Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN MATERI KULIAH

Buku William R Scott – Chapter 6

PAPER
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori Akuntansi Keuangan

Oleh:

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
Ringkasan Materi Kuliah

 Perspektif pengukuran dalam pelaporan keuangan adalah sebuah pendekatan dimana


akuntan mengambil sebuah tanggung jawab untuk menggabungkan nilai wajar (fair
values) dalam laporan keuangan yang tepat, dengan tetap memperhatikan reliabilitas.
Hal ini memberikan sebuah kewajiban tambahan untuk memberikan informasi
kepada investor sehingga dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di
masa depan.
Ketika tidak mungkin bahwa perspektif pengukuran akan ‘mengganti’ basis
biaya historis dari akuntansi, maka kemungkinan menjadi suatu masalah dimana
keseimbangan relatif dari informasi berbasis biaya dibandingkan dengan informasi
berbasis fair-value dalam laporan keuangan bergerak dalam arah fair value. Mungkin
hal ini aneh, dari masalah teknik seperti RRA dan akuntansi biaya langsung sudah
terjadi.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan relevansi laporan keuangan, tetapi
jangan meninggalkan reliabilitasnya dalam rangka membantu investor mengambil
keputusan. Measurement perspective dapat meningkatkan earnings quality dengan
semakin relevannya informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi semakin
relevan, maka reaksi investor terhadap informasi tersebut akan semakin besar.

 Are Securities Markets Efficient? Apakah Pasar Saham Efisien Sepenuhnya?


Premis dasar pertanyaan ini adalah rata- rata perilaku investor tidak terkait
dengan teori keputusan rasional dan model investasi sebagaimana menjadi garis besar
Bab 3. Investor biased dengan reaksi mereka terhadap informasi, dimana terdapat
beberapa atribut dalam merespon informasi, misalnya self- attribution bias dan
momentum bias. Kedua atribut ini tidak konsisten dengan sekuritas efisiensi pasar
dan teori keputusan yang mendasarinya. Studi yang mempelajari perilaku investor
terkait sekuritas pasar efisien adalah behavioural finance.
 Prospect Theory
Teori prospek memberikan alternatif berdasar perilaku pada teori keputusan
rasional. Berdasarkan teori ini, investor yang mempertimbangkan investasi berisiko
akan secara terpisah mengevaluasi keuntungan dan kerugian prospektif. Teori ini
berlawanan dengan teori keputusan dimana investor mengevaluasi keputusan yang
dibuat dalam konteks menilai akibatnya terhadap total kekayaan yang mereka miliki.
Berdasarkan penelitian Burgtahler dan Dichev’s menemukan bahwa teori ini kurang
jelas.
Kahneman dan Tversky (1979) menyajikan bukti empiris terjadinya
pelanggaran aksioma EUT (Expected Utility Theory). Berdasarkan aksioma EUT,
dalam kondisi ketidakpastian, orang akan memilih pilihan yang menghasilkan
expected utility terbesar. Mereka menamainya teori prospek (prospect theory).
Teori prospek adalah teori yang menjelaskan bagaimana seseorang mengambil
keputusan dalam kondisi tidak pasti. Substansi teori prospek adalah proses pembuatan
keputusan individual yang berlawanan dengan pembentukan harga yang biasa terjadi
di ilmu ekonomi.
Aksioma-aksioma dalam teori prospek (PT) meliputi:
 Reference point.
 PT. Orang menentukan laba atau rugi berdasarkan reference point, bukan
nilai absolut laba atau rugi tersebut. Utilitas adalah fungsi dari laba atau
rugi relatif terhadap benchmark (reference point).
 EUT. Orang menentukan laba atau rugi berdasarkan nilai absolut
kekayaan. Utilitas adalah fungsi dari nilai kekayaan absolut (tidak ada
reference point).
 Utility function.
 PT. Dalam domain laba, orang risk averse; dalam domain rugi, orang risk
seeking. Fungsi utilitas adalah cekung pada domain laba dan cembung
pada domain rugi.
 EUT. Orang diasumsikan selalu bersikap risk averse. Fungsi utilitas
adalah cembung baik pada domain laba maupun pada domain rugi
 Loss aversion
 PT. Loss aversion adalah tendensi orang lebih mengutamakan
menghindari rugi daripada memperoleh laba. Rugi memiliki kekuatan
(power) psikologis sebanyak dua kali lipat daripada laba. Overweight
terhadap rugi dan underweight terhadap laba. Berubah 1% dari 2% ke 3%
lebih bernilai besar daripada berubah 1% dari 30% ke 31% (diminishing
sensitivity).
 EUT. Laba atau rugi tidak dapat didefinisikan karena teori ini tidak
memiliki reference point untuk mengukur laba atau rugi tersebut.

 Is Beta Dead? Apakah Beta Mati?


Dari sudut pandang akuntansi, luas beta bukan ukuran risiko spesifik
perusahaan yang relevan, dimana beta hanya meningkatkan peran laporan keuangan
dalam melaporkan informasi berisiko, yang artinya bahwa beta is not dead.
Bagaimanapun juga, beta berubah sepanjang waktu dan secara berangsur- angsur
memiliki status sebagai ukuran risiko dengan variable berdasar akuntansi.
Beta adalah pengukur volatilitas return suatu sekuritas terhadap return pasar.
Beta menggambarkan besarnya perubahan harga suatu saham tertentu dibandingkan
dengan perubahan harga pasar. Beta pasar diestimasi dengan menggunakan return
historis sekuritas dan pasar, misalnya 200 hari untuk return harian. Beta pasar dapat
diestimasi dengan CAPM. Beta merupakan konsep yang penting dalam akuntansi
keuangan karena beta merupakan pengukur risiko sistematis suatu sekuritas terhadap
risiko pasar. Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi melalui
portofolio. Risiko ini menggambarkan faktor ekonomi secara keseluruhan yang
mempengaruhi semua sekuritas yang ada. Apabila fluktuasi return suatu sekuritas
mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta sekuritas tersebut bernilai 1. Beta bernilai
1 berarti bahwa risiko sistematis suatu saham sama dengan risiko pasar.
Fama dan French, meneliti pasar modal USA untuk periode 1963-1990,
menemukan bahwa beta memiliki sedikit kemampuan untuk menjelaskan keuntungan
sekuritas. Mereka menemukan bahwa book-to-market ratio dan ukuran perusahaan
(firm size) lebih signifikan menjelaskan keuntungan sekuritas. Daripada melihat beta,
lebih baik melihat book-to-market ratio dan ukuran perusahaan sebagai ukuran risiko.
Risiko akan meningkat dengan meningkatkanya book-to-marke ratio dan menurun
dengan semakin besarnya ukuran perusahaan. Hasil penelitian Fama dan French ini
menjadikan beta “mati”.

 Anomali Efisiensi Pasar


Apabila harga tidak bereaksi cepat terhadap informasi baru tetapi membutuhkan
waktu lebih lama, maka keuntungan abnormal dapat terjadi.
Berbagai anomali pasar modal efisien:
 Teori prospek
 Post-Announcement Drift
 Rasio Keuangan
 Akrual

Dalam membahas pengujian pasar efisien, maka harus juga membahas tentang
adanya ketidak-teraturan (anomali) yang ada yang terkait dengan hipotesis pasar
efisien. Anomali di sini adalah salah satu bentuk dari fenomena yang ada di pasar.
Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa
pasar efisien benar-benar ada. Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan
untuk memperoleh abnormal return. Dengan kata lain seorang investor dimungkinkan
untuk memperoleh abnormal return dengan mengandalkan suatu perisitiwa tertentu.
Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien
saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris
adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun
kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi-kuat (semi strong). Pengujian
berbasis ada tidaknya anomali menggunakan model pendekatan uji ke belakang (back
tested method). Pada model pendekatan ini peneliti melakukan pengujian untuk
menjawab pertanyaan bagaimana harga historis (hystorical price data) bergerak
(berubah) sebagai konsekuensi dari adanya kejadian atau pengamatan. Untuk kuatnya
suatu pernyataan atau bukti akan adanya anomali pasar, perlu adanya dukungan yang
tidak sedikit. Artinya, beberapa penelitian harus memiliki kesimpulan yang tidak jauh
berbeda satu sama lain.
Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar.
Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali
musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies),
dan anomali akuntansi.

 Alasan Lain yang Mendukung Pendekatan Pengukuran


Berdasarkan information perspective, historical cost digunakan sebagai basis
akuntansi dan mengandalkan pengungkapan penuh untuk meningkatkan manfaat
informasi akuntansi bagi investor. Bentuk pengungkapan tidak penting, yang penting
adalah bahwa diasumsikan banyak rational investor dan informed investor yang
bereaksi cepat terhadap informasi akuntansi. Riset empiris tentang efisiensi pasar
modal telah mengkonfirmasi bahwa setidaknya informasi laba bermanfaat bagi pasar.
Akan tetapi, ada berbagai pertanyaan berkaitan dengan information
pespective, seperti (1) laba hanya direaksi oleh pasar sebesar 2% - 5%, (2) pasar
modal mungkin tidak seefisien yang diduga, dan (3) tuntutan tanggungjawab hukum
oleh masyarakat terhadap akuntan meningkat. Ketiga alasan tersebut mendasari
adanya kemungkinan bahwa measurement perspective dapat meningkatkan relevansi
informasi akuntansi tanpa mengabaikan reliabilitas informasi akuntansi tersebut.
Dari sisi riset empiris, informasi laba hanya mampu menjelaskan sangat kecil
tentang harga sekuritas. Lev (1989) menemukan bahwa respon pasar terhadap berita
baik atau berita buruk tentang earnings sangat kecil. Variabilitas keuntungan
abnormal dalam narrow window hanya 2% sampai 5% yang dijelaskan oleh informasi
earnings, sisanya diakibatkan oleh faktor lain selain perubahan earnings.
Menurut Lev, rendahnya respon pasar terhadap earnings disebabkan oleh
earnings quality yang rendah. Collins, Kothari, Shanken, dan Sloan (1994)
menyatakan bahwa rendahnya reaksi pasar terhadap informasi laba disebabkan oleh
keterlambatan historical cost; yaitu historical cost menunggu terlalu lama untuk
mengakui suatu kejadian yang relevan. Hal ini menuntut perlunya perbaikan earnings
quality dengan pengenalan perspektif pengukuran terhadap laporan keuangan.

 Ohlson’s Surplus Bersih Teory


Teori surplus bersih dari Ohlson memberikan kerangka yang konsisten dengan
perspektif pengukuran, dengan menunjukkan bagaimana nilai pasar dari suatu
perusahaan, dapat ditunjukkan dari segi komponen laporan neraca dan laporan laba-
rugi. Teori ini mengasumsikan kondisi ideal, termasuk deviden yang tidak relevan.
Namun demikian, teori ini sudah memberikan banyak keberhasilan dalam
menjelaskan dan memprediksi nilai aktual perusahaan. Garis besar atas teori ini
didasarkan kepada versi sederhana yang dikemukakan oleh Feltham dan Ohlson
(1995) atau dapat disingkat F&O.
F&O mulai dengan menunjukkan determinan fundamental nilai perusahaan
yaitu arus deviden perusahaan tersebut. Goodwill yang bernlai 0 mewakili kasus
khusus dari model F&O yang disebut akuntansi tidak bias dimana laba abnormal tidak
ada. Model F&O dapat digunakan untuk mengestismasi nilai saham persusahaan.
Dari sisi teori pasar modal efisien, pasar modal mungkin tidak efisien seperti
dalam teori efisiensi pasar modal. Investor memerlukan bantuan bagaimana implikasi
informasi akuntansi terhadap prediksi keuntungan masa depan.
Hal ini diperkuat oleh Ohlson’s clean surplus theory yang menekankan bahwa
peran utama laporan keuangan adalah dalam penentuan nilai perusahaan, bukan
perspektif informasi di mana laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi.
Teori ini menuntut ke arah perspektif pengukuran

 Auditor Legal Liability


Mungkin sumber tekanan utama dalam perspektif pengukuran muncul sebagai
reaksi terhadap kegagalan yang begitu luar biasa dari perusahaan-perusahaan besar,
khususnya institusi keuangan. Dengan menggunakan akuntansi biaya historis, dapat
saja terjadi bahwa perusahaan yang ada saat ini bisa menghilang di waktu kemudian.
Sementara itu para akuntan dan para auditor dapat mengklaim bahwa informasi
tentang kegagalan yang akan datang secara harfiah implisit didalam catatan atau
sumber-sumber lain, atau tidak merupakan tanggung jawab mereka, terdapat logika
dasar tertentu terhadap masalah yang dimunculkan oleh mereka-mereka yang
mempertanyakan mengapa laporan keuangan primer tidak secara lebih jelas
meramalkan kemalangan yang terjadi. Lebih lanjut, tekanan-tekanan tanggung jawab
hukum ini cenderung terus meningkat.
Sebagai tambahan, perusahaan tengah menghadapi tekanan yang semakin
besar untuk bisa berperilaku dalam cara-cara yang secara sosial dan lingkungan
bertanggung jawab. Kebanyakan perusahaan memiliki tanggung jawab ke depan
secara substansial, sebagai contoh dalam biaya restorasi tempat, yang sangat terkait
dengan konsep penyesuaian pendapatan dan biaya. Salah satu cara dimana para
akuntan dan auditor bisa melindungi diri mereka melawan tekanan-tekanan ini adalah
untuk mengadopsi perspektif pengukuran, yaitu, memperkenalkan lebih banyak nilai
terbuka kedalam akun.
Akuntan menghadapi risiko tuntutan hukum yang lebih besar apabila aktiva
tetap dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan apabila aktiva tetap dinyatakan terlalu
rendah. Hal ini sesuai dengan prinsip konservatisme. Pengungkapan terhadap risiko
(value at risk) juga berorientasi pada measurement perspective. Dalam hal ini,
perusahaan (bukan investor) menyiapkan penilaian tentang risiko karena perusahaan
lebih mengerti risiko yang mereka hadapi daripada investor. Pengungkapan risiko ini
memiliki potensi yang besar dalam decision usefulness.
Akuntan dapat memproteksi diri dengan penggunaan measurement
perspective dengan mengadopsi fair value seperti mark-to-market. Akuntan dapat
secara eksplisit menjawab tuntutan hukum masyarakat dengan mengatakan bahwa
laporan keuangan telah mengantisipasi perubahan nilai instrumen keuangan apakah
akan mengarah ke kelangsungan hidup atau ke kebangkrutan. Dalam hal ini estimasi
dan judgment banyak digunakan. Karena itu, akuntan dapat mengadopsi fair value
hanya apabila dengan pengukuran tersebut reliabilitas informasi keuangan tidak
berkurang.

Anda mungkin juga menyukai