Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN 1

“PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI THAILAND”

NAMA DOSEN :
Dr. Hady Sutjipto, SE.,M.Si

Disusun Oleh:
Doni Septian Nugroho (5553160031)

Gumelar Wahyu Ilahi (5553160006)

Mata Kuliah : Ekonomi Pembangunan


Kelas : 3/A

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan


rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Perubahan Struktur Perekonomian Negara Thailand”
dapat dipergunakan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Dr. Hady
Sutjipto, SE.,M.Si selaku Dosen mata kuliah Ekonomi Pembangunan 1
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Perubahan Struktur
Perekonomian Negara Thailand. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Serang, 24 September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
2.1 Perekonomian Negara Thailand .............................................................................. 2
2.2 Pertumbuhan ekonomi Thailand ............................................................................ 4
2.3 Perubahan struktur ekonomi ................................................................................... 7
2.4 Perubahan struktur ekonomi Thailand .................................................................... 8
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Thailand merupakan salah satu negara yang terdapat di kawasan
Asia tenggara. Thailand memiliki bahasa thai (Ratcha Anachk atau Prathet
Thai) yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa inggris, atau dalam
bahasa aslinya Mueng Thai.

Thailand sendiri termasuk Negara yang kawasnnya di asia tenggara


yang dimana negara -negara yang ada di dalam kawasan Asia tenggara
merupakan negara- negara yang termasuk negara - negara ketiga yaitu
negara yang termasuk kedalam negara berkembang.

Thailand merupakan Negara yang berbatasan langsung dengan Laos


dan Kamboja di Timur, Malaysia dan Teluk Siam di Selatan, Myanmar dan
Laut Andaman di barat. Thailand sendiri memiliki Pendapatan perkapita
pada tahun 2004, mencapai US$8.400, yang diperoleh oleh dari sector
pertanian, industri dan pariwisata, yang dimana pada tahun 1997 Thailand
terkena krisis ekonomi.

Namun, sepuluh tahun kemudian perekonomian Thailand tak disangaka


dapat kembali bangkit dan menjadi salah satu negara yang beraada di
wilayah Asia Tenggara yang bisa bangkit dari krisisnya dan juga
memotivasi Negara-Negara tetangga untuk dapat juga bangkit seperti
Negara Thailand yang sekarang ini yang dapat bangkit dan menjadi Negara
berkembang setelah terkena dampak dari krisis ekonomi yang diterima oleh
Negara itu sendiri. Nah, untuk mengetahui seperti apa lebih lanjut dari laju
pertumbuhan ekonomi di Negara Thailand untuk itulah makalah ini dibuat.

1
Dan kami selaku penyusun meminta maaf apabila kurang lengkapnya isi
dalam makalah ini karena keterbatasan ilmu dari kami selaku penyusun.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perekonomian Negara Thailand


Ekonomi Thailand bergantung pada ekspor, dengan nilai ekspor sekitar
60% PDB. Kepulihan Thailand dari Krisis Finansial Asia pada 1997-1998 banyak
tergantung permintaan luar dari Amerika Serikat dan pasar asing lainnya. Pemerintahan
Thaksin yang mulai menjabat pada Februari 2001 dengan maksud menstimulasi
permintaan domestik dan mengurangi ketergantungan Thailand kepada perdagangan
dan investasi asing.

Sejak itu, administrasi Thaksin telah memperbaiki pesan ekonominya dengan


mengambil ekonomi "jalur ganda" yang menggabungkan stimulan domestik dengan
promosi tradisional Thailand tentang pasar terbuka dan investasi asing. Ekspor yang
lemah menahan pertumbuhan PDB pada 2001 hingga 1,9%. Namun pada 2002-3
stimulan domestik dan kembalinya ekspor menambah performa yang semakin baik,
dengan pertumbuhan PDB pada 5,3% dan 6,3%.

Sebelum krisis finasial, ekonomi Thai memiliki pertumbuhan ekonomi


produksi yang bagus dengan rata-rata 9,4% untuk dekade sampai 1996. Tenaga kerja
dan sumber daya yang lumayan banyak, konsevatis

fiskal, kebijakan investasi asing terbuka, dan pendorongan sektor swasta merupakan
dasar dari sukses ekonomi pada tahun-tahun sampai pada 1997.

Ekonominya intinya sebuah sistem perusahaan-bebas. Beberapa jasa, seperti


pembangkit listrik, transportasi, dan komunikasi, dimiliki dan juga dioperasikan oleh
negara, tetapi pemerintah juga sedang mempertimbangkan untuk menswastakan mereka
pada awal krisis finansial.

2
Pemerintah Kerajaan Thailand meny ambut investasi asing, dan investor yang
bisa memenuhi beberapa persyaratan dapat mendaftar hak investasi istimewa
melalui Dewan Investasi Thailand. Untuk menarik investasi asing lainnya, pemerintah
telah memodifikasi peraturan investasinya.

Gerakan serikat buruh tetap lemah dan terpecah-pecah di Thailand. Hanya 3%


dari seluruh angkatan kerja tergabung dalam serikat buruh. Pada tahun 2000, Undang-
undang Hubungan Kerja-Perusahaan Negara (SELRA) disahkan, hingga memberikan
para pegawai sektor publik hak-hak yang sama dengan mereka yang bekerja di sektor
swasta, termasuk hak untuk bergabung dengan serikat buruh.

Sekitar 60% dari seluruh angkatan kerja Thailand dipekerjakan di


bidang pertanian. Beras adalah hasil bumi yang paling penting. Thailand adalah
eksportir besar di pasar beras dunia. Komoditi pertanian lainnya yang dihasilkan
dengan jumlah yang cukup besar adalah ikan dan produk-produk perikanan
lainnya, tapioka, karet, biji-bijian, dan gula.

Ekspor makanan dari hasil lautan juga menjadi sumber pendapatan dari Negara
itu sendiri seperti tuna kaleng, ikan asap, nenas dan udang beku juga sedang meningkat
dipasaran sehingga dapat meningkat laju pertumbuhan ekonomi dari Negara itu
sendiri.

Oleh karena itu tingkat laju pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat
diukur atau diketahui dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi dari Negara tersebut, yaitu

 Tingkat pertumbuhan PDB ( Produk Domestik Bruto )


 Tingkat pertumbuhan PNB ( Produk Nasional Bruto )

Dan ada beberapa faktor yang dapat meningkatan pertumbuhan ekonomi suatu
negara yaitu Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, Kemajuan IPTEK, dan
Sumber Daya Modal.

3
2.2 Pertumbuhan ekonomi Thailand
Thailand yang merupakan salah satu negara yang terdapat di kawasan Asia
tenggara. Yang dimana negara – negara yang ada di dalam kawasan Asia tenggara
merupakan negara – negara yang termasuk negara – negara ketiga yaitu Negara yang
termasuk kedalam Negara berkembang.

Thailand merupakan berbatasan langsung dengan Myanmar, laos, dan kamboja.


Pendapatan perkapita Thailand pada tahun 2004, mencapai US$8.400, yang diperoleh
oleh dai sector pertanian, industry dan pariwisata, yang dimana pada tahun 1997
Thailand terkena krisis ekonomi.

Namun, sepuluh tahun kemudian perekonomian Thailand kembali bangkit dan


menjadi salah satu Negara yang ada di wilayah Asia Tenggara yang bias bangkit dari
krisisnya.Keberhasilan perbaikan ekonomi Thailand dalam mewujudkan struktur
ekonomi yang stabil dipengaruhi oleh dual track strategy yang dicanangkan
pemerintah (leenabanchong dan panyassavatsut,2001).

Strategi pertama adalah mengembalikkan pertumbuhan ekonomi untuk


memulihkan kesejahteraan. Strategi kedua adalah menciptakan stabilitas dan
sustainbilitas pertumbuhan ekonomi. Menurut Nimmanahaeminda, langkah – langkah
Thailand dalam mewujudkan kedua tujuan diatas adalah sebagai berikut :

1. stimulus fiscal berupa peningkatan deficit anggaran untuk infrastruktur dari 1%


menjadi 5%
2. pengurangan pajak dan pemotongan tariff serta pemebentukkan jaring
pengamana social
3. stabilisasi dengan pemupukan cadangan devisa serta penguatan sector
keuangan melalui prinsip prudential
4. reformasi structural.

Thailand yang merupakan salah satu Negara di wilayah Asia Tenggara yang
sarat akan konflik, namun konflik – konflik tersebut justru tidak mengganggu
kebangkitan kembali perekonomian Thailand yang sedang bangkit dari krisis

4
ekonomi. Hal ini terbukti, dengan Thailand menjadi ladang penanaman saham bagi
para pemegang saham.

Investasi langsung asing di Thailand telah mengambil pada beberapa tahun


terakhir dengan munculnya sejumlah perusahaan internasional di negara Asia
Tenggara. Fisher & Paykel. Yang merupakan perusahaan pengering terbesar dan
pembuat mesin cuci di Selandia Baru, telah berinvestasi di Thailand. Arcelor-Mittal,
yang merupakan salah satu perusahaan baja terkemuka dunia, telah memutuskan
untuk berinvestasi di Thailand.

Namun, permasalahan yang terkait dengan biaya usaha di Thailand telah


membuat mereka mempertimbangkan kembali keputusan mereka. Tata Motors, salah
satu perusahaan mobil yang paling dihormati dan merupakan bagian dari Tata Group
Perusahaan juga telah di langsung menuju investor bersedia untuk menaruh uang
mereka di Thailand. Tata Motors telah memimpin pada dasarnya diambil dari raksasa
industri otomotif – General Motors dan Honda.

Ibarat sebuah perusahaan, sebuah negara harus bersaing dengan negara-negara


lain guna memenangi kompetisi perekonomian. Sejarah daya saing setua keberadaan
komunitas-komunitas yang kemudian membentuk kelompok lebih besar kemudian
disebut bangsa. Peperangan antarkomunitas, antarbangsa adalah salah satu bentuk
daya saing paling awal.

Untuk meningkatkan kesejahteraan, suatu komunitas atau bangsa menyerbu


komunitas atau bangsa lain, merebut wilayah dan penduduknya. Peperangan ini bisa
ditarik jauh ke depan dan inilah yang dicatat sejarah sebagai zaman kolonial, ketika
bangsa Eropa menjajah kawasan Asia-Pasifik dan Afrika.

Berkembangnya peradaban dunia, kemudian, mengubah perang sebagai


kekuatan daya saing dalam kaitan perekonomian dalam bentuk lain. Akhirnya, para
pakar daya saing berhasil merumuskan unsur-unsur daya saing yang menjadi
pegangan hingga sekarang.

5
Salah satu rumusan yang paling diterima secara global datang dari Institut for
Management Development (IMD). Itulah sebuah lembaga pendidikan bisnis
berkedudukan di Swiss, didirikan pada awal 1990. Setiap tahun IMD menerbitkan
buku laporan tentang naik-turunnya daya saing negara-negara di dunia.

Namun, dibalik kesuksesan bangkitnya ekonomi Thailand dari keterpurukkan


krisis ekonomi yang melanda Negara itu, Thailand merupakan suatu Negara yang
sering terjadi konflik internal yang sangat mencekam. Situasi ini sangat
dikhawatirkan pemerintah Thailand saat itu karena ditakutkan investor – i nvestor
asing tersebut menarik semua investasinya dari Thailand yang diakibatkan sering
terjadinya konflik internal.

Namun, pemerintah saat itu telah salah persepsi dikarenakan walaupun konflik
itu terjadi dimana – mana dalam kawasan Thailand, investasi – invsetasi dari investor
asing saat itu sangat mengalir deras dan mampu membuat Thailand mampu bangkit
lagi dari keterpurukkan. Dan perekenomian Thailand saat tiumeruapakan
pertumbuhan ekonomi yang paling pesat seAsia Tenggara.

Bila dikaitkan konflik yang ada di Thailand tidak mempengaruhi


perkembangan perekonomian Thailand dari tahun 1997 samapai dengan 2007 dengan
teori – teori pembangunan, dalam hal ini, teori yang dipakai untuk menganalisis itu
semua, awalnya kami memakai teori dependensi. Yang dimana tahiland sangat
bergantung dengan Jepang dalam membangun perekonomiannya.

Teori dependensi perspektif atau teori ketergantungan. yang mencoba


menjelaskan fenomena pembangunan di Dunia Ketiga. Negara-negara dunia ketiga,
yang banyak sebagai negara bekas jajahan, ternyata, secara tidak sehat ,masih
bergantung pada negara-negara maju bekas penjajahnya. Teori ketergantungan
merupakan hasil analisis terhadap teori modernisasi. Teori ketergantungan lahir dari
hasil kritikan terhadap teori pembangunan sebelumnya.

Negara berkembang terlalu lambat melaksanakan pembangunan, maka


diperlukan intervensi eksternal dengan penyediaan fasilitas penunjang dari negara

6
maju. Kemudian diperkenalkan teori baru bagi pembangunan, yaitu teori sistem dunia
yang merupakan reaksi atas teori dependensi.

Teori ini digagas Wallerstein, yang telah menjadi realitas sekarang bahwa
sistem perekonomian dunia yang muncul sebagai kekuatan yang menggerakkan
negara-negara di seluruh dunia, tidak lain adalah sistem kapitalisme global.

Dalam teori sistem dunia ada 3 strategi bagi terjadinya peningkatan ekonomi negara-
negara di dunia. Yakni, pertama, negara merebut kesempatan yang datang, terutama
dengan memanfaatkan peluang bidang ekonomi. Kedua, negara bekerjasasama dengan
perusahaan-perusahaan multinasional. Ketiga, kebijaksanaan negara untuk
memandirikan negara, terutama, dalam bidang ekonomi.

2.3 Perubahan struktur ekonomi


Istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi disebut sebagai transformasi
struktural, artinya rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya
dalam komposisi AD (Agregat Demand), perdagangan luar negeri, AS (Agregat
Supply) yang termasuk ke dalam AS adalah produksi dan penggunaan faktor produksi
yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.

Teori perubahan struktural menitik beratkan pembahasan pada mekanisme


transformasi ekonomi yang dialami oleh negara berkembang yang semula lebih
bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju struktur
perekonomian yang lebih modern dan didominasi oleh sektor non primer.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan struktur ekonomi.

1. Adanya hukum Engels, yaitu sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya.


Apabila pendapatan naik, elastisitas permintaan yang diakibatkan oleh
perubahan pendapatan adalah rendah atas konsumsi bahan-bahan makanan.
Sedangkan konsumsi terhadap barang industri terus meningkat.
2. Adanya perubahan teknologi yang terus menerus berlangsung. Perubahan
teknologi yang terjadi dalam proses pembangunan akan menimbulkan struktur

7
produksi yang bersifat compulsory dan inducive.
Compulsory adalah sebagai akibat teknologi yang digunakan terus menerus dan
akan meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi dan memperluas pasar
serta kegiatan perdagangan.
Inducive adalah kemajuan menciptakan produk industri baru yang menambah
pilihan alternatif terhadap barang-barang industri yang dikonsumsi atau dengan
teknologi menimbulkan sektor industri banyak menawarkan diversifikasi
produk industri.
3. Adanya comparative advantage pada produk sektor pertanian bagi negara
berkembang, sedangkan negara yang sudah maju memiliki competitive
advantage pada produk sektor industri.

2.4 Perubahan struktur ekonomi Thailand


Keberhasilan perbaikan ekonomi Thailand dalam mewujudkan struktur
ekonomi yang stabil dipengaruhi oleh dual track strategy yang dicanangkan
pemerintah (leenabanchong dan panyassavatsut,2001). Strategi pertama adalah
mengembalikkan pertumbuhan ekonomi untuk memulihkan kesejahteraan. Strategi
kedua adalah menciptakan stabilitas dan sustainbilitas pertumbuhan ekonomi.

Berikut ini adalah data statistik perubahan struktur ekonomi Thailand.

1. Sektor pertanian dalam pembentukan pendapatan nasional menurun dari


10,56% menjadi 10,39%
2. Sektor industri dalam pembentukan pendapatan nasional meningkat dari
46,56% menjadi 49,06%
3. Sektor jasa dalam pembentukan pendapatan nasional menurun dari 42,88%
menjadi 40,55%

Statistik lainnya.

Investasi (gross fixed) : 22,5% PDB


Pendapatan per rumah tangga atau konsumsi :10% terendah = 2,8%.
10% tertinggi = 32,4%

8
Tingkat pertumbuhan industri = 8,5%

Listrik. Produksi = 118,9 miliar kWh


Konsumsi = 106,1 miliar kWh
Ekspor = 188 miliar kWh
Impor = 600 miliar kWh

Listrik – produksi menurut bahan yang digunakan


BBM = 91,3%
PLTA = 6,4%
Lainnya = 2,4%
Nuklir = 0%

Minyak. Produksi = 225.000 barel/hari


Konsumsi = 785.000 barel/hari
Cadangan = 600 juta barel

Gas alam. Produksi = 18,73 miliar


Konsumsi = 23,93 miliar
Ekspor = 0
Impor = 5,2 miliar
Cadangan = 368,2 miliar

Neraca perdagangan = $6,736 miliar

Cadangan devisa dan emas = $48,3 miliar

Dari data statistik yang didapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa negara
Thailand sudah mulai meninggalkan sektor agraris atau sektor pertaniannya. Hal
tersebut dapat dilihat pada data di atas, dimana sektor pertanian dan sektor jasa
mengalami penurunan, sedangkan sektor industri mengalami peningkatan.

9
Struktur ekonomi negara Thailand mengalami perubahan, yaitu dari sektor
agraris menjadi sektor industri yang mana meruapakan suatu indikator pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi negara maju.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perubahan struktur perekonomian pada suatu negara merupakan sebuah tanda


kemajuan negara berkembang ke arah negara maju. Hal tersebut tercermin dari teori
para ahli yang mengkaji mengenai pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
seperti Lewi, Chennery dan Kuznet yang mengemukakan teori mengenai perubahan
struktur ekonomi.

Dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa saat ini Thailand sedang di dalam
proses menuju menjadi negara maju, dimana Thailand sudah mulai meninggalkan
sektor tradisional, lebih tepatnya sektor pertnian dan beralih ke sektor perekonomian
modern yaitu sektor industri dan jasa.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Thailand

Sadono, Sukirno. Ekonomi Pembangunan proses, masalah dan dasar kebijakan:


perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan. Kencana. Jakarta. 2007

Ahmad, Mahyudi,SE. Ekonomi Pembangunan dan analisis data empiris :


Perubahan Struktur ekonomi dalam Sebuah proses pembangunan, perubahan
struktur ekonomi menurut H.B Chennery. Ghalia Indonesia. Bogor. 2004.
http://nisaabaru.blogspor.com/2013/12/perubahan-struktur-ekonomi-dalam-proses.html

12

Anda mungkin juga menyukai