Anda di halaman 1dari 18

RASIO AKTIVITAS & RASIO PROFITABILITAS

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL


DOSEN PEMELIHARA : BUDIMAN SUTRISNO, S.E., S.P., M.M.

OLEH :

MARDIYANTI (15506006)
WINNIE CLAUDIA (15506139)
YODIA FANGGIE (15506149)

MANAJEMEN VI Y

STIE WIDYA DHARMA


PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

A. Rasio Aktivtias
1. Pengetian Rasio Aktivitas
Menurut Riyanto (2008: 334) Rasio aktivitas atau rasio efisiensi
adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar
efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya. Tidak
berbeda jauh dari pendapat Riyanto, Sutrisno (2013: 224) Rasio aktivitas
mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber
dananya. Selain itu, Kodrat dan Herdinata (2009: 62) menyatakan bahwa
beberapa pakar seperti Ross (2005: 35), Weston dan Copeland (1995: 238),
Laitinen (1991: 649), Shapiro (1991: 721-727), Francis (1989: 64), Courtis
(1987: 201), Laurent (1979: 401) dan Beaver (1968: 211) mengemukakan
bahwa rasio aktivitas mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki.
Rasio ini sering kali disebut rasio perputaran modal (capital turnover
ratio). Semua rasio yang tergolong dalam rasio aktivitas ini melibatkan atau
menunjukkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada
berbagai jenis atau elemen aktiva. Hal ini berarti bahwa, diharapkan adanya
keseimbangan seperti yang diinginkan antara penjualan dengan aktiva seperti
persediaan, piutang, dan aktiva tetap lainnya. Jenis atau elemen aktiva
sebagai penggunaan dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa
dimanfaatkan secara optimal. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa
sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam
unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya. Aktiva yang
rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut
akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan menujukkan
kemampuan perusahaan untuk mengelola asset yang dimilikinya secara
efesien dan efektif. Hasil yang diperoleh dari pengukuran ini menjadi patokan
bagi manajemen untuk mengukur kinerja mereka selama ini. Hasil
perhitungan rasio ini lebih berarti jika dibandingkan dengan rasio masa lalu
atau dengan industri sejenis. Selain itu, rasio ini juga digunakan untuk
mengukur hari rata-rata sediaan tersimpan digudang, perpuratan modal kerja,
perputaran aktiva tetap dalam satu periode, penggunaan seluruh aktiva
terhadap penjualan dan rasio lainnya. Dari hasil penggukuran akan tampak
jelas kondisi perusahaan apakah mampu atau tidak mampu untuk mencapai
target yang telah ditentukan. Apabila tampak bahwa perusahaan tidak mampu
untuk mencapai targer yang telah ditentukan , para manajemen harus mampu
mencari penyebab permasalahan dan mengupayakan perbaikan sesuai yang
dibutuhkan.

2. Jenis-Jenis Rasio Aktivitas


Rasio aktivitas meliputi perputaran persediaan, perputaran piutang,
perputaran aktiva, dan perputaran aktiva tetap.
1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Persediaan merupakan komponen utama dari barang yang dijual, oleh
karena itu semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan
dalam mengelola persedian. Rasio ini menunjukkan nilai relatif antara harga
pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas manajemen dalam mengelola persediaan.
Perputaran persediaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

2.Perputaran Piutang (Receivable Turnover)


Perputaran piutang atau merupakan ukuran efektivita pengelolaan
piutang. Rasio ini menunjukkan nilai relatif antara nilai penjualan kredit
terhadap rata-rata piutang atau mengukur berapa kali dalam satu tahun dana
yang tertanam dalam piutang berputar menjadi uang tunai. Semakin tinggi
rasio turnover menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang
rendah. Sebaliknya semakin rendah rasio ini menunjukkan adanya kelebihan
investasi dalam piutang (Sawir, 2009 : 16).
Piutang berkaitan dengan penjualan kredit, sehingga rumus untuk
menghitung perputaran piutang adalah :
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Sedangkan untuk mengetahui lamanya piutang tertagih bisa atau
receivable collection periodbisa digunakan rumus sebagai berikut :
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑥 360
𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐶𝑜𝑙𝑙𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

3.Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)


Perputaran aktiva tetap atau fixed assets turnover merupakan
perbandingan antara penjualan dengan total aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan
aktiva tetap dalam mendapatkan penghasilan
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝

4. Perputaran Aktiva (Assets Turnover)


Perputaran aktiva atau asset turnover merupakan ukuran efektivitas
pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini mengukur
berapa kali perputaran dalam satu tahun dana dari semua aset yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini lebih berarti jika dibandingkan dengan perputaran
aktiva masa lalu atau dengan industri sejenis. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan penjualan lebih besar
dati total aset/aktiva yang dimiliki (Syamsuddin, 2009 : 19).

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

3. Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas


Kasmir (2008: 173-174) menjabarkan tujuan yang hendak dicapai
perusahaan dari penggunaan rasio aktivitas antara lain:
1. Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau
beberapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu
periode;
2. Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable),
dimana hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari)
piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih;
3. Untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang;
4. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja
berputar dalam satu periode atau beberapa penjualanyang dapat dicapai
oleh setiap modal kerja yang digunakan (working capital turn over);
5. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berpurat dalam satu periode;
6. Untuk mengukut penggunaan semula aktiva perusahaan dibandingkan
dengan penjualan.
Disamping tujuan yang ingin dicapai, Kasmir (2008: 174-175) juga
menjabarkan manfaat yang dapat dipetik dari rasio aktivitas, yaitu :
1. Dalam bidang piutang
a. Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang
mampu ditagih selama satu periode.
b. Manajemen dapat mengetahui jumlah hari dalam rata-rata penagihan
piutang (days of receivable) sehingga manajemen dapat pula
mengetahui jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak
dapat ditagih.
2. Dalam bidang sediaan
Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sediaan tersimpan dalam
gudang. Hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan atau
rata-rata industry. Kemudian perusahan dapat pula membandingkan hasil
inidengan pengukuran rasio beberapa periode yang lalu.
3. Dalam bidang modal kerja dan penjualan
Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan dalam
modal kerja berputar dalam satu periode atau dengan kata lain, berapa
penjualan yang dapat diacpai oleh setiap modal kerja yang digunakan.
4. Dalam bidang aktiva dan penjualan
a. Manajemen dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanamkan
dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode
b. Manajemen dapat mengetahui penggunaan semua aktiva perusahaan
dibandingkan dengan penjualan dalam suatu periode tertentu.
5. Manfaat lainnya
4. Pembahasan Materi
Berikut Neraca PT. ABC 31 Desember 2016 dan 2017

Keterangan 31 Desember 2016 31 Desember 2017


Kas Rp 10,400,000 Rp 10,000,000
Efek Rp 35,000,000 Rp 30,000,000
Piutang Dagang Rp 50,000,000 Rp 40,000,000
Persediaan Rp 71,000,000 Rp 60,000,000
Total Aktiva Lancar Rp 166,400,000 Rp 140,000,000
Aktiva Tetap Rp 322,000,000 Rp 360,000,000
Akumulasi Penyusutan Rp (80,000,000) Rp (100,000,000)
Aktiva Tetap Neto Rp 242,000,000 Rp 260,000,000
Total Aktiva Rp 408,400,000 Rp 400,000,000
Hutang Dagang Rp 19,400,000 Rp 14,000,000
Hutang Wesel Rp 22,000,000 Rp 20,000,000
Hutang Bank Rp 27,000,000 Rp 26,000,000
Total Hutang Lancar Rp 68,400,000 Rp 60,000,000
Hutang Jangka Panjang Rp 212,400,000 Rp 140,000,000
Modal Saham (20.000
Lembar) Rp 120,000,000 Rp 120,000,000
Laba ditahan Rp 76,000,000 Rp 80,000,000
Total Pasiva Rp 408,400,000 Rp 400,000
Berikut laporan Rugi-Laba PT. ABC 31 Desember 2017

Laporan Rugi-Laba PT. ABC


1 Januari - 31 Desember 2017
Penjualan Rp600,000,000
Harga Pokok Penjualan Rp511,000,000 -
Laba Kotor Rp89,000,000
Biaya Operasi :
Biaya Penjualan Rp4,400,000
Biaya Adm & Umum Rp8,000,000
Pembayaran Lease Rp5,600,000
Penyusutan Rp20,000,000 +
Rp38,000,000 -
Laba Operasi (EBIT) Rp51,000,000
Bunga Rp11,000,000 -
Laba Sebelum pajak
(EBT) Rp40,000,000
Pajak 40% Rp16,000,000 -
Laba Setelah Pajak (EAT) Rp24,000,000

Berdasarkan Neraca dan Laporan Rugi-Laba diatas dapat kita lakukan


perhitungan rasio aktivitas, antara lain :
1. Perputaran Persediaan
Dari contoh laporan keuangan didepan bisa kita hitung besarnya
perputaran persediaannya sebagai berikut :
𝑅𝑝511.000.000, −
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = = 8 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝65.500.000, −
Rata-rata persediaa diperoleh dari jumlah persediaan awal tahun
ditambah dengan persediaan akhit tahun dibagi dua, sehingga :
𝑅𝑝71.000.000. − + 𝑅𝑝60.000.000, −
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
2
= 𝑅𝑝65.600.000, −
Dengan demikian persediaan dalam setaun berputar sebanyak 8 kali.
Sedangkan untuk mengetahui berapa lama rata-rata persediaa tersimpan di
Gudang sebelum dijual atau masuk proses produksi, dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑥 360
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑑𝑎𝑦 ′ 𝑠 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Contoh :
𝑅𝑝65.000.000, − 𝑥 360
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑑𝑎𝑦 ′ 𝑠 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 = = 46 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑅𝑝511.000.000, −
Artinya, barang atau bahan baku disimpan di Gudang selama 46 hari
sebelum terjual.

2. Perputaran piutang
Untuk menghitung rata-rata piutang adalah piutang awal tahun
ditambah piutang akhir tahun dibagi dua
𝑅𝑝50.000.000, − + 𝑅𝑝40.000.000, −
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
2
= 𝑅𝑝45.000.000, −
Dengan demikian besarnya perputaran piutang adalah sebagai berikut :
𝑅𝑝600.000.000, −
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = = 13,3 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝45.000.000, −
Dari data laporan keuangan di atas bisa dihitung besarnya periode
pengumpulan piutang sebagai berikut :
𝑅𝑝45.000.000, −𝑥 360
𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐶𝑜𝑙𝑙𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = = 27 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑅𝑝600.000.000, −
Dapat disimpulkan bahwa periode pengumpulan piutang rata-rata
selama 27 hari.

3. Perputaran Aktiva Tetap


Dari data laporan diatas dapat dihitung besarnya perputaran aktiva
tetap sebagai berikut :
𝑅𝑝600.000.000, −
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 = = 2,3 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝260.000.000, −

4. Perputaran Aktiva
Dengan demikian perputaran aktiva bias dihitung
𝑅𝑝600.000.000, −
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 = = 1,5 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝400.000.000, −
B. Rasio Profitabilitas
1. Pengertian Rasio Profitabilitas
Menurut Riyanto (2011: 59) Rasio Profitabilitas atau disebut juga dengan
Rasio Rentabilitas yaitu suatu perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut. Sementara menurut Munawir (2010: 33)
Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode
tertentu. Selain itu, Kodrat dan Herdinata (2009: 62) mengungkapkan bahwa rasio
profitabilitas atau rasio kemampulabaan menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba. Maka dapat dinyatakan bahwa rasio rentabilitas
merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan atau laba dengan menggunakan seluruh sumber daya
perusahaan.
Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan
kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian
rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara
laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah modal perusahaan
tersebut. Penilaian rasio rentabilitas lebih berarti jika dibandingkan dengan rasio
masa lalu atau dengan industri sejenis. Syafri (2008: 304) menyatakan apabila
hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan laba artinya kinerja perusahaan
tersebut bagus dan sebaliknya apabila jumlah laba yang diperoleh lebih kecil
daripada modal maka perusahaan belum produktif dalam menggunakan aktiva
untuk menghasilkan laba.
Hasil pengukuran dilakukan untuk melihat perkembangan perusahaan
dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari
penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran menjadi alat evaluasi kinerja
manajemen yang efektif atau tidak. Dimana kegagalan dan keberhasilan
kemudian dijadikan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus
kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah
manajemen lama mengalami kegagalan.
2. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas meliputi margin laba bersih, margin laba kotor,
rentabilitas ekonomi, return on equity, return on asset, earning per share.
1. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan laba berih dari aktivitas penjualan. Tujuan
rasio ini untuk mengetahui seberapa efektif perusahaan dalam meminimalkan
beban operasional. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan mampu
menekan biaya operasional sehingga menghasilkan laba yang lebih besar
(Syamsuddin, 2009 : 16.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

2. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)


Jika rasio di atas mengenai laba bersih, perhitungan rasio ini mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari
penjualan bersih. Tujuannya agar dapat membandingkan seberapa efektif
perusahaan dalam menghassilkan laba kotor dengan meminimalkan harga
pokok penjualan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan mampu
menekan harga pokok penjualan sehingga menghasilkan kenaikan laba kotor
(Sawir, 2009 : 18).
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

3. Rentabilitas Ekonomi (Basic Earning Power)


Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan aset yang dimiliki
untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan(laba). Tujuan
rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh
sumber daya yang menunjukkan rentabilitas ekonomi perusahan (Sawir, 2009
: 19).
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

4. Return on Equity
Rasio ini menunjukkan pengukuran dari penghasilan yang tersedia
bagi pemilik perusahaan baik pemegang saham biasa atau preferen atas modal
yang diinvestaskan dalam perusahaan (Syafri 2008 : 305). Rasio yang
memperlihatkan sejauh mana perusahaan mampu mengelola modal sendiri
secara efektif dan mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah
dilakukan pemilik modal atau pemegang saham perusahaan (Sawir, 2009 : 20)

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

5. Return on Asset
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan
dalam menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan jumlah aktiva/aset yang
dimiliki perusahaan (Syamsuddin, 2009 : 63). Semakin tinggi rasio ini
semakin baik keadaan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba bersih dari
aktiva (Syafri, 2008 : 63).

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑖𝑠ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

6. Earning per Share


Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan
perlembar saham dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008 : 306). Earning per
Share (EPS) menjadi indikator dalam mengukur keberhasilan perusahaan
yang sekaligus menjadi penilaian kinerja perusahaan. EPS menggambarkan
jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin,
2009 : 66).

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒


𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 − 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

3. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas


Kasmir (2008: 197-198) menyatakan bahwa tujuan penggunaan rasio
profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu :
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu;
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang;
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri;
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri;
7. Dan tujuan lainnya.
Selain itu, Kasmir (2008: 198) juga menjabarkan manfaat yang
diperoleh adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode;
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumya dengan tahun
sekarang;
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri;
6. Manfaat lainnya.
4. Pembahasan Materi
BAB III
KESIMPULAN

Rasio aktifitas merupakan rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur


seberapa besar efektivitas perusahaandalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang
dimilikinya. Rasio aktifitas biaya dikenal juga dengan rasio efisiensi atau rasio
perputaran modal. Dimana dalam rasio ini ditunjukkan perbandingan antara tingkat
penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Hasil pengukuran dengan rasio
aktivitas akan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengelola asset yang
dimilikinya secara efesien dan efektif. Sehingga menjadi panduan bagi manajemen
untuk melakukan pengambilan keputusan bagi tercapainya target yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang membandingkan laba dengan aktiva
atau modal yang menghasilkan laba, serta menilai kemampuan perusahaan
menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio profitabilitas senditi dikenal juga
dengan istilah rasio rentabilitas atau rasio kemampulabaan. Dimana rasio ini
mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
atau laba dengan menggunakan seluruh sumber daya perusahaan. Sehigga, rasio ini
menjadi alat evaluasi kinerja manajemen yang efektif atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuddin. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,


2009.
Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
Gadjahmada, 2001
Brigham dan Houston. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat,
2006.
Rahardjo, Budi. Keuangan dan Akuntansi untuk Manajer Non Keuangan.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013
Drs. S. Munawir. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty, 2010
Harahap, Sofian Safri. Analisis Krisis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali
Persida, 2010
Sutrisno. Manajemen keuangan: Teori Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia,
2013.
Kodrat, David Sukardi dan Christian Herdinata. Manajemen Keuangan: Based on
Empirical Research. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Margareta, Farah. Manajemen Keuangan : Untuk Manajer Non Keuangan. Jakarta:
Erlangga, 2011.
Dr. Karmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.

Anda mungkin juga menyukai