaruh pendidikan kesehatan tentang diare terhadap

perilaku ibu dalam pencegan diare pada balita di puskesmas gamping 1

sleman Yogyakarta.diakses pada tanggal 3 April 2108

www.wikipedia.com. pengertian institusi.diakses pada tanggal 3 April 2018

Jurnal online kemenkes RI tentang situasi diare di Indonesia. 2011. Diakses pada

hari selasa. 3 April 2018

Anda mungkin juga menyukai